BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu ekonomi Islam berkembang secara bertahap sebagai suatu
bidang ilmu interdisiplin yang menjadi bahan kajian para fuqaha, mufassir,
filsuf, sosiolog, dan politikus. Latar belakang para cendekiawan muslim
tersebut bukan merupakan ekonom murni. Pada masa itu, klasifikasi
disiplin ilmu pengetahuan belum dilakukan. Mereka mempunyai keahlian
dalam berbagai bidang ilmu dan mungkin faktor ini menyebabkan mereka
melakukan pendekatan interdisipliner antara ilmu ekonomi dan bidang
ilmu yang mereka tekuni sebelumnya. Pendekatan ini membuat mereka
tidak memfokuskan perhatian hanya pada variabel-variabel ekonomi
semata. Para cendekiawan ini menganggap kesejahteraan umat manusia
merupakan hasil akhir dari interaksi panjang sejumlah faktor ekonomi dan
faktor-faktor lain, seperti moral, sosial, demografi, dan politik. 1
Konsep ekonomi para cendekiawan muslim itu berakar pada
hukum Islam yang bersumber dari Al-Quran dan hadist Nabi. Ia
merupakan hasil interpretasi dari berbagai ajaran Islam yan bersifat abadi
dan universal, mengandung sejumlah perintah dan prinsip umum bagi
perilaku individu dan masyarakat, serta mendorong umatnya untuk
menggunakan kekuatan akal pikiran mereka.
Makalah ini juga menjadi perbandingan antara pembahasan
pemikiran ekonomi sebelumnya. Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa
Kemapanan II ini mengkaji tentang pemikiran tokoh ekonomi yaitu As-
Syatibi, Ibnu Khaldun, dan Al-Maqrizi. Pemikiran ekonomi Islam pada
masa kemapanan II ini banyak membahas tentang etika ekonomi dan juga
membahas tentang pematangan teori ekonomi baik menyangkut perilaku
1
Melis, Jurnal Pemikiran Ekonomi Muslim: Imam Al-Syatibi, (Volume 2 Nomor 1 Agustus
2016), 51.
1
Nama: Ikke Nur Safitri (202003290117)
:Yuni Rohmah (202003290132)
2
Nama: Ikke Nur Safitri (202003290117)
:Yuni Rohmah (202003290132)
BAB II
PEMBAHASAN
1. Dharuriyat
2
Melis, Jurnal Pemikiran Ekonomi Muslim: Imam Al-Syatibi, (Volume 2 Nomor 1 Agustus
2016), 54.
3
Melis, Jurnal Pemikiran Ekonomi Muslim: Imam Al-Syatibi, (Volume 2 Nomor 1 Agustus
2016), 55.
3
Nama: Ikke Nur Safitri (202003290117)
:Yuni Rohmah (202003290132)
4
Nama: Ikke Nur Safitri (202003290117)
:Yuni Rohmah (202003290132)
1. Objek kepemilikan
3. Pemenuhan Kebutuhan
4
Fahrul Ulum, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 173.
5
Nama: Ikke Nur Safitri (202003290117)
:Yuni Rohmah (202003290132)
6
Nama: Ikke Nur Safitri (202003290117)
:Yuni Rohmah (202003290132)
5
Adiwarman karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi, (Jakarta: IIIT Indonesia 2003), 283.
6
Adiwarman karim, Sejarah Pemikiran,283.
7
Fahrul Ulum, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 176.
8
Fahrul, Sejarah Pemikiran, 176.
7
Nama: Ikke Nur Safitri (202003290117)
:Yuni Rohmah (202003290132)
8
Nama: Ikke Nur Safitri (202003290117)
:Yuni Rohmah (202003290132)
9
Fahrul Ulum, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 177.
9
Nama: Ikke Nur Safitri (202003290117)
:Yuni Rohmah (202003290132)
sebjektif. Bagi Ibnu Khaldun, dua logam yaitu emas dan perak,
adalah ukuran nilai. Logam – logam ini diterima secara alamiah
sebagai uang di mana nilainya tidak dipengaruhi oleh fluktuasi
subjektif :
“Allah menciptakan dua “batuan” logam tersebut, emas dan
perak, sebagai (ukuran) nilai semua akumulasi modal. (Emas dan
Peraklah) yang dipilih untuk dianggap sebagai harta dan
kekayaan oleh penduduk dunia”. (2:274)
Karena itu Ibnu Khaldun mendukung penggunaan emas
dan perak sebagai standar moneter. Jadi, uang logam bukan hanya
ukuran nilai tetapi dapat pula digunakan sebagai cadangan nilai.
c. Teori Harga
Bagi Ibnu Khaldun, harga adalah hasil dari hukum
permintaan dan penawaran. Pengecualian satu – satunya dari
hukum ini adalah harga emas dan perak, yang merupakan standar
moneter. Bila suatu barang langka dan banyak diminta, maka
harganya tinggi. Ibn Khaldun menguraikan suatu teori nilai yang
berdasarkan tenaga kerja, sebuah teori tentang uang yang
kuantitatif, dan sebuah teori tentang harga yang ditentukan oleh
hukum permintaan dan penawaran.
