Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan yang semakin lama semakin ketat kompetensi dalam bidang
pekerjaan ini, kita dituntut untuk dapat mengatur segala sesuatu dengan sistematis.
Dalam menjalankan suatu proses kerja seseorang harus mempunyai pengetahuan
tentang manajemen dari pekerjaannya tersebut.
Tujuan dari manajemen sendiri adalah efisien dan efektif. Efektif berarti bahwa
tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas
yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Oleh
karena itu, disini kami akan membahas sedikit tentang manajemen dan hal yang
berkaitan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manajemen?
2. Bagaimana sejarah manajemen ?
3. Apa saja ruang lingkup manajemen syariah?
4. Bagaimana perkembangan manajemen dalam Islam ?

C. Tujuan Pembuatan
Tujuan pembuatan makalah ini agar pembaca mampu mengetahui, memahami dan
mampu menjelaskan :
1. Pengertian manajemen
2. Ruang lingkup manajemen syariah
3. Sejarah dan perkembangan manajemen syariah

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen
Manajemen dalam bahasa Arab disebut idarah. Idarah diambil dari perkataan
adartasy-syai’a atau perkataan adarta bihi juga dapat didasarkan pada kata ad-dauran.
Pengamat bahasa menilai pengambilan yang kedua –yaitu: ‘adarta bihi-itu lebih
cepat.
Secara istilah manajemen itu adalah suatu aktivitas khusus menyangkut
kepemimpinan, pengarahan, pengembangan, personal, perencanaan dan pengawasan
terhadap pekerjaan-pekerjaan.
Sedangkan manajemen syariah adalah suatu pengelolaan untuk memperoleh
hasil optimal yang bemuara pada pencarian keridhaan Allah. Oleh sebab itu maka
segala sesuatu langkah yang diambil dalam menjalankan manjemen tersebut harus
berdasarkan aturan-aturan Allah. Aturan-aturan itu tertuang dalam Al-Quran, hadis dan
beberapa contoh yang dilakukan oleh para sahabat. Sehubungan dengan itu maka isi
dari manajemen syariah adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu
manajemen konvensional yang diwarnai dengan aturan Al-Quran, hadis dan beberapa
contoh yang dilakukan oleh para sahabat.

B. Sejarah Manajemen
Pada dasarnya manajemen sudah ada sejak manusia itu ada, manajemen
sebetulnya sama usianya dengan kehidupan manusia. Mengapa demikian, karena pada
dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas dari prinsip-
prinsip manajemen, baik langsung maupun tidak langsung. baik disadarai ataupun tidak
disadari. Contohnya dalam kehidupan sehari-hari kita seperti mengatur diri kita atau
jadwal tugas-tugas kita, kita sudah melakukan yang namanya manajemen.
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan
dilakukan melalui proses dan literature berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi
manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan
yang diinginkan.
Perkembembangan manajemen syariah sudah dimulai sejak masa Rasulullah
SAW, yaitu bisa kita lihat bagaiman rasul mengatur negera ketika beliau menjadi
khalifah pada masa itu. Sesungguhnya rasulallah dalam kapasitasnya adalah sebagai
pemimpin dan imam yang berusaha memberikan metode, tata cara atau solusi bagi
kemaslahatan hidup umatnya, dan yang dipandangnya relevan dengan kondisi zaman
yang ada. Bahkan , terkadang Rasulallah bermusyawarah dan meminta pendapat dari
para sahabat atas persoalan yang tidak ada ketentuan wahyunya. Rasulallah mengambi
pendapat mereka wlaupun mungkin bertentangan dengan pendapat pribadinya.
Proses dan sistem manajemen yang diterapkan rasulallah bersifat tidak
mengikat bagi para pemimpin dan umat setelahnya. Persoalan hidup terus berkembang
dan berubah searah dengan putaran waktu dan perbedaan tempat. Yang dituntut oleh
syariat adalah para pemimpin dan umatnya harus berpegang teguh pada asas manfaat
dan maslahah, serta tidak menyia-nyiakan ketentuan nash syari’. Namun, mereka tidak
terikat untuk mengikuti sistem manajemen Rasul dalam pemilihan pegawai misalnya.
Kecuali, jika metode itu memberikan asas maslahah yang lebih, maka ia harus
mengikutinya. Jika ia menolaknya, ini merupakan bentuk pengkhianatan terhadap
amanah. Dan hal ini diharamkan oleh allah dan Rasul-Nya.
Standar asas manfaat dan masalah tidaklah bersifat rigid. Ia bisa berubah dari
waktu ke waktu. Dan dari satu tempat ke tempat lainnya. Untuk itu, manajemen
dalam islam bersandar pada hasil ijtihad pemimpim dan umatnya. Dengan catatan, ia
tidak boleh bertentangan dengan konsep dasar dan prinsip hukum utama yang
bersumber dari alqur’an dan al-sunnah, serta tidak bertolak belakang dengan rincian
hukum syara’ yang telah dimaklumi. Umat muslim masih memiliki ruang untuk
melakukan inovasi atas persoalan detail yang belum terdapat ketentuan syari’nya.

