Anda di halaman 1dari 7

SALAM

1. PENGERTIAN SALAM
Salam sinonim dengan salaf. Dikatakan aslama ats-tsauba lilkhiyath, artinya iya memberikan
atau menyerahkan pakaian untuk dijahit. Dikatakan salam karena orang yang memesan
menyerahkan harta pokoknya dalam majelis. Dikatakan salam karena ia menyerahkan uang
terlebih dahulu sebelum menerima barang dagangannya. Salam termasuk kategori jual beli
yang sah jika memenuhi persyaratan keabsahan jual beli pada umumnya.
Dimayuddin Djuani mengatakan dalam bukunya Pengantar Fiqh Muamalah bahwa Ba’i salam
adalah akad jual beli barang pesanan di antara pembeli (muslam) dengan penjual (muslam
ilaih). Spesifikasi dan harga barang pesanan harus sudah disepakati di awal akad, sedangkan
pembayaran dilakukan di muka secara penuh.
Ahmad Wardi Muslich dalam bukunya Fiqh Muamalat mengambil beberapa pendapat,
menurut Kamaluddin bin Al-Hamman dari mazhab Hanafi mengatakan bahwa sesungguhnya
pengertian salam menurut syara’ adalah jual beli tempo tunai. Pendapat kedua, dari Syafi’iyah
dan Hanabilah memberikan definisi bahwa salam suatu akad atas barang yang disebutkan
sifatnya dalam perjanjian dengan pengerahan tempo dengan harga yang diserahkan di majelis
akad. Pendapat ketiga, dari Malikiyah memberikan definisi bahwa salam adalah jual beli
dimana modal (harga) dibayar di muka, sedangkan barang diserahkan dibelakang. Dari
beberapa definisi yang dikemukakan oleh ulama mazhab tersebut dapat diambil intisari bahwa
salam adalah salah satu bentuk jual beli dimana uang harga barang dibayarkan secara tunai,
sedangkan barang yang dibeli belum ada, hanya sifat-sifat, jenis, dan ukurannya sudah
disebutkan pada waktu perjanjian dibuat.
Syafi’i Jafri mengutip dari Sayyid Sabiq bahwa salam yaitu penjual sesuatu dengan kriteria
tertentu (yang masih berada) dalam tanggungan dengan pembayaran segera. Para Fuqaha
memberikan istilah “al-Mahawij” (barang-barang mendesak), karena salam sejenis jual beli
barang yang tidak ada di tempat sementara kedua belah pihak melakukan jual beli mendesak.
Atau dengan kata lain menjual sesuatu yang barangnya tidak diperlihatkan atau masih dalam
pesanan, tetapi diberitahukan sifat beserta kualitasnya oleh penjual dan setelah ada
kesepakatan, pembeli langsung membayarnya meskipun barang belum ada saat itu.
Menurut Dewan Syariah Nasional dalam Fatwa DSN No. 05/DSNMUI/IV/2000, salam adalah
jual beli barang dengan cara pesanan dan pembayaran harga terlebih dahulu dengan syarat-
syarat tertentu.45 Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, salam adalah jasa
pembiayaan yang berkaitan dengan jual beli yang pembiayaanya dilakukan bersamaan dengan
pemesanan barang.
Secara terminologis, salam adalah menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda, atau
menjual suatu barang yang ciri-cirinya disebutkan dengan jelas dengan pembayaran modal
terlebih dahulu, sedangkan barangnya diserahkan dikemudian hari (Ali, 2003). Beberapa
pengertian akad salam menurut para ahli yakni sebagai berikut:
1. Fuqaha Syafi’iyah dan Hambali mendefinisikan jual beli salam adalah akad yang disepakati
dengan menentukan ciri-ciri tertentu dengan membayar harganya lebih dahulu, sedangkan
barangnya diserahkan kemudian dalam suatu majlis akad.
2. Sayyid Sabiq, as-salam atau as-salaf adalah penjualan sesuatu dengan kriteria tertentu
(yang masih berada) dalam tanggungan dengan pembayaran segera atau disegarakan.
