Anda di halaman 1dari 15

A.

Pendahuluan
Islam memandang bahwa hidup manusia di dunia ini hanyalah sebagian kecil dari
perjalanan kehidupan manusia, karena setelah kehidupan di dunia ini masih ada kehidupan di
akhirat yang kekal abadi. Namun demikian, nasib seseorang di akhirat nanti sangat
bergantung pada apa yang dikerjakannya di dunia, sebagaimana sabda Nabi SAW al-dunya
mazra’at al-akhirat (dunia adalah ladang akhirat). Disinilah letaknya peranan Islam sebagai
pedoman dan petunjuk mengenai bagaimana caranya menjalani kehidupan dengan benar agar
manusia dapat mencapai kebahagiaan yang didambakannya itu, baik di dunia maupun di
akhirat.
Wadiah merupakan salah satu bentuk dan kegiatan hubungan antara manusia yang
dikenal dengan al-Wadiah. Al-Wadiah adalah salah satu bentuk saling tolong-menolong
antara manusia dengan jalan pemberian amanah suatu barang dari satu pihak kepada pihak
lain untuk menjaga barang terseebut atau sering disebut dengan titipan.
Dewasa ini, praktek wadiah telah diterapkan didalam perbankan syariah. Umat Islam
tidak perlu khawatir dalam menggunakan jasa wadiah didalam perbankan syariah. Karena
didalam perbankan syariah wadiah tidak diterapkan sistem bagi hasil yang merupakan jalan
yang dilakukan oleh bank konvensional.
Untuk lebih memahami tentang wadiah, maka kami selaku penulis merumuskan beberapa
hal yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini. Pertama, apa itu definisi wadiah?
Kedua, apa itu wadiah dan tabungan? Ketiga, apa saja tujuan dan hikmah wadiah? Keempat,
apa itu wadiah dan Bank Syariah?
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah pertama, mengetahui definisi wadiah. Kedua,
memahami apa itu wadiah dan tabungan. Ketiga, mengetahui tujuan dan hikmah dari wadiah.
Keempat, mengetahui apa itu wadiah dan Bank Syariah.

B. Pengertian Wadiah
1. Etimologi
Wadi’ah berasal dari akar kata wada’a yang sinonimnya taraka, artinya:
meninggalkan. Sesuatu yang ditipkan oleh seseorang kepada orang lain untuk dijaga
dinamakan wadi’ah, karena sesuatu (barang) tersebut ditinggalkan disisi orang yang
dititipi.1
Al-Wadi’ah dalam segi bahasa dapat diartikan sebagai meninggalkan atau
meletakkan, atau meletakkan sesuatu pada orang lain untuk dipelihara dan dijaga. Dari
aspek teknis, wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain,
baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si
penitip kehendaki.2
2. Terminologi
Wadiah dalam bahasa fiqih adalah barang titipan atau memberikan, juga diartikan
i’tha’u al-mal liyahfadzahu wa fi qabulihi yaitu memberikan harta untuk dijaganya dan
pada penerimaannya. Karena itu, istilah wadi’ah sering disebut sebagai ma wudi’a ‘inda
ghair malikihi liyahfadzuhu yang artinya sesuatu yang ditempatkan bukan pada
pemiliknya supaya dijaga. Seperti dikatakan qabiltu minhu dzalika al-malliyakuna
wadi’ah ‘indi yang berarti aku menerima harta tersebut darinya. Sedangkan AlQur’an
memberikan arti wadi’ah sebagai amanat bagi orang yang menerima titipan dan ia wajib
mengembalikannya pada waktu pemilik meminta kembali.3
Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang mengisyaratkan tentang wadiah
diantaranya surat Al-Baqarah ayat 283 dan surat An-Nisa ayat 58.
Surat Al-Baqarah ayat 283

