Nama Anggota :
1. 1931710042 Inandha Saputri
2. 1931710120 Maulidah Islamiati
3. 1931710166 Annisa Fauziah
1. Muslam/pembeli
2. Muslam ilaihi/penjual
3. Muslam fiihi/barang atau hasil produksi
4. Modal atau uang
5. Shigat/Ijab Qobul
Pada dasarnya pembatalan salam boleh dilakukan, selama tidak merugikan kedua
belah pihak. Sedangkan dalam PSAK 103 tentang Akuntansi Salam, dijelaskan
karakteristik salam (prgrf 6-11) sebagai berikut:
1. Lembaga keuangan syariah dapat bertindak sebagai pembeli dana tau penjual
dalam suatu transaksi salam. Jika lembaga keuangan syariah bertindak
sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan
barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.
2. Salam paralel dapat dilakukan dengan syarat:
a. Akad antara lembaga keuangan syariah (pembeli) dan produsen (penjual)
terpisah dari akad antara lembaga keuangan syariah (penjual) dan
pembeli akhir, dan
b. Kedua akad tidak saling bergantung (ta’alluq)
3. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual
diawal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama
jangka waktu akad. Dalam hal bertindak sebagai pembeli, lembaga keuangan
syariah dapat meminta jaminan kepada penjual untuk menghindari risiko
yang merugikan.
4. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi:
jenis, spesifikasi teknis, kualitas dan kuantitasnya. Barang pesanan harus
sesuai dengan karakterisktik yang telah disepakati antara pembeli dan penjual.
Jika barang pesanan yang dikirimkan salah atau cacat maka penjual harus
bertanggung jawab atas kelalaiannya.
5. Alat pembayaran harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa kas,
barang atau manfaat. Pelunasan harus dilakukan pada saat akad disepakati
dan tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang penjual atau penyerahan
piutang pembeli dari pihak lain.
6. Transaksi salam dilakukan karena pembeli berniat memberikan modal kerja
terlebih dahulu untuk memungkinkan penjual (produsen) memproduksi
barangnya, barang yang dipesan memiliki spesifikasi khusus, atau pembeli
ingin mendapatkan kepastian dari penjual. Transaksi salam diselesaikan pada
saat penjual menyerahkan barang kepada pembeli.
C. Dasar Syariah
1. Sumber Hukum Akad Salam
a. Al Qur’an
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya
dengan benar...” (QS 2;282)
“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu...” (QS 5;1).
b. Al-Hadits
“Barang siapa melakukan salam, hendaknya ia melakukannya dengan
takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu
yang diketahui.” (HR.Bukhari Muslim)
“tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh
muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR.Ibnu Majah).
2. Rukun dan Ketentuan Akad Salam
Rukun salam ada 3,yaitu :
a. Pelaku,terdiri atas penjual (muslam illaihi) dan pembeli (al muslam).
b. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan (muslam fiih) dan
modal salam (ra’su maalis salam).
c. Ijab kabul/serah terima.