Anda di halaman 1dari 2

BAB ARIYAH

Definisi Ariyah
Artinya adalah izin dari pemilik barang dalam pemanfaatan miliknya untuk
orang lain dengan tanpa bayaran dan bukan untuk dimiliki.
Penjelasan Definisi
Jika seseorang memberi orang lain sesuatu untuk dimanfaatkan kemudian
dikembalikan lagi kepadanya, yakni barang ini tidak habis dengan
penggunaannya, maka barang tersebut disebut ariyah atau pinjaman.
Seperti orang yang meminjamkan orang lain perabotan rumah atau
mobilnya, dan semacamnya. Adapun jika pemberian tidak kekal maka
tidak dinamakan ariyah melainkan minhah seperti memberikan kurma
untuk dimakan. Maka dari itu ariyah berbeda dengan hibah, karena hibah
adalah cara memiliki barang, sedangkan ariyyah pembolehan untuk
memanfaatkan barang saja kemudian dikembalikan kepada pemiliknya.

Pensyariatannya
Ariyah termasuk perbuatan baik yang ditetapkan dalam Al-Quran ,
Sunnah dan Ijma
Dalam Al-Quran Alah Subhanahu wata'ala berfirman:

Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,


dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS.
Al-Maidah: 2)
Dalil dari as-Sunnah, di dalam shahih Bukhari dan Muslim dari Anas bin
Malik berkata:


:
(( )) :
Suatu ketika ada hal yang menggemparkan di Madinah, lalu Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam meminjam kuda milik Abu Thalhah yang
bernama Al Mandub, Beliau pun menunggangnya. Ketika kembali,
Beliau berkata, Kami tidak melihat apa-apa, kami hanya menemukan ada
kuda yang berlari kencang.[1]
Dari Shafwan bin Umayyah ia berkata bahwa:

[1] Hadits Riwayat: Al-Bukhari (2627), Muslim (2307), Abu Daud (4988). At-Tirmidzi
(1686) dan Ibnu Majah (2772)

(( )) :
Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam suatu ketika pada perang Hunain
meminjam baju perang, apakah ini rampasan wahai Muhammad? Beliau
berkata: melainkan pinjaman yang dijaminkan.[1] Dan dalam redaksi lain:
melainkan pinjaman yang akan dikembalikan.[2]
Allah mencela orang yang enggan meminjamkan barang kepada orang
lain dan berfirman:

dan enggan (menolong dengan) barang berguna (QS. Al-Maun: 7)


Ibnu Masud ra. berkata: yaitu adalah barang-barang pinjaman: takaran,
timba, atau timbangan[3], pemaknaan ini dikukuhkan oleh Ali bin Thalib,
Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ummu Athiyah dan sahabat-sahabat selian
mereka radiallahu anhum, dan tidak diketahui perselisihan dari sahabat
mengenai hal tersebut.
Adapun Ijma, umat muslim telah bersepakat pembolehan dan
pengutamaannya[4]

Anda mungkin juga menyukai