DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
UNIVERSITAS TADULAKO
AKUNTANSI
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya para penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan penyusunan makalah ini berjalan sesuai harapan.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Ibu Dr.Jurana.N.S., SE, MSA sebagai
dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Syariah yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu para penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
BAB I ........................................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................................................. 5
BAB II .......................................................................................................................................................... 6
2.1 Karakteristik akad Mudharabah ........................................................................................................ 6
2.2 Jenis – jenis Mudharabah .................................................................................................................. 8
2.3 Rukun dan Ketentuan Syariah Mudharabah ..................................................................................... 9
2.4 Pencatatan, penyajian, dan pengungkapan transaksi Mudharabah................................................ 11
BAB III ....................................................................................................................................................... 23
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
Mudharabah adalah perjanjian kerjasama usaha untuk melakukan kegiatan usaha antara
pemilik dana dan pengelola dana, dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah bagi hasil
yang disepakati kedua belah pihak. Pemilik dana bertanggung jawab kecuali atas kerugian yang
disebabkan oleh kesalahan, kelalaian atau pelanggaran. PSAK 105, par 18 memberikan beberapa
contoh bentuk kelalaian pengelola dana yaitu: persyaratan yang telah disepakati dalam akad tidak
dipenuhi, Keadaan di luar kemampuan normal (force majeure) dan keadaan yang diatur dalam
kontrak, atau hasil keputusan dari lembaga yang berwenang.
PEMBAHASAN
Mudharabah berasal dari kata adhdharby fil ardhi yang artinya berpergian untuk urusan
dagang. Disebut juga qiradh yang berasal dari kata alqardhu, yang artinya pemilik memotong
sebagian hartanya dan memperdagangkannya untuk mendapatkan keuntungan.
Kepercayaan ini penting dalam akad mudharabah karena pemilik dana tidak
diperkenankan ikut campur dalam pengelolaan perusahaan atau proyek yang didanainya, kecuali
memberi nasihat dan pengawasan kepada pengelola dana. Dalam hal terjadi kegagalan transaksi
yang mengakibatkan hilangnya seluruh atau sebagian modal yang ditanamkan pemilik dana,
maka pemilik dana sendiri yang menanggung kerugian finansial. Di sisi lain, pengelola dana
tidak wajib menanggung atau mengganti kerugian modal yang hilang kecuali kerugian tersebut
diakibatkan oleh tindakan, kelalaian, atau pelanggaran kontrak yang disengaja oleh pengelola
dana. Pengelola dana hanya bertanggung jawab atas kerugian atau risiko berupa waktu, pikiran,
dan tenaga yang dikeluarkan dalam mengelola proyek atau bisnis dan hilangnya kesempatan
untuk menerima sebagian bagi hasil berdasarkan Perjanjian Mudharabah.
Hal ini sejalan dengan prinsip sistem keuangan Syariah. Artinya, pihak-pihak yang
terlibat dalam transaksi harus secara bersama-sama menanggung risiko (berbagi risiko). Pemilik
dana menanggung risiko keuangan sedangakan pengelola dana menanggung risiko non-
keuangan. Sebagaimana telah dijelaskan diatas hal ini sesuai dengan hadis Nabi yang
diriwayatkan oleh Ali r.a : “Pungutan itu tergantung pada kekayaan. Sedangkan laba tergantung
pada apa yang mereka sepakati bersama”
Dalam Mudharabah, investor tidak boleh menuntut jumlah tertentu untuk bagiannya
karena hal itu sama dengan riba yang menuntut imbalan tanpa ada faktor penyeimbang (iwad)
yang diizinkan oleh Syariah. (lihat Bab 5). Misalnya, dia mengatakan memberikan dana Rp 100
juta dan menerima Rp 5 juta setiap bulan. Dalam mudharabah, bagi hasil harus dalam bentuk
persentase atau nisbah. Misal 70:30, dana pengelolanya 70% dan pemilik dana 30%. Besarnya
keuntungan yang diterima tergantung pada keuntungan yang diperoleh. Keuntungan yang
dibagikan harus menggunakan nilai realisasi yang mengacu pada laporan keuangan yang disusun
secara periodik oleh pengelola dana dan diserahkan kepada pemilik dana, bukan nilai yang
diproyeksikan.
Umumnya Mudharabah tidak memiliki jaminan modal, namun pemilik dana dapat
meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga untuk memastikan pengelola dana tidak
melakukan penyimpangan. Tentu saja, jaminan ini hanya dapat dicairkan jika pengelola dana
terbukti telah bertindak dengan sengaja, lalai, atau melanggar apa yang telah disepakati bersama
dalam kontrak.
