Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH AKUNTASI MUDHARABAH

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1. Hardiyana M.Guli C30120183


2. Isma Wahyuriny C30120188
3. Nurulitha Rahma Muslaeni C30120194
4. Andini Uwete C30120196
5. Virgina Agnesia C30120233

UNIVERSITAS TADULAKO

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

AKUNTANSI

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya para penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan penyusunan makalah ini berjalan sesuai harapan.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Ibu Dr.Jurana.N.S., SE, MSA sebagai
dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Syariah yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu para penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Palu, 04 November 2022


DAFTAR ISI

BAB I ........................................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................................................. 5
BAB II .......................................................................................................................................................... 6
2.1 Karakteristik akad Mudharabah ........................................................................................................ 6
2.2 Jenis – jenis Mudharabah .................................................................................................................. 8
2.3 Rukun dan Ketentuan Syariah Mudharabah ..................................................................................... 9
2.4 Pencatatan, penyajian, dan pengungkapan transaksi Mudharabah................................................ 11
BAB III ....................................................................................................................................................... 23
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................... 24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mudharabah adalah perjanjian kerjasama usaha untuk melakukan kegiatan usaha antara
pemilik dana dan pengelola dana, dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah bagi hasil
yang disepakati kedua belah pihak. Pemilik dana bertanggung jawab kecuali atas kerugian yang
disebabkan oleh kesalahan, kelalaian atau pelanggaran. PSAK 105, par 18 memberikan beberapa
contoh bentuk kelalaian pengelola dana yaitu: persyaratan yang telah disepakati dalam akad tidak
dipenuhi, Keadaan di luar kemampuan normal (force majeure) dan keadaan yang diatur dalam
kontrak, atau hasil keputusan dari lembaga yang berwenang.

Akad mudharabah adalah pendanaan atau investasi yang berdasarkan kepercayaan.


Unsur terpenting dalam Akad Mudharabah yaitu kepercayaan, yang mana kepercayaan pemilik
dana kepada pengelola dana. Oleh karena itu, Mudharabahnya dalam bahasa Inggris dikenal
dengan Trust Funding (dana kepercayaan) karena kepercayaan adalah faktor terpenting. Pemilik
dana atau investor dikenal sebagai beneficial ownership (kepemilikan yang menguntungkan) atau
sleeping partner (yang hanya menanamkan modal) dan pengelola dana dikenal sebagai managing
trustee (yang bertanggung jawab atas kegiatan operasional perusahaan) atau labour partner (mitra
kerja). (Syahdeini, 1999)

Apabila usaha tersebut mengalami kegagalan dan terjadi kerugian yangmengakibatkan


sebagaian atau bahkan seluruh modal yang di tanamkan oleh pemilik dana habis, maka yang
menanggung kerugian keuangan hanya pemilik dana.Sedangan pengelola dana sama sekali tidak
menanggung atau tidak harus mangantikerugian atas modal yang hilang, kecuali kerugian
tersebut terjadi sebagai akibatkesengajaan, kelalaian atau pelanggaran akad yang di lakukan oleh
pengelola dana.Pengelolah dana hanya menanggung kehilangan atau resiko berupa waktu,
pikiran,dan jerih payah yang telah di curahkannya selama mengelola proyek atau usahatersebut,
serta kehilangan kesempatan untuk memperoleh sebagian dari pembagiansesuai dengan yang
telah di tetapkan dalam perjanjian mudharabah.
Hal tersebut sesuai dengan prinsip sistem keuangan syariah yaitu bahwa pihak-pihak
yang terlibat dalam suatu transaksi harus bersama -sama menanggungrisiko (berbagi risiko),
dalam hal transaksi mudharabah, pemilik dana akanmenanggung resiko financial sedangkan
pengelola dana akan menanggung resikononfinancial. Dalam mudharabah, pemilik dana tidak
boleh mensyaratkan sejumlahtertentu untuk bagiannyaKarna dapat di persamakan dengan riba
yaitu meminta kelebihan atau imbalantanpa ada faktor penyeimbang (iwad) yang di perbolehkan
syariah sehingga besarnyakentungan yang di terimah tergantung pada laba yang di hasilkan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa karakteristik akad Mudharabah?


2. Apa saja jenis – jenis Mudharabah?
3. Apa rukun dan ketentuan syariah Mudharabah?
4. Jelaskan pencatatan, penyajian, dan pengungkapan transaksi Mudharabah!

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui karakteristik akad Mudharabah


2. Untuk mengetahui jenis - jenis Mudharabah
3. Untuk mengetahui rukun dan ketentuan syariah Mudharabah
4. Untuk mengetahui pencatatan, penyajian, dan pengungkapan transaksi Mudharabah.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik akad Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata adhdharby fil ardhi yang artinya berpergian untuk urusan
dagang. Disebut juga qiradh yang berasal dari kata alqardhu, yang artinya pemilik memotong
sebagian hartanya dan memperdagangkannya untuk mendapatkan keuntungan.