C. Dasar – Dasar Manajemen Syariah


Dalam manajemen syariah terdapat 3 usur yang yang tidak dapat terpisahkan yaitu:
1. Hablun Min Allah
Hablun min Allah yaitu hubungan manusia dengan Allah SWT sebagai
pencipta segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit, yang mana dalam manajemen
syariah diatur bagaimana seorang hamba dengan Tuhannya dalam melakukan suatu
pekerjaan baik itu pekerjaan dari organisasi maupun tugas pribadi dalam kehidupan
sehari – hari.
Dalam islam hubungan manusia dengan tuhannya sangat mempengarui
bagaimana suatu manajemen itu akan berjalan sesuai dengan aturan islam atau syariah,
dan juga ini yang sering membedakan antara manajemen konvensional engan
manjemen syariah. Dimana dalam manajemen syariah tidak semata – mata mencari
keutungan saja, tetapi dalam melakukan suatu pekerjaan juga sebagai ibadah seorang
hamba kepada Tuhannya.
2. Hablun Minan Nas
Hablun minan nas yaitu hubungan antara manusia dengan manusia baik itu
antara pekerja dengan masyarakat, pekerja dengan piminanan maupun organisasi
dengan masyarakat dimana organisasi tersebut berdomisili. Dengan menjalin hubungan
baik antar manusia ini maka suatu organisasi akan berjalan dengan baik untuk
mencapai tujuan orgaisasi tersebut. Hal ini dijunjung tinggi oleh setiap manajemen
yang ada baik itu manajemen syariah maupun manajemen konvensional.
3. Hablun Minal Alam
Hablun minal alam yaitu hubungan antara organisasi dengan linkungan sekitar,
yang mana suatu organisasi harus menjaga lingkunganya dengan baik agar tidak
terkena dampak terhadap masyarakat yang hidup disekitar lingkungan organisasi
beroprasi. Jika lingkungan terjaga dengan baik maka opersional organisasi akan
berjalan sebagaimana diharapkan, jika sebaliknya maka organisasi tersebut akan
berselisih dengan masyarakat sekitar lingkungannya dan operasionalnya tidak akan
berjalan sebagai mana diharapkan.

D. Perencanaan Dan Manajemen Strategi Dalam Islam


perencanaan sebagai sebuah proses yang dimulai dari penetapan
tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut
secara menyeluruh, serta merumuskan sitem perencanaan yang menyeluruh untuk
mengintegrasikan dan mengoordinir seluruh pekerjaan organisasi hingga tercapainya
tujuan organisasi.
Manajemen strategi merupakan proses atau rangkaian kegiatan pengambilan
keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara
melaksanakannya, yang dibuat oleh pimpinan dan diimplementasikan oleh seluruh
jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuan.
Aplikasi manajemen strategis Islami yang dikendalikan oleh nilai-nilai syari’ah
sama sekali berbeda dengan aplikasi manajemen strategis konvensional yang non
Islami, Perbedaan itu ialah pada cara pengambilan keputusannya, hingga
pelaksanaannya (strategi-strategi fungsional). Dengan berlandaskan sekulerisme yang
bersendikan pada nilai-nilai material, aplikasi strategis non Islami tidak
memperhatikan aturan halal-haram dalam setiap perencanaan, pelaksanaan dan segala
usaha yang dilakukan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Dari asas sekularismen inilah, seluruh bangunan bisnis, kegiatan dan pemanfaatan
sumberdaya organisasi diarahkan pada hal-hal yang bersifat bendawi dan menafikan
nilai ruhiyah serta keterikatan SDM organisasi pada aturan yang lahir dari nilai-pnilai
syari’ah. Kalaupun ada aturan, tetapi semata-mata bersifat etik yang tidak ada
hubungannya dengan konsekunesi pahala dan dosa.

