Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ahmad Huzein Bahtiar

NIM : 165020301111045
Kelas : Akuntansi Keuangan Syariah CG

AKUNTANSI SALAM

1. Definisi Salam
Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman
di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh
pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu (PSAK
103). Dari kutipan PSAK 103, definisi salam adalah transaksi jual beli tetapi
barang yang di jual saat transaksi berlangsung belum ada, tetapi pembeli sudah
membayar (bayar dimuka) namun barang yang diperjualbelikan baru akan
diserahkan kepada pembeli kemudian hari (yang telah di sepakati).

Transaksi salam berbeda dengan transaksi ijon maka dari itu diperbolehkan
karena tidak gharar, walau barang tersebut belum ada tetapi harganya, spesifikasi,
kualitas, dan waktu penyerahan barang tersebut telah disepakati saat akad
berlangsung. Pembayaran transaksi salam harus di bayarkan pada saat pembeli
dan penjual mencapai kata sepakat, dalam pembayaran tersebut harus tunai tidak
boleh secara utang.

2. Jenis Akad Salam


a. Salam
Transaksi jual beli tetapi barang yang dijual belum ada dan pembayarannya
dimuka, barang dikirim kemudian harinya

b. Salam Paralel
Melakukan 2 transaksi salam, yaitu melakukan transaksi dengan pembeli
dan juga pemasok (supplier). Ini terjadi ketika pada saat transaksi dengan
pembeli, penjual belum memiliki barang sehingga harus membeli ke pemasok.
3. Rukun dan Syarat Salam
Untuk melaksanakan transaksi salam harus terpenuhi rukunnya, yaitu harus
ada pembeli atau muslam, harus ada penjual atau muslam ilaih, harus ada modal
atau uang, harus ada barang atau muslam fiihi dan harus ada shigat atau ucapan.

Syarat-syarat dari salam yaitu modal dan barang. Syarat pertama adalah modal,
modal di dalam salam harus diketahui, cara mengetahui modal tersebut ialah
barang yang di supply harus jelas jenisnya, kualitas dan jumlahnya. Penerimaan
pembayaran salam harus dilakukan di tempat pada saat akad berlangsung. Syarat
kedua adalah barang, barang harus bisa diakui, spesifikasi dari barang tersebut
harus jelas agar tidak terjadi salah beli karena kurang jelas, barang diserahkan
dikemudian hari, tanggal penyerahan dan tempat penyerahan boleh ditentukan
sesuai kesepakatan bersama.

4. Pengakuan dan Pengukuran


Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan
kepada penjual (PSAK 103). Ada 2 modal usaha salam yaitu kas dan aset non kas.
Jika berbentuk kas maka pengukurannya jumlah uang yang dibawyarkan, tetapi
jika berbentuk aset non kas maka pengukurannya sebesar nilai wajar barang
tersebut.

5. Penyebab Berakhirnya Akad Salam


Yang dapat mengakhiri akad salam yaitu jika barang tidak sesuai pesanan atau
cacat, kualitas barang yang dikirim tidak sesuai dengan yang sudah di sepakati
tetapi pembeli tetap tidak ingin membatalkan dan tetap menerimanya, barang
diterima
DAFTAR PUSTAKA

https://ibarseda151.wordpress.com/2013/12/26/makalah-akuntansi-salam/

http://widayusari.blogspot.co.id/2015/11/makalah-akuntansi-salam-semester-4.html

http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sas-66-psak-103-
akuntansi-salam

https://www.academia.edu/6756185/Bab_8_AKUNTANSI_SALAM
Pertanyaan :

1. Apakah transaksi salam bisa dilakukan secara online (tidak saling bertatapan
muka)? Contohnya seperti jual beli online shop
2. Jika barang yang dikirim cacat tetapi buka cacat dari penjualnya tapi cacat pada
saat perjalanan (pada saat barang berada di ekspedisi pengiriman), apakah
pembeli berhak untuk meminta ganti rugi ke penjual?
3. Apakah akad salam tetap sah jika pembayarannya tidak secara tunai (utang)
tetapi si penjual sepakat dengan metode pembayaran tersebut?

Anda mungkin juga menyukai