3. Fatwa DSN MUI Nomor 05/DSN/-MUI/IV/2000 menyebutkan bahwa jual beli barang
dengan cara pemesanan dan pembayaran harga lebih dahulu dengan syaratsyarat tertentu,
disebut dengan salam
4. Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, salam adalah jasa pembiayaan yang berkaitan dengan
jual beli yang pembiayaanya dilakukan bersamaan dengan pemesanan barang.
5. PSAK 103, pengertian salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan
pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh
pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Berdasarkan beberapa
definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa akad salam adalah akad yang digunakan
dalam transaksi jual-beli yang dimana barangnya diserahkan di kemudian hari sedangkan
pembayaran dilakukan diawal dengan syaratsyarat dan ketentuan yang ditentukan.
Dasar Hukum Ba’i Salam
a. Dalil Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 281
Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya”.
b. Hadis
ُْ٘ َ ‫ق ا‬ ُ
ٍ ‫ف َْ٘ك ٍل َه ْعلٍُْم ْو ٍر‬ ِ ٖ ‫ْسل ْف‬ ِ ‫قل‬ َ :‫عل ّسلن اَلْ ِدَم اَلٌَّب َل‬
َ٘ ‫صل ّلاَل‬ ٔ ُّٖ ِ َ‫ َُّ َو ٌَِٗدة‬, - َٖ ‫ع َر ِض‬
ٌُِْ َ ُ ‫ ا ْن َ َّّلاَل‬- ‫ش ِي َعبَّا ِي اِ ْب َو َع‬
‫ف َش ْٖ لٍُْم‬ َٔ
ِ ٖ ‫ف الث َه ْع َج ٍل َه ْعلٍُْم ( َ ِل أ َف‬ِّ َ ْ َ َ َ ْ٘ َ
ِ ٖ ‫لِفُ َى‬r‫ َّ َّ ْز ٍى ُٗ ْس‬, ‫ة َوا‬r‫تَ ِر ال ٌَّس‬r‫ فَ َّال ٌَّس‬,‫ ) قَا ِي‬:‫ف تَ ْس َل َ َه ْي أ َل‬ ِ ٖ ‫فَ َف‬
َ‫ َّلِ ْلبُ ُهتَّف‬.َِ ْ٘ ‫ َخا ٌق َعَل‬:ِّٕ ‫ْسل َ َه ْي أ ِر‬
َ ‫ إ‬, ‫ٍء‬
Ibnu Abbas berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam datang ke Madinah dan
penduduknya biasa meminjamkan buahnya untuk masa setahun dan dua tahun. Lalu beliau
bersabda: "Barangsiapa meminjamkan buah maka hendaknya ia meminjamkannya dalam
takaran, timbangan, dan masa tertentu." Muttafaq Alaihi. Menurut riwayat Bukhari:
"Barangsiapa meminjamkan sesuatu."
َّ َ‫ا َ ِه ْي أ‬rr‫ فَ ًْبَا ِط اَل َّش‬,‫ف ْن ٌُ ِم‬ ُُِ ِ‫ق ْسل‬ َ ًُ ‫) ٌَُّكا‬:‫ع اَل‬ ٌُِْ َ ُ ‫ِص ُب َ َّّلاَل‬ ٘ - َٖ ‫ ا َر ِض‬- ‫ع ْي َ ْعبِد اَل َّر ْح ٔ َو ِي ْب ّْفَ َ ٖ ِ أ ب َ ِي أ َو ْب‬
‫َّف ِر َّ ٗ ْ ِت‬
ِٖ ‫َّس‬ ‫ال‬ :‫ل‬ َ ‫ا‬ - َّ :‫ٍة‬ َٗ َ ‫ط‬ ٌْ‫ِح‬ ٘‫ع‬ rr‫َّش‬
ِ ‫َّال‬ ‫ِة‬ ‫َّسب‬ ‫َّال‬ ‫ِر‬ ‫ِب‬ ِ٘ ْ ِ ٖ ‫عل ّسلن َّ َكا َى َٗأ اَل‬
‫ف‬ ٔ ِ ‫ًْبَاطٌ َ تٌَِ٘ا أ ْ َو َغا ًِ َن َه َع َر ُسْ ِل َ َّّلاَل‬
َ٘ ‫صل ّلاَل‬
ْ َ ُ َ ٌَّ َ ُِ
ُ‫ق َ ِل أ إ لِك( ُل ْن َع ْي ذ َ ْسأ ِر ُّٕ َها ُكا ً َخا َر َّاٍ الب‬ َٔ ‫ًّٔو‬ َ ?‫ ا ْ َكا َى َُِل ْن َز ْر ٌع‬- ‫اَل‬
ِ٘ . ّ ‫ أ َج ٍل ُه َس‬:‫ق َ َل‬
Abdurrahman Ibnu Abza dan Abdullah Ibnu Aufa Radliyallaahu 'anhu berkata: Kami
menerima harta rampasan bersama Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam Dan datanglah
beberapa petani dari Syam, lalu kami beri pinjaman kepada mereka berupa gandum, sya'ir,
dan anggur kering -dalam suatu riwayat- dan minyak untuk suatu masa tertentu. Ada orang
bertanya: Apakah mereka mempunyai tanaman? Kedua perawi menjawab: Kami tidak
menanyakan hal itu kepada mereka. (HR. Bukhari).
Abdullah bin Abu Mujalid r.a. berkata, Abdullah bin Syadad bin Haad pernah berbeda
pendapat dengan Abu Burdah tentang salaf. Lalu mereka utus saya kepada Ibnu Abi
Aufa.Lantas saya tanyakan kepadabya perihal iti.Jawabnya.”Sesungguhnya pada masa
Rasulullah Saw. pada masa Abu Bakar, pada masa Umar, kami pernah mensalafkan gandum,
sya’ir, buah anggur, dan kurma. Dan saya pernah pula bertanya kepada Ibnu Abza, jawabnya
pun seperti itu juga.”(Bukhari).
Dari berbagai landasan di atas, jelaslah bahwa akad salam diperbolehkan sebagai kegiatan
bemuamalah sesama manusia.
Hadis Nabi riwayat Nasa’i, Abu Dawud, Ibu Majah, dan Ahmad:
ُ ‫وبَتَهُ َو ُع‬
ْ‫ق ِح ُّل ِع ْر َضهُ ِ ِجد يُ َوا ْ ُّي ال َل‬
Artinya : “Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan
harga diri dan pemberian sanksi kepadanya.” Ibbnu Abbas ra meriwayatkan bahwa ketika
Rasulullah SAW tiba di kota Madinah. Beliau mendapat penduduknya telah melakukan
praktik salam.; memesan barang untuk jangka waktu satu sampai dua tahun.
c. Dalil
Ijma’ Ibnu Mundzir mengatakan bahwa semua Ulama sepakat bahwa salam hukumnya boleh
dilakukan. Dalam mausu’ah al-Um, Imam Syafi’I berkata mengenai Ijma’ Ulama tentang
kebolehan salam sebagai berikut: “….. salaf / salam boleh sesuai dengan sunnah Rasulullah
SAW , dan tidak ada perbedaan di kalangan para Ulama sebagaimana saya ketahui”.
2. JENIS SALAM
Ada dua jenis akad salam yaitu salam dan salam paralel. Berikut ini skema dan penjelasan
mengenai kedua akad tersebut :
 Salam
Menurut Yaya Rizal (2014;206), salam adalah pembelian barang yang pembayarannya
dilunasi dimuka, sedangkan penyerahan barang dilakukan dikemudian hari. Akad salam
ini digunakan untuk memfasilitasi pembelian suatu barang (biasanya barang hasil
pertanian) yang memerlukan waktu memproduksinya.
 Salam paralel
Menurut suwiknyo (2010;45), bank syariah dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual
dalam suatu transaksi salam. Jika bank syariah bertindak sebagai penjual kemudian
memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam
paralel. Ketentuan salam paralel yaitu : akad bank syariah dan petani terpisah akad bank
syariah dengan pembeli.
3. RUKUN SALAM
Dalam melakukan jual beli salam, maka harus dipenuhi beberapa rukun. Adapun rukun jual
beli Salam menurut Wahbah Az-Zuhaily yaitu :
a. Muslam atau pembeli
b. Muslam Ilayhi atau penjual
c. Modal atau uang
d. Muslam Fihi atau barang
e. Sighot atau ucapan
Adapun rukun jual beli salam menurut jumhur ulama, selain hanafiyah, terdiri atas :
a. Orang yang berakad harus baligh dan berakal.
b. Objek jual beli salam, yaitu barang yang dipesan harus jelas ciri-cirinya, waktu harus jelas,
dan harganya harus jelas serta diserahkan diwaktu akad.
c. Ijab dan Qabul.
