Disusun Oleh:
Alvino Hurrai Almu’adz (63040190048)
Nadiya Nafilah (63040190174)
Laelatul Alianto (63040190175)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tugas mata kuliah Tafsir dengan materi
Kandungan Ayat Tentang Distribusi Kekayaan.
Makalah ini kami susun untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen
pengampu, yaitu Bapak Dr. M. Ircham, LC., M.Pd.I. Kami harap makalah ini dapat
digunakan sebagai bahan untuk pembelajaran dan referensi. Kami sadar bahwa dalam
penulisan makalah ini tentunya banyak kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak akan kami terbuka dengan penuh
keterbukaan dan senang hati demi sempurnanya makalah ini. Karena kesempurnaan hanya
milik Allah SWT dan kesalahan itu datangnya dari manusia. Akhirnya kami hanya dapat
berharap agar makalah ini bisa berguna bagi semua pihak. Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB 1.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Teks dan terjemahan Q.S. Al-Hasyr ayat 7..................................................................3
B. Asbabun Nuzul Q.S. Al-Hasyr ayat 7............................................................................4
C. Kandungan dan Penafsiran Q.S. al-Hasyr ayat 7.........................................................5
D. Implikasi Q.S. Al-Hasyr ayat 7 dalam isu kontemporer Saran................................10
BAB III....................................................................................................................................12
PENUTUP...............................................................................................................................12
A. Kesimpulan.....................................................................................................................12
B. Saran...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesenjangan perekonomian sudah menjadi fenomena umum di Indonesia
bahkan keadaannya sudah sangat memprihatinkan. Hal ini bisa dilihat di sekeliling
kita juga dari pemberitaan media massa maupun dari media elektronik.
Harta benda hendaknya tidak hanya menjadi milik dan kekuasaan sekelompok
manusia,tetapi ia harus beredar sehingga dapat dinikmati oleh semua anggota
masyarakat,hal itu sudah menjadi prinsip dasar Islam dalam bidang ekonomi.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya :
“Apa saja yang dikembalikan Allah kepada Rasul-Nya dari penduduk negeri-negeri
maka adalah milik Allah, Rasul, para kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin
dan Ibnu sabil supaya ia tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu. Dan apa yang diberikan Rasul bagi kamu maka terimalah ia dan apa
yang dia larang kamu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah
sesungguhnya Allah sangat keras pembalasan-Nya. ” (Q.S Al-Hasyr :7)1
Kata Kunci
Dalam Q.S Al-Hasyr ayat 7 ini maksud dari beredar adalah bahwa harta itu
hendaknya tidak hanya dimiliki dan dikuasai sekelompok manusia saja, tetapi harus
beredar sehingga dapat dinikmati oleh semua masyarakat karena kekuasaan mutlak
atas segala sesuatu adalah milik Allah semata,seperti yang tercantum dalam kedua
ayat berikut :
1
Shihab M. Quraish,TAFSIR AL-MISHBAH Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Q ur’an,vol.14,2005 :
111
3
Q.S. Taha ayat 6 : “Kepunyaan-Nyalah semua yang ada di langit, semua yang
ada di bumi, semua yang ada di antara keduanya dan semua yang ada di bawah
tanah”2
Al-Maidah ayat 120 “Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa
yang ada di dalamnya; dan Dia maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Oleh karena itu, pada setiap kepemilikan menusia terdapat hak-hak Allah yang
harus ditunaikan oleh pemiliknya. Manusia adalah pemilik hak, dan hak yang
dimilikinya itu bersifat sementara dan nisbi. Kepemilikan mutlak adalah monopoli
Sang Pencipta, Allah SWT. Untuk itu, manusia harus bertanggung jawab terhadap
asal-usul dan penggunaan hak kepemilikannya di hadapan Allah.
2
Q.S. Taha : 6
4
Dari kaum Ansor lantas berkata bahwa kami akan menyiapkan papan untuk
kaum muhajirin dan tidak akan mengambil bagian dari harta rampasan maka turunlah
surat Al-hasyr ayat 7 ini.
Kandungan Q.S Al-Hasyr ayat 73 : Dalam ayat ini Allah telah berfirman: Apa
saja dari fai’ (harta rampasan yang dikembalikan) yakni diserahkan Allah kepada
Rasul-Nya dari harta benda yang berasal dari penduduk negeri-negeri di mana dan
kapan pun maka semuanya adalah milik Allah. Dia yang berwenang membaginya.
Dia telah menetapkan bahwa harta rampasan itu menjadi milik Rasul, atau pemimpin
tertinggi umat setelah wafatnya Rasulullah SAW, para kerabat Rasul, anak-anak
yatim, orang-orang miskin dan Ibn as-Sabil (orang-orang yang terlantar dalam
perjalanan) supaya harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu. Karena itu laksanakanlah ketetapan Allah ini dan apa saja yang
diberikan Rasul serta hukum-hukum yang ditetapkannya bagi kamu maka terimalah
dengan senang hati dan laksanakanlah dengan tulus dan tinggalkan apa yang dia
larang dan bertakwalah kepada Allah yakni hindari segala hal yang dapat
mendatangkan siksa dan pembalasan-Nya karena sesungguhnya Allah sangat keras
pembalasan-Nya.”
Ayat di atas menjelaskan harta rampasan yang akan diperoleh pada masa-masa
yang akan datang. Di sini seakan-akan ada yang berkata: Kami telah mengetahui
bahwa harta rampasan (fai) yang diperoleh dari Bani an-Nadhir adalah untuk
Rasulullah SAW.
Ayat di atas tidak menggunakan kata “dan” pada awalnya karena ia berfungsi
menjelaskan siapa saja dan berapa banyak pembagian masing-masing dari harta
rampasan secara umum, baik yang diperoleh dari Bani an-Nadhir maupun dari yang
lain, kapan dan di mana pun.
3
Shihab M. Quraish,TAFSIR AL-MISHBAH Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Q ur’an,vol.14,2005 :
112
5
Harta fa’i itu pada dasarnya dan dalam kenyataannya diproyeksikan untuk
kemaslahatan umum seperti yang dipraktikkan melalui kebijakan dan kebajikan
Rasulullah, kemudian untuk masyarakat miskin tertentu dalam hal ini keluarga Nabi
sendiri (khusus Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib), anak-anak yatim, orang-
orang miskin, dan ibnu sabil.
Tujuan utama dari pembagian harta fai (ke dalam lima bagian) yang dilakukan
secara profesional, proporsional, dan prosedural itu, semata-mata untuk mencegah
kemungkinan peredaran harta kekayaan yang selalu dan selamanya berada di dalam
genggaman segelintir orang-orang kaya.4
Semua dan setiap hukum yang dilakukan Rasulullah, wajib diikuti oleh
umatnya. Sebaliknya, setiap hukum yang dilarang oleh Rasulullah, wajib dijauhi oleh
umatnya. Mengikuti hukum Rasulullah itu merupakan bagian dari perintah ketakwaan
kepada Allah, melanggarnya tergolong ke dalam perbuatan dosa yang akan disiksa
oleh Allah.
Allah SWT berfirman yang artinya "apa saja harta rampasan (fai') yang
diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota." Yakni,
semua kota yang telah ditaklukan secara demikian,maka hukumnya disamakan
dengan hukum-hukum harta rampasan perang Bani an-Nadhir.
ِ ِ)فَلِلَّ ِه َولِل َّرسُو ِل َولِ ِذي ْالقُرْ بَ ٰى َو ْاليَتَا َم ٰى َو ْال َم َسا ِكي ِن َواب ِْن ال َّسب
(يل
"Adalah untuk Allah, Rasul, Kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin
dan orang-orang yang telah (sedang) dalam perjalanan, " Demikianlah pihak-pihak
yang berhak menerima harta fai'.
