Disusun Oleh :
Mimi Khadijah (1831811010)
Muhammad Izmail (1831811025)
Shindy Safira Puteri (1831811036)
PERBANKAN SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN SAMARINDA
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, shalawat serta salam senantiasa Allah karuniakan
atas penutup dan Nabi paling mulia, Muhammad SAW juga atas segenap
keluarganya, para shahabat, para Tabi’in dan Tabi’in-tabiin serta para pengikut setia
Nya hingga akhir zaman.
Makalah yang berjudul “Ayat Ekonomi tentang Bekerja” ini, kami susun unuk
memenuhi tugas yang diamanahkan kepada kami pada mata kuliah Ayat-Ayat
Ekonomi serta sebagai wasilah untuk memperdalam tentang Ekonomi Islam dan
pihak lain yang berkenan membacanya, makalah ini fokus pada pokok bahasan
sehingga mudah dipahami dan memiliki ruang lingkup yang terbatas pada judul
diatas. Oleh karena itu, kami berterima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah menyempatkan kami menyelesaikan tugas ini.
2. Ibu Retno WulanSari, S.E, M.M Selaku dosen pembimbing dalam mata
kuliah Ayat-Ayat Ekonomi
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk perbaikan
makalah mendatang. Untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Amiin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penyusun
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………1
C. Tujuan ............................................................................................ 1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Bekerja .......................................................................... 2
B. Ayat – Ayat tentang Bekerja ........................................................... 3
BAB III : PENUTUP
Kesimpulan ………………………………………………………….10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ajaran Islam, kekuatan iman semata-mata belum akan memberikan
arti penting bagi kehidupan, tanpa diikuti oleh aktivitas dan amat
perbuatan atau bekerja. Sebaliknya aktivitas dan amal perbuatan yang
tidak dilandasi oleh iman akan bernilai hampa dalam pandangan Islam
karena di dalamnya tidak ada motivasi pengabdian. Islam memandang
kerja sebagai kodrat hidup manusia untuk meraih kebahagiaan dunia dan
akhirat. Kerja juga merupakan jalan utama mendekatkan diri kepada Allah
swt sehingga dapat dijadikan pedoman yang mendasar. Bekerja adalah
fitrah, sekaligus identitas manusia yang didasarkan pada prinsip-prinsip
iman (tauhid) bukan saja menunjukkan fitrah seorang muslim melainkan
juga mendirikan derajat. Berdasarkan Q.S. Al-An’am ayat 132 dan Q.S.
Al-Mulk ayat 2, Allah menjadikan harga diri seseorang berbading lurus
dengan instrument amaliahnya di dunia.
Bekerja merupakan kewajiban setiap umat muslim, dengan bekerja
seorang muslim dapat mengekspresikan dirinya sebagai manusia, makhluk
ciptaan tuhan yang paling sempurna di dunia. Setiap pekerjaan yang
dilakukan karena Allah sama halnya dengan jidad fii sabilillah.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian bekerja?
2. Apa saja ayat-ayat yang membahas tentang bekerja?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian bekerja
2. Mengetahui dan memahami ayat-ayat yang membahas tentang bekerja
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bekerja
Dalam Kamus besar bahasa Indonesia susunan M.K. Abdullah,
S.Pd mengemukakan bahwa kerja adalah “perbuatan melakukan sesuatu,
Kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil”.
KH. Toto Tasmara dalam bukunya Membudayakan Etos Kerja
Islami mendefinisikan “bekerja adalah aktivitas yang dinamis dan
mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan
rohani) dan di dalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan
penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai
bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT”.1
Allah swt menciptakan alam ini untuk manusia, dan diantara tugas
manusia adalah untuk menjadi khalifah.
1 Toto Tsamara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Depok: Gema Insani, 2002) h. 15
2
bagian lain ayat tentang kerja tersebut dikaitkan dengan masalah
kemaslahatan, terkadang dikaitkan juga dengan hukuman dan pahala di
dunia dan di akhirat. Al-Qur’an juga mendeskripsikan kerja sebagai suatu
etika kerja positif dan negatif.
3
khusus dari fi’il, kata ‘amal jarang sekali dikaitkan dengan
perbuatan hewan, tidak digunakan ‘amal pada hewan kecuali pada
firman Allah swt. mengenai sapi untuk bekerja. Khusus pelaku,
‘amal manusia disebut 312 ayat. Perbuatan mencakup perbuatan
baik (‘amil as-salihat) dan perbuatan jelek (amil as-sayyi’at).2
Para mufasir menafsirkan ayat di atas dalam konteks ‘amal
dalam arti sempit atau ῑbādah maḥḍah, namun kita dapat
mengembangkan maknanya menjadi lebih luas. Kata ‘amal
mencakup segala aktivitas manusia yang bertujuan untuk
menghasilkan barang atau jasa. Inilah yang disebut kerja dalam
makna yang luas. Kerja bisa baik dan buruk yang semuanya tidak
tersembunyi bagi Allah swt. Orang yang bekerja dengan baik,
profesional dan sempurna maka ia memperoleh keuntungan
material juga spiritual. Kerja itu sesungguhnya upaya kemanusiaan
untuk menunjukkan kualitas dihadapan Allah swt. oleh sebab itu
menjadi keniscayaan baginya untuk menunjukkan kerja yang baik.
Kata amal yang bermakna kerja dapat dilihat pada QS. Al-Kahfi
ayat 79, Allah swt. menceritakan perjalanan Nabi Musa bersama
Nabi Khaidir.3
Pada dasarnya surah at-Taubah ayat 105 memerintahkan
semua dan setiap orang untuk berusaha, termasuk usaha ekonomi.
Semua dan setiap usaha pasti akan diketahui oleh Allah,
Rasulullah saw. dan orang-orang beriman dalam hal ini
menginformasikan arti penting dari penilaian Allah, penilaian Rasul-
Nya, dan penilaian orang-orang mukmin terhadap prestasi (kerja)
seseorang. Semua prestasi itu pada dasarnya akan memperoleh
balasan/hasil baik yang berhubungan dengan prestasi kerja
3 Tarigan, Azhari Akmal, Tafsir Ayat-ayat Ekonomi: Sebuah Eksporasi Melalui Kata Kunci
dalam Aquran, (Medan: CV Perdana Mulya Sarana,2012) h. 122
4
duniawi (bermotif ekonomi) dan yang berhubungan dengan nilai
ukhrawi. Semua dan setiap perbuatan seseorang baik maupun buruk
kelak di akhirat akan diinformasikan dan diperlihatkan secara
transparan apa adanya, baik yang tersembunyi maupun yang
tampak.
ۚ ِﻲ ﺗ َ ُﻤ ﱡﺮ َﻣ ﱠﺮ اﻟ ﺴﱠ َﺤ ﺎ ب
َ ِﺴ ﺒ ُﮭ َﺎ َﺟ ﺎ ِﻣ َﺪ ة ً َو ھ
َ َو ﺗ َ َﺮ ى ا ﻟْ ِﺠ ﺒ َﺎ َل ﺗ َ ْﺤ
ﻲ ٍء ۚ إ ِﻧ ﱠﮫ ُ َﺧ ﺒ ِﯿ ٌﺮ ﺑ ِ َﻤ ﺎ ﺗ َ ﻔْ َﻌ ﻠ ُﻮ َن
ْ ﺷ
َ ﷲ ِ ا ﻟ ﱠﺬِي أ َﺗْ ﻘ َ َﻦ ﻛُ ﱠﻞ
ﺻ ﻨْ َﻊ ﱠ
ُ
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka Dia tetap di
tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah)
perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu;
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(QS. An-Naml(27): 88)
5
digunakan untuk perbuatan yang dilakukan dengan penuh kesungguhan.
Pelakunya biasanya memiliki keterampilan dan kemahiran. Maknanya
juga melakukan dengan sebaik-baiknya, yang dalam pelaksanaannya
menuntut al-jaudah yang bermakna sempurna/ahsan (yang terbaik).
Kata ṣun’u dalam ayat di atas dihubungkan dengan Allah sebagai
pelakunya. Para mufasir memahami ayat di atas dalam konteks
peristiwa hari kiamat yaitu keadaan gunung pada saat manusia
dibangkitkan dari kubur. Ayat ini menurutnya menyatakan : “Dan
engkau wahai Muhammad atau siapapun akan melihat gunung-
gunung pada saat kebangkitan dari kubur, engkau menyangkanya
tetap ditempatnya tidak bergerak. Padahal ia berjalan sampai menjadi
bagian kapas yang berterbangan, perjalanannya sebenarnya sangat
cepat, tetapi karena tidak jelas maka ia terlihat bagaikan jalannya awan.
Begitulah perbuatan Allah yang membuat dengan sebaik-baiknya tiap
sesuatu; “ sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
ت ۚ ﻓ َ َﻤ ﻦْ ﻓ َ َﺮ ضَ ﻓ ِﯿ ﮭِ ﱠﻦ ا ﻟْ َﺤ ﱠﺞ
ٌ ا ﻟْ َﺤ ﱡﺞ أ َ ْﺷ ﮭ ُ ٌﺮ َﻣ ْﻌ ﻠ ُﻮ َﻣ ﺎ
ق َو َﻻ ِﺟ ﺪَا َل ﻓ ِﻲ ا ﻟْ َﺤ ﱢﺞ ۗ َو َﻣ ﺎ ﺗ َ ﻔْ َﻌ ﻠ ُﻮا
َ ﻓ ََﻼ َر ﻓ َﺚَ َو َﻻ ﻓ ُﺴُﻮ
ۚ ِٰﻣ ﻦْ َﺧ ﯿْ ﺮٍ ﯾ َ ْﻌ ﻠ َ ْﻤ ﮫ ُ ﷲﱠ ُ ۗ َو ﺗ َ َﺰ ﱠو دُوا ﻓ َ ﺈ ِ ﱠن َﺧ ﯿْ َﺮ اﻟ ﱠﺰ ا ِد اﻟ ﺘ ﱠﻘْ َﻮ ى
ِاﻷ َ ﻟْ ﺒ َﺎ ب
ْ َو ا ﺗ ﱠﻘ ُﻮ ِن ﯾ َﺎ أ ُو ﻟ ِﻲ
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi,
barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan
mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan
berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa
yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.
Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa
dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”. (QS.
Al-Baqarah (2):197)
6
Kata berbekalah pada ayat tersebut maksudnya bekal yang
cukup agar dapat memelihara diri dari perbuatan hina atau meminta-
minta selama dalam perjalanan haji. Hal ini berarti bekal dari segi
materi dan utntuk mendapatkan materi diperukan bekerja, yaitu
bekerja yang baik agar dapat memperoleh beka yang baik pula.
4 Ibid, h. 130
7
ۚ ٍﻋ ﻠ َﻰٰ ﺑ َ ْﻌ ﺾ
َ ﻀ ﻜُ ْﻢ
َ ﷲ ُ ﺑ ِ ﮫِ ﺑ َ ْﻌ
ﻀ َﻞ ﱠ
َو َﻻ ﺗ َ ﺘ َ َﻤ ﻨ ﱠ ْﻮ ا َﻣ ﺎ ﻓ َ ﱠ
ﺐ ِﻣ ﻤﱠﺎ
ٌ ﺼﯿ
ِ َ ﺴ ﺒ ُﻮا ۖ َو ﻟ ِﻠ ﻨ ﱢ ﺴَﺎ ِء ﻧ
َ َ ﺐ ِﻣ ﻤﱠﺎ ا ْﻛ ﺘ
ٌ ﺼﯿ
ِ َ ﻟ ِﻠ ﱢﺮ َﺟ ﺎ ِل ﻧ
ﻲ ٍء
ْ ﺷ ﻀ ﻠ ِ ﮫِ ۗ إ ِ ﱠن ﱠ
َ ﷲ َ ﻛَﺎنَ ﺑ ِ ﻜُ ﱢﻞ ْ َ ﷲ َ ِﻣ ﻦْ ﻓ
ﺴ ﺒْﻦَ ۚ َو ا ْﺳ ﺄ َﻟ ُﻮا ﱠ
َ َ ا ْﻛ ﺘ
َﻋ ﻠ ِﯿ ًﻤ ﺎ
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang
dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari
sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian
dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun)
ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah
kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui segala sesuatu”. (QS. An-Nisa (4): 32)
8
manusia memperoleh manfaat untuk dirinya. Kasaba lebih luas dari
pada itu karena digunakan untuk kemanfaatan dirinya dan orang lain.
sa’yun juga berarti berjalan dengan cepat tanpa berlari dan
bersungguh-sungguh menjalankan perintah yang baik atau yang buruk.
ٰﺳ َﻌ ﻰ
َ َو أ َنْ ﻟ َ ﯿْﺲَ ﻟ ِْﻺ ِ ﻧْ ﺴَﺎ ِن إ ﱠِﻻ َﻣ ﺎ
ﺳ ْﻮ فَ ﯾ ُ َﺮ ى
َ ُ ﺳ ْﻌ ﯿ َ ﮫ
َ َو أ َ ﱠن
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain
apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu kelak
akan diperlihat (kepadanya).” (QS. An-Nazm (53): 39-40)
5 Mardani., Ayat-ayat dan Hadis Ekonomi Syariah, (Jakarta: Rajagrafindo Persada,2011) h.144
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bekerja merupakan kewajiban setiap muslim karna bekerja
itu identitas manusia yang berdasarkan prinsip iman (tauhid) yang
dapat meninggikan derajatnya. Bekerja bukan hanya memuliakan
dirinya sebagai manusia, tetapi juga sebagai manifestasi dari amal
saleh, dan mempunyai nilai ibadah yang luhur dihadapan Tuhan
sehingga dapat mengekspresikan dirinya sebagai manusia, makhluk
ciptaan tuhan yang paling sempurna di dunia. Setiap pekerjaan yang
dilakukan karena Allah sama halnya dengan melakukan Jihād fῑ
Sabῑlillah. Jihād memerlukan motivasi, dan motivasi memerlukan
pandangan hidup yang jelas. Itulah yang disebut dengan etos. Etos
kerja seorang muslim harus selalu dilandasi Alquran dan Hadis.
10
kemanusiaan. Islam menghargai orang yang bekerja, baik untuk
kebutuhannya maupun kebutuhan keluarganya dikategorikan sebagai
jihād. Islam memberikan apresiasi yang sangat tinggi bagi mereka
yang berusaha dengan sekuat tenaga dalam mencari nafkah. Nabi
melarang umatnya meminta-minta dan duduk belaka, tetapi
mendorongnya bekerja, mencari anugerah Allah, melaksanakan
usaha yang dibolehkan syariat, melaksanakan hak yang merupakan
fitrah, menempuh cara yang memudahkan lapangan kerja dan jasa
bagi semua manusia demi kesejahteraan umat.
11
DAFTAR PUSTAKA
Toto Tsamara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Depok: Gema Insani, 2002)
12