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, dapat dikatakan akad mudharabah adalah
bentuk investasi yang berisiko tinggi mengingat pengelola dana memiliki kendali penuh atas
operasi. Risiko penggunaan modal terkait dengan kesesuaian penggunaan modal untuk tujuan
atau ketentuan yang disepakati, yaitu memaksimalkan kepentingan kedua belah pihak. Selain itu,
informasi bisnis disimpan oleh pengelola dana dan pemilik dana memiliki informasi yang
terbatas. Oleh karena itu, sangat penting bagi pemilik dana untuk mencari pengelola dana yang
berakhlak mulia, amanah, jujur, kompeten dan berwawasan luas.
1. Pelaku
Orang yang terlibat harus paham hukum dan baliqh
Pelaku akad mudharabah bisa di lakukan bersama atau nonmuslim
Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tapi di izinkan
untuk mengawasi
2. Objek mudharabah (modal dan kerja)
Objek mudharabah suatu konsekuensi yang logis dengan di lakukannya akad
mudharabah
a. Modal
Modal yang di berikan bisa seperti uang atau aset lainnya yang di lihat dari
sebesar nilai wajar, harus jelas jumlah dan jenisnya
Modal harus di bayar cash atau tunai dan tidak boleh di utang. Jika tanpa
setoran modal,sama saja dengan pemilik dana tidak memberikan kontribusi
apapun padahal ppengelola dan harus bekerja.
Modal yang di berikan harus jelas jumlah modalnnya sehingga dapat di
bedakan dari keuntunganya.
Pengelola dana tidak di izinkan untuk memudaharabahkan kembali modal
mudharabah dan jika di ketahui maka di anggap terjadi pelanggaran kecuali
sudah di izinkan pemilik dana
Pengelola dana tidak di izinkan untuk meminjamkan modal kepada orang lain,
jika terjadi maka di anggap melalukan pelanggaran kecuali sudah di izinkan
pemilik dana
Pengelola dana di beri kuasa untuk mengontrol modal menurut kebijaksanaan
dan pemikirannya sendiri, selama yang dilakukan tidak melanggar aturan
secara syariah.
b. Kerja
Kerja sama yang di lakukan pengelola dana bisa berbentuk keahlian,
keterampilan, keterampila menjual, keterampilan manajemen, dan lain
sebagainya
Kerja adalah kebebasan pengelola dana dan tidak boleh di campur tangan
oleh pemilik dana
Pengelola dana harus membangun usaha secara syariah
Pengelola dana harus mengikuti semua asyarat yang di tetapkan dalam
kontrak
Jika pengelola dana tetapi tidak melakukan kewajiban atau melakukan
pelanggaran terhadap kesepakatan yang ada, kemudian pengelola dana sudah
menerima modal dan sudah bekerja maka penglola dana mempunyai hak
untuk mendapatkan imbalan ganti rugi atau upah
c. Ijab kabul
Adalah suatu pernyataan atau perasaan saling rida/rela di antara pihak-pihak pelakua
akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui surat atau dengan cara
komunikasi yang moderen.
d. Nisbah keuntungan
Nisbah adalah suatu besaran yang di gunakan untuk pembagaian keuntungan.
Memberikan imbalan yang berhak di terima oleh kedua pihak yang
bermudharabah atas keuntungan yang di dapatkan. Pengelola dana
memperoleh upah atas usahanya sendiri. Sedangkan pemilik dana mendapat
imbalah/upah atas penyertaan modalnya. Keuntungan nisbah harus di ketahui
dengan jelas oleh kedua belah pihak, maka inilah yang mencegah terjadinya
kesalahpahaman antara kedua belah pihak dalam pembagian keuntungan.
Apabila memang dalam akad tidak di jelaskan porsinya masing-masing,
maka yang terjadi pembagian nya menjadi 50% dan 50%
Jika Nisbah mengalami perubahan, maka harus di dasari kesepakatan antara
kedua belah pihak.
Pemilik dana tidak boleh meminta bagian keuntungannya dengan mengatakan
nilai nominal, karena akan menimbulkan riba.
Pada hakikatnya pengelola dana tidak di perbolehkan untuk memudharabahkan kembali modal
mudharabah. Jika terjadi maka di anggap pelanggaran kecuali sudah di izinkan pemilik dana.
Jika pengelola dan di perbolehkan oleh pemilik dana untuk memudharabahkan kembali modal
mudharabahnya maka dalam kasus seperti ini pembagian keutungannya, dimana pemilik dana
mendapatkan keuntungan sesuai dengan kesepakatan awal antara dia dan pengelola dana
pertama. Sementara itu bagian keutungan dari pengelola dana pertama di bagikan dengan
pengelola dana yang kedua sesuai dengan porsi yang telah di sepakati antara kedua pihak.
