PENDAHULUAN
Latar Belakang
Definisi salam dalam PSAK 103 : Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam
fiih) dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya
dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat
tertentu.
Salam merupakan salah satu jenis akad jual beli, dimana pembeli membayar terlebih dahulu
atas suatu barang yang spesifikasi dan kuantitasnya jelas sedangkan barangnya baru akan
diserahkan pada saat tertentu dikemudian hari. Dengan demikian, akad salam dapat
membantu produsen dalam penyediaan modal sehingga ia dapat menyerahkan produk sesuai
dengan yang telah dipesan sebelumnya. Sebaliknya, pembeli dapat jaminan memperoleh
barang tertentu, pada saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya diawal. Akad
salam biasanya digunakan untuk pemesanan barang pertanian. Ba’i as salam, atau biasa
disebut dengan salam, merupakan pembelian barang yang pembayarannya dilunasi dimuka,
sedangkan penyerahan barang dilakukan dikemudian hari. Akad salam ini digunakan untuk
memfasilitasi pembeliaan suatu barang (biasanya barang hasil pertanian) yang memerlukan
waktu untuk memproduksinya.Adapun salam paralel merupakan jual beli barang yang
melibatkan dua transaksi salam, dalam hal ini transaksi salam pertama dilakukan antara
nasabah dan bank, sedangkan transaksi salam kedua dilakukan antara bank dengan petani
atau pemasok. Dengan demikian, skema transaksi ini tetap potensial dikembangkan di
Indonesia seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah untuk mengembangkan sektor
pertanian. Secara khusus, jika pemerintah terlibat dalam upaya mengembangkan kemampuan
akses pendanaan petani, penggunaan skema salam relatif lebih cepat dan lebih
menguntungkan dibanding skema lainnya
1
BAB II
PEMBAHASAN
Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan penangguhan pengiriman
oleh muslam ilaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum
barang pesanan tersebut diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu (Wiroso, 2010). Bank
dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika bank
bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang
pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.
Dalam Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh
Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia mengemukakan :
a) Salaf dalam fiqh mu amalah merupakan istilah lain untuk akad bai as-salam. Bai
assalam adalah jual beli barang yang diserahkan di kemudian hari sementara pembayaran
dilakukan di muka.
b) Salam adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran dilakukan
di muka, dengan syarat-syarat tertentu.
c) Salam Paralel adalah dua transaksi bai as-salam yang dilakukan oleh para pihak
secara simultan.
Beberapa istilah dan pengertian yang terkait dengan Akuntansi Salam, dinyatakan
dalan PSAK 103 tentang akuntansi salam sebagai berikut :
a. Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan pengiriman di
kemudian hari oleh muslam illaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada
saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
b. Nilai wajar adalah suatu jumlah yang dapat digunakan untuk mengukur aset yang
dapat dipertukarkan melalui suatu transaksi yang wajar yang melibatkan pihak-pihak yang
berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai.
Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa sebelum barang diserahkan kepada
pemesan (karena masih dalam proses produksi) harga barang harus dibayar lunas oleh
pemesan atau pembeli. Harga barang yang dibayar seluruhnya diawal merupakan bantuan
modal kepada produsen untuk memproduksi barang, oleh karena itu transaksi salam
terkandung unsur.
2
Landasan Dasar Syariah dari Salam.
Landasan Syari’ah
Landasan syari’ah transaksi ba’i as-salam terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Al-Qur’an
َ يَأ َ يُّ َها الَّ ِذ يْن ا َ َمنُ ْوا إِذَا تَدَايَ ْنت ُ ْم بِدَي ٍْن اِلَى اَ َج ٍل ُّم
.........ُس َّمى فَا ْكتُب ُْوه
“ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk
Al-Hadits
penduduknya melakukan salaf (salam) dalam buah-buahan (untuk jangka waktu) satu, dua, dan
“Barang ssiapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan dengan takaran
yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.”
