Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KISAH SUKSES BISNIS RASULULLAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis Islam

Dosen Pengampu : Dr. Mochlasin, M.Ag.

Oleh :

1. Alvina Roudhatul Jannah ( 63040190159 )


2. Agung Saputro ( 63040190167 )
3. Nadiya Nafilah ( 63040190172 )

KELAS E
JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) SALATIGA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga pembuatan makalah dengan judul “KISAH SUKSES BISNIS RASULULLAH “
ini dapat terselesikan dengan lancer. Makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi
tugas mata kuliah Etika Bisnis Islam dengan dosen pengampu Dr. Mochlasin, M.Ag.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Salatiga, 26 Februari 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................. 1

Daftar Pustaka ...................................................................................................2

BAB I Pendahuluan ............................................................................................3

A. Latar Belakang ..........................................................................................3


B. Rumusan Masalah ....................................................................................4
C. Tujuan .......................................................................................................4

BAB II Pembahasan ...........................................................................................5

A. Etika Bisnis Pada Masa Rasulullah ..........................................................5


B. Prinsip berbisnis ( Etika bisnis) Rasulullah .............................................8
C. Strategi bisnis Rasulullah .........................................................................9
D. Spirit Kesuksesan ala Rasulullah ............................................................10

BAB III Penutup ..............................................................................................12

A. Kesimpulan .............................................................................................12
B. Saran .......................................................................................................12

Daftar Pustaka ..................................................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kegiatan ekonomi lama yang berkembang hingga zaman modern ini salah
satunya adalah kegiatan bisnis. Dikatakan berkembang karena sebenarnya bisnis
sudah ada sejak Nabi Muhammad SAW bahkan bisa jadi sebelum zaman nabi
muhammad sudah ada aktifitas bisnis. Sejak umur 12 tahun nabi telah diajak pamanya
berdagang ke syiria, hingga saat itu beliau mempelajari ilmu dagang dari pamanya.

            Bisnis Nabi Muhammad SAW saat itu adalah berdagang, sebuah bisnis
dengan bermodalkan pengalaman serta praktik lapangan yang beliau pelajari dari
pamanya. Beliau melakukan bisnisnya dengan penuh dedikasi dan keuletan. Beliau
juga menggunakan sifat fathanah, shidiq, dan amanah. Sehingga hal itu telah
menjadikan Nabi sebagai seorang businessmann yang jujur dan terpercaya, hingga
beliau dianugerahi sebuah gelar al amin. Cara-cara Nabi dalam berbisnis itulah yang
menyebabkan terbukanya berbagai pinjaman komersial di kota mekkah dan sekitarnya
hingga membuka peeluang kemitraan antara Nabi dan pemilik modal.

            Salah satu pemilik modal tersebut adalah seorang business women dan
konglomerat sekaligus sebagai istri Nabi yang bernama khadijah binti khuwailid yang
menawarkan suatu kerjasama berdasarkan prinsip mudharabah atau profit sharing.
Dimana khadijah memberikan pembiayaan sementara nabi mengontribusikn
keterampilan administrasinya, pemasaran, dan kewiraswastaanya dengan catatan bagi
hasil dari keuntungan yang telah disepakati. Kecakapan Nabi  Muhammad SAW
berwirausaha telah mendatangkan keuntunngan bagi khadijah dan mitra-mitra
usahanya yang tersebar diseluruh jazirah arab.