4
desiratnaw,"Tafsir Surat Al-Hasyr (59) Ayat 7",diakses dari
http://desiratnaw.blogspot.com/2017/04/tugas-tafsir-ayat-al-hasyr-ayat-7.html,pada tanggal
27/3/21,pukul 22.00
6
Imam Ahmad Meriwayatkan, Sufyan bin 'Amr dan Ma'ar memberitahu
kepada kami dari az-Zuhri, dari Malik bin Aus bin al-Hadatsan, dari Umar
radiallahuanhu, ia berkata: " Harta Bani an-Nadhir termasuk yang telah Allah berikan
kepada Rasul-Nya, dengan tidak ada usaha terlebih dahulu dari kaum muslimin untuk
mengerahkan unta dan kudanya.
Oleh karena itu, harta rampasan itu hanya khusus untuk Rasulullah, beliau
nafkahkan untuk keluarganya sebagai nafkah untuk satu tahun. Dan sisanya beliau
manfaatkan untuk kuda-kuda perang dan persenjataan di jalan-Nya. Dan pihak-pihak
yang memperoleh bagian harta fai' seperti yang disebutkan dalam ayat diatas
merupakan pihak-pihak yang disebutkan dalam seperlima ghanimah.
Firman-Nya yang artinya "Supaya harta itu jangan hanya beredar diantara
orang-orang kaya saja diantara kamu. "Yakni, Kami jadikan pihak-pihak yang
memperoleh bagian harta fai' ini agar tidak hanya dimonopoli oleh orang-orang kaya
saja, lalu mereka pergunakan sesuai kehendak dan hawa nafsu mereka, serta tidak
mendermakan harta tersebut kepada fakir miskin sedikitpun.
Dan firman-Nya "Apa yang diberika Rasul kepadamu, maka terimalah dia.
Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. "Yakni apapun yang beliau
perintahkan kepada kalian maka kerjakanlah, dan apa yang dilarangnya maka
tinggalkanlah. Karena beliau hanyalah memerintahkan kepada kebaikan dan melarang
keburukan.5
Harta fai’ini dibagikan kepada kerabat-kerabat Rasul dari Bani Hasyim dan
Bani Muthalib, anak-anak yatim yakni fakir, orang-orang miskin yang memerlukan
pertolongan dan orang-orang yang kehabisan belanja dalam perjalanan. Hal ini
5
Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8, Terj. Abdul Ghoffar, (Bogor:
Pustaka Imam asy- Syafi’i,2005), hal 107
7
bermaksud agar harta itu tidak hanya berputar pada lingkungan tertentu saja dari
orang-orang kaya, tetapi tersebar pada berbagai pihak sehingga manfaatnya juga dapat
dirasakan oleh banyak pihak.
Hal ini dilakukan dengan tujuan agar orang-orang yang kaya tidak mengambil
dan mengedarkan diantara mereka saja. Sehingga apabila hal itu terjadi maka akan
semakin kayalah orang kaya itu dan orang-orang fakir tidak mendapatkan sedikit pun
dari harta tersebut.6
Konsep Islam mengenai distribusi kekayaan ini memuat nilai-nilai insani yang
meliputi beberapa hal:
1. ) Kedudukan manusia yang berbeda antara satu dengan yang lain merupakan
kehendak Allah.
Perbedaan ini merupakan bagian upaya manusia untuk bisa memahami nikmat Allah,
sekaligus memahami kedudukannya dengan sesamanya.
Allah berfirman dalam surat Al An’am ayat 165.”Dan dia lah yang
menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian
kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa
yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan
Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Serta dalam surat An Nahl ayat 71. “Dan Allah melebihkan sebahagian kamu
dari sebagian yang lain dalam hal rezki, tetapi orang-orang yang dilebihkan
(rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki mereka kepada budak-budak yang mereka
miliki, agar mereka sama (merasakan) rezki itu.”
Manusia tidak bisa menentukan dirinya untuk berkedudukan lebih tinggi atau
rendah, karena semua itu telah ditentukan Allah.
