Anda di halaman 1dari 8

BAB III

QAWAID ASASIYAH TENTANG NIAT

A. Kaidah dan Pengertian Niat


1. Kaidah Niat
No. Kaidah Fiqh Arti Kaidah Contoh Aplikasi TTD
ُ ‫َاْل‬
1. ‫ْو ُر‬ ‫ا ُم‬ Segala sesuatu
itu bergantung
Berbisnis dengan
niat untuk
ََ
‫اص ِد َها‬
ِ ‫ِبمق‬ pada
tujuannya.
menafkahi keluarga
maka dhukumi
amal ibadah

2. Pengertian
َ
Secara bahasa niat adalah mashdar dari kata ‫ن َوى َي ْن ِوي‬
ٌ
‫ ِن َّية‬yang berarti maksud, tujuan. Secara istilah niat adalah:
َ َ ْ َ
‫ص ُد ش ْي ٍء ُم ْقت َر ًنا ِب ِف ْع ِل ِه‬‫ق‬
Artinya: “Menyengaja berbuat sesuatu disertai dengan
perbuatan.”
Ada juga yang mendefnisikan niat adalah kehendak untuk
menjalankan ketaatan kepada Allah dengan melakukan atau
meninggalkan sesuatu.
Niat memiliki posisi penting karena ia sebagai penentu
segala gerak tingkah dan amaliyah yang dilakukan menjadi
bernilai baik atau tidak. Semua tergantung niat atau tujuannya.

B. Landasan Hukum Kaidah Niat


a. QS. Al -Bayyinah 5
َّ ْ ُ ُ ْ َ ‫َ َ ُ ُ ْ اَّل‬
ّ ‫الل َه ُم ْخلص ْي َن َل ُه‬
‫الد ْي َن ُح َن َف َاء‬
ِ ِِ ‫وما أ ِمروا ِإ ِليعبدوا‬
Artinya: “Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah SWT dengan memurnikan kepada-Nya dalam agama yang
lurus”

27
QS Ali Imran 145
ُْ ‫ْ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ آْل‬ ْ ُ ْ ُّ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ
‫اب ا ِخ َر ِة نؤ ِت ِه‬ ‫الدن َيا نؤ ِت ِه ِمنه ا ومن ي ِرد ث و‬ ‫ومن ي ِرد ث واب‬
َّ ‫م ْن َها ۚ َو َس َن ْجزي‬
‫الش ِاك ِر ْي َن‬ ِ ِ
Artinya: “Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami
berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa
menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya
pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-
orang yang bersyukur”
b. Hadis
َ ُ
‫ات َو ِإ َّن َما ِلك ِ ّل ْام ِر ٍئ َما ن َوى‬ ّ ‫ال ب‬ ْ َ ‫َّ اْل‬
ِ ِ ُ ‫ِإن َما ا ع َم‬
ِ ‫الن َّي‬
Artinya: “Sesungguhnya segala amal itu menurut niat dan
sesungguhnya bagi setiap orang sesuai apa yang telah ia niatkan.”
(Muttafaq Alaih)

C. Obyek Kaidah Motivasi


Dalam menanggapi hadis tentang niat, para ahli hukum Islam
berpendapat bahwa posisi hadis ini sangat penting, mengingat semua
kasus bisa tercakup di dalamnya, bahkan mereka berbeda-beda dalam
memberikan komentarnya.

D. Fungsi Niat
a. Niat sebagai pembeda antara perbuatan yang berstatus ibadah dan
kebiasaan.
Misalnya wudlu ada kesamaannya dengan membasuh muka.
b. Niat sebagai pemilah strata dari suatu ibadah.
Misalnya fardlu, sunnah atau lainnya, bahkan amaliyah yang
bernilai boleh (ibahah), bisa bernilai menjadi ibadah jika
aktifitasnya diniati sebagai sarana penunjang ibadah.
Misalnya shalat sunnah dzuhur, ada kesamaanya dengan shalat
ashar.

28
c. Niat sebagai penunjuk maksud dari sebuah ungkapan yang
memiliki kemungkinan arti yang tidak langsung dan arti asli
(malzum) yang dikenal dengan istilah kinayah.
Misalnya suami yang menceraikan isterinya dengan menggunakan
kata - kata berbentuk kinayah atau sindiran
E. Syarat Sah Niat
a. Islam
b. Tamyiz
c. Menyakini apa yang diniati.
d. Tidak ada munafi, yakni hal-hal yang membatalkan niat.
e. Diperkirakan dapat melaksanakan apa yang diniati.

F. Waktu Niat
a. Niat bersamaan dengan permulaan ibadah, seperti: shalat, niatnya
bersamaan dengan takbiratul ihram.
b. Jika permulaan ibadah berupa dzikir, maka niat bersamaan dengan
lengkapnya dzikir, misal : shalat, permulaan shalat adalah takbir (
‫ )هللا اكبر‬jadi niatnya harus bersama dengan lengkapnya bacaan
tersebut, dan tidak cukup hanya bersamaan dengan ‫هللا‬atau dengan
‫ اكبر‬saja.
c. Jika ibadah berupa perbuatan (‫)األفع ال‬ maka niatnya cukup
bersamaan dengan permulaan ibadah itu. Misal, wudlu, niatnya
cukup dilakukan pada permulaan wudlu.

G. Tempat Pelaksanaan Niat


Yang menjadi tempat niat untuk semua ibahah adalah dalam hati,
bukan dalam lisan dengan suatu ucapan. Meskipun demikian, karena
gerakan hati itu sulit, maka sebaiknya dikukuhkan dengan ucapan lisan,
sekedar untuk menolong gerakan hati. Apabila ada perbedaan antara
ucapan dengan bunyi hati, maka yang diperhitungkan adalah bunyi hati.
Misal seorang mengucap “aku niat shalat dzuhur” dan dalam hatinya
29
bergerak “aku niat shalat ashar” maka yang jadi ditunaikan adalah shalat
ashar.
Hal ini hanya terdapat pada ibadah - ibadah yang berhubungan
dengan Allah, bukan dengan manusia.
ُ َّ ‫اْل‬ ْ ُ ُ ‫مْل‬ َ ‫مْل‬ ََ َ َ ْ ُ ‫َمْل‬
‫هللا ا ْع َنى َوا ْع َت َب ُر ِفى ا ُم ْو ِر ال ِع َب ِاد ا ِ ْس ُم َوالل ْفظ‬
ِ ‫ا عتب ُر ِفى او ِام ِر‬
Artinya : “Patokan dasar dalam perintah - perintah Allah adalah niat
dan patokan yang berkaitan dengan hak - hak manusia adalah
lafalnya.”

H. Status Niat (Rukun dan Syarat)


Fuqaha berbeda pendapat tentang status niat ini,
a. Jika dilihat dari sisi penyebutan niat yang harus dilakukan di awal
permulaan ibadah, maka niat berstatus sebagai rukun.
b. Jika dilihat dari sisi bahwa niat itu harus tetap ada, artinya tidak
hanya amaliah yang bertentangan atau yang menegaskan atau
memutuskan niat, maka niat berstatus suatu syarat.

I. Aktifitas Ritual Ibadah Yang Tidak Harus Ada Niat


a. Amaliyah ibadah yang tidak ada kesamaannya dengan amaliyah
‘adah.
Misalnya iman, iman (kepercayaan) itu tidak ada kesamaannya
dengan ‘adah, makanya dalam masalah iman tidak disyaratkan
harus ada niat.
b. Amaliyah meninggalkan larangan, baik yang statusnya haram
maupun makruh.
Misalnya meninggalkan zina, pembunuhan, maupun meninggalkan
rokok dsb.

J. Penentuan Obyek Niat (Ta’yin al -Niyyat)


a. Arti ta’yin an-niyyat dan latar belakangnya
Ta’yin an-niyyat ialah penentuan obyek amaliyah secara spesifik,
setelah sebelumnya didahului niat pada jenis amaliyah tersebut.
Adapun yang melatarbelakangi diwajibkannya ta’yin niat adalah
adanya keanekaragaman jenis aktifitas ritual ibadah yang harus
dikerjakan.aa
Misalnya dalam masalah zakat, ada zakat fitrah dan zakat mal.
30
b. Ta’yin Fardliyah (spesifikasi fardlu) dalam niat.
Artinya niat menentukan status fardlu dalam aktifitas ritual
peribadatan itu, harus menjadi syarat sahnya orang yang berniat,
misalnya shalat fardlu ashar, maghrib dan puasa fardlu. Mengingat
status amaliyah fardlu tersebut wajib, maka status penentuan
kefardluan padanya juga ikut wajib. Hal ini sesuai dengan kaidah
al-munasabah/korelasi sebagai berikut :
َ َ َ ْ ْ َ َ ْ ُ
‫ك ُّل َم ْو ِض ٍع ِاف َتق َر ِالى ِن َّي ِة ال َف ْر ِض َّي ِة ِاف َتق َر ِالى ت ْع ِي ْي ِن َها‬
Artinya : “Setiap ibadah yang membutuhkan niat fardlu, maka
wajib pula untuk menta’yinkannya.“
c. Pengecualian kaidah ta’yin fardliyah dalam niat
Contohnya penyebutan kalimat fardlu dalam niat bertayamum.
Pengecualian ini sesuai dengan kaidah pengabaian dalam hukum
Islam berikut :
ُ َ َ ْ ُ ‫ُ ُّ َ اَل َ ْ َ ُ َ َّ ْ َ ْ َّ اَل‬
‫الت ْع ِي ْي ُن‬
َّ ‫ط‬ ‫كل ما يفت ِقر ِالى ِني ِة الفر ِضي ِة يشتر‬
Atinya: “Setiap ibadah yang tidak membutuhkan niat fardliyyah,
maka tidak disyaratkan ta’yin.“
d. Aplikasi kaidah ta’yin ijmali dan tafshili.
Dalam menanggapi kaidah ta’yin ijmali dan tafshili ini berlaku
kaidah :
َ ‫اًل‬ َ َ ُ َ ْ ‫َ ً اَل‬ َ ُ ُّ َ َّ ُ َ َ
‫ض ل ُه ُج ْمل ة َو ُيش ت َرط ت ْع ِي ْي ُن ُه ت ْف ِص ْي ِاذا‬ ‫م ا ي ِجب التع ر‬
َ ‫َع َّي َن ُه َو َا ْخ َط َأ‬
‫ض َّر‬
Artinya : “Sesuatu yang disyaratkan penjelasannya secara global
dan tidak disyaratkan penjelasannya secara rinci, ketika
ditentukan dan ternyata tidak tepat, maka membahayakan
statusnya.”
Misalnya seseorang yang berniat menjadi makmum dari imam yang
bernama Bayu, padahal imamnya bernama Wisnu, maka shalatnya
batal.

31
K. Ikhlas dan Tasyrik Dalam Niat
Ikhlas artinya adanya keterfokusan orang yang berniat pada obyek
yang diniati, tanpa ada percampur-adukan (tasyrik) dengan yang lain,
misalnya shalat. Jika niatnya disamping melaksanakan kewajiban,
ditambah lagi dengan niat berolahraga, maka niatnya tidak sah dan
shalatnya batal.
Sedangkan tasyrik dalam niat adalah membersamakan niat dalam
satu pekerjaan dengan pekerjaan lain.
1) Niat melakukan ibadah disertai niat selain ibadah.
Contohnya : Mandi jinabat disertai dengan niat bertabarrud
(menyegarkan badan). Jika demikian, mandi janabatnya sah sebab
dengan niat mandi janabat saja, tabarrud sudah diperoleh dengan
sendirinya, sekalipun tanpa berniat melakukannya.
2) Ibadah fardlu diniati sebagai ibadah sunnah sekaligus.
- Keduanya berstatus sah, seperti orang mandi janabat sekaligus
diniati sebagai mandi jum’at
- Fardlu saja yang sah, seperti: melaksanakan haji dengan niat haji
fardlu dan haji sunnah.
- Sunnah saja yang sah, seperti: memberikan harta yang belum
mencapai ukuran nishab atau haul sebagai zakat, dengan niat
mengeluarkan zakat dan shadaqah sekaligus.
- Keduanya batal dan tidak sah, contohnya takbiratul ihramnya
makmum masbuk ketika imam dalam keadaan ruku’. Takbiratul
ihram (wajib) diniati sekaligus sebagai takbir intiqal (berpindah)
menuju ruku’ (sunnah)
3) Melakukan suatu peribadatan dengan dua niat fardlu, seperti niat
mandi janabat disertai niat berwudlu sekaligus. Hal ini keduanya
dianggap sah.
4) Suatu ibadah dengan dengan dua niat sunnah, seperti orang mandi,
niatnya mandi sunnah jum’ah dan mandi sunnah hari raya. Hal ini
keduanya dianggap sah.

L. Cabang-Cabang Kaidah

No Kaidah Fiqh Arti Kaidah Contoh Aplikasi TTD

32
ُ َْ
1 ‫ال ِع ْب َرة ِفى‬ Yang menjadi
pegangan dalam
Saya hibahkan
barang ini untukmu
ْ
‫ال ُع ُق ْو ِد‬ akad
tujuan
adalah
dan
selamanya, tapi saya
minta uang
ََْ
‫اص ِد‬ِ ‫ِللمق‬ maknanya, bukan “1.000.000”.
‫َ مْل َ َ اَل‬ lafadz dan Meskipun redaksi
‫وا عا ِني‬ susunan kata adalah lafadz
َ ْ َ ‫اْل‬ redaksinya hibah, tapi dengan
‫اظ‬
ِ ‫ِل لف‬ pernyataan “uang”,
َ ‫مْل‬ maka akad tersebut
‫َوا َبا ِني‬ bukan hibah
(pemberian), tapi
akad jual beli dengan
segala akibatnya
2 ‫ان‬ ُ ‫اَأْل َ ْي َم‬ Sumpah itu harus Sumpah seseorang di
berdasarkan kata- hadapan hakim
َ ٌ
‫َم ْب ِن َّية َعلى‬ kata dan maksud dalam suatu
َ ْ َ ‫أْل‬ tujuannya  persidangan
‫اظ‬ِ ‫ا لف‬ disampaikan dengan
َ َ ‫َ مْل‬ kata yang jelas dan
‫اص ِد‬ِ ‫وا ق‬ terang yang dapat
menunjukkan makna
sumpah
ُ َ
3 ‫ا ِّلن َّية ِفى‬ Niat dalam
sumpah
Ada
bersumpah: “Demi
orang
ْ
‫ال َي ِم ْي ِن‬ mengkhususkan
lafaz 'âm, tidak
Allah saya tidak
berbicara dengan
‫ص‬ ُ ‫ص‬ ّ ‫ُت َخ‬ menjadikan 'âm seseorang”, lalu ia
ِ
ْ َ َّ lafaz yang kḣas).  ditanya:”siapa yang
‫الل ْفظ ال َع َّام‬ kau maksud dengan
ُ ‫اَل‬ seseorang itu”. Kalau
‫َو ت َع ِّم ُم‬ ia menjawab: “yang
َّ ‫ْال َخ‬
‫اص‬
saya maksud adalah
si Fulan”, maka
menurut hukum, ia
bisa dibenarkan,
sehingga jika ia
berbicara dengan
selain Fulan, ia tidak
dianggap melanggar

33
sumpah.

34

Anda mungkin juga menyukai