ِْ َّ ‫ض ُكمْْبَعضًاْفَلي َُؤ ِْدْالَّذِيْاؤت ُ ِمنَْْأَ َمانَت َ ْهُْ َوليَت‬


ْ‫ق‬ ُ ‫ضةْْفَإِنْْأ َ ِمنَْْبَع‬
َ ‫سفَرْْ َولَمْْت َِجد ُواْكَاتِبًاْفَ ِرهَانْْ َمقبُو‬
َ ْ‫َوإِنْْ ُكنتُمْْ َعلَى‬
ْ‫للاُْبِ َماْتَع َملُونَْْ َع ِليم‬
ْ ‫ش َهادَْة َْ َو َمنْْ َيكتُم َهاْفَإِنَّ ْهُْ َءاثِمْْقَلبُ ْهُْ َو‬
َّ ‫لَْتَكت ُ ُمواْال‬
ْ ‫للاَْ َربَّ ْهُْ َو‬
ْ

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu`amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak
memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang
(oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang
lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)
menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka

1
Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, Juz 3. (Beirut : Dar Al-Fikr, Cetakan III, 1981), h. 163
2
Ahmad Hasan Ridwan, Bmt & Bank Islam Instrumen Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy,
2004) h. 14
3
Dwi Suwiknyo, Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), h.295
sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah : 283)

Tafsir ayat menurut M. Quraisy Shihab :

Surah Al-Baqarah ayat 283 menganjurkan memberikan barang tanggungan


sebagai jaminan pinjaman jika kamu dalam perjalanan, sedang kamu tidak mendapatkan
seorang penulis yang dapat menulis hutang piutang sebagaimana mestinya. Jika sebagian
kamu mempercayai sebagian yang lain , maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan
amanatnya, hutang atau ataun yang dia terima, jadi jika atas dasar percaya sama percaya
(ridho) jaminannya berupa kepercayaan dan amanah timbal balik yang harus ditunaikan
oleh pihak yang berhutang dan hendaklah bertakwa kepada Allah Tuhannya dan bagi
para saksi dilarang untuk menyembunyikan persaksian,yakni jangan mengurangi dan
melebihkan saat bersaksi, jika menyembunyikan maka berdosa hatinya maksudnya disini
bersaksi dengan mengingkari kebenaran yang ada dengan dorongan atau pembenaran hati
atas perbuatanya maka berdosalah hatinya dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. Jadi, jaminan selain berupa barang tangguhan jaminan juga boleh didasarkan
atas kepercayaan (keridhoan) dan sebagai timbal baliknya pihak yang berhutang harus
melaksanakan amanah yang diberikan. Dan para saksi dilarang menyembunyikan
persaksiannya, karena Allah Maha Mengetahui segalanya.4

Tafsir ayat menurut Tafsir Jalalain :

(Jika kamu dalam perjalanan), yakni sementara itu mengadakan utang-piutang


(sedangkan kamu tidak beroleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan)
ada yang membaca 'ruhunun' bentuk jamak dari rahnun (yang dipegang) yang diperkuat
dengan kepercayaanmu. Sunah menyatakan diperbolehkannya jaminan itu di waktu
mukim dan adanya penulis. Maka mengaitkannya dengan jaminan, karena kepercayaan
terhadapnya menjadi lebih kuat, sedangkan firman-Nya, "...dan jaminan yang dipegang",
menunjukkan jaminan disyaratkan harus dipegang dan dianggap memadai walaupun si
peminjam atau wakilnya tidak hadir. (Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai yang
lainnya), maksudnya yang berpiutang kepada orang yang berutang dan ia tidak dapat

4
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Volume 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2002) h. 610-611.
menyediakan jaminan (maka hendaklah orang yang dipercayainya itu memenuhi),
maksudnya orang yang berutang (amanatnya), artinya hendaklah ia membayar utangnya
(dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah, Tuhannya) dalam membayar utangnya itu.
(Dan barang siapa yang menyembunyikan kesaksian, maka ia adalah orang yang berdosa
hatinya). Dikhususkan menyebutkannya di sini, karena hati itulah yang menjadi tempat
kesaksian dan juga karena apabila hati berdosa, maka akan diikuti oleh lainnya, hingga
akan menerima hukuman sebagaimana dialami oleh semua anggota tubuhnya. (Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan) hingga tiada satu pun yang tersembunyi
bagi-Nya.5

