Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

TASAWUF DI ERA MODERN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen pengampu: Mohammad Ali Hisyam, Ph.D.

Disusun Oleh:

1. Lina Dwi Kartika (190711100121)


2. Lusi Erinda Sari (190711100032)
3. Nadiya Eva Diyah A.R (190711100068)
4. Elisa Helmalia Helda (190711100100)

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

FAKULTAS KEISLAMAN

PRODI HUKUM BISNIS SYARIAH

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, serta hidayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah Akhlak Tasawuf, yang sangat di butuhkan sebagai penambah wawasan, semoga
apa yang kami sampaikan dapat bermanfaat bagi pembaca.

Sholawat serta salam kita haturkan kepada Rosulullah Muhammad SAW sebagai
hambah Alloh yang paling sempurna, sebagai pendakwah syari’at Islam, sebagai
Uswatun Hasanah umat Islam, Allohumma sholli ‘alaa sayyidina Muhammad wa ‘alaa
alihi wa shohbihi ajma’in..

Manfaat tasawuf bukannya untuk mengembalikan nilai kerohanian atau lebih


dekat pada Allah, tapi juga bermanfaat dalam berbagai bidang kehidupan manusia
modern. Apalagi dewasa ini tampak perkembangan yang menyeluruh dalam ilmu tasawuf
dalam hubungan inter-disipliner.

Untuk menjadikan hidup lebih baik dan ada nuansa sufistiknya, tentu saja harus
melakukan latihan spiritual secara baik, benar, dan berkesinambungan. Karena itu, bagi
seorang penempuh tasawuf awal, langkah pertama yang harus dilakukan adalah: 1)
Taubat, 2) Wara’, 3) Faqr, 4) Sabar, 5) Tawakal. Selanjutnya, bila ia memang berada
dalam perjalanan “menjadi” sufi, ia akan mengalami mukasyafah atau penyingkapan
sesuatu yang tidak diketahuinya, kemudian menjadi tahu.

Bangkalan, 1 Juni 2020

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................I

DAFTAR ISI...........................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar belakang.....................................................................................................1

B. Rumusan masalah................................................................................................4

C. Tujuan ................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5

A. Dinamika Perkembangan Tasawuf di Era modern.............................................5

B. Bentuk-bentuk Media Tasawuf di Era Kekinian................................................15

C. Tasawuf di Kalangan Kaum Muda ....................................................................16

D. Peluang dan Tantangan Tasawuf di Era Digital.................................................23

BAB III PENUTUP................................................................................................26

Kesimpulan ..............................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28

II
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zaman sekarang disebut era millenial dimana perkembangan ilmu pengetahuan


dan teknologi tak dapat dibendung lagi. Kemajuan dari segi teknologi telah merambah
keseluruh kehidupan manusia. Manusia mulai menemukan ririnya sebagai sebuah
kekuatan yang mampu menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri dengan kecanggihan
teknologi. Manusia dipandang sebagai makhluk yang luar biasa hebat, yang independen
dari Tuhan dan alam. Manusia pada era modern, dan konsekuensi modernisasi, membuat
mereka mencoba untuk melepaskan diri dari keterikatannya dengan Tuhan
(theomorfisme) untuk hanya ingin membebaskan diri dan membangun tatanan manusia
dan semata-mata bertumpu kepada manusia itu sendiri (antropomorpisme). Manusia telah
menjadi tuan atas dirinya sendiri dalam menentukan nasib mereka sendiri. Kondisi ini
telah membuat manusia jatuh kedalam lembah krisis spiritual dan moralitas. Akibatnya
kita bisa saksikan saat ini munculnya generasi-generasi yang brutal, miskin akan moral
dan intelektual, mereka lebih mengedepankan ego masing-masing tanpa lagi memandang
moral dan etika dalam bertindak.

Generasi muda yang akrab dengan sebutan kaum millennial ini telah menjadi
sasaran empuk modernisasi dan perkembangan peradaban modern. Generasi muda telah
menjadi korban revolutif, hedonistik, dan budaya yang serba instan, namun mereka gagal
dalam menempatkan etika, moral, serta agama dalam setiap hembusan perubahan tersebut
sebagai tiang dan fondasi bagi mereka berpijak. Kondisi yang seperti ini juga menambah
parahnya permasalahan manusia yang tak mampu mengendalikan diri dari geliat
modernisasi yang semakin luas tanpa memandang siapa yang terkena virus tersebut.
Kejahatan yang semakin menjadi-jadi, pengeroyokan antar pemuda yang berujung

1
nyawa, penghinaan antar sesama, dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya di
kalangan para generasi muda kita saat ini, yang mereka gaungkan sebagai sebuah
kebebasan. Kondisi seperti ini menjadikan manusia saat ini dan juga mendatang
membutuhkan pendidikan agama serta pencerahan spiritual dalam balutan tasawuf yang
diharapkan mampu membawa manusia kepada pola kehidupan baru dengan penuh
kesadaran, yakni dengan penemuan kembali nilai-nilai serta makna-makna kehidupan
yang bermoral, beretika yang sarat akan makna spiritualitas dalam balutan tasawuf atau
sufisme itu sendiri.

Hal ini dikarenakan keberadaan organisasi keagamaan yang belum mampu


memberi pengaruh dan harapan. Manusia modern mempunyai kecenderungan untuk
kembali kepada kemurnian sifat awalnya (fundamentalitas), kekuatan yang mampu
menentukan arah hidupnya serta fenomena-fenomena yang luar biasa lainnya. Oleh
karena itu dengan kondisi ini, maka peran tasawuf sangatlah dibutuhkan. Tasawuf yang
merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang kehadirannya saat ini semakin
dirasakan. Secara historis teologis tasawuf mengawal dan memandu perjalanan hidup
umat manusia agar selamat dunia dan akhirat.

Tasawauf merupakan salah satu bidang studi islam yang selalu memusatkan
perhatiannya pada pembersihan aspek kerohanian manusia yang selanjutnya
menimbulkan kebaikan akhlak mulia. Pembersihan aspek rohani manusia selanjutnya
dikenal sebagai dimensi esoteric atau kesadaran paling dalam dari diri manusia. Melalui
tasawuf seseorang dapat mengetahui tentang cara-cara melaksanakan pembersihan diri
serta mengendalikan dirinya, sehingga dapat menjaga kejujuran hatinya, keiklasan serta
tanggung jawabnya. Kondisi yang seperti ini semakin membuktikan bahwa manusia
modern yang digadanggadangkan ini semakin membutuhkan infuls spiritual sebagai
dasar dan fondasi secara konferensif dalam menyelesaikan masalah-masalah spiritual
yang dihadapi saat ini. Krisis spiritual manusia modern era millennial saat ini, tidak

2
hanya ditimbulkan dari perkembangan teknologi, tetapi juga akibat kejumudan befikir
serta kurangnya minat dalam mempelajari sejarah sehingga menimbulkan kemalasan
yang mengakibatkan lemahnya keinginan untuk memperbaiki paradigm berfikir. Menurut
Syafiq A. Mughni, krisis spiritualitas memang sudah menjadi ciri peradaban modern, dan
modernitas itu telah memasuki dunia Islam. Namun, menurutnya, masyaratkat Islam tetap
menyimpan potensi untuk menghindari krisis tersebut dengan mempertahankan dasar-
dasar spiritualisme Islam agar kehidupan yang seimbang tetap terjaga.

Islam, dalam kaitannya dengan hal ini, memiliki khazanah spiritualisme yang
sangat berharga, yakni sufisme/tasawuf. Spiritualitas model ini pada awalnya muncul
dalam bentuk kehidupan zuhd ketika saat itu umat Islam menikmati kemewahan akibat
terciptanya imperium yang luas. Kehidupan zuhd telah menjadi reaksi terhadap
kehidupan yang sekuler dan sikap penguasa dinasti Umayyah di istana mereka yang
kebanyakan sangat kontras terhadap keshalehan dan kesederhanaan al-Khulafafa’ al-
Rashidin yang empat. Saat itu, selama dua abad sejak kelahiran Islam, tasawuf
merupakan fenomena individual yang bersifat spontan.

Melalui pengamatan terhadap kondisi spiritual manusia modern saat ini, maka
tasawuf merupakan alternatif dan sekaligus obat krisis spiritual kemanusian saat ini,
terutama bangsa Indonesia. Menghilangnya nilai-nilai kemanusiaan serta semakin
menjangkitnya sikap amoral manusia saat ini menjadikan tasawuf sebagai sarana yang
dibutuhkan dibutuhkan dalam kondisi saat ini. Jika ditelusuri lagi, maka spiritualitas
merupakan potensi kemanusiaan yang tak mungkin hilang dalam kondisi apapun dan
bagaimanapun, sehingga teriakan spiritualitas akan senantiasa bergema sekalipun
manusia itu sudah memiliki puncak rasionalitas dan berada di era yang millenial ini.

3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Dinamika Perkembangan Tasawuf di Era modern?
2. Apa saja Bentuk-bentuk Media Tasawuf di Era Kekinian?
3. Bagaimana Tasawuf di Kalangan Kaum Muda?
4. Bagaimana Peluang dan Tantangan Tasawuf di Era Digital?
C. Tujuan
1. Mengetahui Dinamika Perkembangan Tasawuf di Era modern.
2. Mengetahui Bentuk-bentuk Media Tasawuf di Era Kekinian.
3. Mengetahui Tasawuf di Kalangan Kaum Muda.
4. Mengetahui Peluang dan Tantangan Tasawuf di Era Digital.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dinamika Perkembangan Tasawuf di Era modern

Pengertian tasawwuf dari segi bahasa, para ahli memberikan berbagai pengertian
tentang tasawuf, namun dari beberapa pengertian itu dapat disimpulkan, bahwa tasawuf
adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana,
rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana. Sikap jiwa yang demikian
itu pada hakikatnya adalah akhlak yang mulia. 1 Sedangkan pengertian tasawuf dari segi
istilah atau menurut pendapat para ahli tasawuf sangat tergantung kepada sudut pandang
yang digunakan oleh masing-masing pakar. Jika memandang mausia sebagai makhluk
yang harus berjuang, maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai "upaya memperindah diri
dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada
Allah Swt.

Problematika masyarakat modern Masyarakat modern memiliki sikap hidup


materialistik (mengutamakan materi), hedonistik (memperturutkan kesenangan dan
kelezatan syahwat), totaliteristik (ingin menguasai semua aspek kehidupan) dan hanya
percaya kepada rumus-rumus pengetahuan empiris saja serta sikap hidup positivistis yang
berdasarkan kemampuan akal pikiran manusia tampak jelas menguasai manusia yang
memegang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada diri orang-orang yang berjiwa dan
bermental seperti ini, ilmu pengetahuan dan teknologi modern memang sangat
mengkhawatirkan, karena mereka yang akan menjadi penyebab kerusakan di atas
permukaan bumi.

1
Brunessen, Van Martin. Urban Sufism. Jakarta: Rajawali Press.
“Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia; Allah Menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS: Arrum:41).2 Dari sikap
mental seperti di atas, kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan
sejumlah problematika masyarakat modern. Promblematika yang muncul antara lain:
a. Penyalahgunaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ikatan spriritual terlepas dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, akibatnya kemampuan membuat senjata telah diarahkan
untuk tujuan menjajah bangsa lain,
b. Pendangkalan Iman. Lebih mengutamakan keyakinan kepada akal pikiran dari pada
keyakinan religious,
c. Desintegrasi Ilmu Pengetahuan. Adanya spesialisasi di bidang ilmu pengetahuan,
masing-masing ilmu pengetahuan memliki paradigma sendiri dalam memecahkan
masalah yang dihadapi,
d. Pola Hubungan Materialistik. Memilih pergaulan atau hubungan yang saling
menguntungkan secara materi,
e. Menghalalkan segala cara. Dalam menjcapai tujuan mengenyampingkan nilai-nilai
ajaran agama,
f. Kepribadian yang terpecah (split personality). Karena kehidupan manusia modern
dibentuk oleh ilmu pengetahuan yang coraknya kering dari nilai-nilai spiritual dan
terkotak-kotak, akibatnya manusia menjadi pribadi yang terpecah. Jika proses keilmuan
yang berkembang tidak berada di bawah kendali agama, maka proses kehancuran pribadi
manusia akan terus berjalan. Dengan demikian, semua kekuatan yang lebih tinggi untuk
menibgkatkan derajat kehidupan manusia akan hilang, sehingga tidak hanya kehidupan
saja yang mengalami kemerosotan, tetapi juga tingkat kecerdasan dan moral,
g. Stress dan Frustasi. Jika tujuan tidak tercapai, sering berputus asa bahkan tidak jarang
yang depresi,

6
h. Kehilangan Harga Diri dan Masa Depan. Jika kontrol nilai-nilai agama telah terlepas
dari kehidupan, maka manusia tidak lagi punya harga diri dan masa depan.3
2
Ahmad Hatta, Tafsir dan terjemah.
3
http//tasauf-modern/com.21.04.2014
Pada hakekatnya, karakter masyarakat modern diwarnai oleh orientasi pasar, di
mana keberhasilan seseorang tergantung kepada sejauh mana nilai jualnya di pasar.
Masyarakat modern bagaikan penjual dirinya sekaligus sebagai komunitas yang siap
dijual di pasar. Oleh karena itu penghargaan atas diri manusia itu ditentukan oleh nilai
jualnya di pasar, akibatnya setiap orang termotivasi untuk berjuang keras menjadi pekerja
sukses dan kaya, demi penegasan atas keberhasilannya. Kemakmuran melambangkan
tingginya nilai jual, sementara kemiskinan dimaknai sebaliknya. Kebaikan, kejujuran,
kesetiaan pada kebenaran dan keadilan sudah bagai tidak bernilai jika tidak memberikan
manfaat untuk kesuksesan dan kemakmuran.
Jika kondisi ekonomi seseorang tidak makmur, maka dinilai sebagai orang yang
belum sukses, bahkan gagal dalam kehidupan. Keadaan seperti ini menandakan
masyarakat modern, masyarakat yang mengalami keterasingan (aliensi), mereka tidak
lagi berpijak kepada kualitas kemanusiaan, melainkan berpatokan kepada keberhasilan
dalam mencapai kekayaan materi. Kondisi ini memalingkan kesadaran manusia sebagai
makhluk termulia. Keutamaan dan kemuliaan menyatu dengan kekuatan kepribadian,
tidak bergantung pada sesuatu yang ada di luar dirinya. Oleh karena itu masyarakat
modern mengalami depersonilisasi kehampaan dan ketidakbermaknaan hidup.
Keberadaannya tergantung kepada pemilikan dan pengasaan symbol kekayaan, keinginan
mendapatkan harta yang berlimpah melampaui komitmennya terhadap solidaritas sosial.
Hal ini didorong oleh pandangan bahwa orang yang banyak harta merupakan manusia
unggul.
Relevansi tasawwuf dalam konteks modern Banyak cara yang diajukan para ahli
untuk mengatasi problematika masyarakat modern dan salah satu cara yang hampir
disepakati para ahli adalah dengan cara mengembangkan kehidupan yang berakhlak dan

7
bertasawuf. Salah satu tokoh yang begitu sungguh-sungguh memperjuangkan akhlak
tasawuf bagi mengatasi masalah tersebut adalah Husein Nashr. Menurutnya, faham
sufisme ini mulai mendapat tempat di kalangan masayarakat (termasuk masyarakat barat)
karena mereka mulai mencari-cari dimana sufisme yang dapat menjawab sejumlah
masalah tersebut. Sufisme perlu dimasyarakatkan pada kehidupan modern yang sekarang
karena terdapat 3 tujuan yang penting yaitu: a. Turut serta terlibat dalam berbagai peran
dalam menyelamatkan kemanusiaan dari kondisi kebingungan akibat hilangnya nilai-nilai
spiritual, b. Memperkenalkan literatur atau pemahaman tentang aspek esoterik
(kebatinan) Islam, baik terhadap masyarakat islam yang mulai melupakannya maupun
non islam, khususnya terhadap masyarakat barat, c. Untuk memberikan penegasan
kembali bahwa sesungguhnya aspek esoterik Islam, yakni sufisme, yaitu jantung dari
ajaran islam sehingga bila wilayah ini kering dan tidak berdenyut , maka keringlah aspek-
aspek lain ajaran islam.
Relevansi Tasawuf dengan problem manusia modern adalah karena Tasawuf
secara seimbang memberikan kesejukan batin dan disiplin syari’ah sekaligus. Ia bisa
difahami sebagai pembentuk tingkah laku melalui pendekatan Tasawuf suluky, dan bisa
memuaskan dahaga intelektuil melalui pendekatan Tasawuf falsafy. Karena tasawuf ini
bisa diamalkan oleh setiap muslim, dari lapisan sosial manapun dan di tempat manapun.
Secara fisik mereka menghadap satu arah, yatiu Ka’bah, dan secara rohaniah mereka
berlomba lomba menempuh jalan (tarekat) melewati ahwal dan maqam menuju kepada
Tuhan yang Satu, Allah SWT. Tasawuf adalah kebudayaan Islam, oleh karena itu budaya
setempat juga mewarnai corak Tasawuf sehingga dikenal banyak aliran dan tarekat.Telah
disebut di muka bahwa berTasawuf artinya mematikan nafsu dirinya untuk menjadi Diri
yang sebenarnya. Jadi dalam kajian Tasawuf, nafs difahami sebagai nafsu, yakni tempat
pada diri seseorang dimana sifat-sifat tercela berkumpul, Nafs juga dibahas dalam kajian
Psikologi dan juga filsafat.

Dalam upaya memelihara agar tidak keluar dari koridor Al-Qur’an maka baik
Tasawuf maupun Psikologi (Islam) perlu selalu menggali konsep nafs (dan manusia)
menurut Al-Qur’an dan hadis. Intisari ajaran tasawuf sebagaimana paham mistisme
dalam agamaagama lain adalah bertujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari
dengan Tuhan, sehingga seseorang merasa dengan kesadaranya itu berada di kehadirat-
Nya.
Upaya ini antara lain dilakukan kontemplasi, melepaskan diri dari jeratan dunia
yang senantiasa berubah dan bersifat sementara. Sikap dan pandangan sufistik ini sangat
diperlukan oleh masyarakat modern yang mengalami jiwa yang terpecah sebagaimana
disebutkan, asalkan pandangan terhadap tujuan tasawuf tidak dilakukan secara ekslusif
dan individual, melainkan berdaya aplikatif dalam meresponi berbagai masalah yang
dihadapi. Kemampuan berhubungan dengan Tuhan ini dapat mengintegrasikan seluruh
ilmu pengetahuan yang tampak berserakan karena melalui tasawuf ini seseorang
disadarkan bahwa sumber segala yang ada ini berasal dari Tuhan. Dengan adanya
bantuan tasawuf ini, maka ilmu pengetahuan satu dan lainya tidak akan bertabrakan
karena ia berada dalam satu jalan dan satu tujuan. Selanjutnya tasawuf melatih manusia
agar memiliki ketajaman batin dan kehalusan budi pekerti. Sikap batin dan kehalusan
budi yang tajam ini menyebabkan ia akan selalu mengutamakan pertimbangan
kemanusiaan pada setiap masalah yang dihadapi dengan demikian ia akan terhindar dari
melakukan perbuatan perbuatan yang tercela menurut agama.
Selanjutnya ajaran tawakkal pada Tuhan menyebabkan mereka memiliki
pegangan yang kokoh, karena ia telah mewakilkan atau menggadaikan dirinya
sepenuhnya pada Tuhan, sikap tawakkal ini akan mengatasi sikap stress yang dialami
oleh manusia. Sikap materialistic dan hedonistic yang merajalela dalam kehidupan
modern ini dapat diatasi dengan menerapkan konsep zuhud, yang pada intinya sikap yang
tidak mau diperbudak atau terperangkap oleh pengaruh duniawi yang sementara itu. Jika
sikap ini tidak mantap, maka ia tidak akan berani menggunakan segala cara untuk
mencapai tujuan , sebab tujuan yang ingin dicapai dalam tasawuf adalah menuju Tuhan,
maka caranyapun harus ditempuh dengan cara yang disukai Tuhan.

Demikian pula ajaran uzlah yang terdapat dalam tasawuf yaitu usaha
mengasingkan diri dari terperangkat oleh tipu daya keduniaan, dapat pula digunakan
untuk membekali masyarakat modern agar tidak menjadi sekruft dari mesin kehidupan.
Yang tidak tahu lagi arahnya mau dibawa kemana. Tasawuf dengan konsep uzlahnya itu
berusaha membebaskan manusia dari perangkapperangkap kehidupan tapi ia tetap
mengendalikan aktivitasnya sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan, dan bukan sebaliknya
larut dalam pengaruh keduniaan. Terakhir problematika masyarakat modern diatas adalah
sejumlah manusia yang kehilangan masa depanya, merasa kesunyian dan kehampaan
jiwa di tengahtengah derunya laju kehidupan. Abad yang berkembang telah tiba,
teknologi yang modern semakin berkembang.
Perkembangannya seiring dengan perubahan waktu. Siapa yang tidak bisa
mengejar perkembangan berarti ketinggalan zaman. Inilah perkataan yang memancing
kita terjerumus terjun ke dalam tawaran kemodernismean. Modernisme merupakan tanda
kemajuan dan moderniame juga merupakan tanda kemunduran suatu bangsa.
Perkembangan dalam berbagai bidang, dari bidang ekonomi sampai bidang teknologi.
Hal telah banyak membuat kita lupa akan daratan kita –tujuan awal– yang sejak awal kita
bangun. Kenyataannya, modernisme makin hari membawa diri kta terselubungi dengan
perkembangan teknologi. Efeknya, penghayatan terhadap Islam mulai digantikan dengan
penghayatan duniawi yang serba ingin modern.
Prinsip materiaistik memenuhi otak pikiran, yang melepaskan kontrol agama dan
kebebasan bertindak demi memenuhi modernisme telah berkuasa untuk mengalahkan
terapi sufisme atau tasawuf. Masyarakat modern semakin mendewakan keberadaan ilmu
pengetahuan, maka seakan-akan kita berada pada wilayah pinggiran yang bermadzab ke-
barat-an dan bahkan kita hampir-hampir kehilangan visi kailahian. Hal inilah yang
membuat kita makin stress dan gersang hati kita dengan dunia, akibat tidak mempunyai
pegangan hidup. Realitanya, yang dikatakan modernisme malah berpaling pada
kemunduran.

10

Hal ini disebabkan oleh krisis peradapan modern bersumber dari penolakan
terhadap hakikat ruh dan peyingkiran ma’nawiyah secara grandual alam kehidupan
manusia. Manusia modern mencoba hidup dengan roti semata, meraka bahkan berupaya
“membunuh” Tuhan dan menyatakan kebebasan dari kehidupan akhirat. Dari sinilah,
hanya kita yang tahu mana yang lebih panting dari beberapa kebutuhan kita, kedewasaan
semakin bertambah manakalah kita semakin dewasa dengan keberadaan Allah swt.
Untuk memahami makna tasawuf itu, memang diperlukan pengertian yang
mendalam: yakni maknanya dalam keseluruhan keberagamaan, dan kaitannya dengan
penciptaan kehidupan kemanusiaan yang lebih baik. Inilah yang disebut "tasawuf
positif", sebuah tasawuf yang terbuka kepada kebutuhankebutuhan dasar manusia untuk
pertumbuhan, keseimbangan dan harmoni. Dengan tasawuf positif ini, terbuka juga
kemungkinan dialog dengan berbagai ragam spiritualitas agama-agama, maupun non-
agama yang semuanya sebenarnya dewasa ini menghadapi masalah besar bersama yaitu
ancaman kemanusiaan. Macam-macam tasawuf telah berkembang mengatasi krisis global
kemanusiaan.
Karena itu dialog di antara sesama penganut tasawuf, walaupun dari berbagai
agama, bisa menyumbangkan wacana untuk berbagai krisis kemanusiaan. Apa yang
disebut Hans Kung dengan "kebutuhan akan Etika global" tampaknya bisa dipenuhi
dengan kerja sama agama-agama, dimulai dari pandangan positif terhadap hal yang
paling dasar dari agamanya sendiri-the heart of religion, yaitu hakikat tasawuf itu sendiri,
yang bisa mempertemukan berbagai agama. Dari sini kita bisa merambah kepada dialog
bahkan passing over ke arah agama lain, untuk menggali dan mendapatkan kekayaan
perspektif rohani. Jika kita mengamati perkembangan kesadaran mengenai tantangan
etika global itu, perkembangan tasawuf (dalam hal ini "tasawuf antar-agama") memang
telah melandasi usaha-usaha bersama mencari sebuah alternatif atas pandangan
kebudayaan modern yang mekanistik, sekularistik, ke arah cara pandang yang lebih
ekologis dan holistik.

11

Di sini tasawuf bertemu dengan spiritualitas agama-agama (Hinduisme,


Buddhisme, Taoisme, mistik Kristen, new age, spiritualitas dari kearifan lokal dan
seterusnya), yang bersama-sama diharapkan dapat mendorong massa yang kritis untuk
melihat dunia ini secara baru. Inilah yang disebut Marilyn Ferguson sebagai The
Aquarian Conspiracy (konspirasi Aquarius) yang menjadi pertanda dari kebangkitan
tasawuf di awal milenium. dupan yang serba materialis, hedonis, sekular, plus kehidupan
yang makin sulit secara ekonomis maupun psikologis itu, tasawuf memberikan obat
penawar rohani, yang memberi daya tahan. Dalam wacana kontemporer, sering dibahas
tasawuf sebagai obat mengatasi krisis kerohanian manusia modern yang telah lepas dari
pusat dirinya, sehingga ia tidak mengenal lagi siapa dirinya, arti dan tujuan dari
kehidupan di dunia ini. Ketidakjelasan atas makna dan tujuan hidup ini memang sangat
tidak mengenakkan, dan membuat penderitaan batin.
Maka mata air tasawuf yang sejuk dan memberikan penyegaran dan penyelamatan
pada manusia-manusia yang terasing itu. Dari situlah kemudian kita sangat
mengkhawatirkan demam tasawuf belakangan ini. Kalau demam tasawuf itu hanya
kepanjangan saja dari kesalehan, lantas apa maknanya? Antara tasawuf dan bukan
tasawuf tidak ada bedanya: sama-sama kesalehan formal yang tidak mencerminkan
religiusitas! Demam tasawuf mudah-mudahan tidak hanya merupakan kelanjutan dari
kesalehan formal, yang kalau hanya begini, ya ibarat buih dalam lautan: tidak bermakna
apa-apa secara sosial.
Maka kita berharap demam tasawuf ini, tidak merupakan langkah mundur dalam
beragama, tetapi merupakan awal dari perkembangan Islam di Indonesia yang diharapkan
dapat mewujudkan kehidupan keagamaan yang lebih terbuka, inklusif-pluralis, yang
memberi rahmat kepada semua orang. Demam tasawuf semoga merupakan salah satu
pertanda dari tumbuhnya kesadaran baru dalam mencari sumbangan agamaagama
terhadap tantangan etika global di atas. Namun itu semua tergantung dari kemampuan
kita dalam menyajikan tasawuf yang positif, bukan yang eksesif. Makna Tasawuf dan
Problem Eksistensi menurut Buya Hamka, dalam lintasan sejarah pemikiran Islam di
12
Indonesia, Buya Hamka tercatat sebagai salah seorang pemikir Islam modern yang sangat
produktif. Ini ditunjukkan dengan begitu banyak karyanya dalam bidang keislaman. Yang
paling fenomenal dari sejumlah karyanya itu adalah Tafsir Al-Azhar.
Kemampuan Hamka sungguh mengagumkan mengingat beliau bukanlah seorang
sarjana dengan pendidikan formal yang tinggi. Hamka hanya otodidak. Otoritas guru dan
sanad yang menyertainya memiliki nilai yang tinggi dalam pewarisan keilmuan. Pada
gilirannya cenderung menimbulkan kesamaan mazhab dan aliran teologi pada garis sanad
dan silsilah yang ada. Transmisi tradisional meniscayakan mata rantai isnad dan silsilah
yang homogen. Pada transmisi modern, pewarisan itu tidak mengharuskan pertemuan
murid dan guru. Karena itu, isnad dan silsilah keilmuannya terbentuk dari beberapa
sumber berbeda. Problem masyarakat modern terhadap tasawuf, menurut Erich Fromm,
karakter masyarakat modern diwarnai oleh orientasi pasar, di mana keberhasilan
seseorang bergantung pada sejauh mana 'nilai jualnya' di pasar (1999).
Masyarakat (manusia) modern mengalami dirinya sebagai penjual sekaligus
sebagai komoditas untuk dijual di pasar. Maka, penghargaan atas dirinya ditentukan oleh
nilai-nilai yang diakui oleh pasar. Akhirnya, setiap orang didorong berjuang keras
menjadi pekerja sukses dan kaya demi penegasan akan keberhasilannya itu. Kemakmuran
melambangkan nilai jualnya yang tinggi dan dihargai di pasar. Kemiskinan dimaknai
sebagai sebaliknya.
Kebaikan, kejujuran, kesetiaan pada kebenaran dan keadilan dipandang tidak
bernilai jika tidak memberikan manfaat bagi kesuksesan dan kemakmuran. Sejauh
kondisi ekonominya tidak makmur, dia dinilai belum sukses. Kondisi ini menandakan
masyarakat modern mengalami alienasi (keterasingan). Mereka menilai manusia tidak
lagi berpijak pada kualitas kemanusiaan, melainkan oleh keberhasilannya dalam
mencapai kekayaan materil. Keadaan ini memalingkan kesadaran manusia sebagai
makhluk termulia. Keutamaan dan kemuliaannya menyatu dengan kekuatan
kepribadiannya, bukan bergantung pada sesuatu di luar dirinya. Karena itu, masyarakat
modern mengalami depersonalisasi, kehampaan, dan ketidakbermaknaan hidup.

13
Eksistensinya bergantung pada pemilikan dan penguasaan pada simbol kekayaan. Hasrat
mendapatkan harta yang berlimpah melampaui komitmennya terhadap solidaritas sosial.
Ini didorong pandangan bahwa orang banyak harta merupakan manusia unggul. Di
tengah alienasi semacam ini pemikiran Hamka dalam beberapa bukunya, terutama
Tasawuf Modern dan Tafsir Al-Azhar, memberikan suatu pencerahan bagi masyarakat
modern.
Tasawuf dan modernitasasi Tasawuf dan modernitas pada dasarnya sejak awal
perkembangan isalam gerakan tasawuf mendapat sambutan luas di kalangan umat islam.
Bahkan penyebaran islam di Idonesa lebih mudah berkat dakwah menggunakan
pendekaatan tasawuf. Penekanan pada sisi esoteric agama (hal-hal yang bersifat batiniah
dari agama) lebih mengunfdang daya tarik ketimbang eksoteriknya (Formalitas ritual
agama). Pada dasarnya sejak awal perkembangan Islam, gerakan tasawuf mendapat
sambutan luas di kalangan umat Islam. Bahkan penyebaran Islam di Indonesia lebih
mudah berkat dakwah menggunakan pendekatan tasawuf. Penekanan pada sisi esoterik
agama (hal-hal yang bersifat batiniah dari agama) lebih mengundang daya tarik
ketimbang eksoteriknya (formalitas ritual agama). Salah satunya disebabkan oleh adanya
persinggungan antara sisi esoteric dengan pergulatan eksistensi manusia.
Kecenderungan aniomisme dan dinamisme (kepercayaan terhadap benda-benda
yang mengandung keramat dan ruh-ruh leluhur yang bisa menjadi perantara kepada
Tuhan) misalnya menyiratkan ketertarikan yang besar terhadap sisi esoteric itu. Factor
seperti inilah yang mendorong Hamka meneliti Tasawuf sebagaimana ia jelaskan dalam
bukunya: “Tidaklah dapat diragui lagi bahwasana tasawuf adalah salah satu pusaka
keagamaan terpenting yang mempengaruhi perasaan dan pikiran kaum muslimin
(1981;20). Luasnya pengaruh tasawuf dalam hampir seluruh episode peradaban islam
menandakan tasawuf relevan dengan kebutuhan umat islam.
Menurut Hamka tasawuf ibarat jiwa yang menghidupkan tubuh dan meruyakan
jantung dari keislaman. Dalam masyarakat modern fenomena ketertarikan terhadap
14
pengajian bernuansa tasawuf mencerminkan adanya kebutuhan untuk mengatasi problem
alenasi yang diakibatkan modernitas. Modernitas memberikan kemudahan hidup tetapi
tidak selalu memberikan kebahagiaan.4
B. Bentuk-bentuk Media Tasawuf di Era Kekinian

Kemajuan teknologi dalm bidang komunikasi dan informasi dalam segala bentuk
dan media, baik media cetak maupun media elektronik menyebabkan manusia mudah
mendapatkan informasi dalam segala bidang. Hal ini jelas berpengaruh terhadap
kehidupan manusia disegala bidang pula termasuk moral dan relifi baik yang bersifat
positif maupun yang negatif. Tasawuf yang merupakan ajaran moral atau akhlak yang
mulai tentunya tidak terlepas dari pengaruh modernisasi. Adapun pengaruh modernisasi
4
Tim penyusun MKD, Akhlak Tasawuf, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2001),h. 21.
bersifat positif dan negatif, dimana hal tersebut menjadikan peluang ataupun hambatan.
Pendidikan modern adalah pendidikan yang dilaksanakan dengan cara modern dan
menggunakan alat-alat yang modern pula. Dijaman yang modern seperti sekarang ini
komputer dan internet bukan sesuatu yang baru lagi dalam pendidikan dan pengajaran
bahkan menguasainya menjadi sebuah kewajiban. Sudah banyak sekolah yang
menggunakan fasilitas komputer ataupun internet dalam melaksanakan proses kegiatan
belajar mengajar. Contoh kasus di SMP 1 Barat Magetan sudah mewajibkan siswanya
bisa mengakses informasi atau pelajaran dari internet. Adapun pengaruh modernisasi
menjadikan hambatan tersendiri bagi implementasi ajaran tasawuf. Hambatan-hambatan
tersebut adalah sebagai berikut:

1) kita mengetahui bahwa anak-anak dan remaja yang sedang tumbuh dan
berkembang mempunyai kegemaran dan sifat yang mudah dan suka meniru, selalu ingin
tahu, ingin mencoba dan sebagainya. Sedangkan kita tahu pula bahwa pada saat ii,
tayangan di TV baik nasional, lokal maupun swasta hampir setiap saat menayangkan
sikap, tingkah laku dan cara berpakaian atis yang tidak mencerminkan moral yang utama
seperti berpakaian minim dan membuka aurat yang justru dikatakan bagian dari seni.

15

2) Hand pone kini sudah banyak dilengkapi dengan alat yang canggih, sehingga
dengan alat tersebut pengguna yang notabene remaja secara privaci dapat bermain game,
mendengarkan ataupun mengakses situs-situs pelajaran bahakan situs-situs yang berbau
pronograsi. Hal ini tanpa disadari merupakan strategi-strategi para kapitalis modern
dalam menurunkan mental dan moral bagi generasi muda.

3) Banyaknya majalah yang memuat berita dan gambar-gambar yang semestinya


bukan konsumsi anak-anak dan remaja juga merupakan hambatan tersendiri bagi
pengajaran tasawuf pada pendidikan modern sekarang ini.

4.) Web video dan youtube yang juga menjadi trendsetter dalam dunia media baru
di gital saat ini juga dapat di manfaatkan sebagai teknologi untuk membuat video
pengajaran islam dan disiarkan (posting di youtube).
Adapun peluang modernisasi bagi pengajaran tasawuf adalah sebagai berikut: 1)
siaran TV dan radio yang bermutu dapat menunjang aplikasi ajaran tasawuf, 2) hand pone
dan youtube dapat digunakan untuk media berdakwah, misalnya melalui ring tone suara
azan, ayat kursi, bismillah, assalamu’alaikum dan sebagainya yang memungkinkan
penggunanya bersikap islami dan dekat denga Tuhan, 3) Majalah-majalah keagamaan
dapat dijadikan sebagai sarana berdakwah seperti Assunah, Mimbar dan sebagainya.5

C. Tasawuf di Kalangan Kaum Muda

Modernisasi dan Krisis Spiritual Saat ini kita berada di tengah-tengah kehidupan
masyarakat modern atau sering disebut juga disebut sebagai masyarakat sekuler.
Umumnya hubungan antara anggota masyarakat modern didasarkan atas prinsip-prinsip
materialistik. Mereka merasa bebas dan lepas dari kontrol agama dan pandangan dunia
metafisis. Masyarakat modern yang cenderung rasionalis, sekuler, dan materialis ternyata

16

tidak menambah kebahagiaan dan ketentraman hidupnya.6 Berkaitan dengan keadaan


tersebut, Sayyid Hosein Nasr menilai bahwa akibat masyarakat modern yang
mendewakan ilmu pengetahuan dan teknologi, berada dalam wilayah pinggiran
eksistensinya sendiri. Masyarakat yang demikian merupakan masyarakat yang telah
kehilangan visi keilahian.

Hal ini menimbulkan kehampaan spiritual, yang berakibat banyak dijumpai orang
yang stress dan gelisah, akibat tidak mempunyai pegangan hidup. Salah satu tipologi
manusia modern adalah sikap mereka yang membanggakan ilmu penge tahuan dan terlalu
mengandalkan rasionalitas dalam menyikapi persoalan. Meskipun ternyata, pendewaan
terhadap rasionalitas yang berlebihan dapat menjerumuskan manusia pada nilainilai yang
sekularistik. Sementara itu, sikap positivistik yang berlebihan juga dapat melahirkan gaya
hidup pragmatik yang menjadi referensi bagi upaya menghalalkan segala cara demi
mencapai tujuan mereka.7

5
Andi Faisal Bakti Dan Meidasari, Trendsetter Komunikasi Di Era Digital, Tantangan Dan Peluang Komunikasi Islam.
Surabaya. Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Uin Sunan Ampel. Vol. 4 No. 2. 2014. Hal.39-40
6
Ahmad Sidqi, Wajah Tasawuf di Era Modern, Episteme, Vol. 10, No. 1, Juni 2015.
7
M. Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), h. ix.
Masyarakat millenial atau masyarakat modern sendiri pada dasarnya merupakan
struktur masyarakat yang dinamis, kreatif, dan mampu berfikir logis untuk melahirkan
gagasan-gagasan konstruktif dalam rangka meningkat kualitas kehidupan manusia dalam
berbagai bidang. Masyarakat modern telah memahami peristiwa-peristiwa alam beserta
dirinya melalui ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mengikis ketergantungan kepada “
kekuatan alam gaib” sebagaimana yang terjadi dalam masyarakat sederhana. Daya fikir
seperti ini telah menciptakan masyarakat modern yang semakin maju dan berkembang
dari segi teknologi dan ilmu pengetahuan sehingga terbuai akan makna kehidupan yang
sesungguhnya, adapuun konsekuensi yang muncul adalah menjadikan masyarakat lepas

17

dari nilai-nilai budaya yang secara berkesinambungan dalam masyarakat itu sendiri.8
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, ternyata manusia
tidak mampu memperthankan nilai-nilai dasar yang pada dirinya. Sejak dibukanya kran
pemikiran rasional oleh Rene Descartes (1596-1650), yang sering disebut sebagai bapak
filsafat modern, yang ditandai dengan adanya Renaissance.9

Menurut Jules Michelet, sejarawan Prancis terkenal. Renaissance adalah periode


penemuan manusia dan dunia, yang merupakan kelahiran spirit modern dalam
transformasi idea dan lembaga-lembaga, renaissance menandai perkembangan
peradabanyang terletak di ujung atau setelah abad kegelapan sampai muncul abad
modern.10 Ciri utama renaissance adalah humanisme, individualism, empirisme,
rasionalisme dan lepas dari agama. Manusia tak mau lagi diatur oleh agama (Kristen
Gereja). Sehingga menghasilkan pengetahuan rasional, lahirnya ilmu pengetahuan dan
teknologi. Humanism menghendaki ukuran kebenaran adalah manusia, karena manusia

8
Silawati, “Pemikiran Tasawuf Hamka dan Kehidupan Modern”, AnNida : Jurnal Pemikiran Islam, Vol-40, No,2, (Juli-
Agust 2015), h. 118
9
Bertand Russell, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio Pilitik Dari Kuno Hingga Sekarang, ter.
Sigit Jatmiko (dkk), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. 732
10
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum : Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2001),
h. 125-126
merasa mampu mengatur dirinya dan dunia.11 Menurut Descartes, alam tidak lebih hanya
sebuah mesin yang tidak memiliki arti spiritual.

Semua benda hidup, termasuk manusia hanyalah sebagai benda dari reaksi kimia
secara otomatis. “berikan saya semua elemen yang ada, tentu saya akan membangun ala
mini”12 demikian pernyataan sombong Descartes. Bahkan Nietzche (1844- 1900) seorang
filosof Jerman, menyatakan bahwa gerak sejarah akan mengarah kepada suatu bentuk
nihilism yang radikal. Nihilism ini tidak hanya berbunyi “Tuhan telah mati”, melainkan

18

TuhanTuhan sudah mati”. Agus Comte (1798-1857) meramalkan, bahwa akan adanya
kebangkitan ilmu-ilmu baru dan keruntuhan Agama. Ia percaya, bahwa menurut
perkembangan filsafat dan ilmu-ilmu di Barat, Masyarakat berevolusi dan berkembang
dari tingkat primitif ke tingkat modern.13 Oleh sebab itu Harun Hadi Wijoyo menyatakan,
abad ke-19 adalah abad yang ruwet. Perkembangan filsafat terutama setelah Hegel (1770-
1831) tidak hanya berputar pada satu mata rantai, melainkan pada bermacam-macam
isme, seperti postifisme, materialism, marxisme, dan sebagainya.14

Melalui Renaissance sebagai corongnya, humanism mempromosikan potensi


manusia melebihi batas-batas fitrahnya. Humanism memproyeksikan manusia sebagai
titik pusat dari alam. Manusia yang merasa dirinya unggul tersebut, karena
keberhasilannya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi lewat otaknya,
mendorong ia bertambah ambisi untuk menaklukan dunia. Mereka menganggap alam
adalah sebuah objek yang harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan
manusia tanpa menghiraukan hak-hak alam itu sendiri. Dimensi lain adalah sebuah faham
yang menganggap realitas kehidupan ini hanyalah materi (materialism). Materialisme
mendorong manusia hanya memfokuskan hidupnya pada materi sebagai titik tumpuan.

11
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum..., h. 126
12
Maryam Jameelah, Islam dan Modernisme, ter. A. Jainuri dan Syafiq A. Mughni, (Surabaya: usaha Nasional,
1982), h. 29
13
Pardoyo, Sekularisme dalam Polemik, (Jakarta: Pustaka Utama Gratifi, 1993), h. 6.
14
Pardoyo, sekularisme…, h. 30-31.
Masyarakat model ini begitu tertarik dengan propaganda kaum materialis yang
menawarkan potensi dalam kehidupan melalui berbagai dimensi kebutuhan. Materialisme
telah memproyeksikan berbagai macam barang konsumtif. Dengan promosi yang efekti
dan disertai iklan yang gencar lewat teknologi infirmasi, manusia dipaksa untuk
membeli.15

Hal ini mengukuhkan kapitalisme untuk menghancurkan mental. Manusia


diracuni dengan barang produksi yang sebenarnya tidaklah primer, dipaksa membeli
dengan dibangun image melalui gencarnya promosi bahwa jika seseorang tidak memiliki
barang tertentu yang baru diproduksi maka ia dianggap tidak modern, ketinggalan zaman,

19

kuno, dan tidak trend serta berbagai stigma negatif lainnya. Akibatnya manusia rela
melakukan apa saja, semisal korupsi, menindas sesama, penyalahgunaan wewenang, dan
lain sebagainya, demi memenuhi kebutuhan materi atau hawa nafsunya tersebut.
Orientasi materialis juga berdampak pada orientasi hidup yang tidak bertuhan (Atheisme)
baik dalam dataran konseptual maupun dalaam prilaku yang nyata.16 Prilaku yang nyata
terbukti dengan perilaku manusia yang begitu sibuk dengan materi hingga acuh dan tak
pelak terkadang lupa dengan kewajibannya terhadap Tuhan. Manusia tidak lagi memiliki
waktu untuk melaksanakan perintah Tuhannya. Kondisi seperti inilah yang banyak terjadi
di masyarakat saat ini. Hanya saja manusia tidak terlalu merasakan karena di balut
dengan sistem-sistem yang merangsang selera dan menjanjikan kenikmatan, meskipun
kenikmatan semu. Manusia tidak lagi mempunyai kesempatan berdialog dengan sang
Tuhan, ia terlena dengan dunia dan lupa dengan transaksi yang telah ia lakukan dengan
Allah SWT ketika masih di alam ruh (Q.S A’Raf: 172). Sistem kehidupan manusia pada
masa ini atau manusia modern, telah membuat kehidupan manusia terpisah dari naluri
ketuhanan.

Meskipun ia tidak menolak Tuhan secara lisan tetapi ia mengingkari Tuhan dalam
bentuk prilaku keseharian. Husen Naser dalam Islam and the plight of Modern men
15
Said Tuhulleley (ed), Permasalahan Abad XXI Sebuah Agenda, (Yogyakarta:SIPRESS 1993), h. 5.
16
Sebuah Faham yang tidak percaya adanya Tuhan atau mengingkari adanya tuhan dan aturan-aturan yang
diturunkan-Nya. Lihat Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h.
54
menyatakan bahwa akibat masyarakat yang mendewakan ilmu pengetahuan dan
teknologi telah menjadikan mereka berada dalam wilayah pinggiran eksistensinya sendiri.
Bergerak menjauh dari eksistensinya, sementara pemahaman agama yang berdasarkan
wahyu mereka lengahkan, menikmati sekuler. Masyarakat yang demikian adalah
masyarakat Barat yang telah kehilangan keilahiannya. Masyarakat ini telah tumpul
penglihatan intelektualnya dalam melihat realitas hidup dan kehidupan. 17 Ini
menimbulkan gejala psikologis, yakni adanya kehampaan spiritual. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta filsafat rasionalisme tidak mampu memenuhi kebutuhan

20

pokok manusia dalam aspek nilai-nilai transenden, satu ni lai vital yang hanya bisa digali
dari sumber wahyu Islam yaitu Tasawuf. Abu al-Wafa al-Taftazani dalam The Role
Sufisme mengklasifikasikan sebab-sebab kegelisahan masyarakaat modern. Pertama,
karena takut kehilangan apa yang telah dimiliki. Kedua, timbulnya rasa khawatir terhadap
masa depan yang tak disukai. Ketiga, disebabkan oleh rasa kecewa terhadap hasil kerja
yang tidak dapat memenuhi harapan spiritual. Keempat, banyak melakukan pelanggaran
dan dosa. Menurut Taftazani semua ini muncul dari dalam diri seseorang karena
hilangnya keimanan dalam hati, dan menghambakan hidup kepada selain Tuhan.18

Melihat manusia modern yang penuh dengan problema tersebut, maka Hamka
menawarkan alternatif terapi agar mereka mendalami dan menjalankan praktik tasawuf.
Hanya nilai-nilai tasawuflah yang dapat memenuhi jawaban akan kebutuhan spiritual
manusia modern. Dalam tasawuf penyelesaian keadaan itu tidak dapat tercapai secara
optimal jika hanya dicari dalam kehidupan lahir semata, karena kehidupan lahir hanya
gambaran atau akibat dari kehidupan manusia yang digerakkan oleh kekuatan pokok
yang ada pada dirinya, yaitu akal, syahwat, dan nafsu amarah. 19 Peran Tasawuf dalam
Mengatasi Problematika Masyarakat Millenial di Era Globalisasi Gaya hidup modern
memang menguntungkan bagi manusia karena segala aspek kehidupan dengan mudah
dipenuhi. Namun hal itu juga identik dengan perilaku materialism dan indidualisme
seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Jika diamati labih luas lagi, maka krisi moral
17
Amin Syukur, Menggugat Tasawuf…, h. 112-113
18
Sularso Sopater (ed), Keadilan Dalam Kemajemukan, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1998), h. 269
19
Amin Syukur, Menggugat Tasawuf…, h. 113
dan kemanusiaan ini, maka bisa kita amati dengan apa yang terjadi di Timur Tengah,
ketika pelanggaran hak-hak asasi manusia seolah sesuatu yang biasa saja.

Pembantaian terhadap anak-anak dan perempuan yang begitu biadab seolah telah
menjadi pemandangan biasa saja. Semua pelecahan, pembantaian, dan kekerasan lainnya
sudah menjadi santapan sehari-hari bagi mereka. Pelanggaran HAM yang melanda

21

manusia saat ini adalah kekerasan baik dalam rumah tangga dan terhadap orang lain yang
merugikan orang lain baik secara fisik, psikis, dan seksual, serta dapat membawa trauma
bagi manusia global. Melihat persoalan mendasar manusia yang begitu menyayat hati ini,
maka John Naisbit dan Patricia Burdene sebagaimana yang dikutip oleh Nulyani.20
mengatakan bahwa kondisi kekinian telah membuat manusia jauh dari Tuhannya. Oleh
karena itu diperlukan internalisasi nilai-nilai tasawuf.

Penerapan ajaran tasawuf dalam kehidupan sehari-hari akan menciptakan


lingkungan yang kondusif dan berakhlak. Konsep tahdlil yakni membersihkan diri dari
perilaku dan sifat yang tercela. Konsep ini bisa berfungsi sebagai sarana untuk
membersihkan jiwa dari penyakit batin. Jika kita melihat konsep zuhud dalam tasawuf
juga menjadi salah satu obat bagi penyakit-penyakit spiritual masyarakat modern ini,
dengan konsep zuhud yang memiliki makna membebaskan diri dari keterikatan materi.
Dalam kontek kekinian penerapan konsep zuhud sangat relevan dengan kondisi manusia
modern yang begitu materialistis. Namun, perlu ditekankan bahwa dengan konsep ini
bukan berarti bahwa kita benar-benar memisahkan diri dari dunia, namun lebih kepada
menghilangkan kecintaan yang berlebihan kepada dunia. Oleh karna di dalam dunia
modern seperti sekarang ini kita tidak akan mampu menghindar dari kebutuhan tersebut.
Namun yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana caranya untuk menyeimbangi dunia
dan akhirat kita. Terdapat prinsip-prinsip positif yang mampu megembangkan masa
depan manusia, diadakan renungan tentang tasawuf seperti, melakukan intropeksi
(muhasabah) diri, baik yang berkaitan dengan hubungan vertical maupun horizontal,
20
Nulyani, Peran Tasawuf Dalam Kehidupan Modern, Tadjid, Vol. XIV. PP. 119-142, 2015
pengosongan diri dari sifat-sifat tercela (takhalli), penghiasan diri dengan sifat-sifat mulia
(tahalli). Ajaran-ajaran tasawuf yang seperti ini dapat kita jadikan sebagai sumber gerak,
sumber kenormatifan, sumber motivasi dan sumber nilai sebagai acuan hidup. Islam
memiliki sistem keagamaan yang lengkap dan utuh, tetapi Islam melalui otak manusia
ditransformasikan ke kitab-kitab fiqh, lantaran roh spiritualitasnya sering diabaikan.
Suasana zaman telah menggoyahkan nilai-nilai formalitas sebagai pedoman hidup.

22

Seperti yang dinyatakan oleh beberapa tokoh tentang perubahan spiritualitas


manusia zaman modern ini. Akal manusia memang mengalami perkembangan pesat,
namun hati manusia tetap dalam keadaan lemah. Untuk itu manusia membutuhkan
penopang kekuatan jiwa. Mereka lalu mencari tasawuf. Di dalam kehidupan masayarakat
modern, terutama masyarakat perkotaan saat ini, bertasawuf sebenarnya diperlukan oleh
mereka, hanya saja mereka menganggap tasawuf tidak penting dalam hidupnya.
Pentingnya tasawuf dalam kehidupan masayarakat adalah sebagai penyeimbang
kehidupan, karena berdasarkan realita yang ada, kehidupan masyarakat perkotaan sudah
diwarnai oleh bermacam-macam perilaku yang diakibatkan oleh penyalahgunaan
kemajuan teknologi dan kesibukan aktifitas.

Sementara dalam kehidupan nyata, bertasawuf dianggap tidak perlu sebab tidak
memberikan keuntungan dalam kehidupan mereka yang kebanyakan bersifat
materialistik, yang hanya menguntungkan sesaat, apakah sesaaat itu memiliki keuntungan
atau tidak baginya, dan sebaliknya. Bertasawuf di zaman yang serba canggih ini, sangat
diperlukan bahkan dianjurkan untuk mengendalikan diri dari arus globalisasi ini. Tasawuf
melatih jiwa dan mental dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan diri dari
pengaruh dunia, sehingga tercermin prilaku mulia serta dekat dengan Allah Swt. Dengan
kata lain tasawuf adalah pembinaan mental rohaniah agar selalu dekat dengan Tuhan.
Intinya adalah tasawuf merupakan ajaran Islam yang bertujuan untuk membimbing
manusia agar lebih dekat dengan Tuhan, menjaga hubungan baik sesama manusia,
menunjukan pribadi yang bermoral dan penuh nilai-nilai kemanusiaan, sehingga
terciptanya ketenangan diri bagi seseorang, kondisi jiwa yang baik dan stabil akan
memberikan dorongan semangat dalam berinteraksi dengan dunia modern serta
menyikapi perkembangan zaman dengan tetap berpedoman kepada ajaran agama.21

D. Peluang dan Tantangan Tasawuf di Era Digital

Di masa zaman modern tentunya semakin lebih baik dari zaman sebelumnya

23

terutama di era di gital begitu banyak munculnya teknologi canggih dan fungsinya agar
lebih mempermudah masyarakat. kemajuan teknologi dan informasi di era digital
memang tidak dapat di pungkiri telah membawa manfaat yang luar biasa di kalangan
umat manusia. Kemudahan dan kecepatan akses informasi, menciptakan kenyamanan dan
kesenangan tersendiri dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Dengan
adanya kemajuan teknologi di segala bidang komunikasi dan informasi dalam segala
bentuk dan media, baik media cetak maupun media elektronik menyebabkan manusia
mendapatkan informasi dalam segala bidang.

Hal ini jelas berpengaruh terhadap kehidupan manusia di segala bidang pula
termasuk moral . tasawuf yang merupakan ajaran moral atau akhlak yang mulai tentunya
tidak terlepas dari pengaruh modernisasi. Adapun pengaruh modernisasi atau digital
bersifat positif atau negatife, dimana hal tersebut menjadi Peluang atau hambatan. Salah
satu yang menjadi Peluang ajaran tasawuf di era digital seperti pada media yang
digunakan untuk menyampaikan ajaran Tasawuf, dapat terlihat bahwa peranan dan fungsi
media memberikan pemodelan ketauladanan, mediaisasi, dan pengembangan
kepribadian. Adanya jaringan sosial yang menjadi trendsetter komunikasi media baru
digital memiliki berbagai fasilitas yang dapat di gunakan dan pembelajaran melalui
teknologi digital dapat memungkinkan seluruh umat belajar tanpa harus meninggalkan
tempat tinggal atau pekerjaan.22

Di era digital seperti ini menjadi semakin menantang karena kecepatan arus
teknologi informasi, akan sangat membantu umat islam dalam menyampai risalah
kebenaran dan ketuhanan. Itulah sebabnya, mulai banyak media – media yang muncul
21
0Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 267.
22
Ibid, h. 39-40
dengan orientasi dakwah. Di lain pihak ada juga yang berpendapat bahwa ilmu
pengetahuan dan teknologi positif atau pun negatife tergantung kepada bagaimana cara
mengelolanya.

24

Agar peranan ilmu pengetahuan seperti tasawuf dan teknologi itu bisa berdampak
positif itu adalah berpulang kepada sikap mental dan kepribadian umat islam. Yang kini
menjadi persoalan adalah penggunaan teknologi masih lebih banyak dikendalikan dan di
kuasai oleh orang – orang yang moralitasnya kurang dapat di pertanggungjawabkan.

Efek negatife dari kemajuan teknologi terlihat nyata dalam kehidupan modern
atau digital. Seperti kepribadian yang terpecah, penyalagunaan iptek, pendangkalan iman,
maka itu juga termasuk salah satu tantangan, dan fungsi adanya ajaran tasawuf bisa dapat
meminimalisir agar tidak terjadi efek negatif dari masa di era digital. Melihat gejala
manusia modern yang penuh dengan problematika dan mengakibatkan kekosongan
spiritual.j tentunya pemanfaatan salah satu teknologi di era digital harus senantiasa di
sandarkan secara utuh dan langsung dalam bentuk sikap ketaqwaan. Sehingga tata nilai,
etika dan moral (akhlak) yang luhur dan mulia yang terintegrasikan tentunya telah
menjadi muatan utama dalam setiap kegiatan penyiaran yang dapat di lakukan tersebut.

Islam sebagai sistem nilai, dalam kaitanya dengan bentuk tantangan tersebut telah
mengatur dan mengantisipasi sedemikian rupa dengan acuan nilai rahmatin lil alamin dan
amar ma’ruf nahi mungkar. Seperti layaknya segala sesuatu yang memiliki kelebihan dan
kekurangan, kemajuan teknologi di era media digital tentunya membawa baik dampak
positif atau negatife keberadaan publikasi informasi merupakan sarana efektif dalam
penyebaran isu, hal ini adalah tantangan tersendiri bagi seluruh umat islam di masa depan
untuk meminimalisir seluruh nilai – nilai komunikasi informasi yang bertentangan
dengan nilai luhur islam. Maka sudah waktunya untuk mencari sebuah solusi untuk
melakukan perbaikan dalam segala aspek kehidupan masyarakat dan di sinilah akhlak
tasawuf memiliki peran penting.23
23
Rahmawati, Peran Akhlak Tasawuf Dalam Masyarakat Modern. Kediri. Al munzir. Vol. 8 No. 2. 2015. Hal. 236-241
25

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Modernisme merupakan tanda kemajuan dan moderniame juga merupakan tanda


kemunduran suatu bangsa. Perkembangan dalam berbagai bidang, dari bidang
ekonomi sampai bidang teknologi. Hal telah banyak membuat kita lupa akan daratan
kita –tujuan awal– yang sejak awal kita bangun. Kenyataannya, modernisme makin
hari membawa diri kta terselubungi dengan perkembangan teknologi. Tasawuf
menjanjikan penyelamatan. Apalagi di tengah berbagai krisis kehidupan yang serba
materialis, hedonis, sekular, plus kehidupan yang makin sulit secara ekonomis
maupun psikologis itu, tasawuf memberikan obat penawar rohani, yang memberi
daya tahan. Tasawuf dan modernitas pada dasarnya sejak awal perkembangan isalam
gerakan tasawuf mendapat sambutan luas di kalangan umat islam, Pada dasarnya
sejak awal perkembangan Islam, gerakan tasawuf mendapat sambutan luas di
kalangan umat Islam. Bahkan penyebaran Islam di Indonesia lebih mudah berkat
dakwah menggunakan pendekatan tasawuf.
2. kemajuan teknologi khususnya di bidang informasi dan komunnikasi merupakan
hambatan bagi apliksasi tasawuf. Pada sekolah modern apabila para siswa yang pada
umumnya masih anak-anak dan remaja harus dibentengi dengan keimanan dan
ketakwaan yang kuat. Sehingga dari pernyataan di atas, penulis memberikan saran
kepada para pendidik dan orang tua agar jeli memperhatikan anak-anak atau para
siswa, sering mengamati bacaaan anak baik buku maupun majalah, juga sering
mengadakan pemeriksaan hand pone yang anak-anak bawa agar anak- anak terhindar
dari pengaruh buruk yang ditimbulkan dari media komunikasi dan informasi tersebut.
Adapun saran kepada pemerintah agar selalu mengadakan sosialisasi internet sehat
ataupun pengawasan terhadap UU ITE dan UU pornografi serta pornoaksi.
3. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa, tasawuf adalah salah satu

26
jalan menuju penyelesaian problematika kemodernan yang ditandai dengan
kehampaan spiritual pada individu. Bertasawuf adalah suatu upaya untuk melatih jiwa
dan mental dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan diri manusia dari
pengaruh manusia yang serba canggih dan instan saat ini. Era millenial dengan
medernisasi saat ini, merupakan kenikmatan yang ditawarkan kepada manusia,
sehingga memaksa manusia yang religious menjadi manusia hedonis, materialis,
individualis dan rasionalis. Maka dengan kondisi yang demikian ini, tasawauf sangant
dibutuhkan bukan hanya sebagai pembimbing bagi manusia untuk menemukan
Tuhan-nya, melainkan juga berfungsi untuk mengembalikan nilai-nilai spiritual
manusia yang memang sudah tergadaikan akibat perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang tak diimbangi dengan moral yang luhur dan agama sebagai
pedoman utama manusia dalam kehidupan.
4. Di masa zaman modern tentunya semakin lebih baik dari zaman sebelumnya, begitu
banyak munculnya teknologi canggih dan fungsinya agar lebih mempermudah
masyarakat. Kemudahan dan kecepatan akses informasi, menciptakan kenyamanan
dan kesenangan tersendiri dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama.
Dengan adanya kemajuan teknologi di segala bidang komunikasi dan informasi dalam
segala bentuk dan media, baik media cetak maupun media elektronik menyebabkan
manusia mendapatkan informasi dalam segala bidang, hal ini jelas berpengaruh
terhadap kehidupan manusia di segala bidang pula termasuk moral.
27

DAFTAR PUSTAKA

Van Martin, Burnessen. Urban Sufism. Jakarta: Rajawali Press,

Hatta Ahmad, Tafsir dan terjemah,

http//tasauf-modern/com.21.04.2014, diakses pada hari kamis, pukul 12.00 WIB,

Tim penyusun MKD, Akhlak Tasawuf, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2001),

Faisal Bakti Dan Meidasari, Trendsetter Komunikasi Di Era Digital, Tantangan


Dan Peluang Komunikasi Islam. Surabaya,

Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Uin Sunan Ampel. Vol. 4 No. 2. 2014,

Sidqi Ahmad, Wajah Tasawuf di Era Modern, Episteme, Vol. 10, No. 1, Juni
2015,

Syukur Amin, Menggugat Tasawuf, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999),

Silawati, “Pemikiran Tasawuf Hamka dan Kehidupan Modern”, AnNida : Jurnal


Pemikiran Islam, Vol-40, No,2, (Juli-Agust 2015),

Russel Betran, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio Pilitik
Dari Kuno Hingga Sekarang, ter. Sigit Jatmiko (dkk), (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002).
28

Anda mungkin juga menyukai