Jika terjadi kerugian maka yang menanggung adalah pemilik dana kecuali ada kesalahan atau
pelanggaran kontrak yang di lakukan pengelola dana, maka cara menyelesaikannya yaitu dengan
cara sebagai berikut:
Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan atas dasar pengakuan pendapatan mudharabah.
Dalam praktiknya, dapat dipelajari dari laporan bagi hasil realisasi pendapatan operasional
pengelola dana. Pendapatan dari hasil operasi yang diproyeksikan tidak diakui.
Dalam akad harus menetapkan biaya mana yang dapat dikurangkan dari pendapatan, untuk
menghindari perselisihan tentang biaya yang dikeluarkan oleh pengelola dana.
Berikut contoh dari pembagian hasil usaha :
Data :
Penjualan Rp 1.000.000
HPP (Rp 650.000)
Laba Kotor Rp 350.000
Biaya-biaya (Rp 250.000)
Laba (rugi) bersih Rp 100.000
1. Berdasarkan prinsip bagi hasil, rasio pemilik dana : pengelola dana = 30:70
Dasar dari pembagian hasil usaha tersebut adalah laba bersih/netto, yaitu laba kotor dikurangi
biaya-biaya yang terkait dengan pengelolaan modal Mudharabah.
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, dasar bagi hasil usaha adalah rasio laba kotor/bruto bukan
pendapatan usaha, dan rasionya adalah Pemilik dana : Prngelola dana = 10 : 90
Apabila akad mudharabah melebihi dari satu periode pelaporan, maka penghasilan usaha
diakui dalam dalam periode terjadinya hak bagi hasil tesebut sesuai dengan rasio yang
disepakati (PSAK 105 par 20).
Bagi Hasil Untuk Akad Mudharabah Musyarakah (Psak 105 Par 34)
Hasil bagi hasil untu akad kategori ini bisa digunakan dengan 2 pendekatan yakni :
1. Hasil investasi akan dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai dengan nisbah
yang telah disepakati, kemudian bagian hasil investasi sesudah dikurangi untuk pengelola
dana (sebagai musytarik) dibagikan antara pengelola dan pemilik dana sesuai dengan porsi
modal masing-masing.
2. Hasil investasi dibagikan dengan pengelola dana dan pemilik dana sesuai dengan modal
saham masing-masing, setelah dikurangi olrh pengelola dana (sebagai musytarik) tersebut
dibagikan antara pengelola dana dan pemilik dalam proporsi yang telah disepakati. Misalnya,
kerugian akan ditanggung bersama sesuai dengan porsi modal Musytarik apabila terjadi
kerugian atas investasi.
Tuan A menginvestasikan Rp2 juta di toko siomay milik Tuan B dengan akad Mudharabah.
Rasio yang disepakati oleh A dan B adalah 1 : 3. Dan setelah usaha telah berjalan,
dibutuhkan dana tambahan, maka tuan A setuju, dan tuan B juga menginvestasikan sebesar
Rp. 500.000, Oleh karena itu, bentuk akadnya adalah akad Mudharabah Musytarakah.
Keuntungan yang dihasilkan pada bulan Januari 2008 adalah Rp 1.000.000.
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 34, bagi hasil, jika ada keuntungan, dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
Alternatif 1 :
Yang pertama, hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai nisbah
yang disepakati :
Bagian A : ¼ x Rp 1.000.000 = 250.000
Bagian B : ¾ x Rp 1.000.000 = 750.000
Kemudian bagi hasil investasi pengelola dana setelah dikurangi (Rp 1.000.000 - Rp 750.000)
akan dibagi kepada pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana sesuai dengan
bagian modalnya.
Bagian A : Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 x 250.000 = Rp 200.000
Bagian B : Rp 500.000/Rp 2.500.000 x 250.000 = Rp 50.000
Sehingga B sebagai pengelola dana akan mendapatkan sebesar Rp 750.000 + Rp 50.000 = Rp
800.000, dan A sebagai pemilik dana akan mendapatkan sebesar Rp 200.000.
Alternatif 2 :
Yang pertama, hasil dari investasi dibagikan antara pengelola dana (sebagai muystarik) dan
pemilik dana sesuai dari posri modal masing-masing,
Bagian A : Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp. 800.000
Bagian B : Rp 500.000/Rp 2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp 200.000
Selanjutnya hasil dari investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai muystarik)
sebesar Rp 800.000 (Rp 1.000.000 – Rp 200.000) dibagi antara pengelola dana dan pemilik
dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.