Surat An-Nisa ayat 58

ُ ‫ّللاَْنِ ِع َّماْيَ ِع‬


ْْۗ‫ظ ُكمْْبِ ِْه‬ ِْ ‫اسْأَنْْت َح ُْك ُمواْبِالعَد‬
َّْ ‫لْْۚ ِإ‬
َّْ ْ‫ن‬ ْ ِ َّ‫تْ ِإلَىْْأَه ِل َهاْ َو ِإذَاْ َحكَمتُمْْبَينَْْالن‬
ِْ ‫ّللاَْيَأ ُم ُر ُكمْْأَنْْت ُ َؤدُّواْاْل َ َمانَا‬ َّْ ‫ِإ‬
َّْ ْ‫ن‬
‫يرا‬
ً ‫ص‬ِ َ‫س ِميعًاْب‬
َ َْْ‫ّللاَْكَان‬ َّْ ‫ِإ‬
َّْ ْ‫ن‬

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. (QS. An-Nisa : 58)

Tafsir ayat menurut M. Quraisy Shihab :

Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian, wahai orang-orang yang beriman,


untuk menyampaikan segala amanat Allah atau amanat orang lain kepada yang berhak
secara adil. Jangan berlaku curang dalam menentukan suatu keputusan hukum. Ini adalah
pesan Tuhanmu, maka jagalah dengan baik, karena merupakan pesan terbaik yang
diberikan-Nya kepada kalian. Allah selalu Maha Mendengar apa yang diucapkan dan
Maha Melihat apa yang dilakukan. Dia mengetahui orang yang melaksanakan amanat dan

5
http://pondokngajionline.blogspot.com/2016/06/tafsir-jalalain-surat-al-baqarah-ayat_11.html diakses pada 17
Oktober 2018 pukul 22.00
yang tidak melaksanakannya, dan orang yang menentukan hukum secara adil atau zalim.
Masing-masing akan mendapatkan ganjarannya.6

Tafsir ayat menurut Tafsir Jalalain :

(Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat) artinya


kewajiban-kewajiban yang dipercayakan dari seseorang (kepada yang berhak
menerimanya) ayat ini turun ketika Ali r.a. hendak mengambil kunci Kakbah dari Usman
bin Thalhah Al-Hajabi penjaganya secara paksa yakni ketika Nabi saw. datang ke Mekah
pada tahun pembebasan. Usman ketika itu tidak mau memberikannya lalu katanya,
"Seandainya saya tahu bahwa ia Rasulullah tentulah saya tidak akan menghalanginya."
Maka Rasulullah saw. pun menyuruh mengembalikan kunci itu padanya seraya bersabda,
"Terimalah ini untuk selama-lamanya tiada putus-putusnya!" Usman merasa heran atas
hal itu lalu dibacakannya ayat tersebut sehingga Usman pun masuk Islamlah. Ketika akan
meninggal kunci itu diserahkan kepada saudaranya Syaibah lalu tinggal pada anaknya.
Ayat ini walaupun datang dengan sebab khusus tetapi umumnya berlaku disebabkan
persamaan di antaranya (dan apabila kamu mengadili di antara manusia) maka Allah
menitahkanmu (agar menetapkan hukum dengan adil. Sesungguhnya Allah amat baik
sekali) pada ni`immaa diidgamkan mim kepada ma, yakni nakirah maushufah artinya
ni`ma syaian atau sesuatu yang amat baik (nasihat yang diberikan-Nya kepadamu) yakni
menyampaikan amanat dan menjatuhkan putusan secara adil. (Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar) akan semua perkataan (lagi Maha Melihat) segala perbuatan.7

Term yang Searti


1. Amânah. (QS. Al-Baqarah/2 : 283 dan QS. Al-Nisâ`/4 : 58). Konsekwensinya ialah
orang yang menitipkan dan dititipi adalah pihak yang terpercaya atau benar-benar
dapat dipercaya. (HR. Turmudzi, Abu Dawud, dan Hakim. Idzi al-Amanatu ilaa
mani`tamanaka wa laa takhun man khânaka dan HR. Baehaqi dan Daruquthni. Laysa
‘alaa al-Mustawdi’ ghayri al-Mughill Dhamân, serta HR. Daruquthni. Laa Dhamâna
‘alaa al-Mu`tamin)

6
https://tafsirq.com/4-an-nisa/ayat-58 diakses pada 17 Oktober pukul 22.00
7
https://tafsirq.com/4-an-nisa/ayat-58 diakses pada 17 Oktober pukul 22.00
2. Wakalah. (QS. Al-Kahfi/18 : 19)8

Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara
mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah
kamu berada (disini?)". Mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah
hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu
berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota
dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang
lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia
berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada
seorangpun.
3. Hafazhah (penjagaan). (QS. Ali-Imran/3 : 173,9 QS. Yusuf/12 : 54-5510).

8
Matan ayatnya ialah Artinya: 11. Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa) mu akan
mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan." (QS. Al-Sajdah/32 : 11)
9
Rangkaian ayatnya sebagai berikut: Artinya: 173. (yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang
kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia[250] telah mengumpulkan pasukan
untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka Perkataan itu menambah keimanan mereka dan
mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung". (QS. Ali
Imran/3 : 173)
Keterangan: [250] Maksudnya: orang Quraisy.
10
Ibarat ayatnya ialah:ْArtinya: 54. dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaKu, agar aku memilih Dia sebagai
orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan Dia, Dia berkata: "Sesungguhnya kamu
(mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan Tinggi lagi dipercayai pada sisi kami". 55. berkata Yusuf:
"Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi
berpengetahuan". (QS. Yusuf/12 : 54-55)
(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-
orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan
untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu
menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi
Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung".

Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang
yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia
berkata: "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan
tinggi lagi dipercayai pada sisi kamiBerkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan
negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi
berpengetahuan".
4. Dhamanah (tanggungan). (QS. Yusuf/12 : 72)11

Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat
mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku
menjamin terhadapnya". ((QS. Yusuf : 72)

11
Matan ayatnya adalah:ْArtinya: 72. penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala Raja, dan siapa yang
dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya".
(QS. Yusuf/12 : 72)
5. Tafwidh (penyerahan/pendelegasian) (QS. Al-An’am/7 : 89, QS. Al-Sajdah/32 : 11)
(QS. Al-Nisa`/4 : 35,12 QS. Al-Kahfi/18 : 1913)

Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat
menyentuhnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang kafir itu berkata:
"Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata". (QS. Al-An’am: 89)

Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan


mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan". (QS.
Al-Sajdah: 11)

Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah
seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan.
Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah

12
Teks ayatnya ialah: (, QS. Al-Sajdah/32 : 11) Artinya: 35. dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara
keduanya, Maka kirimlah seorang hakam[293] dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan.
jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri
itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Nisa`/4 : 35)
Keterangan: [293] Hakam ialah juru pendamai.
13
Kalimat ayatnya adalah:ْArtinya: 19. dan Demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di
antara mereka sendiri. berkatalah salah seorang di antara mereka: sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)".
mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari". berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih
mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota
dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah Dia Lihat manakah makanan yang lebih baik, Maka hendaklah
ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia Berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan
halmu kepada seorangpun. (QS. Al-Khfi/18 : 19)
memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.( QS. Al-Nisa`: 35)

Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu, (QS. Al-Kahfi: 19)
C. Wadiah dan Tabungan

Yang dimaksud dengan tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,
bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.14

Adapun yang dimaksud dengan tabungan syariah adalah tabungan yang dijalankan
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional telah
mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan adalah tabungan
yang berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah.15