Secara teknis, Mudharabah adalah perjanjian kerjasama usaha untuk melakukan


kegiatan usaha antara pemilik dana dan pengelola dana, dengan pembagian keuntungan
berdasarkan nisbah bagi hasil yang disepakati kedua belah pihak. Pemilik dana bertanggung
jawab kecuali atas kerugian yang disebabkan oleh kesalahan, kelalaian atau pelanggaran. PSAK
105, par 18 memberikan beberapa contoh bentuk kelalaian pengelola dana yaitu: persyaratan
yang telah disepakati dalam akad tidak dipenuhi, Keadaan di luar kemampuan normal (force
majeure) dan keadaan yang diatur dalam kontrak, atau hasil keputusan dari lembaga yang
berwenang.

Akad mudharabah adalah pendanaan atau investasi yang berdasarkan kepercayaan.


Unsur terpenting dalam Akad Mudharabah yaitu kepercayaan, yang mana kepercayaan pemilik
dana kepada pengelola dana. Oleh karena itu, Mudharabahnya dalam bahasa Inggris dikenal
dengan Trust Funding (dana kepercayaan) karena kepercayaan adalah faktor terpenting. Pemilik
dana atau investor dikenal sebagai beneficial ownership (kepemilikan yang menguntungkan) atau
sleeping partner (yang hanya menanamkan modal) dan pengelola dana dikenal sebagai managing
trustee (yang bertanggung jawab atas kegiatan operasional perusahaan) atau labour partner (mitra
kerja). (Syahdeini, 1999)

Kepercayaan ini penting dalam akad mudharabah karena pemilik dana tidak
diperkenankan ikut campur dalam pengelolaan perusahaan atau proyek yang didanainya, kecuali
memberi nasihat dan pengawasan kepada pengelola dana. Dalam hal terjadi kegagalan transaksi
yang mengakibatkan hilangnya seluruh atau sebagian modal yang ditanamkan pemilik dana,
maka pemilik dana sendiri yang menanggung kerugian finansial. Di sisi lain, pengelola dana
tidak wajib menanggung atau mengganti kerugian modal yang hilang kecuali kerugian tersebut
diakibatkan oleh tindakan, kelalaian, atau pelanggaran kontrak yang disengaja oleh pengelola
dana. Pengelola dana hanya bertanggung jawab atas kerugian atau risiko berupa waktu, pikiran,
dan tenaga yang dikeluarkan dalam mengelola proyek atau bisnis dan hilangnya kesempatan
untuk menerima sebagian bagi hasil berdasarkan Perjanjian Mudharabah.

Hal ini sejalan dengan prinsip sistem keuangan Syariah. Artinya, pihak-pihak yang
terlibat dalam transaksi harus secara bersama-sama menanggung risiko (berbagi risiko). Pemilik
dana menanggung risiko keuangan sedangakan pengelola dana menanggung risiko non-
keuangan. Sebagaimana telah dijelaskan diatas hal ini sesuai dengan hadis Nabi yang
diriwayatkan oleh Ali r.a : “Pungutan itu tergantung pada kekayaan. Sedangkan laba tergantung
pada apa yang mereka sepakati bersama”

Dalam Mudharabah, investor tidak boleh menuntut jumlah tertentu untuk bagiannya
karena hal itu sama dengan riba yang menuntut imbalan tanpa ada faktor penyeimbang (iwad)
yang diizinkan oleh Syariah. (lihat Bab 5). Misalnya, dia mengatakan memberikan dana Rp 100
juta dan menerima Rp 5 juta setiap bulan. Dalam mudharabah, bagi hasil harus dalam bentuk
persentase atau nisbah. Misal 70:30, dana pengelolanya 70% dan pemilik dana 30%. Besarnya
keuntungan yang diterima tergantung pada keuntungan yang diperoleh. Keuntungan yang
dibagikan harus menggunakan nilai realisasi yang mengacu pada laporan keuangan yang disusun
secara periodik oleh pengelola dana dan diserahkan kepada pemilik dana, bukan nilai yang
diproyeksikan.

Umumnya Mudharabah tidak memiliki jaminan modal, namun pemilik dana dapat
meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga untuk memastikan pengelola dana tidak
melakukan penyimpangan. Tentu saja, jaminan ini hanya dapat dicairkan jika pengelola dana
terbukti telah bertindak dengan sengaja, lalai, atau melanggar apa yang telah disepakati bersama
dalam kontrak.

