Anda di halaman 1dari 40

AKUNTANSI

SALAM dan
% ITISHNA
Disusun oleh kelompok 11 :
1. Nindita Fitri Lusiyani (2110210012)
2. Rizka Maylani (2110210026)
Rumusan Masalah
1. Pengertian akad salam
2. Jenis akad salam
3. Landasan hukum, rukun, dan ketentuan akad salam
4. Berakhirnya akad salam
5. Perlakuan akuntansi (psak 103)
6. Definisi dan penggunaan istishna
7. Ketentuan syar'i, rukun transaksi, dan pengawasan syariah transaksi istishna dan istishna paralel
8. Rukun transaksi istishna
9. Rukun traksaksi istishna paralel
10. Pengawasan syariah transaksi istishna dan istishna paralel
11. Alur transaksi istishna dan istishna paralel
12. Cakupan standar akuntansi istishna paralel
13. Tekhnis perhitungan dan penjurnalan transaksi istishna
01
AKAD
SALAM
PENGERTIAN AKAD SALAM
Akad Salam merupakan perjanjian dimana penjual setuju untuk menyediakan
suatu komoditas kepada pembeli pada masa depan dengan harga yang telah disepakati
sebelumnya. Pembayaran dilakukan di awal, sedangkan pengiriman barang dilakukan di
waktu yang akan datang. Prinsip mendasar dari Akad Salam adalah untuk memungkinkan
pihak-pihak yang terlibat mengatur kebutuhan mereka dalam jangka panjang. Salah satu
prinsip yang penting dalam Akad Salam adalah kejelasan dan transparansi. Harga, kualitas,
dan jumlah komoditas yang disepakati harus jelas dan tidak ambigu bagi kedua belah pihak.
Selain itu, Akad Salam juga menuntut penyerahan barang yang dijual sesuai dengan
kualitas yang telah disepakati dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
JENIS AKAD
Akad salam Bai’ salam atau
SALAM
salaf
Adalah jual beli tangguh dengan sistem tunai. Atau menjual sesuatu yang dijamin, barangnya
akan diserahkan pada masa yang akan datang dan harga belinya kontan saat akad.
Misalnya, membeli satu ton kapas atau gandum dengan sesuatu yang ditangguhkan
pengirimannya di masa depan.

Akad salam paralel


Akad ini mengesahkan akad salam yang lain. Pembeli dalam akad salam yang pertama
menjadi penjual pada akad salam kedua dengan obyek barang dan ciri-ciri barang yang
sama. Akad salam pertama dipersingkat untuk memudahkan akad salam kedua, namun
tidak ada kaitan yang saling bergantung di antara kedua akad salam tersebut. Oleh karena
itu, pembeli pada akad salam pertama menjadi penjual pada akad salam kedua atau salam
paralel tanpa terkait dengan akad salam pertama. Praktek salam di bank syariah, bank
membayar harga barang pada saat akad. Bank kemudian akan menerimanya pada waktu
yang ditentukan melalui wakil yang ditunjuknya. Bank kemudian menjual kembali barang
tersebut dengan harga yang ditangguhkan lebih tinggi dari harga awal melalui model salam.
Maka bank menerima keuntungan
Landasan Hukum Akad
Salam
Akad salam disyariatkan berdasarkan Al-Quran, sunnah, dan ijma' para
ulama. Ibnu Abbas ra berkata, "saya bersaksi bahwa salaf yang menajdi
tanggungan penjual hingga waktu tertentu diperbolehkan oleh Allah dalam
kitab-Nya. Iman Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa ketika
Rasulullah SAW tiba di Madinah, penduduk terbiasa memperjual-belikan
kurma dengan cara salam untuk waktu satu sampai dua tahun. Ibnu Munzir
berkata, "semua ulama yang menjadi rujukan kami bersepakat bahwa
salam adalah boleh".
Rukun dan Ketentuan Akad Salam
Rukun yang harus dipenuhi dalam akad salam yaitu :
1. Muslim (pemesan)
2. Musalm ilaih (penerima pesanan)
3. Muslam fih (barang pesanan)
4. Ijab dan qabul