3
Karateristik dan Syarat-Syarat dari akad Islam
1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya,baik berupa uang , barang, atau
manfaat.
2. Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati.
3. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.
Dibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat akad kedua terpisah dari dan tidak
berkaitan dengan akad pertama .
1. Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan jumlah
yang telah disepakati.
2. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi, Penjual tidak
boleh meminta tambahan harga.
3. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih rendah, dan pembeli rela
menerimanya, maka ia tidak boleh menuntut pengurangan harga (diskon).
4. Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati,dan ia tidak
boleh menuntut tambahan harga.
5. Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu penyerahaan,atau
kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka ia memiliki dua
pilihan :
a) Membatalkan kontrak dan meminta kembali uangnya.
b) Menunggu sampai barang tersedia.
Pada dasarnya pembatalan salam boleh dilakukan, selama tidak merugikan kedua
belah pihak .sedangkan dalam PSAK103 tentang Akuntansi Salam, diejelaskan karateristik
salam sebagai berikut :
4
1. Parallel Lembaga keuangan syariah dapat bertindak sebagai pembeli dan atau penjual
dalam suatu transaksi salam. Jika lembaga keuangan syariah bertindak sebagai
penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan
dengan cara salam maka hal ini disebut SALAM PARALLEL
Salam paralel dapat dilakukan dengan syarat :
a) Akad antara lembaga keuangan syariah(pembeli) dan produsen(penjual) terpisah
dari akad antara lembaga keuangan syariah(penjual) dan pembeli akhir, dan
b) Kedua akad tidak saling bergantung(ta’alluq).
2. Komitmen Dalam akad salam, harga barang pesanan yang sudah disepakati tidak
dapat berubah selama jangka waktu akad. Apabila barang yang dikirim tidak sesuai
dengan ketentuan yang telah disepakati sebelumnya, maka pembeli boleh melakukan
khiar yaitu memilih apakah transaksi dilanjutkan atau dibatalkan.
Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal
akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat dirubah selama jangka waktu akad.
Dalam hal bertindak sebagai pembeli, lembaga keuangan syariah dapat meminta
jaminan kepada penjual untuk menghindari risiko yang merugikan.
3. Hikmah Manfaat transaksi salam bagi pembeli adalah adanya jaminan memperoleh
barang dalam jumlah dan kualitas tertentu pada saat ia membutuhkan dengan harga
yang disepakatinya di awal. Sementara manfaat bagi penjual adalah diperolehnya
dana untuk melakukan aktivitas produksi dan memenuhi sebagian kebutuhan
hidupnya.
4. Unsur Kesepakatan Harga, spesifikasi, karakteristik, kualitas, kuantitas dan waktu
penyerahan aset yang dipesan sudah ditentukan dan disepakati ketika akad terjadi.
Barang pesanan harus diketahui karateristik secara umum yang meliputi : jenis
spesifikasi teknis, kualitas dan kuantitasnya. Barang pesanan harus sesuai dengan
karateristik yang telah disepakati oleh penjual dan pembeli . Jika barang pesanan yang
dkirimkan salah atau cacat maka penjual harus bertanggungjawab atas kelalaiannya.
5. Pelunasan Alat pembayaran harus diketahui jumlah dan bentuknya, berupa
kas,barang atau manfaat. Pelunasan harus dilakukan pada saat akad disepakati dan
tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang penjual atau penyerahaan piutang
pembeli dari pihak lain.
6. Motivasi Transaksi salam dilakukan karena pembeli berniat memberikan modal kerja
terlebih dahulu untuk memungkinkan penjual(produsen) memproduksi barangnya,
barang yang dipesan memiliki spesifikasi khusus,atau pembeli ingin mendapatkan
kepastian dari penjual. Transaksi salam diselesaikan pada saat penjual menyerahkan
barang kepada pembeli.
7. Tanggung Jawab Jika barang pesanan salah / cacat, maka penjual harus
bertanggungjawab atas kelalaiannya.
5
PANDANGAN DAN KRITERIA SALAM PARALLEL
Pandangan Beberapa ulama kontemporer melarang transaksi salam paralel terutama jika
perdagangan dan transaksi itu dilakukan terus menerus. Hal demikian dapat menjurus kepada
riba. Paralel salam dibolehkan asalkan eksekusi kontrak salam kedua tidak tergantung pada
eksekusi kontrak yang pertama.
Skema Salam
Barang yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi. Tetapi penjual akan menyerahkannya
dikemudian hari setelah pembeli melakukan pembayaran di muka.
Keterangan:
1. Pembeli dan penjual menyepakati akad salam.
2. Pembeli membayar kepada penjual.
3. Penjual menyerahkan barang.
6
SKEMA SALAM PARALEL
Syarat:
a. Salam Parallel terjadi karena penjual tidak memiliki barang sehingga harus membeli
dari suplier.
b. Akad salam pertama (a) terpisah atau tidak tergantung dengan akad salam pertama.
Keterangan:
1. Pembeli dan penjual menyepakati akad salam.
2. Pembeli membayar kepada penjual.
3. Penjual menyerahkan barang.
RUKUN SALAM
1. PELAKU Pembeli dan penjual
2. OBYEK AKAD barang yang akan diserahkan dan modal salam yang
berbentuk harga
3. IJAB KABUL
7
Ketentuan- Ketentuan dalam Akuntansi Salam
Ketentuan syar’I transaksi salam diatur dalam Fatwa DSN Nomor 05/DSN-MUI/IV/2000
tentang Jual Beli Salam. Fatwa tersebut mengatur tentang ketentuan pembayaran, barang,
salam parallel, waktu penyerahan, dan syarat pembatalan kontrak. Ketentuan-ketentuan
tersebut akan dibahas dalam aspek rukun dan syarat salam berikut.
1 Rukun Salam
a. Muslam (Pembeli atau pemesan)
b. Muslam Ilaih (Penjual atau penerima pesanan)
c. Muslam fih ( Barang yang di pesan)
d. Ra’s al-mal ( Harga pesanan/ modal yang dibayarkan)
e. Shighat ijab qabul (ucapan serah terima)
2 Syarat Salam
a. Syarat Aqidain : Muslam (pembeli atau pemesan) dan syarat Muslam Ilaih ( penjual atau
penerima pesanan).
1) Harus cakap hukum (Berakal dan dapat membedakan)
2) Suka rela, tidak dalam keadaan dipaksa/terpaksa/ dibawah tekanan.(M.Yazid Afandi,
M.Ag.,2009:162)
b. Syarat Ra’s al mal (dana yang dibayarkan atau modal)
1) Jenis dan Jumlah Modal harus diketahui.
2) Berbentuk tunai. Para ulama berbeda pendapat soal pembayaran berbentuk aset
perdagangan. Beberapa ulama menganggapnya boleh.
3) Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung, tidak boleh utang atau sebagai
pelinasan utang. Hal ini untuk mencegah praktek riba melalui mekanisme salam.
c. Syarat Muslam fih (barang yang dipesan)
1) Ditentukan dengan sifat-sifat tertentu, jenis, kualitas dan jumlahnya.
2) Harus bisa diidentifikasi secara jelas untuk mengurangi kesalahan akibat kurangnya
pengetahuan tentang macam barang tersebut, tentang klasifikasi kualitas serta mengenai
jumlahnya.
3) Penyerahan barang dilakukan dikemudian hari.
4) Tempat penyerahan barang harus disepakati oleh pihak-pihak yang berakad.
5) Para ulama melarang penggantian barang yang dipesan (Muslam fih) dengan barang
lainnya. Penggantian ini tidak diperkenankan, karena meskipun beum diserahkan, barang
tersebut tidak lagi milik Muslam alaih (penjual), tetapi sudah milik pemesan. Bila barang
8
tersebut digant dengan barang yang memiliki sfesifikasi dan kualitas yang sama, meskipun
sumbernya berbeda, para ulama membolehkannya.
6) Satu jenis (tidak bercampur dengan jenis yang lain)
7) Barang yang sah diperjual belikan.
d. Syarat Ijab Qabul
1) Harus jelas disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad.
2) Antara ijab dan qabul harus selaras baik dalam spesifikasi barang maupun harga yang
disepakati.
3) Tidak mengandung hal-hal yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi
pada kejadian yang akan datang.
4) Akad harus pasti, tidak boleh ada khiyar syarat. (M.Yazid Afandi, M.Ag.,2009:163-
164).
9
Ringkasan Tahapan Akad Salam dan Salam Parallel Menurut SOP Bank Syariah.
a. Adanya permintaan barang tertentu dengan spesifikasi yang jelas, oleh nasabah pembeli
kepada bank syariah sebagai penjual.
b. Wa’ad nasabah untuk membeli barang dengan harga dan waktu tangguh pengiriman barang
yang disepakati.
c. Mencari produsen yang sanggup untuk menyediakan barang dimaksud (sesuai batas waktu
yang disepakati dengan harga yang lebih rendah)
d. Pengikatan I antara bank sebagai penjual dan nasabah pembeli untuk membeli barang dengan
spesifikasi tertentu yang akan diserahkan pada waktu yang telah ditentukan
e. Pembayaran oleh nasabah pembeli dilakukan sebagian diawal akad dan sisanya sebelum
barang diterima (atau sisanya disepakati untuk diangsur)
f. Pengikatan II antara bank sebagai pembeli dan nasabah produsen untuk membeli barang
dengan spesifikasi tertentu yang akan diserahkan pada waktu yang telah ditentukan.
h. Pembayaran dilakukan segera oleh bank sebagai pembeli kepada nasabah produsen pada saat
pengikatan dilakukan.
i. Pengiriman barang dilakukan langsung oleh nasabah produsen kepada nasabah pembeli pada
waktu yang di tentukan.
10
Standar Akuntansi Salam dalam PSAK No.59 tentang Akuntansi Bank Syariah
Pengakuan dan Pengukuran Salam. PAR 69-80.
1. Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan penangguhan pengiriman
oleh muslam ilaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum
barang yang dipesan tsb diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu .
Barang yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi. Tetapi penjual akan
menyerahkannya dikemudian hari setelah pembeli melakukan pembayaran di muka.
Keterangan:
(1) Pembeli dan penjual menyepakati akad salam.
(2) Pembeli membayar kepada penjual.
(3) Penjual menyerahkan barang.
2. Salam parallel berarti melaksanakan dua transaksi bai’ as-salam antara bank dengan
nasabah, dan antara bank dan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya.( (Muhammad
Syafi’I Antonio, 2001:110)
3. Bank dapat bertindak sebagai pembeli (muslam) atau penjual dalam suatu transaksi salam.
Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan
barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam pararel, yaitu dilakukan dengan
syarat:
a. Akad kedua antara bank dan pemasok terpisah dari akad pertama antara bank dan pembeli
akhir
b. Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.
Syarat:
1) Salam Parallel terjadi karena penjual tidak memiliki barang sehingga harus membeli dari
suplier.
2) Akad salam pertama ( 1a) terpisah atau tidak tergantung dengan akad salam pertama (1).
Keterangan:
1) Pembeli dan penjual menyepakati akad salam.
2) Pembeli membayar kepada penjual.
3) Penjual menyerahkan barang.
c. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad.
Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Dalam hal
bank bertindak sebagai pembeli, bankb syariah dapat meminta jaminan kepada nasabah untuk
menghindari risiko yang merugikan bank.
11
d. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi
teknis, kualitas, dan kuantitasnya. Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah
disepakati antara pembeli dan penjual. Jika barang pesanan yang dikirimkan salah atau cacat
maka penjual harus bertanggung jawab atas kelalaiannya.
Akuntansi Salam dan Salam Paralel
1. Piutang salam diakui pada saat modal salam dibayarkan atau dialihkan kepada penjual.
2. Transaksi salam paralel diakui sebagai kewajiban pada saat bank menerima modal salam berupa
kas atau aktiva non-kas.