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, dapat dikatakan akad mudharabah adalah
bentuk investasi yang berisiko tinggi mengingat pengelola dana memiliki kendali penuh atas
operasi. Risiko penggunaan modal terkait dengan kesesuaian penggunaan modal untuk tujuan
atau ketentuan yang disepakati, yaitu memaksimalkan kepentingan kedua belah pihak. Selain itu,
informasi bisnis disimpan oleh pengelola dana dan pemilik dana memiliki informasi yang
terbatas. Oleh karena itu, sangat penting bagi pemilik dana untuk mencari pengelola dana yang
berakhlak mulia, amanah, jujur, kompeten dan berwawasan luas.

2.2 Jenis – jenis Mudharabah

Dalam PSAK mudharabah dikategorikan dalam 3 jenis yaitu Mudharabah Muthalaqah,


Mudharabah Muqayyadah, dan Mudharabah Musytarakah.

1. Mudharabah Muthalaqah merupakan mudharabah dimana pengelola dana mendapat


kebebasan dari pemilik dana dalam pengelolaan investasinya. Mudharabah ini juga
disebut investasi tidak terikat.
Jenis mudharabah ini tidak menentukan keabsahan wilayah di mana bisnis
dilakukan, juga tidak menentukan jalur perdagangan, industri, atau jalur layanan di mana
bisnis itu dilakukan. Tetapi kebebasan ini sama sekali bukan kebebasan tanpa batas.
Modal yang diinvestasikan tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek atau investasi
yang dilarang oleh Islam. Seperti: perdagangan minuman keras (sekalipun memperoleh
izin dari pemerintah), peternakan babi, ataupun berkaitan dengan riba dan lain
sebagainya.
Dalam Mudharabah Muthlaqah, yang mengelola dana memiliki suatu kewenangan
untuk melakukan hal apa saja yang termasuk dalam pelaksanaan bisnis bagi pencapaian
tujuan mudharabah itu. Tetapi, apabila ternyata yang mengelola dana melakukan
kelalaian atau kecurangan, maka yang mengelola dana harus bertanggung jawab atas
permasalahan yang di timbulkannya. Sementara itu apabila terjadi kerugian atas usaha
itu, namun jika kelalaian atau kecurangan yang terjadi bukan kesalahan dari pengelola
dana maka kerugian tersebut akan di tanggung oleh pemilik dana.
2. Mudharabah Muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan
kepada yang mengelola yaitu mengenai dana alokasi ,cara dan/objek investasi atau
sektor usaha. Contohnya, dana yang di miliki pemilik dana tidak boleh di campur dengan
yang lainnya, kemudian tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan kredit
tanpa jaminan atau menjamin pengelola dana untuk melakukan investasi sendirinya tanpa
di campuri pihak ketiga, (PSAK par 07). Mudharabah seperti ini di sebut investasi
terikat.
Jika pengelola dana melakukan tindakan yang di larang dengan syarat yang buat
oleh pemilik dana, maka pengelola dana harus bertanggung jawab atas perbuatannya
termasuk juga bertanggung jawab atas konsekuensi keuangan.
3. Mudharabah Mustytarakah adalah murharabah yang pengelola dananya harus
menyertakan modal atau dana dalam kerja sama investasi.
Pada saat awal kerja sama, akad yang di setujui adalah akad Mudharab dimana
modalnya 100% dari pemilik dana, kemudian seiring berjalannya operasi usaha dengan
pertimbangan yang tertentu dan sudah di sepakati dengan pemiki dana, pengelola dana
yang ikut menanamkan modalnya dalam usaha tersebut, mudharabah jenis ini di sebut
Mudharabah Mustytarakah merupakan penyesuaian antara akad Mudharabah dan akad
Mustyarakah.

2.3 Rukun dan Ketentuan Syariah Mudharabah

Rukun mudharabah ada empat yaitu :