Secara garis besar, akad salam harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
5. Barang yang dipesan harus berupa barang yang sudah diketahui atau maklum
6. Barang mempunyai kriteria atau sifat yang diketahui
7. Takaran, ukuran, atau jumlah kuantitasnya harus maklum
8. Waktu jatuh temponya harus maklum
9. Harga atau uang yang diberikan disepakati jumlahnya
10.Jika mengantar barang pesanan memerlukan biaya atau ongkos maka harus diketahui tempat serah
terima barang tersebut
Hal-hal yang menyebabkan berakhirnya
akad salam
0 02 03
1
Barang yang dipesan
tidak ada pada waktu
yang ditentukan
Barang yang dikirim
cacat atau tidak sesuai
Barang yang dikirim
kualitasnya lebih rendah
dengan yang disepakati dan pembeli
sebelumnya dalam akad dan pembeli membatalkan
membatalkan
Perilaku Akuntansi (PSAK
103)
PSAK 103 mendefinisikan salam sebagai akad jual beli
barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian hari
oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli
(al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat
tertentu. Untuk menghindari risiko yang merugikan, pembeli boleh
meminta jaminan dari penjual.
Dalam PSAK 103 dijelaskan alat pembayaran modal salam
dapat berupa uang tunai, barang atau manfaat, tetapi tidak boleh
berupa pembebanan utang penjual atau penyerahan piutang pembeli
dari pihak lain. Oleh karena tujuan dari penyerahan modal usaha
salam adalah sebagai modal kerja, sehingga dapat digunakan oleh
penjual untuk menghasilkan barang (produksi) sehingga dapat
memenuhi pesanan.
Penerapan Akad Salam dalam Praktik
Akuntansi
Akad Salam memiliki aplikasi yang
beragam dalam sektor ekonomi. Sebagai contoh,
dalam sektor pertanian, petani dapat
menggunakan Akad Salam untuk menjual hasil
panen mereka di waktu yang akan datang. Dalam
hal ini, petani dapat menerima pembayaran di
awal yang membantu memenuhi kebutuhan
sehari-hari dan menyediakan modal untuk
kegiatan pertanian berikutnya. Di sisi lain,
pembeli dapat memperoleh komoditas yang
mereka butuhkan dengan harga yang telah
disepakati sebelumnya.
Lanjuta
n
Akad Salam memiliki beberapa keunggulan dan dampak penting
dalam konteks ekonomi Islam. Pertama, Akad Salam memungkinkan
perlindungan terhadap risiko harga di masa depan. Dalam situasi
ketidakpastian, pihak yang terlibat dalam Akad Salam dapat mengamankan
harga dan menghindari fluktuasi yang merugikan. Ini memberikan stabilitas dan
kepastian bagi produsen dan pembeli, serta membantu dalam perencanaan
keuangan dan pengelolaan risiko.Selain itu, Akad Salam juga dapat membantu
dalam mengatasi ketimpangan distribusi kekayaan. Pembayaran di muka dalam
Akad Salam membantu mengatasi masalah likuiditas dan memberikan akses
kepada mereka yang membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ini
membantu mengurangi kesenjangan sosial dan memperkuat ikatan sosial dalam
masyarakat.
02
ITISHNA
Definisi dan pengertian Itishna
Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni’) dan penjual (pembuat/shani’).
Sedangkan dalam konsep perbankan syariah, pembiayaan Istishna adalah penyediaan
dana dari Bank kepada nasabah untuk membeli barang sesuai dengan pesanan nasabah
yang menegaskan harga belinya kepada pembeli (nasabah) dan pembeli (nasabah)
membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan Bank yang disepakati.
Dalam kontrak tersebut, produser membuatkan barang sesuai dengan spesifikasi yang
telah disepakati bersama (antara produser dan pembeli), kemudian ditentukan pula
metode pembayarannya, entah secara kontan, cicil, maupun ditangguhkan dalam
tempo yang telah ditentukan.
Ketentuan Syariah
Ketentuan tentang barang :
• Barang pesanan harus jelas spesifikasinya (jenis, ukuran,
mutu) sehingga tidak ada lagi jahalah dan perselisihan dapat
dihindari.
• Barang pesanan diserahkan kemudian.
• Waktu dan penyerahan barang harus ditetapkan
berdasarkan kesepakatan.
• Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual.
• Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis
sesuai kesepakatan.
• Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan
kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih)
untuk melanjutkan atau menbatalkan akad.
• Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai kesepakatan,
hukumnya mengikat, tidak boleh dibatalkan sehingga penjual
tidak dirugikan karena ia telah menjalankan kewajibannya
sesuai kesepakatan
Ketentuan Syariah
Ketentuan tentang pembayaran :
• Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik
berupa uang, barang, atau manfaat, demikian juga
dengan cara pembayarannya.
• Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh
berubah. Akan tetapi apabila setelah akad
ditandatangani pembeli mengubah spesifikasi dalam
akad maka penambahan biaya akibat perubahan ini
menjadi tanggung jawab pembeli.
• Pemayaran dilakukan sesuai kesepakatan
• Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan utang.
Ketentuan Syariah
Ketentuan lainnya
1. Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai
dengan kesepakatan, hukumnya mengikat
2. Semua ketentuan dalam jual beli salam yang
tidak disebutkan di atas berlaku pula pada jual
beli istishna
3. Jika salah satu pihak tidak menunaikan
kewajibannya atau jika terjadi perselisihan
diantara kedua belah pihak, maka
penyelesaiannya dilakukan melalui Badan
Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melaluimusyawarah
Rukun Transaksi Itishna
• MUSTHA
• SHIGHAT SNI
Yaitu segala sesuatu yang menunjukkan
Pelaku terdiri atas pemesan
aspek suka sama suka dari kedua belah
(pembeli/mustashni) dan penjual
pihak, yaitu penjual dan pembeli
(pembuat, shani).