            Dua puluh tahun lamanya beliau menggeluti dunia bisnis dan perdagangan
sehingga beliau dikenal sebagai seorang entrepreuner yang tangguh di yaman, syiriia,
bashra, yordania dan kota kota lainya di jazirah arabia yang merupakan pusatnya
bisnis bersama india dan china pada waktu itu. Ada begitu banyak hal yang
digunakansebagai modal berbisnis, tidak hanya modal berupa uang, bahkan etika
berbisnis pun bisa menjadi modal utama bagi para pebisnis yang menginginkan

3
kesuksesan. Oleh karena itu, dalam paper ini akan dibahas tentang etika bisnis Nabi
Muhammad SAW, untuk menambah sedikit wawasan mengenai hal tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagamaina etika bisnis rasulullah ?
2. Apa prinsip berbisnis rasulullah ?
3. Strategi bisnis apakah yang dilakukan rasulullah ?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui bagaimana etika bisnis rasulullah.
2. Mengetahui prinsip-prinsip berbisnis ala rasulullah.
3. Mengetahui strategi yang rasulullah lakukan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Etika Bisnis Pada Masa Rasulullah

Bisnis merupakan salah satu dari sekian jalan untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Artinya Allah SWT telah memberikan arahan bagi hamba-Nya untuk
melakukan bisnis. Islam itu sendiri merupakan sumber nilai dan etika dalam segala
aspek kehidupan manusia secara menyeluruh, termasuk wacana bisnis. Islam
memiliki wawasan yang komprehensif tentang etika bisnis. Mulai dari prinsip dasar,
pokok-pokok kerusakan dalam perdagangan, faktor-faktor produksi, tenaga kerja,
modal, organisasi, distribusi kekayaan, masalah upah, barang dan jasa, kualifikasi
dalam bisnis, sampai kepada etika sosio ekonomik menyangkut hak milik dan
hubungan sosial. Dalam agama Allah ini terdapat aturan maupun etika dalam
melakukan bisnis. Telah dicontohkan oleh tauladan kita Rasulullah SAW bagaimana
beliau melakukan bisnis dengan cara berdagang. Bahkan hal tersebut telah
dilakukannya dari kecil ketika diajak pamannya Abu Thalib untuk berdagang ke
Syam. Dan dimana ketika seorang saudagar wanita kaya yakni Siti Khadijah r.a
mempercayai beliau untuk menjual dagangannya ke pasar maka, Rasulullah pun
melaksanakannya dengan kejujuran dan kesungguhan.

Dalam pandangan Islam terdapat aturan ataupun etika yang harus dimiliki oleh
setiap orang yang ingin melakukan bisnis. Seorang mukmin dalam berbisnis jangan
sampai melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan syariat. Rasulullah
SAW banyak memberikan petunjuk mengenai etika bisnis, di antaranya ialah:
Pertama, bahwa prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran. Dalam doktrin Islam,
kejujuran merupakan syarat fundamental dalam kegiatan bisnis. Rasulullah sangat
intens menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis. Dalam tataran ini, beliau
bersabda: “Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualan yang mempunyai
aib, kecuali ia menjelaskan aibnya” (H.R. Al-Quzwani). Kedua, dalam Islam tidak
hanya mengejar keuntungan saja (profit oriented) tapi, juga harus memperhatikan
sikap ta’awun (tolong-menolong) diantara kita, sebagai implikasi sosial bisnis.
Ketiga, tidak melakukan sumpah palsu. Nabi Muhammad SAW sangat intens
melarang para pelaku bisnis melakukan sumpah palsu dalam melakukan transaksi
bisnis. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, Nabi bersabda, “Dengan melakukan

5
sumpah palsu, barang-barang memang terjual, tetapi hasilnya tidak berkah”. Dalam
hadis riwayat Abu Dzar, Rasulullah SAW mengancam dengan azab yang pedih bagi
orang yang bersumpah palsu dalam bisnis, dan Allah tidak akan memperdulikannya
nanti di hari kiamat (H.R. Muslim). Keempat, bisnis dilakukan dengan suka rela,
tanpa paksaan. Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan cara yang bathil, kecuali dengan jalan bisnis yang
berlaku dengan suka sama suka di antara kamu” (QS. 4: 29). Kelima, bahwa bisnis
yang dilaksanakan bersih dari unsur riba. Firman Allah, “Hai orang-orang yang
beriman, tinggalkanlah sisa-sisa riba jika kamu beriman (QS. al-Baqarah: 278) .
Keenam, tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli kepadanya
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Janganlah seseorang di antara kalian menjual
dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain” (H.R. Muttafaq
‘alaih). Ketujuh, tidak melakukan ihtikar. Ihtikar ialah (menumpuk dan menyimpan
barang dalam masa tertentu, dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi naik dan
keuntungan besar pun diperoleh). Rasulullah melarang keras perilaku bisnis semacam
itu. Kedelapan, takaran, ukuran dan timbangan yang benar. Dalam perdagangan,
timbangan yang benar dan tepat harus benar-benar diutamakan. Firman Allah:
“Celakalah bagi orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima takaran dari
orang lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang
untuk orang lain, mereka mengurangi” (QS. 83: 112). Kesembilan, bisnis tidak boleh
mengganggu kegiatan ibadah kepada Allah. Firman Allah, “Orang yang tidak
dilalaikan oleh bisnis lantaran mengingat Allah, dan dari mendirikan shalat dan
membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang hari itu, hati dan penglihatan
menjadi goncang”. Kesepuluh, membayar upah sebelum kering keringat karyawan.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Berikanlah upah kepada karyawan, sebelum
kering keringatnya”. Hadist ini mengindikasikan bahwa pembayaran upah tidak boleh
ditunda-tunda. Pembayaran upah harus sesuai dengan kerja yang dilakuan dan masih
banyak lagi etika ataupun petunjuk bisnis dalam islam. Semua yang disebutkan diatas
harus benar-benar dilakukan agar apa yang kita lakukan mendapat ridho- Nya.

Dalam berniaga Muhammad mendeskripsikan barang dagangan yang akan


dibeli oleh konsumen. Jika barang ada cacatnya Muhammad mengatakannya terus
terang, jika barang dagangan bagus, ia mengatakannya sesuai dengan keadaannya.
Bahkan dalam satu riwayat, Muhammad memberitahukan harga pembeliannya, dan

6
seberapa banyak konsumen akan memberikan keuntungan diserahkan sepenuhnya
kepada konsumen. Atas dasar sikap Muhammad ini, konsumen yang merasa puas atas
barang yang dibelinya, ia akan memberikan keuntungan atau jasa lebih karena
perasaan puas.1

Selain berhubungan dengan manusia yang lain (hablum minannas), juga harus
menjalin hubungan dengan Sang Khaliq (hablum minallah), sehingga dalam setiap
tindakan mukmin merasa ada yang mengawasi yakni Allah SWT. Keyakinan ini harus
menjadi bagian integral dari setiap muslim dalam berbisnis. Hal ini karena bisnis
dalam Islam tidak semata–mata orientasi dunia tetapi harus punya visi akhirat yang
jelas. Dengan kerangka pemikiran seperti itulah maka persoalan etika dalam bisnis
menjadi sorotan penting dalam ekonomi islam. Dalam ekonomi Islam, bisnis dan
etika tidak harus dipandang sebagai dua hal yang bertentangan sebab, bisnis yang
merupakan simbol dari urusan duniawi juga dianggap sebagai bagian integral dari hal-
hal yang bersifat investasi akhirat. Artinya, jika oreientasi bisnis dan upaya investasi
akhirat (diniatkan sebagai ibadah dan merupakan totalitas kepatuhan kepada Allah
SWT), maka bisnis dengan sendirinya harus sejalan dengan kaidah-kaidah moral yang
berlandaskan keimanan kepada akhirat. Bahkan dalam islam, pengertian bisnis itu
sendiri tidak dibatasi urusan dunia, tetapi mencakup pula seluruh kegiatan kita didunia
yang dibisniskan (diniatkan sebagai ibadah) untuk meraih keuntungan atau pahala
akhirat.

