Anda di halaman 1dari 11

BAI AL INAH

Nama :

1. Bayu Sulaiman Aji (1500011009)

2. Lyeda Prasetya (15000110

3. Yukha Ardi (15000110

4. Danni Haryanto (15000110

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam kepada junjungan
Rasulullah SAW yang telah menuntun umat manusia ke jalan kebenaran dan keselamatan.
Penyusunan makalah yang berjudul BaI Al-Inah disusun untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Studi Islam 4.
Penyusun banyak mendapat kesulitan baik karena keterbatasan kemampuan, sempitnya
waktu yang dapat dipergunakan untuk melakukan kegiatan penyusunan makalah ini dan
kurangnya sumber atau buku rujukan yang dipergunakan. Akan tetapi, berkat bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak serta usaha penulis akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Atas
bantuan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis, maka penyusun mengucapkan banyak
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini.
Demi kesempurnaan makalah ini penyusun mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.
Akhirnya penulis dengan penuh harapan agar kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun khususnya, bagi para pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 19 September 2016


Penyusun,

KELOMPOK
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR........................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
A. PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
B. PEMBAHASAN
A. Pengertian............................................................................................................ 2

B. Dasar Hukum....................................................................................................... 3

C. Syarat-Syarat................................................................................................ 5

D. Contoh BaI Al Inah............................................................................................ 6

C. PENUTUP..................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... iii
A. PENDAHULUAN
B. PEMBAHASAN

A. Pengertian Bai Inah


Bai al-Inah adalah akad jual beli ketika penjual menjual asetnya kepada pembeli
dengan janji untuk dibeli kembali (sale and buy back) dengan pihak yang sama. Bai al-Inah
adalah penjualan tunai (cash sale) dilanjutkan dengan pembelian kembali dengan tangguh
(deferred payment sale / BBA).
Bai al-inah secara umum dapat digambarkan sebagai berikut : seorang pedagang
menjual barang dagangannya dengan diangsur sampai batas waktu yang telah disepakati.
Setelah itu, ia membelinya kembali pada majlis yang sama secara kontan dengan harga yang
lebih rendah dari harga jual pertama. Bai Inah secara konsepnya berarti menjual barang dan
kemudian membeli kembali barang tersebut pada harga yang berbeda, dengan harga
tertangguh yang lebih tinggi dari harga tunai.
Definisi bai` inah menurut para ulama adalah seperti berikut:
1. Imam Syafi'i: "Membeli sesuatu dari seseorang secara hutang, kemudian setelah barang
tersebut diterima olehnya (Qabdh), barang tersebut dijual kembali kepada pemilik asal atau
ke pihak ketiga baik dengan harga tunai yang lebih rendah atau lebih tinggi, atau secara
hutang atau dengan penukaran barang. "

2. Al-Haskafi: "Menjual sesuatu secara ditangguhkan untuk mendapat keuntungan. Pihak


yang berhutang akan menjualnya kembali pada harga yang lebih rendah untuk menjelaskan
utangnya."

3. Al-Zaila `i:" Menjual barang secara ditangguhkan, dan membelinya kembali dengan
harga yang lebih rendah secara tunai. "

4. Al-Dardir: "Penjualan yang dilakukan oleh seseorang yang diminta darinya sesuatu yang
tidak dalam pemilikannya."

5. Al-Rafi `i:" Menjual sesuatu kepada orang lain dengan harga tangguh. Barang tersebut
diserahkan kepada pembeli, dan sebelum menerima pembayaran penjualan (pertama), dia
membelinya kembali secara tunai dengan harga yang lebih rendah. "

6. Ibnu Qudamah: "Menjual sesuatu kepada orang lain dengan harga tangguh, dan
membelinya kembali dengan harga yang lebih rendah."
B. Dasar Hukum

1. Hadits




:








) (
Artinya : Dari Ibnu Umar r.a., dia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda:
Apabila kamu sekalian berjual-beli dengan cara inah, mengambil ekor-ekor sapi (sibuk
mengurus ternak peliharaan), senang dengan tanaman (puas dengan hasil pertanian) dan
meninggalkan jihad (tugas keagamaan dalam rangka menegakkan agama Allah), niscaya Allah
akan menjadikan kehinanaan menguasaimu, dan tidak akan pernah mencabutnya (kehinaan)
sehingga kamu sekalian kembali kepada agamamu ( HR. Ahmad, Abu Daud, Thobroni dan Ibnul
Qothon dan dia menshohihkan hadits ini )
2. Atsar sahabat:

"


( "
)
Artinya: Dari Ibnu Ishaq Al-Sabi`iy dari istrinya; bahwa aku masuk kerumah Aisyah bersama
Ummu Walad Zaid bin Arqom,lalu bertanya pada Aisyah: Wahai Ummul Mu`minin
sesungguhnya aku telah menjual seorang budak pada Zaid bin Arqom dengan harga 800 dirham
secara kredit dan aku membelinya lagi dengan harga 600 dirham secara tunai. Kemudian Aisyah
berkata: jelek sekali jual beli kamu, jelek sekali jual beli kamu sesungguhnya jihadnya bersama
Rosululloh saw benar-benar telah sia-sia kecuali dia mau bertaubat. ( HR.Malik dan Daru
Quthni )

Hukumnya
Para ulama` berselisih pendapat mengenai hukum transaksi jual beli seperti inah. Sebagian
ulama` menghukumi haram dan sebagian lainnya membolehkannya dan ada yang memakruhkan.
1) Haram;
Ulama` yang bependapat seperti ini adalah Imam Ahmad, Imam Malik dan Imam Abu Hanifah
dan lainya sebagaimana di nukil Imam Ibnu Taimiyah dalam Al majmu` fatawa:



...