• Mashnu • Ra’s
Objek akad berupa barang yang Al’mal
akan diserahkan Modal istishna yang berbentuk harga.
• Shighat ijab
qobul
Ucapan serah terima
Rukun Transaksi Itishna Paralel

Berdassarkan fatwa DSN no 6 tahun 2000, disebutkan bahwa akad


01 istishna’ kedua ( antara bank sebagai pembeli dengan petani sebagai
penjual ) harus dilakukan terpisah dari akad pertama

Adapun akad kedua baru dilakukan setelah akad pertama sah,


02 rukun-rukun yang terdapat pada akad istishna’ pertama juga berlaku
pada akad istishna’ kedua
Pengawasan Transaksi Itishna dan
Paralel
Pengawasan tersebut dilakukan untuk :
 Memastikan barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah islam
 Meneliti apakah bank membiayai pembuatan barang yang diperlukan nasabah
sesuai pesanan dan kriteria yang disepakati;
 Memastikan akad Istishna’ dan akad Istishna’ paralel dibuat dalam akad yang
terpisah;
 Memastikan bahwa akad Istishna’ yang sudah dikerjakan sesuai kesepakatan
hukimnya mengikat, artinya tidak dapat dibatalkan kecuali memenuhi kondisi
antara lain (i) kedua belah pihak setuju untuk menghentikan akad Istishna’ (ii)
akad ini batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat
menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad
Alur Transaksi Itishna
Paralel
Cakupan Standar Akuntansi Itishna
Paralel
 Akuntansi istishna’ diatur dalam Pernyataan Standar Keuangan
( PSAK ) no 104 tentang istishna’.terkait dengan pengakuan dan
pengukuran transaksi, standar ini mengatur tentang penyatuan dan
segmentasi akad, pendapatan istishna’ dan istishna’ parale,
istishna’dengan pembayaran tangguh, biaya perolehan istishna’,
penyelesaian awal pengakuan taksiran rugi, perubahan pesanan dan
tagihan.
Teknik Perhitungan Tranksaksi
Itishna
Transaksi Istishna’ PertamaUntuk mengembangkan klinik ibu dan anak yang
dikelolanya, dr. Ursila berencana menambah satu unit bangunan seluas 100 m2
khusus untuk rawat inap di sebelah barat bangunan utama klinik. Untuk
kebutuhan itu, dr. Ursila menghubungi Bank Berkah Syariah untuk menyediakan
bangunan baru sesuai dengan spesifikasi yang diinginkannya. Setelah
serangkaian negosiasi beserta kegiatan survey untuk menghasilkan desain
bangunan yang akan dijadikan acuan spesifikasi barang, pada tanggal 10
Februari 20XA ditandatanganilah akad transaksi istishna’ pengadaan bangunan
untuk rawat inap. Adapun kesepakatan antara dr. Ursila dengan Bank Berkah
Syariah adalah sebagai berikut:
Lanjutan
Harga Bangunan : Rp 150.000.000
Lama penyelesaian : 5 bulan (paling lambat tanggal 10 juli)
Mekanisme panagihan : 5 termin sebesar Rp 30.000.000.000 per termin tanggal 10 agustus
Mekanisme pembayaran : Setiap 3 hari setelah tanggal penagihan

Transaksi Istisna Kedua :


Untuk membuat bangunan sesuai dengan keinginan dr. Ursila, pada tanggal 12 Februari 20XA, Bank Berkah Syariah
memesan kepada kontraktor PT. Thariq Konstruksi dengan kesepakatan sebagai berikut:
Harga bangunan : Rp 130.000.000
Lama penyelesaian : 4 bulan 15 hari (paling lambat tgl 25 juni)
Mekanisme penagihan kontarktor : Tiga termin pada saat penyelesaian 20%, 50% dan 10%
Mekanisme pembayaran oleh Bank : Dibayar tunai sebesar tagihan dari kontraktor.
Penjurnalan Tranksaksi Itishna
A. Transaksi biaya prakad (Bank sebagai penjual)
misalkan : pada tanggal 5 20XA, untuk keperluan survey dan pembuatan desain bangunan
yang akan dijadikan acuan spesifkasi barang, bank Berkah syariah telah mengeluarkan kas
hingga Rp 2.000.000. jurnal untuk mengakui transaksi ini adalah sbb :