6
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, ( Semarang: CV. Toha Putra, 1993), cet.ke-2, hal. 61
8
Dalam surat Faathir ayat 2, Allah berfiman. “Apa saja yang Allah
anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, Maka tidak ada seorangpun yang
dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah Maka tidak seorangpun
yang sanggup melepaskannya sesudah itu. dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”
2. ) Pemilikan harta pada hanya beberapa orang dalam suatu masyarakat akan
menimbulkan ketidakseimbangan hidup dan preseden buruk bagi kehidupan.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Huud ayat 116. “Dan orang-orang yang zalim
hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka
adalah orang-orang yang berdosa.”
3. ) Pemerintah dan masyarakat mempunyai peran penting untuk
mendistribusikan kekayaan kepada masyarakat.
Allah dalam surat adz-Dzaariyaat ayat 19 berfirman. “Dan pada harta-harta mereka
ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat
bagian.”
Dan dalam surat al-Baqarah ayat 219 Allah berfirman. “Dan mereka bertanya
kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "yang lebih dari keperluan."
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.”
Dalam surat Az-Zukhruf ayat 32 juga dijelaskan. “Apakah mereka yang
membagi-bagi rahmat Tuhanmu? kami Telah menentukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami Telah meninggikan
sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka
dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa
yang mereka kumpulkan.”
4. ) Islam menganjurkan untuk membagikan harta lewat zakat, sedekah, infaq
dan lainnya guna menjaga keharmonisan dalam kehidupan sosial.
Surat al-Hasyir ayat 7. “Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-
orang Kaya saja di antara kamu.”
Dan Surat ath-Thalaaq ayat 7 Allah berfirman. “Hendaklah orang yang
mampu memberi nafkah menurut kemampuannya.”
9
D. Implikasi Q.S. Al-Hasyr: 7 dengan isu-isu kontemporer
1. Distribusi Zakat
2. Distribusi Warisan
Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan
kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-
bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang Telah
ditetapkan.8
Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang
miskin, Maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang baik. 9
7
QS. At-Taubah ayat 60 dan 103
8
QS. An-Nisa ayat 7
9
QS. An-Nisa ayat 8
10
Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja
harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan." dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha
mengetahuinya.10
10
QS. Al-Baqarah ayat 215
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Quran telah menekankan bahwa kaum muslim tidak boleh menahan
kekayaan dan pendapatan mereka hanya untuk diri mereka sendiri. Melainkan setelah
memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka secukupnya, mereka harus melaksanakan
kewajiban-kewajiban terhadap keluarga dekat mereka, para tetangga serta orang-
orang lain di dalam komunitas tersebut. Orang-orang yang berpunya secara khusus
diperintahkan untuk memperhatikan kepentingan-kepentingan fakir miskin.
Surat Al-Hasyr ayat 7 menegaskan prinsip yang mengatur pembagian
kekayaan dalam sistem kehidupan islami. Bahwa kekayaan itu harus dibagi-bagikan
ke seluruh kelompok masyarakat dan bahwa kekayaan itu tidak boleh menjadi
komoditi yang beredar di antara orang-orang kaya saja.
Al-Quran telah menetapkan aturan tertentu guna mencapai sasaran keadilan
dalam pendistribusian kekayaan dalam masyarakat. Al-Quran telah melarang riba dan
telah memperkenalkan hukum-hukum waris, yang membatasi kekuasaan si pemilik
harta kekayaan dan mendorongnya untuk mendistribusikan seluruh harta miliknya
dikalangan kerabat dekat setelah ia wafat. Kemudian langkah-langkah positif diambil
untuk menyebarkan kekayaan di kalangan penduduk melalui pungutan wajib zakat,
sistem infaq dan sumbangan, sebagian (dalam bentuk bantuan) untuk orang-orang
miskin dan lemah.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan jauh dari harapan. Oleh karena itu, saran dan masukan dari pembaca
sangat kami harapakan dalam penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
membantu dan memberi manfaat untuk pembaca.
12
DAFTAR PUSTAKA
13