( .
) 245\29-

Adapun dia ( jual beli inah ) itu tidak di perbolehkan menurut kebanyakan Ulama` seperti Abu
Hanifah, Malik,Ahmad dan lainya yang ma`tsur dari para sahabat seperti Aisyah, Ibnu Abbas ,
Anas bin Malik. Ssengguhnya Ibnu Abbas pernah di tanya tentang hariroh yang di jual secara
kredit lalu di beli lagi dengan harga yang lebih rendah, maka beliau menjawab: sutra jadi
perantara dirham dengan dirham

Adapun asal pokok bab ini adalah bahwasanya semua amal itu tergantung niatnya dan semua
orang tergantung niatnya, maka jika dia berniat pada yang dihalalkan oleh Alloh maka tidak
mengapa, namun jika berniat pada yang diharamkan oleh Alloh dan sampai padanya dengan
mengelah maka baginya apa yang di niatkan. ( Majmu` Fatawa bab Riba 29/245 )

2) Boleh
Ini adalah pendapat Imam Syafi`I dan pengikutnya, sebagaimana terdapat dalam kitab-kitab
mereka.
Imam Nawawi dalam kitab Rhoudlotu Tholibin berkata:


.
.
- (
)417 / 3

(tidak termasuk jual beli yang dilarang) adalah jual beli `inah yaitu jika seseorang menjual
sesuatu pada orang lain dengan harga tempo seraya menyerahkannya kemudian sebelum di
lunasi , barang tersebut di beli lagi ,dengan harga yang lebih rendah secara tunai.
Begitu juga boleh menjual barang dengan harga tunai kemudian di beli lagi dengan harga lebih
tinggi secara tempo ( kredit ) sama saja penjual pertama sudah menerima harganya atau belum
dan sama halnya transaksi inah itu menjadi adat di suatu daerah maupun tidak.
Pendapat inilah yang benar lagi terkenal di kitab-kitab para sahabat kami.
( Roudlotu Tholibin wa Umdatul Muftin bab Laisal manahi ba`I al inah 3/417 )

C. Syarat-syarat Bai Inah

1. Pembiayaan bay al-inah perlu mempunyai dua kontrak yang jelas yaitu kontrak penjualan
harta oleh penjual/pemilik kepada pembeli dan dan penjualan semula harta tersebut kepada
pemilik asal.
2. Pembayaran harga dalam salah satu urusniaga atau kontrak harus dilakukan secara tunai
untuk mengelakkan penjualan/pembelian hutang dengan hutang.
3. Barang yang digunakan dalam urusniaga jual dan beli kembali bukan barangan ribawi.
4. Kedua-dua urusniaga ini harus melibatkan penyerahan hakmilik yang sah dari sudut syarak
dan diterima pakai berdasarkan adat perniagaan semasa (uruf tijari).
5. Pembiayaan bay al-inah yang dijalankan ini harus memenuhi syarat-syarat bay al-inah
yang diterima oleh Mazhab Syafie.
6. Penentuan harga dan harta yang terlibat dalam kontrak juga harus dengan sebenar dan
berdasarkan harga yang munasabah atau berdasarkan pasaran.
7. Kontrak pertama harus diselesaikan terlebih dahulu (ditandatangani oleh kedua-dua belah
pihak) sebelum memasuki kontrak yang kedua. Ini bertujuan mengelakkan isu penjualan
harta yang belum dimiliki dalam kontrak kedua.

D. Contoh BaI Al inah


Hasan membutuhkan uang kas sebanyak Rp 20 juta untuk membiayai kegiatan operasional
usahanya. Hasan kemudian meminta bantuan kepada pihak bank syariah. Kemudian bank
syariah tersebut akan menjual aset seharga Rp 25 juta pada Hasan dengan pembayaran yang
ditangguhkan (installment basis). Setelah itu, Hasan segera membuat perjanjian dengan bank
untuk menjual kembali aset tersebut pada pihak bank secara tunai seharga Rp 20 juta (sesuai
dengan kebutuhan kegiatan operasional). Dalam hal ini kedua-duanya sama-sama diuntungkan;
Hasan memperoleh pinjaman sebanyak Rp 20 juta dan bank mendapatkan keuntungan sebesar
Rp5 juta (Rp 25 juta-Rp 20 juta).
PENUTUP

Murabahah yang kebetulan barang yang di beli adalah barang yaang di jual
semula adalah bukan inah, tapi murabahah murni karena orang yang butuh uang
menjual barang pada perusahaan yang transaksinya di lakukan oleh bagian
pembelian yang telah memenuhi syarat-syarat dan rukunnya. Kemudian selang
beberapa waktu ia mmbeli barang tersebut dengan transaksi tersendiri secara
murabahah yang telah memenuhi syarat dan rukunnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://kalisuru.blogspot.co.id/2010/11/bai-inah_10.html
http://innocentwinx.blogspot.co.id/2012/12/bai-inah-dayn-
tawarruq.html

Anda mungkin juga menyukai