Bagian A : ¼ x Rp 800.000 = 200.000
Bagian B : ¾ x Rp 800.000 = 600.000
Jadi B sebagai pemilik dana akan mendapatkan sebesar Rp 200.000 + Rp 600.000 = Rp
800.000 dan A sebagai pemilik dana akan mendapatkan sebesar Rp 200.000.
Kerugian akan dibagi sesuai dengan porsi modal para musytarik apabila terjadi kerugian atas
investasi. Contohnya terjadi kerugian sebesar Rp 1.000.000, maka A akan menanggung rugi
tersebut sebesar :
Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp 800.000
B akan menanggung rugi tersebut sebesar ;
Rp 500.000/Rp 2.500.000 x Rp. 1.000.000 = Rp 200.000
1. Dana Mudharabah yang dibagikan oleh pemilik dana diperhitungkan sebagai investasi
mudharabah pada saat pembayaran tunai atau penyerahan aset non tunai kepada pengelola
dana.
2. Penilaian investasi mudharabah
a. Investasi tunai mudharabah diukur dengan jumlah yang dibayarkan.
b. Investasi mudharabah sebagai aset non tunai diukur pada nilai wajar aset non tunai pada
saat penyerahan.
Nilai investasi mudharabah sebagai aset nonmoneter harus disepakati oleh pemilik dana dan
pengelola dana pada saat akad.
Ada dua alasan untuk tidak menggunakan dasar biaya historis untuk mengukur aset
nonmoneter (Siswantoro, 2003)
a. Penggunaan nilai-nilai yang disepakati oleh para pihak dalam kontrak untuk mencapai
tujuan akuntansi keuangan.
b. Penggunaan nilai yang disepakati pihak yang melakukan kontrsk untuk nilai aset non-
moneter mengarah pada penerapan konsep representasi yang benar dalam pelaporan.
Investasi dalam Mudharabah dalam bentuk tunai diukur pada jumlah yang dibayarkan,
jurnal pada saat penyerahan kas sebagai berikut :
Dr. Mudharabah xxx
Kr. Kas xxx
Berinvestasi dalam Mudharabah sebagai aset non-moneter yang diukur pada nilai wajar
aset non-moneter pada saat penyerahan, kemungkinannya ada 2 :
a. Jika nilai wajar melebihi nilai tercatat, selisihnya diakui sebagai pendapatan
ditangguhkan dan diamortisasi selama jangka waktu akad mudharabah.
Jurnal pada saat penyerahan aset nonkas :
Dr. Investasi mudharabah xxx
Kr. Keuntungan tangguhan xxx
Kr. Aset berwujud xxx
Jurnal amortisasi keuntungan tangguhan :
b. Jika nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat, selisihnya diakui sebagai kerugian dan
diakui pada saat penyerahan aset.
Jurnal :
4. kerugian
Kerugian yang terjadi pada periode sebelum berakhirnya akad mudharabah akan dicatat
sebagai kerugian dan dicatat dalam bentuk cadangan kerugian investasi.
Jurnal :
Catatan :
Tujuannya dicatat sebagai penyisihan agar nilai investasi awal Mudharabah jelas.
5. Hasil usaha
Bagian dari pendapatan operasional yang tidak dibayarkan oleh pengelola dana
dilaporkan sebagai piutang.
Jurnal :
Jurnal :
ATAU
7. Penyajian
Pemilik dana akan mempertanggungjawabkan investasinya di Mudharabah sebesar nilai
buku dalam laporan keuangannya. Nilai investasi H. Mudharabah dikurangi penyisihan
kerugian.
8. Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi Mudharabah,
termasuk namun tidak terbatas pada:
a. Isi Perjanjian Induk Mudharabah dan Usaha Lainnya
b. Informasi investasi dalam Mudharabah menurut jenisnya
c. Penyisihan kerugian investasi dalam Mudharabah selama periode
d. PSAK mensyaratkan pengungkapan. 101 tentang Penyajian Laporan keuangan
syariah.
1. Dana yang diterima dari pemegang dana akad mudharabah dicatat sebagai dana syirkah
temporer sebesar nilai tunai atau nilai wajar dari aset non tunai yang diterima.
2. .Mengukur Dana Syirkah Sementara
Dana sementara Syirkah dinilai sebesar nilai wajar aset tunai atau non tunai yang
diterima
Jurnal:
Catatan harian tentang kapan hasil dari redistribusi dana Syirkah sementara dibagikan.