E. Ruang Lingkup Manajemen Keuangan Syariah


anajemen keuangan syari’ah adalah suatu pengelolaan untuk memperoleh hasil
optimal yang bemuara pada keridhaan Allah SWT. Oleh sebab itu, maka segala langkah
yang diambil dalam menjalankan manajemen tersebut harus berdasarkan aturan-aturan
Allah SWT. Aturan-aturan itu tertuang dalam Al-Quran dan Al-Hadist. Ruang lingkup
manajemen keuangan syari’ah sesungguhnya sangatlah luas, antara lain mencakup
tentang:
1. Lembaga Keuangan Bank
Keuangan bank merupakan lembaga yang memberikan jasa keuangan yang
lengkap, lembaga keuangan bank secara opersioanal dibina atau diawasi oleh bank
indonesia sebagai bank central diindonesia. Sedangkan pembinaan dan pengawasan
dari sisi pemenuhan prinsip-prinsip syariah dilakukan oleh dewan syariah nasional
MUI. Lembaga keuangan bank terdiri dari :
a. Bank Umum Syariah
Bank umum merupakan bank syariah yang dalam kegiatanya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
b. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Bank pembiayayaan syariah berfungsi sebagai pelaksana sebagian fungsi bank
umum, tetapi ditingkat regional dengan berlandasan kepada prinsip-prinsip syariah.
Pada sistem konvensional dikenal dengan bank perkreditan rakyat. Bank
pembiayayaan rakyat syariah merupakan bank yang khusus melayani masyarakat kecil
dikecamatan dan pedesaan.