Tanggal Rekening Debit Kredit


5/2/XA Db.Bbn praakad yang ditangguhkan 2.000.000
Kr.Kas 2.000.000
B. Penandatanganan akad dengan pembeli ( Bank sebagai Penjual)
Misalkan kasus dr. susila dengan bank berkas syariah diatas, transaksi istishna jadi
disepakati pada tanggal 10 Februari, maka jurnal pengakuan beban prakaad menjadi biaya
istishna adalah sebagai berikut :
Tanggal Rekening Debit ( Rp ) Kredit ( Rp )

10/2/XA Db. Biaya istishna’ 2.000.000


Kr. Beban praakad yg ditangguhkan 2.000.000

C. Pembuatan akad istishna’ paralel dengan pembuat barang ( Bank Sebagai Pembeli )
● Berdasarkan PSAK no 104 paragraf 29 disebutkan bahwa biaya perolehan istishna’ paralel terdiri
dari :
► biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau kontraktor kepada entitas
► biaya tidak langsung, yaitu biaya overhead termasuk biaya akad dan prakad; dan
► semua biaya akibat produsen atau kontrktor tidak dapat memenuhi kewajibannya , jika ada
D. Penerimaan dan pembayaran tagihan kepada penjual ( pembuat ) barang istishna ’

Dalam kasus 11.1, disebutkan bahwa mekanisme pembayaran dilakukan dalam tiga termin yaitu pada
saat penyelesaian 20%, 50% dan 100%. Misalkan dalam perjalanannya, realisasi tagihan ketiga termin
tersebut ditunjukkan dalam tabel berikut:

No. Termin Tingkat Tanggal Tanggal Tanggal Junlah


Penyelesaian penagihan penagihan pembayaran pembayaran
kontraktor kontraktor

I 20% 1 April 26.000.000 8 April 26.000.000

II 50% 15 Mei 39.000.000 22 Mei 39.000.000

III 100% 25 Juni 65.000.000 2 Juli 65.000.000


Lanjutan
Misalkan pada tanggal 1 April, PT. Thariq Konstruksi menyelesaikan 20% pembangunan dan menagih
pembayaran termin pertama sebesar Rp 26.000.000 (20% x Rp 130.000.000) kepada Bank Berkah
Syariah. Jurnal pengakuan penagihan pembayaran oleh pembuat barang adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit ( Rp ) Debit ( Rp )


1/4/XA Db. Aset istishna dalam penyelesaian 26.000.0000
Kr. Hutang Istishna 26.000.000
Lanjutan
Misalkan tagihan kedua diterima pada tanggal 15 Mei dan diikuti dengan
pembayaran oleh bank pada tanggal 22 Mei 20XA. Jurnal untuk transaksi tersebut
adalah sebagai berikut:
Misalkan tagihan ketiga diterima tanggal 25 Juni 20XA dan dibayarkan pada tanggal 2 Juli 20XA. Jurnal untuk
transaksi tersebut adalah sebagai berikut:
E. Pengakuan Pendapatan istishna’

● Berdasarkan PSAK no 104 Paragraf 18 disebutkan bahwa jika metode prosentae penyelesaian digunakan, maka :
► bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam periode tersebut, diakui
sebagai pendapatan istishna’ pada periode yang bersangkutan

► bagian margin keuntungan istishna’ yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan kepada aest istishna
dalam penyelesaian ; dan

► pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebesar biaya istishna yang telah dikeluarkan sampai dengan
periode tesebut
F. Penagihan Piutang Istishna’ Pembeli

Misalkan dalam kasus di atas, penagihan oleh bank kepada pembeli akhir dilakukan dalam 5 termin dalam jumlah yang
sama yaitu Rp 30.000.000, setiap tanggal 10 mulai bulan Agustus. Maka jurnal untuk mengakui 5 kali penagihan piutang
istishna’ kepada pembeli dan penerimaan pembayaran dari pembeli tersebut adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening DEbit Kredit

10/8/XA Db. Piutang istishna 30.000.000

Kr.Termin Istishna 30.000.000

*Rp.150.000.000/5
menit = 30.000.000
Penerimaan Pembayaran Piutang Istishna’ dari Pembeli

► Pembayaran piutang istishna’ oleh nasabah dilakukan setelah menerima tagihan istishna dari bank. Oleh
karena termin istishna’ merupakan pos lawan dari piutang istishna’, maka pada waktu pembayaran piutang,
bank sebagai penjual perlu menutup termin istishna’.