1. Pelaku/orang yang terlibat : pemilik dana dan pengelola dana


2. Objek mudharabah seperti : modal dan kerja
3. Ijab kabul /serah terima
4. Nisbah keuntungan

Ketentuan syariah adalah sebagai berikut

1. Pelaku
 Orang yang terlibat harus paham hukum dan baliqh
 Pelaku akad mudharabah bisa di lakukan bersama atau nonmuslim
 Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tapi di izinkan
untuk mengawasi
2. Objek mudharabah (modal dan kerja)
Objek mudharabah suatu konsekuensi yang logis dengan di lakukannya akad
mudharabah
a. Modal
 Modal yang di berikan bisa seperti uang atau aset lainnya yang di lihat dari
sebesar nilai wajar, harus jelas jumlah dan jenisnya
 Modal harus di bayar cash atau tunai dan tidak boleh di utang. Jika tanpa
setoran modal,sama saja dengan pemilik dana tidak memberikan kontribusi
apapun padahal ppengelola dan harus bekerja.
 Modal yang di berikan harus jelas jumlah modalnnya sehingga dapat di
bedakan dari keuntunganya.
 Pengelola dana tidak di izinkan untuk memudaharabahkan kembali modal
mudharabah dan jika di ketahui maka di anggap terjadi pelanggaran kecuali
sudah di izinkan pemilik dana
 Pengelola dana tidak di izinkan untuk meminjamkan modal kepada orang lain,
jika terjadi maka di anggap melalukan pelanggaran kecuali sudah di izinkan
pemilik dana
 Pengelola dana di beri kuasa untuk mengontrol modal menurut kebijaksanaan
dan pemikirannya sendiri, selama yang dilakukan tidak melanggar aturan
secara syariah.
b. Kerja
 Kerja sama yang di lakukan pengelola dana bisa berbentuk keahlian,
keterampilan, keterampila menjual, keterampilan manajemen, dan lain
sebagainya
 Kerja adalah kebebasan pengelola dana dan tidak boleh di campur tangan
oleh pemilik dana
 Pengelola dana harus membangun usaha secara syariah
 Pengelola dana harus mengikuti semua asyarat yang di tetapkan dalam
kontrak
 Jika pengelola dana tetapi tidak melakukan kewajiban atau melakukan
pelanggaran terhadap kesepakatan yang ada, kemudian pengelola dana sudah
menerima modal dan sudah bekerja maka penglola dana mempunyai hak
untuk mendapatkan imbalan ganti rugi atau upah
c. Ijab kabul
Adalah suatu pernyataan atau perasaan saling rida/rela di antara pihak-pihak pelakua
akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui surat atau dengan cara
komunikasi yang moderen.
d. Nisbah keuntungan
 Nisbah adalah suatu besaran yang di gunakan untuk pembagaian keuntungan.
Memberikan imbalan yang berhak di terima oleh kedua pihak yang
bermudharabah atas keuntungan yang di dapatkan. Pengelola dana
memperoleh upah atas usahanya sendiri. Sedangkan pemilik dana mendapat
imbalah/upah atas penyertaan modalnya. Keuntungan nisbah harus di ketahui
dengan jelas oleh kedua belah pihak, maka inilah yang mencegah terjadinya
kesalahpahaman antara kedua belah pihak dalam pembagian keuntungan.
Apabila memang dalam akad tidak di jelaskan porsinya masing-masing,
maka yang terjadi pembagian nya menjadi 50% dan 50%
 Jika Nisbah mengalami perubahan, maka harus di dasari kesepakatan antara
kedua belah pihak.
 Pemilik dana tidak boleh meminta bagian keuntungannya dengan mengatakan
nilai nominal, karena akan menimbulkan riba.

Pada hakikatnya pengelola dana tidak di perbolehkan untuk memudharabahkan kembali modal
mudharabah. Jika terjadi maka di anggap pelanggaran kecuali sudah di izinkan pemilik dana.
Jika pengelola dan di perbolehkan oleh pemilik dana untuk memudharabahkan kembali modal
mudharabahnya maka dalam kasus seperti ini pembagian keutungannya, dimana pemilik dana
mendapatkan keuntungan sesuai dengan kesepakatan awal antara dia dan pengelola dana
pertama. Sementara itu bagian keutungan dari pengelola dana pertama di bagikan dengan
pengelola dana yang kedua sesuai dengan porsi yang telah di sepakati antara kedua pihak.

Jika terjadi kerugian maka yang menanggung adalah pemilik dana kecuali ada kesalahan atau
pelanggaran kontrak yang di lakukan pengelola dana, maka cara menyelesaikannya yaitu dengan
cara sebagai berikut:

 Langkah pertama yaitu dengan cara mengambil keuntungan terlebih dahulu,


karena keuntungan merupakan pelindung dari modal.
 Apabila kerugian terjadi melebihi keutungan, maka yang di ambil pokok modal.

2.4 Pencatatan, penyajian, dan pengungkapan transaksi Mudharabah

Prinsip Pembagian Hasil Usaha (Psak 105 Par 11)


Istilah bagi hasil di dalam mudhrabah tidak tepat, karena dalam mudharabah hanya
keuntungan saja yang dibagikan bukan kerugian. Oleh karena itu, untuk pembahasan lebih lanjut
akan digunakan istilah prinsip bagi hasil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang No. 10
tahun 1998, karena kerugian tidak ditanggung bersama antara pemilik dana dan pengelola dana
jika transaksi gagal, tetapi pemilik dana harus yang menanggungnya sendiri.

Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan atas dasar pengakuan pendapatan mudharabah.
Dalam praktiknya, dapat dipelajari dari laporan bagi hasil realisasi pendapatan operasional
pengelola dana. Pendapatan dari hasil operasi yang diproyeksikan tidak diakui.

Dalam akad harus menetapkan biaya mana yang dapat dikurangkan dari pendapatan, untuk
menghindari perselisihan tentang biaya yang dikeluarkan oleh pengelola dana.
Berikut contoh dari pembagian hasil usaha :
Data :
Penjualan Rp 1.000.000
HPP (Rp 650.000)
Laba Kotor Rp 350.000
Biaya-biaya (Rp 250.000)
Laba (rugi) bersih Rp 100.000

1. Berdasarkan prinsip bagi hasil, rasio pemilik dana : pengelola dana = 30:70

Pemilik dana = 30% x Rp100.000 = Rp30.000


Pengelola dana = 70% x Rp100.000 = Rp70.000

Dasar dari pembagian hasil usaha tersebut adalah laba bersih/netto, yaitu laba kotor dikurangi
biaya-biaya yang terkait dengan pengelolaan modal Mudharabah.
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, dasar bagi hasil usaha adalah rasio laba kotor/bruto bukan
pendapatan usaha, dan rasionya adalah Pemilik dana : Prngelola dana = 10 : 90

Bank Syariah = 10% x Rp350.000 = Rp35.000


Pengelola = 90% x Rp350.000 = Rp315.000

Apabila akad mudharabah melebihi dari satu periode pelaporan, maka penghasilan usaha
diakui dalam dalam periode terjadinya hak bagi hasil tesebut sesuai dengan rasio yang
disepakati (PSAK 105 par 20).

Bagi Hasil Untuk Akad Mudharabah Musyarakah (Psak 105 Par 34)

Hasil bagi hasil untu akad kategori ini bisa digunakan dengan 2 pendekatan yakni :

1. Hasil investasi akan dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai dengan nisbah
yang telah disepakati, kemudian bagian hasil investasi sesudah dikurangi untuk pengelola
dana (sebagai musytarik) dibagikan antara pengelola dan pemilik dana sesuai dengan porsi
modal masing-masing.

2. Hasil investasi dibagikan dengan pengelola dana dan pemilik dana sesuai dengan modal
saham masing-masing, setelah dikurangi olrh pengelola dana (sebagai musytarik) tersebut
dibagikan antara pengelola dana dan pemilik dalam proporsi yang telah disepakati. Misalnya,
kerugian akan ditanggung bersama sesuai dengan porsi modal Musytarik apabila terjadi
kerugian atas investasi.

Tuan A menginvestasikan Rp2 juta di toko siomay milik Tuan B dengan akad Mudharabah.
Rasio yang disepakati oleh A dan B adalah 1 : 3. Dan setelah usaha telah berjalan,
dibutuhkan dana tambahan, maka tuan A setuju, dan tuan B juga menginvestasikan sebesar
Rp. 500.000, Oleh karena itu, bentuk akadnya adalah akad Mudharabah Musytarakah.
Keuntungan yang dihasilkan pada bulan Januari 2008 adalah Rp 1.000.000.
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 34, bagi hasil, jika ada keuntungan, dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:

Alternatif 1 :
Yang pertama, hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai nisbah
yang disepakati :
Bagian A : ¼ x Rp 1.000.000 = 250.000
Bagian B : ¾ x Rp 1.000.000 = 750.000
Kemudian bagi hasil investasi pengelola dana setelah dikurangi (Rp 1.000.000 - Rp 750.000)
akan dibagi kepada pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana sesuai dengan
bagian modalnya.
Bagian A : Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 x 250.000 = Rp 200.000
Bagian B : Rp 500.000/Rp 2.500.000 x 250.000 = Rp 50.000
Sehingga B sebagai pengelola dana akan mendapatkan sebesar Rp 750.000 + Rp 50.000 = Rp
800.000, dan A sebagai pemilik dana akan mendapatkan sebesar Rp 200.000.