3. Modal salam dapat berupa:
a. kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan,
b. aktiva non-kas diukur sebesar nilai wajar.
4. Pengakuan dan pengukuran penerimaan barang pesanan:
a. barang pesanan cocok, dinilai sesuai nilai akad;
b. jika barang pesanan berbeda kualitas:
1) jika nilai pasar > = nilai (akad) barang pesanan, dinilai sesuai akad;
2) jika jika nilai pasar < nilai (akad) barang pesanan, dinilai sebesar nilai pasar dan diakui
kerugian.
c. Jika bank tak menerima sebagian/seluruh barang pesanan:
1) piutang salam tetap sesuai akad, jika tanggal pengiriman diperpanjang;
d. jika bank tak menerima sebagian/seluruh barang pesanan:
1) piutang salam berubah menjadi piutang jatuh tempo oleh nasabah sebesar bagian yang tidak
dapat dipenuhi, jika akad salam dibatalkan.
2) jika ada jaminan atas barang pesanan:
a) hasil penjualan jaminan < nilai piutang salam, selisihnya diakui sebagai piutang jatuh tempo
kepada nasabah, atau
b) hasil penjualan jaminan > nilai piutang salam, selisihnya menjadi hak nasabah.
3) bank dapat mengenakan denda kepada nasabah.
e. Barang pesanan yang telah diterima:
1) diakui sebagai persediaan;
2) pada akhir periode, persediaan diukur sebesar nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai
tunai yang dapat direalisasi, dan;
3) jika nilai tunai yang dapat direalisasi lebih rendah maka selisihnya diakui sebagai kerugian pada
laporan laba rugi.
12
f. Apabila bank melakukan transaksi salam paralel:
1) selisih antara jumlah yang dibayar oleh nasabah dan biaya perolehan barang pesanan diakui
sebagai keuntungan atau kerugian pada saat pengiriman barang pesanan oleh bank ke nasabah.
PSAK No. 103 (2007) telah mengatur tentang pengakuan dan pengukuran salam dan
salam
paralel untuk pembeli sebagai berikut:
1. Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan
kepada penjual.
2. Modal usaha salam dapat berupa kas dan aset nonkas. Modal usaha salam dalam
bentuk.kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan, sedangkan modal usaha salam
dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. Selisih antara nilai wajar dan
nilai tercatat modal usaha nonkas yang diserahkan diakui sebagai keuntungan
atau kerugian pada saat penyerahan modal usaha tersebut. (Paragraf 11-12, PSAK
103,2007).
13
.
3). Penerimaan barang pesanan diakui dan diukur ;
a) . Jika barang pesanan sesuai dengan akad diniali sesuai nilai yang disepakati.
Jurnal yang dibuat oleh pembeli/bank adalah sebagai berikut :
1).Barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengn nilai akad, jika nilai wajar dari barang
pesanan yang diterima nilainya sama atau lebih tinggi dari nilai barang pesanan
yang tercantum dalam akad.
2).Barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengan nilai wajar pada saat diterima dan
selisihnya diakui sebagai kerugian, jika nilai pasar dari barang pesanan lebih rendah dari
nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad.
4). Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal jatuh
tempo pengiriman, maka ;
Jurnal yang dibuat pada saat menerima sebagian barang salam, misal, baru 60 % dari nilai
akad
Dengan demikian, nilai tercatat piutang salam adalah sebesar tinggal 40 % dari nilai
akadnya.
b)Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya maka piutang salam berubah menjadi
piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi.
Untuk kasus ini, pembeli/bank akan mencatat dalam jurnalnya sebagai berikut:
c).Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli mempunyai
jaminan atas barang pesanan serta hasil pnjualan jaminan tersebut lebih kecil dari nilai pitang
14
salam, maka selisih antara nilai tercatat piutang salam dan hasil penjualan jaminan tersebut
diakui sebagai piutang kepada penjual. Sebaliknya, jika hasil penjualan jaminan
tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang salam maka selisihnya menjadi hak
penjual.
Pencatatan yang dibuat pembeli/bank bila niali penjualan jaminan lebih kecil dari nilai
tercatat piutang salam.
Bila nilai penjualan jaminan lebih besar dari pada nilai tercatat piutang salam maka bank
akan mencatat jurnalnya sebagai berikut:
Selisih lebih dari penjualan jaminan yang telah digunakan untuk melunasi piutang salam
diserahkan kepada supplier. Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Barang pesanan yang telah diterima diakui sebagai persediaan. Pada akhir periode pelaporan
keuangan, persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah
biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih dapat direalisasi
lebih rendah dari biaya perolehan maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
Atas kerugian ini, bank akan membuat ayat penyesuaian pada akhir peride sebagai berikut:
15
Kerugian penurunan nilai akan dilaporkan dilaporan laba rugi sebaagai beban operasi,
sedangkan penyisihan penurunan nilai akan dilaporkan dineraca pembeli/bank sebagai
pengurang persediaan barang salam.
.
B.Akuntansi untuk Penjual (misal, bank syariah sebagai penjual)
PSAK 103 (2007) telah mengatur tentang peralakuan akuntansi salam untuk penjual, sebagai
berikut:
Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha salam sebesar modal
usaha salam yang diterima. Modal usaha salam yang diterima dapat berupa kas dan aset
nonkas.Modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang diterima,
sedangkan modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. (nilai
yang disepakati antara pembeli dan penjual).
16
4)Apabila biaya barang pesanan tidak sama dengan jumlah kas yang dibayarkan bank
kepada supplier maka akan mencatat pada saat penyerahan barang kepada nasabah
pembeli sebagai berikut:
Jurnal ini dibuat apabila biaya barang yang dipesan lebih kecil dari pada jumlah yang dibayar
nasabah, sedangkan apabila biaya barang lebih besar dari jumlah yang dibayar nasabah maka
bank akan mencatat sebagai berikut:
17
Penyajian
Dalam PSAK 103 (2007) telah diatur bagaimana penjual dan pembeli menyajikan transaksi
salam dalam laporan keuangan, dalam neraca sebagai berikut:
a)Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam.
b)Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi kewajibannya
dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari piutang salam.
c) Penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagi kewajiban salam.
18
2. Penyajian
Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam
diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila
nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian.
a. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai Piutang salam.
b. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi kewajibannya
dalam transaksi Salam disajikan secara terpisah dari Piutang salam.
c. Penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai Hutang Salam.
Pengukapan
Dalam PSAK 103 (2007), Penjual dan pembeli dalam transaksi salam dianjurkan
mengungkapkan berikut ini:
a) Pembeli dalam transaksi salam mengungkapkan:
1)besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang dibiayasecara
bersama-sama dengan pihak lain;
2)jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
3)pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.
b)Penjual dalam transaksi salam mengungkapkan:
1)piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki hubungan
istimewa;
2)jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
3)pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah
19
Ilustrasi Transaksi Salam
Untuk dapat memberikan gambaran atas transaksi Salam secara utuh berikut diberikkan
ilutrasicontoh transaksi salam yang akan dilakukan jurnal sesuai tahapan yang dilakukan
dalam transaksi salam tersebut .
Pada tanggal 1 April 2010, seorang petani Bapak Usman datang ke bank syariah untuk
mendapatkan pembiayaan. Dia memiliki sawah 2 hektar yang biasa ditanami padi. Dia
mengajukan dana sebesar Rp 10.000.000,00 untuk membiayai persiapan tanam bibit padi
rojolele, pemeliharaan, dan sebagainya. Perkiraan, hasil padi dari dua hektar sawah tadi
adalah 6 ton beras sudah digiling kualitas no. 1, bila dijual perkilonya Rp 4.000,00. Dia akan
menyerahkan beras setelah 3 bulan kemudian, yaitu setelah panen. Dalam hal ini bank akan
memberi pendanaan dengan akad as-salam. Akad salaam dengan pak Umar ditandatangani
pada 3 April 2010. Setelah itu, pada 4 April 2010 bank syariah membuat akad salam paralel
dengan Bulog. Dengan kesepakatan harga beras dijual bank ke Bulog adalah Rp 4.400,00 per
kg. Bank syariah menyerahkan modal usaha salam kepada bapak Umar pada 5 April 2010
sebesar Rp 10.000.000,00.
Bagaimana perhitungannya dan pencatatannya? (oleh bank syaria dan bapak Usman)
Jawab:
Bank akan mendapatkan beras sebanyak = Rp 10.000.000,00 / Rp 4.000,00 = Rp 2.500 kg.
Beras tersebut dapat dijual kepada pembeli berikutnya misalnya Bulog dengan harga Rp
4.400,00 sehingga total pendapatan dari penjualan beras tersebut adalah = 2.500 x Rp
4.400,00 = Rp 11.000.000,00. Jadi keuntungannya adalah = Rp 11.000.000,00 – Rp
10.000.000,00 = Rp 1.000.000,00.
1.)Jurnal yang dibuat oleh bank syariah (akad salam paralel). Bank syariah sebagai
pembeli sekaligus sebagai penjual.
b).Saat bank syariah membayar pembiayaan kepada petani bapak Umar. (5 April 2010)
20
C )Pada saat bank syariah menerima barang beras
rojolele 2.500 kg dengan harga Rp 4.000,00 per kg, total Rp 10.000.000,00 (misal, tanggal 7
Juli 2010);
d).Pada saat penjualan/penyerahan kepada Bulog dengan harga Rp 4.400,00 per kg. Total
penjualan = Rp 11.000.000,-. Misalkan diserahkan pada 7 Juli 2010. Maka jurnalnya :
a) Pada 5 April 2010, bapak Umar menerima kas dari bank syariah
21
HAL YANG BISA MEMBATALKAN KONTRAK
1. Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan,
2. Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam
akad,
3. Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah dan pembeli membatalkan.
22
PENUTUP
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa salam adalah akad jual beli
Muslam fiih (barang pesanan) dengan penangguhan pengiriman oleh
muslam ilaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang
pesanan tersebut diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Terdapat dua jenis akad
salam yaitu salam dan salam paralel. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah
selama jangka waktu akad. Entitas dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual daam
transasksi salam. Ketentuan syariah yang lain terkait dengan akad salam diantaranya adalah
bahwa spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual diawal
akad.
Pelaksanaan LKS di Indonesia dalam semua aspek perjalanan dan operasinya adalah
dengan berlandaskan kepada hukum dan peraturan Syariah. Hukum dan peraturan ini
kebanyakan adalah dari Kelompok hukum dan peraturan Ilmu Fiqih yang berhubungan dengan
muamalat ekonomi dan urusan Bank dan Keuangan.
Untuk bereaksi terhadap masalah-masalah tersebut yang dialami oleh lembaga keungan
islam Indonesia khususnya lembaga keuangan perbankan, maka perbankan syariah menyiasati
dengan memberlakukan pola bagi hasil yang merujuk kepada pedoman akuntanasi perbankan
syariah Indonesia (PAPSI), pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) dan fatwa dewan
syariah nasioanal (DSN) Majelis Ulama Indonesia. Reaksi ini telah membawa perbankan
syariah di Indonesia lebih semangat dan lebih maju dengan ketepatan akuntabilitas.
23
Daftar pustaka
24
Akuntansi Transaksi Salam
(Akuntansi Syariah)
DISUSUN
O
H
Kelompok 3 = Desi indah putri (178330370)
Dewi pratiwi (178330070)
Mutia septiana (178330056)
m. teguh (178330306)
m. febri adiaksal (178330045)
Fakultas Ekonomi
Universitas medan area
Medan
2019
25
26