Islam menempatkan bisnis sebagai cara terbaik untuk mendapatkan harta.


Karenanya, segala kegiatan bisnis harus dilakukan dengan cara-cara terbaik dengan
tidak melakukan kecurangan, riba, penipuan,dan tindakan kezaliman lainnya.
Kesadaran terhadap pentingnya etika dalam bisnis merupakan kesadaran tentang diri
sendiri dalam melihat dirinya sendiri ketika berhadapan dengan hal baik dan buruk,
yang halal dan yang haram.

Jika sekiranya kaum muslimin mengetahui dan memahami apa saja yang harus
ada pada pribadi pembisnis yang sesuai dengan dustur yang telah ada ( Al- Qur’an
dan Al- hadits), maka niscaya akan tercipta suasana yang harmonis serta akan terjalin
ukhuwwah Islamiyah diantara kita. Dan hanya kepada –Nya lah semua urusan
dikembalikan. Yaa Illaahi Anta maqshudi wa ridhooka mathlubi. Wallahua’lam.
1
Muhammad Saifullah, “ETIKA BISNIS ISLAMI DALAM PRAKTEK BISNIS RASULULLAH” 19, Nomor
(n.d.).

7
B. Prinsip Berbisnis ( Etika bisnis) Rasulullah
Keberhasilan Muhammad dalam berbisnis dipengaruhi oleh kepribadian diri
Muhammad yang dibangunnya atas dasar dialogis realitas sosial masyarakat
Jahiliyyah dengan dirinya. Kemampuan mengelola bisnis tampak pada keberaniannya
membawa dagangan Khadijah dan ditemani hanya seorang karyawan (Maisarah). 2
Jika ia tidak memiliki pengalaman dan kemampuan berdagang maka ia hanya akan
menjadi pendamping Maisarah. Ia bertanggungjawab penuh atas semua dagangan
milik Khadijah. Demikian juga barang-barang dagangannya yang ia bawa dari pasar
ke pasar atau tempat-tempat festival perdagangan. Berikut beberapa etika bisnis
Muhammad dalam praktek bisnisnya antara lain:
a. Penjual dilarang membohongi atau menipu pembeli mengenai barang-barang
yang dijualnya.
b. Tatkala transaksi bisnis dilakukan, penjual harus menjauhi sumpah yang
berlebihan dalam menjual suatu barang. Nabi Muhammad SAW bersabda,
―Berhati-hatilah terhadap sumpah yang berlebihan dalam suatu penjualan.
Meskipun hal itu bisa saja meningkatkan hasil penjualan, akan mengurangi
berkahnya.
c. Penjualan suatu barang harus berdasarkan kesepakatan bersama dari kedua
belah pihak (penjual dan pembeli), atau dengan suatu usulan dan penerimaan.
Kesepakatan bersama mengandung arti bahwa semua transaksi harus
dilakukan atas dasar persetujuan bersama, bukan secara paksaan maupun
penipuan.
d. Penjual tidak boleh berbuat curang dalam menimbang atau menakar suatu
barang.
e. Dalam berdagang, Nabi Muhammad SAW sangat menghormati dan
menghargai hak dan kedudukan pembeli. Beliau melayani pelanggan sepenuh
hati dan menganjurkan umatnya untuk menerapkan sikap itu. Jabir
meriwayatkan bahwa Nabi bersabda, ―Rahmat Allah atas orang yang berbaik
hati ketika ia menjual dan membeli dan ketika ia membuat keputusan.
Menjalin hubungan yang baik antara penjual dan pembeli adalah salah satu
kunci kesuksesan.
C. Strategi bisnis Rasulullah
2
Aqil Barqi Yahya, “ETIKA BISNIS (PERILAKU) BISNIS RASULULLAH MUHAMAD SAW SEBAGAI
PEDOMAN BERWIRAUSAHA,” Jurnal Masharif Al-Syariah: Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah 5
(2020).

8
Kesuksesan Nabi Muhammad SAW sebagai seorang pebisnis merupakan satu
kesatuan yang utuh dari kemandirian dan semangat berwirausaha. Kejujuran, amanah,
kecerdasan, dan keterampilan, komunikasi dan pelayanan yang baik, membangun
jaringan dan kemitraan serta keselarasan dalam bekerja dan beribadah, menjadi faktor
penting dalam menggapai kesuksesan sebagai seorang pedagang.
Dalam konteks bisnis, sifat-sifat tersebut menjadi dasar dalam setiap aktivitas bisnis
beliau yang kemudian menjadi sikap dasar manusiawi (fundamental human etichs)
yang mendukung keberhasilan.
a. Ṣiddīq
Ṣiddīq berarti jujur atau benar, dalam menjalankan bisnisnya, Nabi
Muhammad saw selalu menunjukkan kejujuran dan meyakini betul bahwa
membohongi para pelanggan sama dengan mengkhianati mereka. Mereka
akan kecewa bahwa tertipu. Akibatnya, mereka tidak akan bertransaksi bisnis
lagi. Akibatnya, lambat laun bisnis pun akan hancur. Dalam manajemen
pemasaran modern, karakter ṣiddīq sangat menentukan terciptanya layanan
informasi secara benar. Bahkan, karakter ṣiddīq merupakan dasar yang harus
menyertai aktivitas bisnis. Dengan jiwa ṣiddīq, hak atau kepentingan
pelanggan tetap terpenuhi.
b. Amanah
Amanah berarti ―dapat dipercaya. Dalam konteks ini, amanah adalah
tidak mengurangi atau menambah sesuatu dari yang seharusnya atau dari yang
telah disepakati. Itu bisa terjadi antara penjual dan pembeli, penyewa dan yang
menyewakan dan sebagainya. Setiap seorang yang diberi amanah harus benar-
benar menjaga dan memegang amanah tersebut.
Seorang pebisnis haruslah dapat dipercaya, seperti yang telah dicontohkan
Nabi Muhammad SAW dalam memegang amanah. Saat menjadi pedagang,
Nabi Muhammad SAW selalu memberikan hak pembeli dan orang-orang yang
mempercayakan modalnya kepadanya. Dalam dunia marketing, nilai-nilai
amanah sama penting kedudukannya dengan nilai-nilai ṣiddīq. Bagi
perusahaan, pebisnis, dan pekerja, sifat amanah akan membawa keuntungan
besar.
Sebab, ketika mitra bisnis atau para pembeli memutuskan untuk
membelanjakan uangnya, mereka menganggap pedagang itu dapat dipercaya
(amanah). Bersikap amanah mutlak diterapkan dalam setiap transaksi bisnis
9
atau muamalah. Selain itu, sehebat apa pun strategi bauran pemasaran
(marketing mix) yang bertumpu pada 4P (product, price, place, dan
promotion) atau 4C (commodity, customer, competition dan change)
ditempuh, misalnya tidak akan membuahkan sukses tanpa disertai adanya
nilai-nilai amanah.
c. Fāṭanah

Fāṭanah berarti ―cakap‖ atau ―cerdas‖. Pebisnis yang cerdas mampu


memahami peran dan tanggungjawab bisnisnya dengan baik. Dia pun mampu
menunjukkan kreatifitas dan inovasi guna mendukung dan mempercepat
keberhasilan. Seiring itu, pebisnis yang cerdas mampu memberikan sentuhan
nilai yang efektif dan efisien dalam melakukan kegiatan pemasaran. Di dunia
bisnis yang penuh persaingan seperti saat ini, kecerdasan dalam berbisnis
(kreatifitas dan inovasi) sangatlah vital. Jika tidak, sukses dan
keberlangsungan hidup suatu usaha akan terancam.3