Alternatif 2 :
Yang pertama, hasil dari investasi dibagikan antara pengelola dana (sebagai muystarik) dan
pemilik dana sesuai dari posri modal masing-masing,
Bagian A : Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp. 800.000
Bagian B : Rp 500.000/Rp 2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp 200.000
Selanjutnya hasil dari investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana (sebagai muystarik)
sebesar Rp 800.000 (Rp 1.000.000 – Rp 200.000) dibagi antara pengelola dana dan pemilik
dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.
Bagian A : ¼ x Rp 800.000 = 200.000
Bagian B : ¾ x Rp 800.000 = 600.000
Jadi B sebagai pemilik dana akan mendapatkan sebesar Rp 200.000 + Rp 600.000 = Rp
800.000 dan A sebagai pemilik dana akan mendapatkan sebesar Rp 200.000.
Kerugian akan dibagi sesuai dengan porsi modal para musytarik apabila terjadi kerugian atas
investasi. Contohnya terjadi kerugian sebesar Rp 1.000.000, maka A akan menanggung rugi
tersebut sebesar :
Rp 2.000.000/Rp 2.500.000 x Rp 1.000.000 = Rp 800.000
B akan menanggung rugi tersebut sebesar ;
Rp 500.000/Rp 2.500.000 x Rp. 1.000.000 = Rp 200.000

Perlakuan Akuntansi (Psak 105)


Akuntansi Untuk Pemilik Dana

1. Dana Mudharabah yang dibagikan oleh pemilik dana diperhitungkan sebagai investasi
mudharabah pada saat pembayaran tunai atau penyerahan aset non tunai kepada pengelola
dana.
2. Penilaian investasi mudharabah
a. Investasi tunai mudharabah diukur dengan jumlah yang dibayarkan.
b. Investasi mudharabah sebagai aset non tunai diukur pada nilai wajar aset non tunai pada
saat penyerahan.
Nilai investasi mudharabah sebagai aset nonmoneter harus disepakati oleh pemilik dana dan
pengelola dana pada saat akad.

Ada dua alasan untuk tidak menggunakan dasar biaya historis untuk mengukur aset
nonmoneter (Siswantoro, 2003)
a. Penggunaan nilai-nilai yang disepakati oleh para pihak dalam kontrak untuk mencapai
tujuan akuntansi keuangan.
b. Penggunaan nilai yang disepakati pihak yang melakukan kontrsk untuk nilai aset non-
moneter mengarah pada penerapan konsep representasi yang benar dalam pelaporan.
Investasi dalam Mudharabah dalam bentuk tunai diukur pada jumlah yang dibayarkan,
jurnal pada saat penyerahan kas sebagai berikut :
Dr. Mudharabah xxx
Kr. Kas xxx
Berinvestasi dalam Mudharabah sebagai aset non-moneter yang diukur pada nilai wajar
aset non-moneter pada saat penyerahan, kemungkinannya ada 2 :
a. Jika nilai wajar melebihi nilai tercatat, selisihnya diakui sebagai pendapatan
ditangguhkan dan diamortisasi selama jangka waktu akad mudharabah.
Jurnal pada saat penyerahan aset nonkas :
Dr. Investasi mudharabah xxx
Kr. Keuntungan tangguhan xxx
Kr. Aset berwujud xxx
Jurnal amortisasi keuntungan tangguhan :

Dr. Keuntungan tangguhan xxx

Kr. Keuntungan xxx

b. Jika nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat, selisihnya diakui sebagai kerugian dan
diakui pada saat penyerahan aset.
Jurnal :

Dr. Investasi mudharabah xxx

Dr. Kerugian xxx

Kr. Aset berwujud mudharabah xxx

3. Penurunan nilai investasi dalam Mudharabah dalam aset berwujud


a. Penurunan sebelum dimulainya operasi
Jika nilai investasi Mudharabah menurun sebelum dimulainya operasi karena kerusakan,
kerugian atau faktor lain yang tidak disebabkan oleh kelalaian atau kelalaian pengelola
dana, penurunan nilai akan dicatat sebagai kerugian dan saldo investasi Mudharabah akan
berkurang
Jurnal :

Dr. Kerugian investasi mudharabah xxx

Kr. Investasi mudharabah xxx

b. Kerugian penurunan nilai pasca-mulai


Jika sebagian dari investasi di Mudharabah hilang setelah dimulainya operasi bukan
karena kesalahan atau kelalaian dari pengelola dana, kerugian tersebut tidak akan
langsung dikurangi dengan jumlah yang diinvestasikan dalam Mudharabah tetapi akan
dihitung pada saat pembagian keuntungan.
Jurnal :

Dr. Kerugian investasi mudharabah xxx

Kr. Penyisihan investasi mudharabah xxx

Dr. Kas xxx

Dr. Penyisihan investasi mudharabah xxx

Kr Pembagian manfaat mudharabah xxx

4. kerugian
Kerugian yang terjadi pada periode sebelum berakhirnya akad mudharabah akan dicatat
sebagai kerugian dan dicatat dalam bentuk cadangan kerugian investasi.
Jurnal :

Dr. Kerugian investasi mudharabah xxx

Kr. Penyisihan kerugian investasi mudharabah xxx

Catatan :

Tujuannya dicatat sebagai penyisihan agar nilai investasi awal Mudharabah jelas.

5. Hasil usaha
Bagian dari pendapatan operasional yang tidak dibayarkan oleh pengelola dana
dilaporkan sebagai piutang.

Jurnal :

Dr. Hak bagi hasil xxx

Kr. Pembagian manfaat mudharabah xxx

Ketika manajer dana membayar distribusi keuntungan


Jurnal :

Dr. Kas xxx

Kr. pembagian keuntungan xxx

6. Perjanjian Mudharabah berakhir


Pada akhir akad mudharabah, selisih investasi mudharabah setelah dikurangi kompensasi
kerugian investasi. Pengembalian investasi di Mudharabah. diakui sebagai laba rugi.

Jurnal :

Dr. Kas/Piutang/Aset Non Tunai xxx

Dr. Penyisihan kerugian investasi dalam Mudharabah xxx

Kr. Investasi mudharabah xxx

Kr. Keuntungan investasi mudharabah xxx

ATAU

Dr. Kas/piutang/aset nonton tunai xxx

Dr. Penyisihan kerugian investasi dalam mudharabah xxx

Dr. Kerugian investasi mudharabah xxx

Kr. Investasi mudharabah xxx

7. Penyajian
Pemilik dana akan mempertanggungjawabkan investasinya di Mudharabah sebesar nilai
buku dalam laporan keuangannya. Nilai investasi H. Mudharabah dikurangi penyisihan
kerugian.
8. Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi Mudharabah,
termasuk namun tidak terbatas pada:
a. Isi Perjanjian Induk Mudharabah dan Usaha Lainnya
b. Informasi investasi dalam Mudharabah menurut jenisnya
c. Penyisihan kerugian investasi dalam Mudharabah selama periode
d. PSAK mensyaratkan pengungkapan. 101 tentang Penyajian Laporan keuangan
syariah.

AKUNTANSI UNTUK PENGELOLA DANA DANA

1. Dana yang diterima dari pemegang dana akad mudharabah dicatat sebagai dana syirkah
temporer sebesar nilai tunai atau nilai wajar dari aset non tunai yang diterima.
2. .Mengukur Dana Syirkah Sementara
Dana sementara Syirkah dinilai sebesar nilai wajar aset tunai atau non tunai yang
diterima

Jurnal:

Dr. Kas/aset/nonkas xxx

Kr. Dana syirkah temporer xxx

3. Redistribusi Dana Shirka Sementara


Ketika pengelola dana mendistribusikan kembali dana syirkah yang diterima secara
temporer, pengelola dana mengakuinya sebagai aset (investasi mudharabah), mirip
dengan akuntansi pemilik dana. Dan dia menjumlahkan pendapatan sebelum dikurangi
kepemilikan.

Catatan harian tentang kapan hasil dari redistribusi dana Syirkah sementara dibagikan.

Dr. Kas/piutang xxx

Kr. Pendapatan yang belum di bagikan xxx

Hak pihak ketiga atas pembagian keuntungan Dana Syirkah Sementara yang
diperhitungkan tetapi tidak dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai kewajiban
sebesar pembagian keuntungan sebesar bagian hak pemilik dana. lebih banyak dana.

Jurnal :
Dr. Beban Bagi Hasil Mudharabah xxx

Kr. Utang bagi hasil mudharabah xxx

Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil

Dr. Utang bagi hasil mudharabah xxx

Kr. Kas xxx

4. Di sisi lain, jika pengelola dana mengelola sendiri dana Mudharabah, ini berarti
pendapatan dan pengeluaran dicatat dan pencatatannya sama dengan akuntansi
tradisional. Jadi saat mencatat pendapatan:
Dr. Kas/Piutang xxx
Kr. Pendapatan xxx

Saat munculnya beban :

Dr. Beban xxx

Kr. Kas/Utang xxx

Jika mendapatkan keuntungan, akun pencatatan jurnal umum diakhir periode yaitu :

Dr. Pendapatan xxx

Kr. Beban xxx

Kr. Pendapatan yang belum dibagikan xxx

Pencatatan jurnal jika dibagihasil kepada pemilik dana :

Dr. Beban bagi hasil Mudharabah – pemilik dana xxx

Dr. Beban bagi hasil Mudharabah – Pemilik dana xxx

Kr. Utang bagi hasil Mudharabah xxx

Jurnal penutup :
Dr. Pendapatan yang belum dibagikan xxx

Kr. Beban bagi hasil Mudharabah – Pemilik dana xxx

Kr. Beban bagi hasil Mudharabah – pengelola dana xxx

Jurnal saat pengelola dana membayar bagi hasil :

Dr. Utang bagi hasil Mudharabah xxx

Kr. Kas xxx

Jurnal Penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian :

Dr. Pendapatan xxx

Dr. Penyisihan kerugian xxx

Kr. Beban xxx

Catatan : penyisihan kerugian disajikan sebagai akun kontrak dari dana syirkah temporer

5. Kerugian yang dikarenakan kesalahan dan kelalaian pada pegelola dana yang kemudian
dijadikan sebagai beban pengelola dana
Jurnal :
Dr. Beban xxx
Kr. Utang lain – lain/ Kas xxx
6. Pada akhir akad
Jurnal :
Dr. Dana syirkah temporer xxx
Kr. Kas/Aset nonkas xxx
Jika ada penyisihan kerugian sebelumnya
Jurnal :
Dr.dana syrikah temporer xxx
Kr. Kas/Aset nonkas xxx
Kr. Penyisihan xxx
7. Penyajian
Laporan keuangan disajikan oleh pengelola dana sebagai transaksi mudharabah:
A. Untuk setiap jenis mudharabah, dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan
sebesar nilai tercatatnya, yaitu jumlah dana syirkah temporer dikurangi penyisihan
kerugian.
B. Meskipun temporer syirkah yang digunakan saat ini masih digunakan oleh orang-
orang dan digunakan sebagai pos untuk syirkah yang saat ini digunakan sebagai
kewajiban,
8. Pengungkapan
Dalam laporan keuangan, pengelola dana mengungkapkan transaksi mudharabah:
A. Isi akad utama usaha mudharabah, seperti porsi data, pembagian hasil usaha, dan
kegiatan, lainnya
B. rincian jenis dana syirkah temporer yang diterima
C. pencairan dana yang berasal dari mudharabah muqayadah.pengungkapan yang
diwajibkan sesuai dengan PSAK No.101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syariah

Jika akadnya adalah Mudharabah Muqayyadah, maka asumsi pencatatan bagi pengelola
dana didasarkan pada akad mudharabah muthlaqah dimana dana dari pemilik dana disalurkan
langsung ke pengelola dana lain (kedua) dan pengelola dana pertama hanya berfungsi sebagai
perantara antara pengelola dana. pemilik dan pengelola dana.sumber dana kedua;Setelah itu,
dana untuk jenis ini akan dilaporkan di luar neraca.Pengelola dana pertama akan diberi
kompensasi karena mempertemukan para pihak sebagai bagian dari kegiatan ini.Sementara itu,
keuntungan- nisbah bagi hasil berlaku antara pemilik dana dan pengelola dana lain (kedua).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Akad mudharabah adalah pendanaan atau investasi yang berdasarkan kepercayaan.


Unsur terpenting dalam Akad Mudharabah yaitu kepercayaan, yang mana kepercayaan pemilik
dana kepada pengelola dana. Oleh karena itu, Mudharabahnya dalam bahasa Inggris dikenal
dengan Trust Funding (dana kepercayaan) karena kepercayaan adalah faktor terpenting. Pemilik
dana atau investor dikenal sebagai beneficial ownership (kepemilikan yang menguntungkan) atau
sleeping partner (yang hanya menanamkan modal) dan pengelola dana dikenal sebagai managing
trustee (yang bertanggung jawab atas kegiatan operasional perusahaan) atau labour partner (mitra
kerja). (Syahdeini, 1999)

Dalam Mudharabah, investor tidak boleh menuntut jumlah tertentu untuk bagiannya
karena hal itu sama dengan riba yang menuntut imbalan tanpa ada faktor penyeimbang (iwad)
yang diizinkan oleh Syariah. (lihat Bab 5). Misalnya, dia mengatakan memberikan dana Rp 100
juta dan menerima Rp 5 juta setiap bulan. Dalam mudharabah, bagi hasil harus dalam bentuk
persentase atau nisbah. Misal 70:30, dana pengelolanya 70% dan pemilik dana 30%. Besarnya
keuntungan yang diterima tergantung pada keuntungan yang diperoleh. Keuntungan yang
dibagikan harus menggunakan nilai realisasi yang mengacu pada laporan keuangan yang disusun
secara periodik oleh pengelola dana dan diserahkan kepada pemilik dana, bukan nilai yang
diproyeksikan.

Umumnya Mudharabah tidak memiliki jaminan modal, namun pemilik dana dapat
meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga untuk memastikan pengelola dana tidak
melakukan penyimpangan. Tentu saja, jaminan ini hanya dapat dicairkan jika pengelola dana
terbukti telah bertindak dengan sengaja, lalai, atau melanggar apa yang telah disepakati bersama
dalam kontrak.
DAFTAR PUSTAKA

Sri Nurhayati Dan Wasilah, Akuntansi Syariah, Di Indonesia, Edisi 5, Penerbit Salembah Empat,
2019

Anda mungkin juga menyukai