Ijab menurut Hanafiah, Malikiyah, dan Hanabilah menggunakan lafal salam dan ba’i . seperti
ucapan pemesan “saya pesan barang ini” kemudian di jawab oleh pihak lain yang dimintai
pesanan “saya terima pesanan itu”. Akan tetapi, menurut Imam Zufar dan Syafi’iyah, salam
tidak sah kecuali menggunakan lafal salam atau salaf. Untuk lafal ba’i dikalangan Syafi’iyah
ada dua pendapat, sebagian lagi mengatakan boleh (sah), karena salam merupakan salah satu
bagian dari jual beli.
4. SYARAT SALAM
Ulama yang bersepakat bahwa salam diperbolehkan denga syarat sebagai berikut:
1. Jenis objek jual beli salam harus jelas.
2. Sifat objek jual beli salam harus jelas.
3. Kadar atau ukuran objek jual beli salam harus jelas.
4. Jagka waktu pemesanan objek jual beli salam harus jelas.
5. Asumsi modal yang dikeluarkan harus diketahui masing-masing pihak.
KHES Pasal 103 ayat 1-3 menyebutkan syarat salam sebagai berikut:
1. Jual beli salam dapat dilakukan dengan syarat kuantitas dan kualitas sudah jelas.
2. Kuantitas barang dapat diukur dengan takaran atau timbangan dan atau meteran.
3. Spesifikasi barang yang dipesan harus diketahui secara sempurna oleh para pihak.
Dikutip dari buku Al-Fiqih al-Islami pegarang Wahbah Zuhaili Persyaratan salam, khususnya
syarat modal dan barang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Syarat Modal
Modal dalam salam harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Harus jelas jenisnya, misalnya satuan rupiah, doalr atau amta uang lainnya bila modal
berupa uang tunai; bisa juga barang yang bernilai dan terukur, misalnya satuan kilo gram atau
satuan meteran dan sejenisnya bila modal berupa barang.
b. Harus jelas macamnya, bila dalam suatu negara terdiri dari beberapa mata uang. Bila modal
berupa barang, misalnya beras, harus jelas beras jenis apa.
c. Harus jelas sifat dan kualitasnya, baik sedang atau buruk, ketiga syarat ini untuk
menghindari ketidak jelasan modal yang diberikan pembeli kepada penjual, sehingga
mencegah terjadinya perselisihan di antara penjual dan pembeli.
d. Harus jelas kadar modal bila modal memang suatu yang berkadar. Hal ini tidak cukup
dengan isyarat, harus jelas dan eksplisit.
e. Modal harus segera diserahkan dilokasi akad atau transaksi sebelum kedua belah pihak
berpisah, apabila kedua belah pihak berpisah sebelum pemesanan memberikan modal, maka
akad dianggap rusak dan tidak sah.
2. Syarat barang yang dipesan.
Barang yang menjadi objek jual beli salam harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Harus jelas jenisnya, seperti beras, jagung dan sejenisnya.
b. Harus jelas macamnya, seperti beras rojo lele, pandan wangi dan sejenisnya.
c. Harus jelas sifat dan kualitasnya, seperti Beras IR yang bagus, sedang atau yag berkualitas
rendah.
d. Harus jelas kadarnya, seperti dalam satuan kilo gram, takaran, centi meter, bilangan atau
satuan ukuran-ukuran lainnya.
e. Barang tidak dibarter dengan jenis barang sejenis yang akan menyebabkan terjadinya riba
fadl.
f. Barang yang dipesan harus dapat dijelaskan spesifikasinya, apabila barang tidak dapat
dijelaskan spesifikasinya, seperti mata uang rupiah atau dirham, maka salam tidak sah.
g. Penyerahan barang harus diwaktu kemudian, tidak bersamaan dengan penyerahan harga
pada saat terjadinya akad, bila barang diserahkan langsung maka tidak disebut salam, akan
tetapi jual beli biasa, menurut ulama Hanafiyah jangka waktu salam adalah sekitar satu bulan,
sementara meurut Malikikyah sekitar setengah bulan atau 15 hari, karena jangka waktu
tersebut yang umum terjadi pada pemesanan barang.
h. Kadar objek akad dalam salam harus jelas dan pasti, karena kedua belah pihak atau salah
satunya.
i. Tempat penyerahan barang harus jelas, ini adalah persyaratan menurut Hanafiyah.
j. Objek akad salam atau barang yang diperjual belikan merupakan barang yang dapat
dijelaskan sifat, jenis, kadar, macam dan kualitasnya.
5. CONTOH KASUS SALAM
Soal akuntansi transaksi salam dan salam paralel terjadi pada PT Masraffi yang mengajukan
pinjaman modal kerja sebesar Rp 62.000.000 yang akan menghasilkan produk dengan harga
Rp 5.250. Setelah perkerjaan selesai ternyata penjual dapat menjual barang dengan harga Rp
5.725. Berapakah keuntungan yang diperoleh penjual?

Cara menghitung keuntungan dalam akuntansi transaksi salam tetap mempertimbangkan


harga jual sesuai perjanjian. Adapun perhitungan akuntansi transaksi salam dapat dilakukan
dengan metode:

Modal Kerja DibutuhkanRp 6.200.000


Jumlah yang Didapatkan 1.181
Harga Jual Rp 5.725
Jumlah Barang Pesanan Rp 6.760.952
Laba Salam Rp 560.952

Perbedaan Antara Jual Beli Salam


Dengan Jual Beli Biasa Semua syarat-syarat dasar suatu akad jual beli biasa masih tetap ada
pada jual beli salam. Namun ada beberapa perbedaan antara keduanya. Misalnya:
a. Dalam jual beli salam, perlu ditetapkan periode pengiriman barang, yang dalam jual beli
biasa tidak perlu.
b. Dalam jual beli salam, komoditas yang tidak dimiliki oleh penjual dapat dijual, yang mana
dalam jual beli biasa tidak boleh dijual.
c. Dalam jual beli salam, hanya komoditas yang secara tepat dapat ditentukan kualitas dan
kuantitasnya dapat dijual, yang dalam jual beli biasa, segala komoditas yang dapat dimiliki
bisa dijual,kecuali yang dilarang oleh Al-Qur’an dan Hadist.
d. Dalam jual beli salam, pembayaran harus dilakukan ketika membuat kontrak,yang mana
dalam jual beli biasa pembayaran dapat ditunda atau dapat dilakukan ketika pengiriman
barang berlangsung.
Berakhirnya Akad Salam
Hal-hal yang membatalkan akad salam adalah:
a. Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan.
b. Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad.
c. Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, dan pembeli memilih untuk menolak atau
membatalkan akad
Hikmah Akad Salam
Allah SWT mensyari’atkan jual beli sebagai suatu kelapangan, kebebasan dan keluasan bagi
hamba-Nya. Hal ini disebabkan terutama manusia sebagai individu mempunyai kebutuhan
yang berbeda-beda, berupa sandang dan pangan maupun kebutuhan lainnya. Kebutuhan
seperti ini tidak akan pernah berhenti selagi manusia masih hidup. Tidak seseorangpun yang
dapat memenuhi kebutuhan hidup secara peribadi melainkan harus berhubungan dengan
individu yang lain.
Dalam hal ini pertukaran merupakan suatu aspek yang sangat penting dari muamalah untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Diantara hikmah di bolehkannya Bai’as-Salam adalah:
a. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, karena manusia tidak akan dapat hidup tanpa bantuan
orang lain, terutama untuk memenuhi kebutuhan segera dari penjual. Jika harga tidak dibayar
penuh oleh pembeli, tujuan dasar dari transaksi ini tidak terpenuhi.
b. Untuk memenuhi hubungan baik sesama manusia, baik secara peribadi maupun secara
bermasyarakat dan juga didalam berbangsa dan bernegara. Dengan adanya jual beli salam
tercipta solidaritas sosial sehingga mereka saling mengenal dan membantu.
c. Selain itu, salam bermanfaat bagi penjual karena mereka menerima pembayaran di muka.