3. Teori Distribusi
Harga suatu produk terdiri dari tiga unsur: gaji, laba, dan
pajak. Setiap unsur ini merupakan imbalan jasa bagi setiap kelompok
dalam masyarakat. Gaji adalah imbal jasa bagi produsen. Laba adalah
imbal jasa bagi pedagang. Dan pajak adalah imbal jasa bagi pegawai
dan penguasa. Sebagai catatan, harga imbal jasa dari setiap unsur ini
dengan sendirinya ditentukan oleh hukum permintaan dan
penawaran.10
Karena nilai suatu produk adalah sama dengan jumlah tenaga
kerja yang dikandungnya, gaji merupakan unsur utama dari harga
10
Fahrul Ulum, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 178.
10
Nama: Ikke Nur Safitri (202003290117)
:Yuni Rohmah (202003290132)
barang – barang. Harga tenaga kerja adalah basis harga suatu barang.
Namun harga tenaga kerja itu sendiri ditentukan oleh hukum
permintaan dan penawaran. “Keahlian dan tenaga kerja pun mahal di
kota – kota dengan peradaban yang melimpah. Ada tiga alasan untuk
ini pertama, karena besarnya kebutuhan yang ditimbulkan oleh
meratanya hidup mewah dalam tempat yang demikian, dan padatnya
penduduk. Kedua, karena gampangnya orang mencari penghidupan,
dan banyaknya bahan makanan di kota – kota menyebabkan tukang –
tukang (buruh) kurang mau menerima bayaran rendah bagi pekerjaan
dan pelayanannya. Ketiga, karena banyaknya orang kaya yang
memiliki banyak uang untuk dihamburkan, dan orang seperti ini
banyak kebutuhannya sehingga mereka memerlukan pelayanan orang
lain, yang berakibat timbulnya persaingan dalam mendapatkan jasa
pelayanan, sehingga mereka bersedia membayar lebih dari nilai
pekerjaannya”. (2:241)
Sementara itu laba adalah selisih antara harga jual dengan
harga beli yang diperoleh oleh pedagang. Namun selisih ini
bergantung pada hukum permintaan dan penawaran, yang menentukan
harga beli melalui gaji dan menentukan harga jual melalui pasar. Ibnu
Khaldun mendefinisikan dua fungsi utama dari perdagangan, yang
merupakan terjemahan waktu dan tempat dari suatu produk: “Usaha
untuk mencetak laba sedemikian dapat dilakukan dengan menyimpan
barang dan menahannya hingga pasar sudah berfluktuasi dari harga
yang rendah menuju harga yang tinggi... atau sang pedagang dapat
memindahkan barangnya kenegri yang lain dimana permintaan
ditempat itu lebih banyak dari pada di kota asalnya”. (2:297).
Sedangkan pajak bervariasi menurut kekayaan penguasa dan
penduduknya. Karenanya, jumlah pajak ditentukan oleh permintaan
dan penawaran terhadap produk, yang pada gilirannya menentukan
pendapatan penduduk dan kesiapannya untuk membayar. Menurut Ibn
Khaldun pendapatan memiliki nilai optimum. Hal ini berkaitan erat
11
Nama: Ikke Nur Safitri (202003290117)
:Yuni Rohmah (202003290132)
dengan sistem distribusi. Bila gaji terlalu rendah, pasar akan lesu dan
produksi tidak mengalami peningkatan :
“hanya sedikit bisnis yang berjalan (dan) harga – harga... menjadi
sangat rendah”. (2:241)
Jika laba sangat rendah, pedagang terpaksa melikuidasi saham
– sahamnya dan tidak dapat memperbaruinya karena tidak ada modal.
Jika laba terlalu tinggi, para pedagang akan melikuidasi saham –
sahamnya pula dan tidak dapat memperbaruinya karena tekanan
inflasi. Jika pajak terlalu rendah, pemerintah tidak dapat menjalani
fungsinya :
“pemilik harta dan kekayaan yang berlimpah dalam peradaban
tertentu memerlukan kekuatan protektif untuk membelanya”. (2:250)
Oleh karena itu, Ibnu Khaldun membagi pendapatan nasional
menjadi tiga kategori: gaji, laba, dan pajak, dengan masing – masing
kategori ini memiliki tingkat optimum. Namun demikian, tingkat
optimum ini tidak dapat terjadi dalam jangka panjang, dan siklus
aktifitas ekonomi harus terjadi.
4. Teori Siklus
Bagi Ibnu Khaldun, produksi bergantung kepada penawaran
dan permintaan terhadap produk. Namun penawaran sendiri
tergantung kepada jumlah produsen dan hasratnya untuk bekerja,
demikian juga permintaan tergantung pada jumlah pembali dan hasrat
mereka untuk membeli. Variabel bagi produksi adalah populasi serta
pendapatan dan belanja negara, keuangan publik. Menurut Ibn
Khaldun populasi dan keuangan publik harus menaati hukum yang
tidak dapat ditawar – tawar dan selalu berfluktuasi.11
a. Siklus Populasi
Semakin besar produksi, semakin banyak produksinya.
Demikian pula, semakin besar populasi semakin besar
permintaannya terhadap pasar dan semakin besar produksinya.
11
Fahrul Ulum, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 180.
12
Nama: Ikke Nur Safitri (202003290117)
:Yuni Rohmah (202003290132)
13
Nama: Ikke Nur Safitri (202003290117)
:Yuni Rohmah (202003290132)
14
Nama: Ikke Nur Safitri (202003290117)
:Yuni Rohmah (202003290132)
Fadilla, Jurnal Pemikiran Ekonomi : Imam Al-Maqrizi, ( Islanic Banking, Volume 2 Nomor 1
15
15
Nama: Ikke Nur Safitri (202003290117)
:Yuni Rohmah (202003290132)
16
Nama: Ikke Nur Safitri (202003290117)
:Yuni Rohmah (202003290132)
16
Fadilla, Jurnal Pemikiran Ekonomi : Imam Al-Maqrizi, ( Islanic Banking, Volume 2 Nomor 1
Agustus 2016), 42.
17
Fahrul Ulum, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 187.
17
Nama: Ikke Nur Safitri (202003290117)
:Yuni Rohmah (202003290132)
18
Nama: Ikke Nur Safitri (202003290117)
:Yuni Rohmah (202003290132)
19
Nama: Ikke Nur Safitri (202003290117)
:Yuni Rohmah (202003290132)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpuan
Pemikiran Ekonomi Islam As-Syatibi, As-Satibi merupakan tokoh
yang mengemukakan konsep maqashid syariah yang bertujuan untuk
melindungi kemaslahatan manusia. Sehingga aktivitas ekonomi juga
tidak jauh dari tujuan maqashid syariah sendiri. Dimulai dari produksi,
konsumsi dan distribusi, semuanya disertai dengan kemaslahatan untuk
menghasilkan kebutuhan (needs). Hal tersebut mengidentifikasikan
bahwa manusia pasti memiliki keinginan dalam memenuhi
kebutuhannya. Tetapi jika semua atau beberapa keinginan tersebut tidak
terpenuhi maka diprioritaskan pada kebutuhan yang paling mendasar
(kebutuhan primer atau dharuriyat).
Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun, Ibnu Khaldun menyampaikan
setidaknya empat teori utama dalam ekonomi, yaitu; teori produksi, teori
nilai, uang, dan harga, teori distribusi dan teori siklus. Ibnu Khaldun
menguraikan sebuah teori dinamik yang berdasarkan hukum populasi dan
hukum keuangan publik.
Pemikiran Ekonomi Islam Al-Maghrizi, Al-Maghrizi memotret
apa adanya mengenai fenomena ekonomi suatu negara dengan
memfokuskan perhatiannya pada beberapa hal yang mempengaruhi naik-
turunnya suatu pemerintahan. Al-Maqrizi membentangkan variabel-
variabel sosioekonomi dan politik dengan menunjukkan sejumlah
persoalan seperti korupsi, kebijakan pemerintah yang buruk dan tidak
populer dan aministrasi yang lemah sebagai determin utamanya. Ini
semua berperan penting dalam memperburuk dampak kemerosotan
produksi nasional terutama bahan-bahan kebutuhan.
20
Nama: Ikke Nur Safitri (202003290117)
:Yuni Rohmah (202003290132)
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran dari penulis yakni
kepada para pembaca makalah ini pada umumnya, dan khususnya kepada
para dosen dan mahasiswa direkomendasikan untuk memberi saran dan
kritik yang membangun baik itu terhadap penulisan, isi, maupun
pembahasan yang kurang tepat atau kurang sesuai terdapat makalah ini.
Saran dan kritik dari pembaca akan sangat bermanfaat untuk
penyempurnaan makalah ini selanjutnya.
21
Nama: Ikke Nur Safitri (202003290117)
:Yuni Rohmah (202003290132)
DAFTAR PUSTAKA
22