MAKALAH AS-SALAM
MAKALAH
EKONOMI PERBANKAN DAN SYARIAH
“AS-SALAM”
Dosen Pembimbing:
Novi Diana Badrut T. SP.,MP.
Disusun Oleh:
DAFTAR ISI
Contents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SALAM
B. SUMBER HUKUM
C. RUKUN DAN KETENTUAN SALAM
D. BERAKHIRNYA AKAD SALAM
E. JENIS – JENIS SALAM
F. PENGAWASAN SYARIAH TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL
G. KEUNTUNGAN DAN MANFAAT AKAD SALAM
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salam adalah salah satu jenis akad jual beli, dimana pembeli membayar terlebih
dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan kuantitasnya jelas sedangkan barangnya baru
akan diserahkan pada saat tertentu dikemudian hari. Dengan demikian, akad salam dapat
membantu produsen dalam penyediaan modal sehingga ia dapat menyerahkan produk sesuai
dengan kesepakatan. Sebaliknya, pembeli dapat jaminan memperoleh barang tertentu pada
saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya diawal.Akad salam biasanya
digunakan untuk pemesanan barang pertanian.
Akad salam ini digunakan untuk memfasilitasi pembelian suatu barang (biasanya
barang hasil pertanian) yang memerlukan waktu untuk memproduksinya. Adapun terdapat
dua jenis salam, yaitu salam itu sendiri dan salam paralel. Salam paralel merupakan jual beli
barang yang melibatkan dua transaksi salam, dalam hal ini transaksi salam pertama dilakukan
antara nasabah dan bank, sedangkan transaksi salam kedua dilakukan antara bank dengan
petani atau pemasok. Penerapan transaksi salam dalam dunia perbankan masih sangat
minim bahkan sebagian besar bank syariah tidak menawarkan skema transaksi ini. Hal ini
dapat dipahami karena persepsi masyarakat yang sangat kuat bahwa bank, termasuk bank
syariah merupakan institusi untuk membantu masyarakat jika mengalami kendala liquiditas.
Dengan demikian, ketentuan salam yang mensyaratkan pembayaran dimuka merupakan suatu
hal yang masih sulit diaplikasikan.
Kendati demikian, skema transaksi ini tetap potensial dikembangkan di Indonesia
seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah untuk mengembangkan sektor pertanian.
Secara khusus, jika pemerintah terlibat dalam upaya mengembangkan kemampuan akses
pendanaan petani, penggunaan skema salam relatif lebih cepat dan lebih menguntungkan
dibanding skema lainnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian salam ?
2. Bagaimana sumber hukum dari akad salam?
3. Bagaimana rukun dan ketentuan dari akad salam ?
4. Kapan berakhirnya akad salam?
5. Apa jenis – jenis akad salam?
6. Bagaimana pengawasan syariah terhadap transaksi akad salam?
7. Apakah keuntungan dan manfaat akad salam?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian salam
2. Untuk mengetahui dalil-dalil (sumber hukum) mengenai pelaksanaan akad salam
3. Untuk mengetahui rukun-rukun dan ketentuan akad salam
4. Untuk mengetahui penyebab berakhirnya akad salam
5. Untuk mengetahui jenis-jenis akad salam
6. Untuk mengetahui pengawasan syariah terhadap akad salam
7. Untuk mengetahui keuntungan dans manfaat akad salam
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SALAM
Salam berasal dari kata As-salaf yang artinya pendahuluan karena pemesan barang
menyerahkan uangnya di muka. Para fuqaha menamainya al-mahawi’ij “barang-
barang mendesak” karena sejenis jual beli yang dilakukan mendesak walaupun barang yang
di perjualbelikan tidak ada ditempat. ”Mendesak” dilihat dari sisi pembeli, ia sangat
membutuhkan barang tersebut di kemudian hari sementara dari sisi penjual, ia sangat
membutuhkan uang tersebut. Salam juga dapat didefenisikan sebagai pembelian barang yang
diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayarannya dilakukan di muka.
PSAK 103 mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang pesanan (muslam fiih)
dengan pengiriman dikemudian hari oleh penjual (muslam ilaihi)
dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai
dengan syarat-syarat tertentu. Salam berbeda dengan transaksi ijon, dalam ijon barang yang
dibeli tidak diukur atau ditimbang secara jelas dan spesifik. Demikian juga penetapan harga
beli, sangat bergantung kepada keputusan sepihak.