Hak pihak ketiga atas pembagian keuntungan Dana Syirkah Sementara yang
diperhitungkan tetapi tidak dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai kewajiban
sebesar pembagian keuntungan sebesar bagian hak pemilik dana. lebih banyak dana.
Jurnal :
Dr. Beban Bagi Hasil Mudharabah xxx
4. Di sisi lain, jika pengelola dana mengelola sendiri dana Mudharabah, ini berarti
pendapatan dan pengeluaran dicatat dan pencatatannya sama dengan akuntansi
tradisional. Jadi saat mencatat pendapatan:
Dr. Kas/Piutang xxx
Kr. Pendapatan xxx
Jika mendapatkan keuntungan, akun pencatatan jurnal umum diakhir periode yaitu :
Jurnal penutup :
Dr. Pendapatan yang belum dibagikan xxx
Catatan : penyisihan kerugian disajikan sebagai akun kontrak dari dana syirkah temporer
5. Kerugian yang dikarenakan kesalahan dan kelalaian pada pegelola dana yang kemudian
dijadikan sebagai beban pengelola dana
Jurnal :
Dr. Beban xxx
Kr. Utang lain – lain/ Kas xxx
6. Pada akhir akad
Jurnal :
Dr. Dana syirkah temporer xxx
Kr. Kas/Aset nonkas xxx
Jika ada penyisihan kerugian sebelumnya
Jurnal :
Dr.dana syrikah temporer xxx
Kr. Kas/Aset nonkas xxx
Kr. Penyisihan xxx
7. Penyajian
Laporan keuangan disajikan oleh pengelola dana sebagai transaksi mudharabah:
A. Untuk setiap jenis mudharabah, dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan
sebesar nilai tercatatnya, yaitu jumlah dana syirkah temporer dikurangi penyisihan
kerugian.
B. Meskipun temporer syirkah yang digunakan saat ini masih digunakan oleh orang-
orang dan digunakan sebagai pos untuk syirkah yang saat ini digunakan sebagai
kewajiban,
8. Pengungkapan
Dalam laporan keuangan, pengelola dana mengungkapkan transaksi mudharabah:
A. Isi akad utama usaha mudharabah, seperti porsi data, pembagian hasil usaha, dan
kegiatan, lainnya
B. rincian jenis dana syirkah temporer yang diterima
C. pencairan dana yang berasal dari mudharabah muqayadah.pengungkapan yang
diwajibkan sesuai dengan PSAK No.101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syariah
Jika akadnya adalah Mudharabah Muqayyadah, maka asumsi pencatatan bagi pengelola
dana didasarkan pada akad mudharabah muthlaqah dimana dana dari pemilik dana disalurkan
langsung ke pengelola dana lain (kedua) dan pengelola dana pertama hanya berfungsi sebagai
perantara antara pengelola dana. pemilik dan pengelola dana.sumber dana kedua;Setelah itu,
dana untuk jenis ini akan dilaporkan di luar neraca.Pengelola dana pertama akan diberi
kompensasi karena mempertemukan para pihak sebagai bagian dari kegiatan ini.Sementara itu,
keuntungan- nisbah bagi hasil berlaku antara pemilik dana dan pengelola dana lain (kedua).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam Mudharabah, investor tidak boleh menuntut jumlah tertentu untuk bagiannya
karena hal itu sama dengan riba yang menuntut imbalan tanpa ada faktor penyeimbang (iwad)
yang diizinkan oleh Syariah. (lihat Bab 5). Misalnya, dia mengatakan memberikan dana Rp 100
juta dan menerima Rp 5 juta setiap bulan. Dalam mudharabah, bagi hasil harus dalam bentuk
persentase atau nisbah. Misal 70:30, dana pengelolanya 70% dan pemilik dana 30%. Besarnya
keuntungan yang diterima tergantung pada keuntungan yang diperoleh. Keuntungan yang
dibagikan harus menggunakan nilai realisasi yang mengacu pada laporan keuangan yang disusun
secara periodik oleh pengelola dana dan diserahkan kepada pemilik dana, bukan nilai yang
diproyeksikan.
Umumnya Mudharabah tidak memiliki jaminan modal, namun pemilik dana dapat
meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga untuk memastikan pengelola dana tidak
melakukan penyimpangan. Tentu saja, jaminan ini hanya dapat dicairkan jika pengelola dana
terbukti telah bertindak dengan sengaja, lalai, atau melanggar apa yang telah disepakati bersama
dalam kontrak.
DAFTAR PUSTAKA
Sri Nurhayati Dan Wasilah, Akuntansi Syariah, Di Indonesia, Edisi 5, Penerbit Salembah Empat,
2019