d. Tablīgh
Tablīgh secara bahasa, bisa dimaknai dengan ―menyampaikan‖.
Dalam konteks bisnis, pemahaman tablīgh bisa mencakup argumentasi dan
komunikasi. Penjual hendaknya mampu mengomunikasikan produknya
dengan strategi yang tepat. Dengan sifat tablīgh, seorang pebisnis diharapkan
mampu menyampaikan keunggulan-keunggulan produk dengan menarik dan
tepat sasaran tanpa meninggalkan kejujuran dan kebenaran (transparency and
fairness). Dengan itu, pelanggan dapat dengan mudah memahami pesan bisnis
yang disampaikan. Nabi Muhammad SAW telah menunjukkan dirinya sebagai
pedagang yang argumentatif dan komunikatif. Sehingga banyak mitra bisnis
dan pelanggan merasa senang berbisnis dengannya. Lebih dari itu, Nabi
Muhammad SAW mampu memberi pemahaman kepada mereka perihal bisnis
yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
D. Spirit Kesuksesan ala Rasulullah
Di dunia ini banyak orang yang telah sukses dan ada juga yang belum meraih
kata sukses. Apapun profesinya kita semua pasti ingin berhasil dibidangnya. Tidak
seharusnya semua orang memilih dagang atau berbisnis. Tetapi jadikan kekuatan luar
(Allah) dan kekuatan dalam (diri sendiri) sebagai jalan menuju kesuksesan.
3
Malahayati, Rahasia Sukses Bisnis Rasulullah (Anggota Ikapi, 2010).

10
Ipho Santosa dalam bukunya menyebutkan dengan istilah “Lingkar
Diri”.Lingkar diri adalah kemampuan atau potensi dalam diri, selanjutkan pasrahkan
kepada allah dalam setiap tikungan, tanjakan terjal, dan jalanan tenang.
Banyak orang sukses sebab mereka telah mengenali dirinya. Mereka tahu
betul apa yang menjadi kata kunci dalam dirinya. Mereka juga tahu keahlian dalam
dirinya. Dengan berbekal itu mereka bisa menjalani hidup dengan baik dan lancar.
Ada dua keuntungan yang akan didapat bagi orang yang sudah mampu mengenali
dirinya. Pertama, ia dapat meningkatkan potensi diri. Kedua, ia bisa mengenal Allah
SWT.
Nabi Muhammad SAW, bisa sukses dalam berbisnis sebab ia tau dan punya
ilmu untuk berbisnis. Beliau belajar berbisnis sejak ia bersama pamannya, Abu
Thalib. Sering ikut dalam perjalanan dagang dengan pamannya. Di situlah kelebihan
Nabi Muhammad SAW Ketika hatinya sudah menentukan bahwa bisnis adalah
jalannya. Janganlah sekali-kali keluar dari jalan tersebut sebab itu hanya akan
merusak keadaan.4

BAB III

PENUTUP

4
Wildan Fuady, Belajar Bisnis Ala Rasulullah Selagi Mahasiswa Why Not?! (Elex Media Komputindo, 2014).

11
A. Kesimpulan
A. Etika Bisnis Pada Masa Rasulullah
Bisnis merupakan salah satu dari sekian jalan untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Allah SWT telah memberikan arahan bagi hamba-Nya untuk melakukan
bisnis. Islam itu sendiri merupakan sumber nilai dan etika dalam segala aspek
kehidupan manusia secara menyeluruh, termasuk wacana bisnis. Islam memiliki
wawasan yang komprehensif tentang etika bisnis. Dalam pandangan islam terdapat
aturan ataupun etika yang harus dimiliki oleh setiap orang yang ingin melakukan
bisnis. Dalam melaksanakan bisnis jangan sampai melakukan tindakan-tindakan yang
bertentangan dengan syariat.
Islam menempatkan bisnis sebagai cara terbaik untuk mendapatkan harta.
Karenanya, segala kegiatan bisnis harus dilakukan dengan cara-cara terbaik dengan
tidak melakukan kecurangan, riba, penipuan,dan tindakan kezaliman lainnya.
Kesadaran terhadap pentingnya etika dalam bisnis merupakan kesadaran tentang diri
sendiri dalam melihat dirinya sendiri ketika berhadapan dengan hal baik dan buruk,
yang halal dan yang haram.
B. Prinsip Berbisnis ( Etika bisnis) Rasulullah
Berikut beberapa prinsip etika bisnis Nabi Muhammad SAW dalam
menjalankan praktek bisnisnya: Pertama, Penjual dilarang membohongi atau menipu
pembeli mengenai barang-barang yang dijualnya. Kedua, Tatkala transaksi bisnis
dilakukan, penjual harus menjauhi sumpah yang berlebihan dalam menjual suatu
barang. Ketiga, Penjualan suatu barang harus berdasarkan kesepakatan bersama dari
kedua belah pihak (penjual dan pembeli), atau dengan suatu usulan dan penerimaan.
Keempat, Penjual tidak boleh berbuat curang dalam menimbang atau menakar suatu
barang. Kelima, Dalam berdagang, Rasulullah sangat menghormati dan menghargai
hak dan kedudukan pembeli. Beliau melayani pelanggan sepenuh hati dan
menganjurkan umatnya untuk menerapkan sikap itu. Menjalin hubungan yang baik
antara penjual dan pembeli adalah salah satu kunci kesuksesan.
C. Strategi Bisnis Rasulullah
Kesuksesan Nabi Muhammad SAW sebagai seorang pebisnis merupakan satu
kesatuan yang utuh dari kemandirian dan semangat berwirausaha. Kejujuran, amanah,
kecerdasan, dan keterampilan, komunikasi dan pelayanan yang baik, membangun
jaringan dan kemitraan serta keselarasan dalam bekerja dan beribadah, menjadi faktor
penting dalam menggapai kesuksesan sebagai seorang pedagang.
12
D. Spirit Kesuksesan ala Rasulullah
Nabi Muhammad SAW, bisa sukses dalam berbisnis sebab ia tau dan punya
ilmu untuk berbisnis. Beliau belajar berbisnis sejak ia bersama pamannya, Abu
Thalib. Sering ikut dalam perjalanan dagang dengan pamannya. Di situlah kelebihan
Nabi Muhammad SAW Ketika hatinya sudah menentukan bahwa bisnis adalah
jalannya. Janganlah sekali-kali keluar dari jalan tersebut sebab itu hanya akan
merusak keadaan.
B. Saran
Dari beberapa buku referensi yang kami baca, kami dapat menemukan materi
mengenai hal-hal yang dibahas dalam makalah ini. Namun kami yakin makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, dan kami juga yakin dalam makalah ini terdapat
kekurangan-kekurangan, baik isi, tata bahasa, maupun penyusunanya, maka kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Maka dari itu masukan atau saran dari pembaca
sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

13
Barqi Yahya, Aqil. “ETIKA BISNIS (PERILAKU) BISNIS RASULULLAH MUHAMAD
SAW SEBAGAI PEDOMAN BERWIRAUSAHA.” Jurnal Masharif Al-Syariah:
Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah 5 (2020).

Fuady, Wildan. Belajar Bisnis Ala Rasulullah Selagi Mahasiswa Why Not?! Elex Media
Komputindo, 2014.

Malahayati. Rahasia Sukses Bisnis Rasulullah. Anggota Ikapi, 2010.

Saifullah, Muhammad. “ETIKA BISNIS ISLAMI DALAM PRAKTEK BISNIS


RASULULLAH” 19, Nomor (n.d.).

https://www.calonmanejer.com/2019/08/makalah-manajemen-syariah-nabi-
muhammad.html

http://www.forshei.org/2015/10/etika-bisnis-ala-rasulullah-saw.html

14

Anda mungkin juga menyukai