Contoh akad salam, pembeli memesan beras tipe IR36 sebanyak 2 ton dengan harga
Rp5.000 per kg dan diserahkan 4 bulan ke depan atau pada waktu panen, dibayar di muka.
Sedangkan transaksi ijon, pembeli memesan 1 hektar padi ( akad terjadi pada saat padi belum
siap dipanen ) dengan harga Rp5 juta. Apabila ternyata padi terserang hama sehingga tidak
dapat dipanen atau menghasilkan lebih sedikit dari 2 ton gabah, maka pembeli akan rugi
(asumsi harga per kg gabah Rp2.000 ), sebaliknya jika hasilnya 5 ton, maka petani akan
merugi
B. SUMBER HUKUM
Sumber hukum transaksi salam terdapat dalam Al-Qur’an, Al-Hadits, dan ijma’.
1. Al-Quran
ۚس ًّمى أَ َج ٍل إِلَى ي ٍْن ِب َدتَدَايَ ْنت ُ ْم إِذَا آ َمنُوا الَّ ِذينَ أَيُّهَا يَا
َ فَا ْكتُبُوهُ ُم
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya....”(QS. Al-Baqarah:282)
2. Al-Hadits
َسنَة َّ س ِلفُونَ فِي اَلثِ َم ِار اَلْ ُ َو ُه ْم ي,َ َق ِد َم اَلنَّبِي صلى هللا عليه وسلم ا َ ْل َمدِينَة:َ قَال-ع ْن ُه َما َّ َ َر ِض َي- اس
َ ُّللَا ٍ َّعب
َ ع َِن اِب ِْن
.علَ ْي ِه
َ ق ٌ َوم ) ُمتَّف ٍ ُ إِلَى أ َ َج ٍل َم ْعل,ومٍ ُ َو َو ْز ٍن َم ْعل,وم
ٍ ُف فِي َك ْي ٍل َم ْعل ْ ُف فِي ت َ ْم ٍر فَ ْلي
ْ س ِل ْ َ ( َم ْن أ:َ فَ َقال,سنَتَي ِْن
َ َسل َّ َوال
ٍف فِي ش َْيء ْ َ َم ْن أ:َِو ِل ْلبُ َخ ِاري
َ َسل
Ibnu Abbas berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam datang ke Madinah dan
penduduknya biasa meminjamkan buahnya untuk masa setahun dan dua tahun. Lalu
beliau bersabda: "Barangsiapa meminjamkan buah maka hendaknya ia
meminjamkannya dalam takaran, timbangan, dan masa tertentu." Muttafaq Alaihi.
Menurut riwayat Bukhari: "Barangsiapa meminjamkan sesuatu
“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh muqaradhah
(mudharabah) dan bercampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah buah untuk di
jual.” (HR. Ibnu Majah)
c. Ijma’
Mengutip dari perkataan Ibnu Mundzir yang mengatakan bahwa, semua ahli ilmu
(ulama) telah sepakat bahwa jual beli salam diperbolehkan, karena terdapat kebutuhan dan
keperluan untuk memudahkan urusan manusia.
Dari berbagai landasan di atas, jelaslah bahwa akad salam diperbolehkan sebagai
kegiatan bemuamalah sesama manusia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Salam merupakan transaksi jual beli yang dilakukan dengan cara memesan barang
kepada penjual yang dibayar di muka atau pada saat akad, namun penyerahan barangnya
dilakukan kemudian dengan kesepakatan yang telah ditentukan kedua belah pihak.
Praktik akad salam ini sangat menguntungkan, terutama dalam praktik pemesanan
barang pertanian. Dalam Praktik ini penjual atau petani mendapatkan modal uang untuk
menjalankan usahanya atau pengolahan pertaniannya. Disamping itu pembeli juga
mendapatkan barang yang diinginkan pada waktu yang di butuhkan.
B. SARAN
Dalam menjalankan praktik salam tentu harus diperhatikan rukun dan ketentuan-
ketentuanya agar tidak terjadi transaksi salam yang gharar, yang dapat merugikan salah satu
pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, M.S. 2001. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik. Gema Insani. Jakarta.
Huda, N., Mohammad, H. 2010. Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis. Kencana.
Jakarta.
file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND.../BAB_XIV-1.pd. Diakses tanggal 16 April 2015
http://scarmakalah.blogspot.com/2013/01/salam-dan-istishna_1666.html. Diakses tanggal 16 April
2015.
http://pendidikan-dan-teknologi.blogspot.com/2012/04/jual-beli-salam.html. Diakses tanggal 16 April
2015.