Tabungan wadiah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadiah,


yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak
pemiliknya. Berkaitan dengan produk tabungan wadiah, Bank Syariah menggunakan akad
wadiah yad adh-dhamanah. Dalam hal ini, nasabah bertindak sebagai penitip yang
memberikan hak kepada Bank Syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan uang atau
barang titipannya, sedangkan Bank Syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi dana atau
barang yang disertai hak untuk menggunakan atau memanfaatkan dana atau barang tersebut.
Sebagai konsekuensinya, bank bertanggung jawab terhadap keutuhan harta titipan tersebut
serta mengembalikannya kapan saja pemiliknya menghendaki. Di sisi lain, bank juga berhak
sepenuhnya atas kuntungan dari hasil penggunaan atau pemanfaatan dan atau barang
tersebut.

Mengingat wadiah yad dhamanah ini mempunyai implikasi hukum yang sama
dengan qardh, maka masabah penitip dan bank tidak boleh saling menjanjikan untuk
membagihasilkan keuntungan harta tersebut. Namun demikian, bank diperkenankan

14
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 Tentang Perbankan.
15
Adiwarman A. Karim, Bank Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009), h.297-298.
memberikan bonus kepada pemilik harta titipan selama tidak disyaratkan dimuka. Dengan
kata lain, pemberian bonus merupakan kebijakan Bank syariah semata yang bersifat sukarela.

Dari pembahasan di atas, dapat disarikan beberapa ketentuan umum tabungan wadiah
sebagai berikut :

1. Tabungan wadiah merupakan tabungan yang bersifat titipan murni yang harus dijaga dan
dikembalikan setiap saat (on call) sesuai dengan kehendak pemilik harta.
2. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana atau pemanfaatan barang menjadi milik
atau tanggungan bank, sedangkan nasabah penitip tidak dijanjikan imbalan dan tidak
menanggung kerugian.
3. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik harta sebagai sebuat insentif
selama tidak diperjanjikan dalam akad pembukaan rekening.

D. Tujuan dan Hikmah Wadiah


a. Tujuan Wadi’ah
1. Saling Tolong menolong. (QS. Al-Ma`idah/5 : 2)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-
binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-
orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari
Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu.
Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada
mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. Al-Ma`idah: 2)
2. Pemeliharaan, keselamatan, dan keamanan Kekayaan. (Hifzh al-Mâl)
3. Membangun watak saling mempercayai. (QS. Al-Baqarah/2 : 283 dan QS. Al-Nisâ`/4 :
58)

Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak
memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang
(oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah
ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan
persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah
orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.
Al-Baqarah: 283)
4. Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan,
mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil
Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan
dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia
dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian
kecil saja (di antaramu). (QS. Al-Nisâ`: 58)
5. Mendatangkan rahmat sehubungan termasuk berbuat ihsan.

b. Hikmah Wadi’ah

1. Mengamankan dan menjaga barang agar terhindar dari bahaya dan pencurian.

2. Terjalin hubungan baik.16

3. Mewujudkan masyarakat yang amanah kerena wadi’ah mengajarkan seseorang agar dapat
menjalankan amanah.

4. Terciptanya tali silaturahmi, karena yang memberi amanah akan mendapat pahala dari
perbuatannya tersebut yang bernilai ibadah.17

E. Wadiah dan Bank Syariah


a. Wadi’ah yad Amanah (Trustee Depository)

Dalam transaksi perbankan biasanya prinsip wadi’ah al amanah adalah dapat diterapkan
pada pemberian jasa safe deposit box yang merupakan jasa titipan dimana bank hanya

16
http://shoimnj.blogspot.com/2011/07/wadiah-atau-titipan.html diakses pada 16 Oktober pukul 18.00
17
http://umifaizah1174404.blogspot.com/2013/04/pengertian-wadiah.html diakses pada 18 Oktober
pukul 18.00
menyediakan fasilitas penitipan, mengatur system administrasi untuk masuk dan keluar ruang
fasilitas, sedangkan kunci diserahkan kepada nasabah sehingga bank tidak bisa akses
mengetahui isi dan titipan tersebut. Bank akan membebankan fee kepada nasabah atau
pengguna fasilitas box tersebut sekaligus bertanggung jawab atas pengamanan ruang berikut
fasilitasnya.

Selain itu pemberian jasa safe kepping yang merupakan jasa penitipan yang diberikan
oleh bank dalam rangka mengamankan dokumen /surat-surat berharga nasabah sehubungan
dengan jaminan nasabah atas fasilitas yang didapatkan dari bank. Pada umumnya bank tidak
akan mengambil fee atas penyimpanan surat berharga ini, karena penyimpanan ini
merupakan kesatuan yang tidak mun gkin dipisahkandenga hak dan kewajiban nasabah
terhasap bank.

b. Wadi’ah yad Dhamanah (Guarantee Depository)

Akad ini diaplikasikan oleh bank syari’ah lewat produk giro maka implikasinya sama
dengan qardh dimana nasabah bertindak sebagai peminjam uang dan bank bertindak sebagai
yang dipinjami.

Dalam pengaplikasian produk ini harta barang yang dititipi boleh dan dimanfaatkan oleh
yang menerima titipan. Dan tidak ada keharusan bagi penerima titipan (Bank) untuk
memberikan hasil pemanfaatan kepada si penitip (Nasabah). Akad ini, selain sesuai dengan
produk giro (current account) juga sesuai dengan produk tabungan berjangka (saving
Account). Pemberian bonus semacam jasa giro tidak boleh disebutkan dalam kontrak ataupun
dijanjikan dalam akad, akan tetapi benar-benar pemberian sepihak sebagai tanda terima kasih
dari pihak bank. Jumlah pemberian bonus sepenuhnya merupakan kewenangan managemen
bank syari’ah karena pada prinsipnya dalam akad ini penekanannya adalah titipan.

Pada umumnya, dana titipan (Wadi’ah) pihak ketiga berupa giro atau tabungan. Tujuan
orang menitipkan dana pada bank adalah karena alasan keamanan dan memperoleh
keleluasaan untuk menarik kembali dananya sewaktu-waktu.18

18
https://ridaingz.wordpress.com diakses pada 16 Oktober pukul 18.20
F. Kesimpulan

Dari pemaparan diatas dapat kami simpulkan, pertama wadi’ah berasal dari akar kata
wada’a yang sinonimnya taraka, artinya: meninggalkan. Sesuatu yang ditipkan oleh seseorang
kepada orang lain untuk dijaga dinamakan wadi’ah, karena sesuatu (barang) tersebut
ditinggalkan disisi orang yang dititipi. Kedua, Tabungan wadiah merupakan tabungan yang
dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan
setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya. Berkaitan dengan produk tabungan wadiah,
Bank Syariah menggunakan akad wadiah yad adh-dhamanah Ketiga, tujuan dan hikmah yang
paling utama ketika melakukan wadiah adalah pemeliharaan, keselamatan, dan keamanan
kekayaan serta lebih mempererat kepercayaan sesamanya. Keempat, wadiah dan bank syariah
memiliki hubungan dalam proses kerjanya, ada dua pembagiannya yaitu wadi’ah yad amanah
dan wadi’ah yad dhamanah.
DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman A. Karim, Bank Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009).

Ahmad Hasan Ridwan, Bmt & Bank Islam Instrumen Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung:
Pustaka Bani Quraisy, 2004).

Dwi Suwiknyo, Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2010).

M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Volume 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2002).

Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, Juz 3. (Beirut : Dar Al-Fikr, Cetakan III, 1981).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

http://pondokngajionline.blogspot.com/2016/06/tafsir-jalalain-surat-al-baqarah-ayat_11.html

https://tafsirq.com/4-an-nisa/ayat-58

http://shoimnj.blogspot.com/2011/07/wadiah-atau-titipan.html

http://umifaizah1174404.blogspot.com/2013/04/pengertian-wadiah.html

https://ridaingz.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai