Anda di halaman 1dari 3

Nama : Alvina Roudhotul Jannah

NIM : 63040190159
Kelas : 6A MBS
Makul : Manajemen Investasi Syariah

UAS (ANALISIS SUKUK)

Aspek kepatuhan syariah dan solusi pada permasalahan legal syariah


Diwajibkannya keberadaan Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada setiap Industri Keuangan
Bank Syariah (IKBS) maupun Industri Keuangan Non-Bank Syariah (IKNBS) untuk mematuhi
ketentuan- ketentuan syariah telah menjadikan pengawasan syariah sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dengan kepatuhan syariah (sharia compliance). Hal tersebut bisa dilihat dari
beberapa regulasi yang dikeluarkan oleh DPS-MUI yang menjadi acuan bagi industri IKBS dan
IKNBS dalam menjalankan aktifitasnya di bidang keuangan syariah. Sukuk Tabungan telah
dinyatakan sesuai syariah oleh Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).

a. Sukuk Tabungan seri ST008 telah dinyatakan sesuai syariah oleh Dewan Syariah Nasional –
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) melalui Surat Pernyataan Kesesuaian Syariah DSN-MUI
Nomor B-789/DSN-MUI/X/2021 tanggal 18 Oktober 2021

b. Sukuk Tabungan seri ST007 telah dinyatakan sesuai syariah oleh Dewan Syariah Nasional –
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) melalui Surat Pernyataan Kesesuaian Syariah DSN-MUI
Nomor B-641/DSN-MUI/X/2020 tanggal 26 Oktober 2020

Secara global, pasar sukuk telah menunjukkan pertumbuhan kokoh dengan hampir tiga kali lipat
dari USD 45 miliar 2011 menjadi USD118.8 miliar pada (triwulan 1) 2014. Pertumbuhan ini
didorong oleh dua pasar modal syariah utama yaitu Malaysia, Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab
dan pasar baru seperti Turki dan Indonesia. Indonesia mampu menduduki peringkat ke 4 (14,1
persen) setelah Malaysia (42,3persen), Uni Emirat Arab (18.2persen) dan Bahrain (14,2 persen).
Hal ini merupakan perkembangan yang sangat menggembirakan untuk pasar keuangan syariah di
Indonesia. Beberapa informan juga menyampaikan bahwa kepatuhan terhadap syariah dan
kepatuhan terhadap PSAK adalah dua hal yang berbeda. Jika yang dipermasalahkan adalah
kepatuhan terhadap PSAK, maka hampir bisa dijamin bahwa sukuk di Indonesia sudah atau
hampir sempurna memenuhi kaidah dalam PSAK. Namun jika yang dipermasalahkan adalah
kepatuhan syariah, maka ini masih mengandung tanda tanya yang sangat besar.

”, jika tidak bisa meraih semuanya maka jangan tinggalkan seluruhnya. Lebih jauh, kaidah fiqh
ini memerintahkan jika tidak bisa terpenuhi seluruhnya, untuk tetap menjalankan apa yang
mampu dilakukan, bukan meninggalkan seluruhnya. Kaidah fiqh ini sejalan dengan firman Allah
SWT pada QS. At-Tagabun ayat 16: "Bertakwalah pada Allah semampu kalian.” (QS. At
Tagabun: 16).

Untuk solusi pada permasalahan legal syariah tersebut yaitu :

a. Struktur akad yang digunakan dalam penerbitan Sukuk Tabungan adalah struktur akad
Wakalah. Struktur akad ini mengacu pada Fatwa DSN-MUI Nomor 95 Tahun 2014 tentang
SBSN Wakalah.

Melalui struktur akad ini, dana hasil penerbitan akan digunakan untuk kegiatan investasi berupa
pembelian hak manfaat Barang Milik Negara untuk disewakan kepada Pemerintah serta
pengadaan proyek untuk disewakan kepada Pemerintah. Imbalan berasal dari keuntungan hasil
kegiatan investasi tersebut yang berupa uang sewa (ujrah).

b. Aset yang digunakan sebagai dasar penerbitan Sukuk Tabungan (underlying asset) terdiri dari
dua jenis, yaitu: Barang Milik Negara (berupa tanah dan/atau bangunan) dan proyek/kegiatan
dalam APBN.

c. Merujuk pada Fatwa DSN-MUI Nomor 112 Tahun 2017 tentang Akad Ijarah, pada Ketetapan
Kedelapan, dicantumkan ketentuan syariah terkait ujrah (uang sewa) yaitu antara lain: kuantitas
dan/atau kualitas ujrah harus jelas, baik berupa angka nominal, persentase tertentu, atau rumus
yang disepakati dan diketahui oleh para pihak yang melakukan akad.

Sukuk Tabungan diterbitkan berdasarkan prinsip syariah di mana Imbalan/kupon Sukuk


Tabungan adalah berupa uang sewa (ujrah) yang ditetapkan menggunakan rumus/formula
tertentu, yakni: BI 7-Day (Reverse) Repo Rate + spread tetap. Penggunaan BI-7 Days (Reverse)
Repo rate sebagai acuan imbalan telah disetujui DSN- MUI, dan didasarkan pada pertimbangan
bahwa ini adalah tingkat acuan yang dapat diketahui dengan jelas oleh semua pihak. Tarif sewa
akan disesuaikan setiap 3 (tiga) bulan pada tanggal penyesuaian imbalan sampai dengan jatuh
tempo. Berdasarkan ketentuan Fatwa DSN-MUI tersebut, tingkat imbalan Sukuk Tabungan yang
bersifat mengambang (floating with floor) dengan menggunakan rumus/formula yang jelas dan
diketahui para pihak yang melakukan akad, telah dinyatakan sesuai dengan prinsip syariah
termasuk ketentuan terkait ujrah sebagaimana ditetapkan dalam Fatwa DSN-MUI dimaksud.

Anda mungkin juga menyukai