Salam juga bermanfaat bagi pembeli karena pada umumnya harga dengan akad salam lebih
murah dari pada harga dengan akad tunai.
d. Manfaat transaksi salam bagi pembeli adalah adanya jaminan memperoleh barang dalam
jumlah dan kualitas tertentu pada saat ini membutuhkan dengan harga yang disepakati di
awal. Sementara manfaat bagi penjual adalah diperolehnya dana untuk melakukan aktivitas
produksi dan memenuhi sebagian kebutuhan hidupnya.
e. Membantu kelancaran perdagangan import dan eksport antar suatu Negara dengan Negara
lainnya. Karena peraktek jual beli as-salam di dunia modern pada saat ini semakin
berkembang, khususnya antar Negara (import dan eksport). Oleh sebab itu, jual beli salam
yang disyari’atkan Islam amat sesuai diterapkan dalam masyarakat, sehingga perselisihan
boleh dihindari sekecil mungkin. Demikianlah antara lain hikmah bolehnya jual beli salam
dilaksanakan dengan tujuan agar hamba-hamba-Nya senantiasa dapat berusaha
(bermuamalah) sesuai dengan apa yang diperintahkan-Nya dan terhindar dari segala
kemaslahatan.
Peranan Ekonomi Bai’ Salam
Penjualan tertangguh dalam bentuk Salam diperbolehkan oleh Shariah dengan struktur yg
bebas dari riba, gharar dan eksploitasi dari satu pihak terhadap pihak yang lain. Ini adalah
berdasarkan kebutuhan asli bisnis tersebut yang bermanfaat bagi penjual dan pembeli. Penjual
akan mendapatkan uang yang diperlukan dan sebagai tukaran terhadap tanggungan mereka
harus mengirim barang kemudian (waktu akan datang) (Zubaidi dkk, 2009).
Jadi, keuntungan yang diperoleh oleh penjual melalui penjualan Salam adalah meliputi tunai
atau kebutuhan likuiditas bagi pengeluaran pribadi atau untuk produksi kegiatan perdagangan.
Pembeli akan mendapatkan barang yang diinginkannya pada waktu yang telah ditetapkan.
Pembeli akan memperoleh keuntungan dari harga yang murah karena kebiasaan harga dari
transaksi Salam adalah lebih murah dari harga pasar. Dengan cara ini, pembeli akan
dilindungi dari fluktuasi harga barang tersebut (Zubaidi dkk, 2009).
Dari sudut pandang petani, Bai "al-Salam adalah satu langkah yang terbaik dibandingkan
membuat pinjaman dengan suku bunga yang dikenakan karena hal ini tidak akan
meningkatkan biaya dan menyelamatkan mereka dari kesusahan dan terlibat dengan risiko
pasar. Adalah menjadi satu ketidakpastian apakah lembaga Bai "alSalam membawa
perubahan dalam perannya sebagai perantara bagi ekonomi pedesaan. Meskipun, ia membuka
ruang untuk hubungan langsung antara petani dan pedagang di kota, yang pada umumnya
sebagai penyedia dana (Zubaidi dkk, 2009).
Oleh karena pembeli di pasar bebas sering memilih untuk membeli pada harga yang akan
memberikan hasil yang baik ketika barang tersebut dijual kembali pada tanggal yg ditetapkan
dan pada musim membekal, Bai "al-Salam dapat membuktikan satu cara yang efektif untuk
menyeimbangkan harga pada tingkat menengah menjelang periode permintaan jatuh. Karena
Shariah tidak mengizinkan penjualan barang secara Salam sebelum barang-barang tersebut
dikonversi milik pembeli, harga harus dipelihara dari rentan kepada spekulatif dan
menstabilkannya pada level yang rendah. Sebaliknya, pembiayaan produksi atau bangunan
yang dibiayai melalui pinjaman dengan suku bunga akan meningkatkan biaya produksi secara
langsung. Peningkatan ini akan terus melonjak dengan transaksi spekulasi dalam harapan
cepat pada musim perdagangan (Zubaidi dkk, 2009).

Anda mungkin juga menyukai