Misalkan dalam kasus di atas, pembayaran oleh nasabah pembeli dilakukan 3 hari setelah menerima tagihan
dari bank sebagai penjual. Maka jurnal untuk mengakui setiap penerimaan pembayaran dari pembeli
 Variasi Transaksi dan Kebijakan akuntansi
Pengakuan Pendapatan dengan metode akad selesai
Adalah sebagai berikut :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

13 /8/XA Db. Kas/rekening nasabah 30.000.000


pembeli istishna
Kr. Piutang Istishna’ 30.000.000

Db. Termin Istishna’ 30.000.000


Kr. Aset istishna’ dalam 30.000.000
penyelesaian
Berdasarkan PSAK no 104 paragraf 19 disebutkan bahwa pada metode akad selesai melekat beberapa ketentuan
berikut :
1. Tidak ada pendapatan istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai
2. Tidak ada harga pokok istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut selesai
3. Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna dalam penyelesaian sampai dengan pekerjaan tersebut
selesai
4. Pengakuan pendapatan istishna, harga pokok istishna dan keuntungan dilakukan hanya pada saat penyelasaian
pekerjaan.
 Pembayaran dengan cara tangguh

● Berdasarkan PSAK no 104 paragraf 20, jika menggunakan metode persentase penyelesaian dan proses
pelunasan dilakukan dalam periode lebih dari satu tahun setelah penyerahan barang pesanan, maka
pengakuan pendapatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila istishna’ dilakukan secara tunai,
diakui sesuai persentase penyelesaian; dan

b. Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama periode pelunasan secara
proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran. Proporsional yang dimaksud sesuai dengan paragraf 24-
25 PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah
 PENYAJIAN

● Berdasarkan PSAK no 104, penyajian rekening yang terkait transaksi istishna’ dan istishna’ paralel antara lain :

a. Piutang istishna’, yang timbul kaena pemberian modal usaha istishna’ oleh bank syariah

b. Piutng, yang timbul kerna penjual tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam transaksi istishna’, Rekening ini
disajikan terpisah dari piutang istishna’,

c. Hutang Istishna’, timbul bank menjadi penjual barang istishna’ yang dipesan olehnasabah pembeli
PENGUNGKAPAN

● Hal-hal yang diungkap dalam catatan atas laporan keungan tentang transaksi istishna’ dan istishna paralel antara
lain :

1. Rincian piutang istishna’ dan hutang istishna’ berdasarkan jumlah,jangka waktu, jenis valuta, kualitas piutang dan
penyisihankerugian piutang Istishna’,

2. Piutang istishna’ dan hutang istishna’ kepada penjual ( pemasok ) yang memiliki hubungan istimewa

3. Besarnya modal usaha istishna’, baik yang dibiayai sendiri oleh bank maupun yang dibiayai secara bersama-sama
dengan bank atau pihak lain

4. Jenis dan kuantitas barang pesanan.


0
3
KESIMPULA
N
Akad Salam merupakan sebuah kontrak yang signifikan dalam ekonomi
Islam yang memungkinkan pertukaran barang sesuai dengan prinsip-prinsip agama.
Konsep, prinsip, penerapan, dan dampak dari Akad Salam dapat ditemukan dalam
berbagai sektor ekonomi, memberikan berbagai keuntungan seperti kepastian harga,
perlindungan terhadap risiko, pemerataan distribusi kekayaan, dan promosi keadilan
dalam transaksi bisnis. Pengembangan peraturan dan pengawasan yang memadai
menjadi sangat penting guna memastikan pelaksanaan yang adil dan transparan.
Sedangkan pembiayaan istishna’ merupakan transaksi jual beli cicilan seperti
transaksi murabahah muajjal. Namun, berbeda dengan jual beli murabahah di mana
barang diserahkan di muka sedangkan uangnya di bayar cicilan, dalam jual beli
istishna’ barang diserahkan di belakang, walaupun uangnya sama-sama di bayar
secara cicilan. Dengan jenis akad jual belinya dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan criteria persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
mustashni dan shani. Dengan pemahaman yang baik tentang konsep dan penerapan
Akad Salam dan Itishna, masyarakat dapat menggunakannya sebagai alat yang
efektif dalam mencapai keadilan dan keseimbangan dalam kegiatan ekonomi.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai