Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TEORI DISTRIBUSI DALAM EKONOMI dan BISNIS ISLAM


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Ekonomi dan Bisnis Islam
Dosen Pengampu: Rudi Hermawan, S.HI, M.SI.

Oleh :

1. Lina Dwi Kartika (190711100121)


2. Sarah Kurniawati (190711100005)
3. Abd Ghafur (190711100104)
4. Ali Fikri Hidayat (190711100044)

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA


FAKULTAS KEISLAMAN
PRODI HUKUM BISNIS SYARIAH
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas
curahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Teori Distribusi
Dalam Ekonomi dan Bisnis Islam” telah dapat kami selesaikan dengan sebaik-
baiknya.

Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan pada Rasulullah Muhammad


SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di yaumul qiyamah. Amin. Pada makalah
ini akan menjelaskan bagaimana distribusi dalam islam, sehingga dalam menjalankan
usaha atau bisnis di bidang distribusi suatu barang terutama bagi kalangan muslim
dapat berjalan sesuai syariat yang ada.

Semoga apa yang kami sampaikan ini dapat bermanfaat bagi semua yang
membaca, apabila ada kekurangan dalam makalah ini kami harap kritik dan koreksi
dari dosen pengampu kami maupun teman-teman pembaca sekalian.

Bangkalan, 21 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang 1
1.2Rumusan Masalah 2
1.3Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN
I. Pengertian, Tujuan dan Etika Distribusi dalam Al-Qur’an
A. Pengertian Distribusi 3
B. Tujuan Distribusi 6
II. Teori Distribusi dalam Ekonomi dan Bisnis Islam
C. Prinsip Distribusi dalam Islam 8
D. Kebijakan Distribusi dalam Islam 10
E. Institusi Distribusi dalam Islam 12
F. Implementasi Aktivitas Distribusi Islam 15

BAB III PENUTUP


Kesimpulan 18

DAFTAR PUSTAKA 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan sumber penggalian dan pengembangan ajaran Islam.


Untuk melakukan penggalian dan pengembangan dipersyaratkan suatu kualifikasi dan
keyakinan kuat untuk menghasilkan pemahaman yang tepat mengenai perilaku
kehidupan manusia, termasuk dalam bidang ekonomi. Pengembangan ilmu ekonomi
Islam yang bersumber dari al-Qur’an mempunyai peluang yang sama dengan
pengembangan keilmuan lainnya. Sayang, ilmu ini dirasakan tertinggal, walaupun
kebutuhan terhadap suatu sistem ekonomi baru yang lebih menjanjikan kesejahteraan
dan kemaslahatan sudah sangat mendesak. Dengan demikian pengembangan ilmu
ekonomi Islam menjadi sesuatu yang bersifat dharuriyah.

Perbedaan dalam kehidupan manusia merupakan ketetapan Allah, dengan


inilah manusia manusia mempunyai peran lebih diantara makhluk lain dikehidupan
ini. Disamping itu, perbedaan ini membawa pentingnya makna kerja sama antara satu
orang dengan orang lain dalam memenuhi kepentingan-kepentingan hidupnya.
Perbedaan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan, yang
mana karena perbedaan inilah manusia bisa menghormati satu sama lain dan juga
saling menutupi satu sama lain, tetapi dengan adanya perbedaan ini bukan alasan
manusia antara satu dengan yang lain untuk  melegitimasi kedudukannya dihadapan
Allah SAW sebagai makhluk mulia dan hina.Produksi, distribusi dan konsumsi

adalah tiga hal yang tidak dapat dipisahkan di dalam kelangsungan hidup manusia
sejak pertama kali lahir di bumi ini.

1
Sebagai sebuah metodologi, tafsir ekonomi al-Qur’an memberi peluang bagi
pengembangan ilmu ekonomi Islam. Model ini mempunyai tahapan kerja sebagai
berikut: pertama, menginventarisasi ayat-ayat yang terkait dengan permasalahan
ekonomi yang akan dibahas, baik berdasar pada kata kunci maupun pada kandungan
ayat secara umum maupun khusus. Kedua, menafsirkan ayat-ayat tersebut baik
berdasar urutan ayat dalam mushaf atau berdasar urutan turunnya surat. Ketiga,
model penafsiran yang digunakan adalah maodlui dengan corak adabi al-ijtima’i
wal-iqtishadiyyah. Keempat, melakukan konstektualisasi dalam realitas
perekonomian.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dan tujuan distribusi dalam Islam?
2. Bagaimana Teori Distribusi dalam Ekonomi dan Bisnis Islam?
3. Bagaimana Prinsip Distribusi dalam Islam?
4. Bagaimana Kebijakan Distribusi dalam Islam?
5. Siapa saja Institusi Distribusi dalam Islam?
6. Bagaimana Implementasi Aktivitas Distribusi Islam?
7.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan distribusi dalam al-qur’an,
2. Mengetahui dan memahami bagaimana teori distribusi dalam ekonomi dan
bisnis islam.
2

BAB II

PEMBAHASAN

I. Pengertian dan Tujuan Distribusi dalam Al-Qur’an


A. Pengertian Distribusi
Distribusi adalah suatu proses (sebagian hasil penjualan produk) kepada
faktor-faktor produk yang ikut menentukan pendapatan. Dalam kamus bahasa
Indonesia dijelaskan distribusi adalah penyaluran barang ketempat-tempat. Distribusi
pendapatan dalam islam merupakan penyaluran dari harta yang ada, baik dimilki oleh
peribadi atau umum (publik)kepada pihak yang berhak menerima yang ditujukan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan syariat.1 Fokus dari
distribusi pendapatan dalam islam adalah pendistribusiannya. Secara sederhana bisa
digambarkan, kewajiban menyisihkan sebagian harta bagi pihak yang bekecukupan
diyakini sebagai kompensasi atas kekayaannya dan disisi lain merupakan instensif
untuk kekayaan pihak yang kekurangan.
Konsep ekonomi islam didasarkan tauhid, keadilan, keseimbangan,
kebebasan, dan pertanggungjawaban. Adapun pertanggung jawaban memiliki arti
bahwa manusia sebagai pemegang amanah memikul tanggungjawab atas segala
putusan-putusan yang ditetapkannya. Ekonomi islam tampaknya masi terus dalam
proses membentuk diri secara mandiri sebagai disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari
gagasan ekonomi islam yang dikembangkan saat ini mempunyai dampak lansung
kepada maysarakat, terutama maysarakat muslim sehingga dapat meningkatkan taraf

3
1
Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi (Jakarta: PT.RajaGrafindo
Persada. Cet: ke-2, 2015), h. 131
hidup maysarakat hidupnya dalam menghilangkan persoalan keterbelakangan yang
terjadi kepada maysarakat.ekonomi islam diharapkan dapat menciptakan tata dunia
baru yang adil dan tidak bersifat hegemonistik. Juga dapat membuat sistem distribusi
kekayaan dan pendapatan yang adil dan merata pada asetiap tingkatan.2
Titik berat dalam pemecahan permasalahan ekonomi adalah bagaimana
menciptakan mekanisme distribusi ekonomi yang adil di tengah maysarakat.
Distribusi dalam ekonomi islam mempunyai makna yang lebih luas mencakup
pengaturan kepemilikan, unsur-unsur produksi dan pendapatan, baik antara unsur-
unsur produksi maupun antara individu dan maysarakat serta anggota perserikatan,
maupun distribusi dalam sistem jaminan sosial.
Perbedaan dalam kehidupan manusia merupakan ketetapan Allah, dengan
inilah manusia manusia mempunyai peran lebih diantara makhluk lain dikehidupan
ini. Disamping itu, perbedaan ini membawa pentingnya makna kerja sama antara satu
orang dengan orang lain dalam memenuhi kepentingan-kepentingan hidupnya.
Perbedaan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan, yang
mana karena perbedaan inilah manusia bisa menghormati satu sama lain dan juga
saling menutupi satu sama lain, tetapi dengan adanya perbedaan ini bukan alasan
manusia antara satu dengan yang lain untuk melegitimasi kedudukannya dihadapan
Allah SAW sebagai mahkluk mulia dan hina.
Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk memiliki kekayaan.
Tetapi tidak membiarkan manusi begitu saja memiliki semua yang apa dia suka, dan
menggunakan cara apa saja yang mereka kehendaki. Kekayaan adal;ah sesuatu hal
yang penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah cara pendistribusiannya, karena
4
jika pendistribusi kekayaan itu tidak tepat maka sebagian kekayaaan itu akan beredar
diantar orang-orang kaya saja. Akibatnya, banyak maysarakat yang menderita karena
2
H. Abdul Mannan, Hukum Ekonomi Syariah ; Perspektik Kewenangan Peradilan Agama
(Jakarta: Kencana, 2012), h. 131
kemiskinan. Oleh karena itu, kesejahteraan rakyat tidak sepenuhnya tergantung pada
hasil produksi , tetapi juga tergantung pada distribusi pendapatan yang tepat. Seperti
yan diumpamakan Afzalur Rahman, jika sesuatu negara mempunyai kelebihan
kekayaan, tetapi distribusinya tetapi tidak berasarkan kepada keadilan dan kebenaran,
maka negara itu belum dianggap berhasil.3 Begitu juga dengan kehidupan masyarakat
moderen yang mempunyai kekayaan yang melimpah namun, disekitarnya masi
banyak maysarakat yang menderita kemiskinan. Hal itu di sebabkan distribusi
kekayaan yang belum merata.
Konsep Islam menjamin sebuah distribusi yang memuat nilai-nilai insani,
yang diantaranya dengan menganjurkan untuk membagikan harta lewat sadaqah,
infaq, Zakat dan lainnya guna menjaga keharmonisan dalam kehidupan social, Allah
berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 261
:Terjemahannya

Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah swt. Seperti sebutir
biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah swt.
Melipatgandakan bagi siapa yang dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha
mengetahui.4

Dalam ayat diatas Allah SWT  menegaskan tentang harta yang digunakan
dalam kepentingan social/kebajikan yang berhubungan dengan Agama Allah SWT

5
baik yang diperintahkan/diwajibkan oleh Allah SWT seperti nafkah, Zakat dll atau
hanya karena mengharapkan ridha Allah semata dengan menyisihkan sedikit harta
seperti Infaq, waqaf, dll. Dengan itu Allah SWT memberikan perumpamaan, seperti
Afzalur Rahman, Ekonomik Doktrines of Islami ( Yokyakarta: Darma Bakti Wakaf, 1985), h.92
3

4
Usman el-Qurtuby, Al-qur’an Cordoba (Al-qur’an Tajwid dan Terjemah) ( Bandung: Cordoba,
2016), h.44
menanam satu biji tanaman yang mengeluarkan dahan/ bercabang  tujuh cabang, yang
mana dalam setiap dahan ada satu tangkai yang kemudian dalam satu tangkai
terkandung didalamnya seratus biji tanaman seperti yang ditanam pertama tadi.
Seperti itulah sebuah pahala atau ganjaran bagi siapapun yang bisa benar-benar ikhlas
karena Allah SWT dengan menyisihkan sebagian hartanya dijalan Allah.
Maka Allah SWT berhak melipatgandakan pahala sesuai keterangan diatas
bahkan lebih dari itu kepada hamba-hambanya, maka oleh karena itu keihklasan
sebuah amal baik sangat menentukan terhadap kualitas pahala yang tinggi (yang
dilipatgandakan).
System ekonomi yang berbasis Islam menghendaki bahwa dalam hal
pendistribusian harus berdasarkan dua sendi, yaitu sendi kebebasan dan keadilan
7
kepemilikan. Kebebasan disini adalah kebebasan dalam bertindak yang di bingkai
oleh nilai-nilai agama dan keadilan tidak seperti pemahaman kaum kapitalis yang
menyatakannya sebagai tindakan membebaskan manusia untuk berbuat dan bertindak
tanpa campur tangan pihak mana pun, tetapi sebagai keseimbangan antara individu
dengan unsur materi dan spiritual yang dimilikinya, keseimbangan antara individu
dan masyarakat serta antara suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
B. Tujuan Distribusi
Islam memberikan batas-batas tertentu dalam berusaha, memiliki kekayaan
dan mentransaksikannya. Dalam pendistribusian harta kekayaan, Al-Qur’an telah
menetapkan langka-langka tertentu untuk mencapai pemerataan pembagian kekayaan
dalam maysarakat secara objektif, seperti memperkenalkan hukum waris yang

memberikan batas kekuasaan bagi pemilik harta dengan maksud membagi semua
5
harta kekayaan kepada semua kerabat karib apabila seseorang meninggal dunia.
begitu pula dengan hukum zakat, infaq, sadaqah, dan bentuk pemberian lainnya juga
5
Yusuf Al-Qardhawi, Daur al-Qiyam wa al-Akhlaq fi alIqtishad al-Islami (Kairo: Maktaba Wabah,
1995), h. 336
diatur untuk membagi kekayaan kepada maysarakat yang membutuhkan. Distribusi
pendapatan dalam dunia perdagangan juga di syariatkan dalam bentuk akad kerja
sama, misalnya distribusi dalam bentuk mudharaba merupakan bentuk distribusi
kekayaan dengan sesama muslim dalam bentuk investasi yang berorientasi profit
sharing. Pihak pemodal yang mempunyai kelebihan harta membantu orang yang
mempunyai keahlian berusaha, tetapi tidak punya modal.
Semua pribadi dalam masyarakat harus memperoleh jaminan atas kehidupan
yang layak. Atas dasar dapat kita lihat beberapa tujuan ekonomi islam yaitu sebagai
berikut
1. Islam menjamin kehidupan tiap pribadi rakyat serta menjamin masyarakat
agar tetap sebagai sebuah komunitas yang mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya.
2. Islam menjamin kemaslahatan pribadi dan melayani urusan jamaah, serta
menjaga eksistensi negara dengan kekuatan yang cukup sehingga mampu
memikul tanggung jawab perekonomian negara.
3. Mendistribusikan harta orang kaya yang menjadi hak fakir miskin, serta
mengawasi pemanfaatan hak milik umum maupun negara.
4. Memberikan bantuan sosial dan sumbangan berdasarkan jalan Allah agar
tercapai maslahah bagi seluruh masyarakat
Al-Qur’an berulang kali mengingatkan agar kaum muslim tidak menyimpan
7
dan menimbung kekayaan untuk kepentingan mereka sendiri, tetapi mereka harus
memenuhi kewajiban terhadap keluarga, tetangga dan orang-orang yang harus
mendapatkan bantuan. Menurut Yusuf Qardhawi, pada konsekuensi proses produksi
bagi setiap proyek dalam bentuk uang ataupun nilai, lalu hasil tersebut didistribusikan
pada instrumen-instrumen produksi yaitu, sebagai berikut:
a. Upah, yaitu upah bagi para pekerja, dan sering kali dalam hal upah.
b. Bunga, yaitu bunga sebagai imbalan dari uang modal yang diharuskan bagi
pemilik barang proyek.
c. Sewa, yaitu ongkos untuk sewa tanah yang dipakai untuk proyek.
d. Keuntungan, yaitu keuntungan bagi pengelola yang menjalankan pengelolaan.6
Akibat dari perbedaan andil dalam produksi oleh masing-masing individu, berbeda
pula pendapatan yang diambil oleh individu-individu tersebut. Dari ke-empat
instrumen tersebut, bunga merupakan instrumen yang ditolak dalam islam. Para
ulama telah sepakat bahwa bunga itu hara. Terhadap ketiga instrumen lainnya, seperti
upah, sewa dan keuntungan dibolehkan selama terpenuhi syarat-syaratnya.

II. Teori Distribusi dalam Ekonomi dan Bisnis Islam

C. Prinsip Distribusi dalam Islam

Adapun prinsip utama dalam konsep distribusi menurut pandangan islam ialah
peningkatan dan pembagian hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat
ditingkatkan, sehingga kekayaan yang ada dapat mlimpah dengan merata dan tidak
hanya beredar diantara golongan tertentu saja. Selain itu, ada pula pendapat yang
menyatakan bahwa posisi distribusi dalam aktifitas ekonomi amatlah penting, hal ini
dikarenakan distribusi itu sendiri menjadi tujuan yang utama.

Terdapat beberapa prinsip yang mendasari Distribusi Islam dalam Q.S Al


Hasyar (59) : 7, yang artinya “agar harta itu beredar diantara golongan kaya di
kalangan kamu”, prinsip tersebut memiliki beberapa makna yakni :

1. Larangan riba dan gharar


Dalam islam riba dan gharar sudah jelas larangannya, keduanya dilarang
karena dapat mempengaruhi dua masalah dalam distribusi, masalah pertama yaitu
6
Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi (Jakarta: PT.RajaGrafindo
Persada , 2015), h. 133
islam tidak menginginkan terjadinya eksploitasi social dalam berbagai bentuk
hubungan finansial yang tidak adil dan seimbang. Kemudian yang kedua
berhubungan dengan distribusi pendapatan antar berbagai kelompok di masyarakat.
Para pekerja dan pemilik modal yang secara riil tidak bekerja, namun memiliki dana
maka dengan riba pemilik modal tersebut akan mendapatkan bagian pendapatan
secara pasti dan tetap dari bekerjanya pekerja tanpa harus ikut berpartisipasi dalam
proses mencari keuntungan (produksi).
2. keadilan dalam distribusi
Dapat dipahami bahwa keadilan dalam distribusi merupakan satu kondisi
yang tidak memihak pada salah satu pihak atau golongan tertentu dalam ekonomi,
sehingga menciptakan keadilan merupakan kewajiban yang tidak bisa dihindari
dalam ekonomi dan bisnis islam.
3. Larangan menumpuk harta
Islam membenarkan hak milik pribadi, namun tidak membenarkan
penumpukan harta benda pribadi sampai batas-batas yang dapat merusak pondasi
social islam karena, penumpukan harta yang berlebihan bertentangan dengan
kepentingan umum yang berimbas pada rusaknya sistim social dengan munculnya
kelas-kelas mementingkan kepentingan pribadi. Disamping itu penumpukan harta
berlebihan dapat melemahkan daya beli masyarakat dan dapat menghambat

mekanisme pasar bekerja secara adil karena, harta atau barang tidak tersebar di
masyarakat. Apabila terjadi yang demikian tersebut maka dibenarkan bagi pemerintah
dengan kekuasaannya untuk mengambil harta tersebut secara paksa demi kepentingan
masyarakat melalui instrument zakat, kebijakan untuk membatasi harta pribadi dapat
dibenarkan dan dilakukan untuk menjamin terciptanya kondisi social yang sehat dan
terwujudnya landasan distribusi di masyarakat.7
7
Ibid
D. Kebijakan Distribusi dalam Islam

Kebijakan distribusi yang diajarkan Islam sangat urgen agar harta tidak
menumpuk pada golongan tertentu di masyarakat. Dalam konteks ini, pemerintah
dituntut untuk tidak berpihak pada satu kelompok atau golongan tertentu agar proses
distribusi dapat berjalan dengan adil. Upaya yang harus dilakukan pemerintah
Indonesia sebagai pemangku kebijakan distribusi ialah menghapus sistem
bunga/ribawi yang hanya menguntungkan pihak yang bermodal yang berakibat pada
penumpukan harta pada golongan tersebut dan membiarkan banyak kemiskinan di
masyarkat yang pengentasannya berjalan lambat. Di samping itu, pemerintah juga
harus menjamin terciptanya keadilan dalam distribusi yang diartikan sebagai suatu
sistem distribusi pendapatan dan kekayaan secara adil dan diterima secara universal.
Bukan keberpihakan pada kelompok tertentu yang dekat dengan pemerintah,
sehingga pengusaan ekonomi banyak terserap pada kelompok tersebut. Ketika
kebijakan untuk menciptakan keadilan distribusi telah terwujud, maka akan tercipta
kondisi sosial yang adil dalam masyarakat Indonesia.
Kondisi sosial yang memprioritaskan kesejajaran di tengah-tengah masyarakat
yang ditandai dengan tingkat kesejajaran pendapatan (kekayaan) dan kesejahteraan
dapat dilihat dari menurunnya tingkat kemiskinan secara absolut, adanya kesempatan
yang sama pada setiap orang dalam berusaha, dan terwujudnya aturan yang menjamin
setiap orang mendapatkan haknya berdasarkan usahausaha produktifnya. Bukan
10
eksploitasi pada kelompok tertentu yang tidak memiliki modal seperti halnya buruh.
Eksploitasi dan ketidaksejajaran pendapatan yang selama ini terjadi dapat dilihat pada
banyaknya demonstrasi buruh di berbagai daerah di Indonesia, seperti halnya yang
terjadi di Banten, Purwakarta, Karawang, Surabaya dan banyak lagi daerah lainnya.
Demonstrasi para buruh tersebut tidak lain dipicu oleh rendahnya upah mereka
sehingga mereka menuntut kenaikan upah yang selama ini dirasakan sangat rendah
(tidak mencukupi kebutuhan hidup standar), adanya kontrak kerja yang hanya
mementingkan pihak perusahaan dan tidak berpihak pada buruh, serta tuntutan akan
adanya jaminan sosial yang selama ini banyak diabaikan perusahaan. Fenomena
tersebut tidak mengherankan karena buruh merasa selalu dieksploitasi tanpa
mendapatkan kompensasi dari usaha yang telah mereka lakukan pada perusahaan.
Selain dari itu, konsep kepemilikan sebagai salah satu prinsip distribusi dalam
ekonomi Islam telah menggariskan kebijakan yang jelas dalam menciptakan keadilan
yakni dengan mengakui kepemilikan pribadi, namun juga tidak membenarkan
penggunaan harta sebebasbebasnya dan sekehendak hatinya sehingga menimbulkan
kesenjangan ekonomi yang mencolok di masyarakat, seperti gaya hidup mewah para
anggota dewan di tengah kemiskinan rakyat yang diwakilinya. Hal ini dilarang karena
dalam konsepsi Islam harta adalah amanah yang berfungsi menciptakan kesejahteraan
masyarakat.
Selain itu, yang tidak dapat dihilangkan adalah bahwa dalam harta tersebut
terdapat hak orang lain yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, Islam mewajibkan
zakat, dan waris serta menganjurkan untuk mewakafkan harta, serta melaksanakan
infak dan sedekah. Jika kesadaran tersebut telah tumbuh, maka secara langsung akan
membentuk pribadi yang tidak hanya berpikir menciptakan kesejahteraan individu,
namun juga bertanggung jawab pada terciptanya kesejahteraan pada lingkungan
sosial.

11
Dari kesadaran tersebut diharapkan akan terlahir miliuner-miliuner baru di
Indonesia yang dengan sadar mengeluarkan hak orang lain dalam hartanya dan mau
berderma untuk kepentingan sosial. Namun jika kesadaran tersebut tidak tumbuh,
maka pemerintah Indonesia hendaknya mengeluarkan kebijakan yang tegas untuk
membatasi penumpukan harta kekayaan yang dapat merusak fondasi sosial
masyarakat. Melalui kebijakan distribusi tersebut, pemerintah memiliki kekuatan
untuk memaksa setiap pelaku ekonomi di Indonesia untuk bersama-sama
menciptakan keadilan ekonomi. Di samping beberapa kebijakan tersebut, keadilan
ekonomi juga dapat tercipta selain dengan menjamin terbukanya peluang yang sama
bagi setiap orang untuk mendapatkan harta kekayaan, sehingga mekanisme pasar
dapat bekerja dengan adil, juga dengan mewajibkan bagi yang mendapatkan harta
berlebih untuk mengeluarkan zakat sebagai kompensasi bagi pensucian dan
pembersihan harta atas hak orang lain. Kebijakan yang lain adalah bahwa pemerintah
hendaknya menganjurkan bagi setiap orang yang memiliki harta kekayaan untuk
mewakafkan hartanya, berinfak dan bersedekah sebagai amal sosial (sunnah) bagi
kepentingan masyarakat luas.8

E. Institusi Distribusi dalam Islam


Kebijakan distribusi dalam menciptakan keadilan ekonomi Indonesia tersebut di atas
akan lebih optimal di saat institusi distribusi yang ada di Indonesia menjalankan
perannya dengan baik. Peran institusi distribusi dapat dipahami melalui beberapa
sektor berikut:
1. Sektor pemerintah
Pemerintah memiliki posisi yang sangat penting dalam menciptakan keadilan
ekonomi, karena menciptakan kesejahteraan di masyarakat merupakan kewajiban
seluruh agen ekonomi. Pemerintah, sebagai pemegang amanah Allah, memiliki tugas
12
bersama dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan, karena salah satu unsur
penting dalam mencipatakan kesejahteraan ialah mewujudkan pemerintahan yang
adil.
Kesejahteraan masyarakat dapat terwujud jika pemerintah benar-benar
berperan dalam mencukupi kebutuhan masyarakat, baik dasar/primer (d}aruri>),
sekunder (the need/ h}ajji>), mapun tersier (the commendable/tah}sini>) dan the
luxury (ka>mili>). Atas dasar itu,pemerintah dilarang untuk berhenti pada pemenuhan

8
Abdul Ruslan, “Kebijakan Distribusi Ekonomi Islam dalam Membangun Keadilan Ekonomi
Indonesia”, Jurnal Islamica, Vol. 6, 2012, h. 318.
kebutuhan dan pelayanan primermasyarakat saja, namun harus berusaha untuk
mencukupi seluruh kebutuhan komplemen lainnya selama tidak bertentangan dengan
syariah sehingga tercipta kehidupan masyarakat yang sejahtera. Peran pemerintah
dalam distribusi diperlukan terutama jika pasar tidak mampu menciptakan distribusi
secara adil dan ada faktor penghambat untuk terciptanya mekanisme pasar yang
efisien.
Pemerintah memiliki otoritas untuk menghilangkan hambatan tersebut karena
ketidakmampuan atau kurang sadarnya masyarakat. Seperti halnya masalah
penimbunan yang marak dilakukan pengusaha, monopoli dan oligopoly pengusaha
besar pada komoditas tertentu, asimetris informasi, terputusnya jalur distribusi
dengan menghalangi barang yang akan masuk ke pasar, maupun cara-cara lain yang
dapat menghambat mekanisme pasar.
Oleh sebab itu, pemerintah dituntut selain untuk melakukan intervensi guna
menjamin terciptanya kondisi yang mendukung mekanisme pasar berjalan dengan
adil juga mendorong lahirnya moralitas yang dihiasi oleh sikap kejujuran,
keterbukaan dan keadilan untuk menghasilkan persaingan dalam kebaikan sehingga
pada akhirnya melahirkan mekanisme distribusi yang adil bagi masyarakat luas,
bukan mekanisme suap dan kepentingan tertentu yang dekat dengan pemerintah.

13
Pemerintah bertugas menegakkan kewajiban yang harus dilaksanakan setiap individu
dan menjatuhkan sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan, sehingga tugas
pemerintah mengubah teori menjadi kenyataan, mengubah norma menjadi undang-
undang, dan memindahkan keindahan etika menjadi tindakan sehari-hari. Di samping
itu, pemerintah juga berperan sebagai penjamin terciptanya distribusi yang adil serta
menjadi fasilitator pembangunan manusia dan menciptakan kesejahteraan
masyarakat. Namun di sisi lain, pemerintah juga harus menjamin tidak terciptanya
sistem yang dapat menzalimi pengusaha.
2. Sektor publik
Kesejahateraan ekonomi merupakan hasil dari kerja seluruh elemen yang ada
di masyarakat, baik pemerintah, keluarga maupun masyarakat itu sendiri. Begitu pula
dalam
menciptakan keadilan ekonomi, bukan hanya tanggung jawab pemerintah namun juga
merupakan kewajiban masyarakat untuk mewujudkannya. Dengan menyadari bahwa
setiap individu dalam masyarakat membutuhkan individu, maka masyarakat bekerja
tidak selalu untuk kepentingan dirinya semata, namun juga untuk kepentingan orang
lain, baik itu keluarga, kelompok maupun masyarakat. Ini tidak lain karena manusia
adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Setiap individu tidak dapat hidup
sendiri, diciptakan untuk saling mengenal dan saling menyayangi, serta
mengingatkan untuk selalu berbuat kebajikan sebagai cerminan dari karakteristik
orang beriman. Antara muslim satu dan muslim lainnya ibarat satu tubuh yang saling
melengkapai antara satu dan lainnya.
Meskipun manusia diciptakan berbeda-beda, namun dengan perbedaan itulah
setiap manusia dapat berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk kepentingan masyarakat
secara berbeda-beda. Masyarakat dituntut untuk menyadari akan peran pentingnya
dalam menciptakan keadilan distribusi dan mempersempit kesenjangan ekonomi
dengan menunaikan kewajiban zakat, mewakafkan sebagian harta yang dimiliki
14
untuk kepentingan masyarakat, mengaktifkan hukum waris sebagai jaminan terhadap
keluarga, berinfak serta bersedekah sebagai penyediaan layanan sosial. Pada dasarnya
secara makro peran ekonomi Islam dalam menciptakan keadilan ekonomi di
Indonesia dapat diharapkan melalui aplikasi kebijakan ekonomi dalam ekonomi Islam
dan optimalisasi peran institusi distribusi seperti pemerintah dan masyarakat,
sehingga melahirkan kesadaran baik pemerintah maupun masyarakat dalam
menciptakan keadilan ekonomi dengan mengaplikasikan kebijakan-kebijakan yang
telah ditetapkan dan berpihak pada masyarakat, bukan pada segelintir orang atau
kelompok yang memiliki kepentingan, sehingga bangsa ini semakin jauh dari
kesejahteraan.9
F. Implementasi Aktivitas Distribusi Islam
Kesadaran akan pentingnya kemaslahatan akan mendorong setiap individu
untuk berperilaku ekonomi yang sesuai dengan ajaran syar'i dan berusaha mengelola
sumber daya yang ada untuk mencapai falah. Dalam mewujudkan terciptanya
keadilan distribusi dengan mempersempit kesenjangan ekonomi maka, Implementasi
yang dapat dilakukan yaitu dengan menunaikan kewajiban zakat, mewakafkan
sebagian harta yang dimiliki, mengaktifkan hukum waris dan berinfak/sedekah.
Zakat, wakaf, waris dan infaq/sedekah bersumber dari masyarakat secara langsung
menghilangkan ketergantungan masyarakat pada bantuan pemerintah. Terutama
dalam menyediakan dana murah dalam pembiayaan kegiatan ekonomi masyarakat,
penyediaan fasilitas publik, pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat
sehingga terbentuklah satu mekanisme jaminan sosial secara utuh.

Zakat sebagai dana yang bersumber dari kewajiban individu untuk masyarakat
dapat didistribusikan pada mustahik yang berhak menerimanya seperti fakir, miskin
dan lain sebagainya (baca:At-taubah:9:60). Melalui dana zakat secara riil dapat

15

dialokasikan untuk mengatasi dampak dari pembangunan ekonomi Indonesia yakni


berupa utang, pengangguran dan kemiskinan. Sehingga dana zakat yang dapat
dihimpun dan disalurkan akan jauh lebih besar memberikan dampak signifikan bagi
pembangunan ekonomi Indonesia.

Wakaf sebagai instrumen distribusi individu untuk masyrakat telah terbukti


dari banyaknya masjid yang bersejarah dibangun diatas tanah wakaf. Namun
9
Ibid
perkembangan wakaf selanjutnya tidak banyak perubahan yang berarti karena harta
wakaf terbatas pada kegiatan keagamaan saja. Sehingga dibutuhkan langkah yang
strategis dengan mendata ulang seluruh harta wakaf dan pemanfaatannya, serta
melakukan pemberdayaan dengan melihat dampak kemanfaatan dan keberlangsungan
harta wakaf tersebut. Disamping itu perlunya mendorong umat muslim Indonesia
untuk berwakaf baik dalam bentuk wakaf barang maupun wakaf tunai.

Harta waris memilki dampak sebagai jaminan kesejahteraan keluarga,


terutama dalam menciptakan keadilan distribusi. Perbandingan 2:1 bagi anak laki-laki
dan perempuan, secara ekonomi berhubungan dengan hak dan kewajiban kedua belah
pihak dalam keluarga. Laki-laki sebagai kepala keluarga, apabila telah menikah
dituntut untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan
anak dan istrinya. Sebaliknya perempuan tidak dituntut untuk menafkahi
keluarganya, dari itu perempuan tidak dituntut memperoleh pendapatan yang lebih
besar.

Dari keadaan tersebut mekanisme waris erat kaitannya dengan keinginan


Islam mewujudkan keluarga yang sejahtera dan jauh dari kemiskinan. Pembagian
harta waris dalam keluarga dapat membantu dalam menciptakan distribusi kekayaan
secara adil dan membantu mengurangi kesenjangan dalam distribusi kekayaan di
masyarakat. terakhir, infak/sedekah merupakan instrumen distribusi di masyarakat.
Konsep infak/sedekah memilki arti luas yang berarti infak maupun sedekah tidak

16

hanya sebatas pemberian yang bersifat material namun dapat mencakup semua
perbuatan kebaikan, baik fisik maupun nonfisik. Infak/sedekah secara materi dapat
diberikan oleh siapa saja baik individu maupun kelompok. Begitupun dengan
infak/sedekah yang sifatnya non-materi (keahlian) bagi individu, maupun
kelompok/perusahaan dapat diberikan melalui mekanisme pemberdayaan bagi usaha
mikro melalui kerja sama, pelatihan, dan keterampilan. Melalui pemberdayaan ini,
perkembangan perusahaan besar tidak mematikan usaha kecil bahkan sebaliknya
perkembangan yang dialami perusahaan besar dapat menumbuhkan serta mendorong
perkembangan usaha kecil. Sehingga meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan
meminimalisir pengangguran.

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa institusi dan


instrumen distribusi ekonomi Islam merupakan jawaban dalam menangani persoalan
bangsa saat ini. Maka penting untuk mengaplikasikan institusi dan instrumen
distribusi sehingga mampu menciptakan keadilan distribusi dan jaminan sosial
masyarakat, yang bergerak menciptakan kesejahteraan di masyarakat. 10

17
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

10
Hidajat Rachmat, “Aplikasi Konsep Distribusi Ekonomi Islam Di Indonesia”, 2017, diakses dari
https://www.kompasiana.com/ekis/598dda1991b2713508339292/aplikasi-konsep-distribusi-
ekonomi-islam-di-indonesia.
Distribusi adalah suatu proses (sebagian hasil penjualan produk) kepada
faktor-faktor produk yang ikut menentukan pendapatan. Dalam kamus bahasa
Indonesia dijelaskan distribusi adalah penyaluran barang ketempat-tempat.

Adapun prinsip utama dalam konsep distribusi menurut pandangan islam ialah
peningkatan dan pembagian hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat
ditingkatkan, sehingga kekayaan yang ada dapat mlimpah dengan merata dan
tidak hanya beredar diantara golongan tertentu saja. Selain itu, ada pula pendapat
yang menyatakan bahwa posisi distribusi dalam aktifitas ekonomi amatlah
penting, hal ini dikarenakan distribusi itu sendiri menjadi tujuan yang utama.

Kebijakan distribusi yang diajarkan Islam sangat urgen agar harta tidak
menumpuk pada golongan tertentu di masyarakat. Dalam konteks ini, pemerintah
dituntut untuk tidak berpihak pada satu kelompok atau golongan tertentu agar
proses distribusi dapat berjalan dengan adil.

Istitusi distribusi sendiri meluputi sector pemerintah dan sector publik.


institusi dan instrumen distribusi ekonomi Islam merupakan jawaban dalam
menangani persoalan bangsa saat ini. Maka penting untuk mengaplikasikan
institusi dan instrumen distribusi sehingga mampu menciptakan keadilan
distribusi dan jaminan sosial masyarakat, yang bergerak menciptakan
kesejahteraan di masyarakat.

18

DAFTAR PUSTAKA

Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi (Jakarta:
PT.RajaGrafindo Persada. Cet: ke-2, 2015),

Rahman Afzalur, Ekonomik Doktrines of Islami ( Yokyakarta: Darma Bakti Wakaf,

1985),

El-Qurtuby Usman, Al-qur’an Cordoba (Al-qur’an Tajwid dan Terjemah) ( Bandung:

Cordoba, 2016),

Yusuf Al-Qardhawi, Daur al-Qiyam wa al-Akhlaq fi alIqtishad al-Islami (Kairo:

Maktaba Wabah, 1995),

Abdul Ruslan, “Kebijakan Distribusi Ekonomi Islam dalam Membangun Keadilan

Ekonomi Indonesia”, Jurnal Islamica, Vol. 6, 2012,

Hidajat Rachmat, “Aplikasi Konsep Distribusi Ekonomi Islam Di Indonesia”,


2017,diakses dari

https://www.kompasiana.com/ekis/598dda1991b2713508339292/aplikasi-
konsep-distribusi-ekonomi-islam-di-indonesia.

19

Anda mungkin juga menyukai