2. Lembaga Keuangan Non-bank


Lembaga keuangan non-bank merupakan lembaga keuangan ang lebih banyak
jenisnya dari lembaga keuangan bank. Pembinaan dan pengawasan dari sisi pemenuhan
prinsip-prinsip syariah dilakukan oleh dewan syariah nasional MUI. Lembaga
keuangan syariah non-bank antara lain sebagai berikut:
a. Pasar Modal
Pasar modal mrupakan tempat pertemuan dan melakukan transaksi antara pencari
dana (emiten) dengan para penanam modal (investor). Daam pasar modal yang
diperjual belikan adalah efek-efk seperti saham dan obligasi dimana jika diukur dari
waktunya modal yang diperjualbelikan adalah modal jangka panjang. Pasar modal
mencakup underwriter, broken, dealer, guarantor, trustee, custdian, jasa penunjang.
Pasar modal indonesia juga diramaikan dengan pasar modal syariah yang diresmikan
pada tanggal 14 Maret 2003 dengan berbagai aturan pelaksanaan yang secara
operasional diawasi oleh Bapepam-LK, sedangkan pemenuhan prinsip syariahnya
diatur oleh DSN-MUI.
b. Pasar Uang
Pasar uang samahalnya dengan pasar modal, yaitu pasar tempat memperoleh
dana dan investasi dana. Hanya bedanya modal yang ditawarkan di pasar uang adalah
berjangka waktu pendek dan di pasar modal berjangka waktu panjang. Dalam pasar
uang transaksi lebih banyak dilakukan dengan media elektronika, sehingga nasabah
tidak perlu datang secara langsung. Pasar uang melayani banyak pihak, baik
pemerintah, bank, perusahaan asuransi, dan lembaga keuangan lainnya. Pasar uang
syariah juga telah hadir melalui kebijakan Operasi Moneter Syariah dengan instrumen
antara lain Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang Antarbank Syariah
(PUAS) dengan instrumen antara lain Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank
(IMA) yang operasionalnya diatur oleh BI sedangkan pemenuhan prinsip syariahnya
diatur oleh DSN MUI.
c. Perusahaan Asuransi
Asuransi syariah (ta’min, takaful, atau tadhamun) adalah usaha saling
melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah pihak/orang melalui investasi
dalam bentuk aset/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah akad,
yang sesuai dengan syariah yang dimaksud adalah yang tidak mengandung gharar
(penipuan), maysir (prjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang
haram dan maksiat. Prusahaan asuransi syariah, reasuransi syariah dan broken asuransi
dan reasuransi syariah juga telah ikut memarakkan usaha pransuran di Indonsia.
d. Dana Pensiun
Dana pensiun merupakan perusahaan yang kegiataanya mengelola dana pensiun
dari perusahaan pemberi kerja atau perusahaan itu sendiri. Penghimpunan dana pensiun
melalui iuran yang dipotong dari gaji karyawan. Kemudian dana yang terkumpul oleh
dana pensiun diusahakan lagi dengan menginvestasikannya ke berbagai sektor yang
menguntungkan. Prusahaan yang mengelola dana pensiun dapat dilakukan leh bank
atau perusahaan lainnya. Dana pensiun syariah di Indonesia, baru hadir dalam bentuk
Dana Pensiun Lembaga Keuangan yang diselenggarakan oleh beberapa DPLK bank
dan asuransi syariah.
e. Perusahaan Modal Venture
Perusahaan modal venture merupakan pembiayaan olh perusahan-perusahaan
yang usahanya mengandung risiko tinggi. Perusahaan jenis ini relatif masih baru di
Indonesia. Usahanya lbih banyak memberkan pembiayaan tanpa jaminanyang
umumnya tidak dilayani oleh lembaga keuangan lainnya. Perusahaan modal venture
syariah menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
f. Lembaga Pembiayaan
Lembaga pembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan lembaga keuangan
bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam
bidang usaha lembaga pembiayaan yang mencakup sebagai berikut:
1) Lembaga Sewa Guna Usaha (Leasing)
Sewa guna usaha (leasing) syariah adalah kegiatan pembiayaan daam bentuk
penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh
penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan embayaran
secara angsuran sesuai dengan prinsip syariah.
2) Perusahan Anjak Piutang (Factoring)
Anjak piutang syariah adalah kegiatan pengalihan piutang dagang jangka pendek
suatu perusahan berikut pengurusan atas piutang tersebut sesuai dengan prinsip syariah
Anjak Piutang (factoring) dilakukan berdasarkan akad wakalah bil ujrah. Wakalah bil
ujrah adalah pelimpahan kuasa oleh satu pihak (al muwakkil) kepada pihak lain (al
wakil) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan dengan pemberian keuntungan (ujrah).
3) Perusahaan Kartu Plastik
Salah satu kegiatan sistem pembayaran yang saat ini telah berkembang pesat
adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK) atau disebut pula dengan
kartu plastik. Belakangan ini, alat pembayaran yang menggunakan kartu baik
menggunakan kartu kredit, ATM, kartu debit, kartu prabayar sebagai produk bank atau
lembaga keuangan nonbank disebut juga dengan kartu plastik.
4) Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance)
Pembiayaan konsumen syariah adalah kegiatan pembiayaan untuk mengadakan
barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran sesuai
dengan prinsip syariah.
5) Perusahaan Pegadaian
Perusahaan pegadaian merupakan lembaga keuangan yang menyediakan fasilitas
pinjaman dengan jaminan tertentu. Jaminan nasabah tersebut digadaikan, kemudian
ditaksir olah pihak oleh pihak pegadaian untuk menilai besarnya nilai jaminan.
Sementara ini usaha pegadaian secara resmi masih dilakukan pemerintah sedangkan
pegadaian syariah dalam menjalankan operasionalnya berpegang pada prinsip
syariah. Pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dilakukan
dalam bentuk rahn. Pegadaian syariah hadir di Indonesia dalam bentuk kerja sama
bank syariah dengan perum pegadaian membentuk Unit Layanan Gadai Syariah di
beberapa kota di Indonesia. Disamping itu, ada pula bank syariah yang
menjalankan kegiatan pegadaian syariah sendiri.
6) Lembaga Keuangan Syariah Mikro
a) Lembaga Pengelola Zakat (BAZ dan LAZ)
Melalui BAZ dan LAZ ini diharapkan agar harta zakat umat Islam bisa
terkonsentrasi pada sebuahlembaga resmi dan dapat disalurkan secara lebih
optimal.
b) Lembaga Pengelola Wakaf
Peningkatan peran wakaf sebagai pranata keagamaan tidak hanya bertujuan
menyediakan berbagai sarana ibadah dan sosial, tetapi juga memiliki kekuatan
ekonomi yang berpotensi, antara lain untuk memajukan kesejahtaraan umum,
sehingga perlu dikembangkan pemanfaatannya sesuai dengan prinsip syariah.
c) BMT
BMT merupakan kependekan kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau
Baitul mal wat Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang berperasi
berdasarkan prinsip-prinsip syariah Baitul mal wat Tamwil (BMT) yaitu balai
usaha terpadu yang isinya berintikan bayt almal wa al-tamwil dengan kegiatan
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan
kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain
mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan
ekonominya.

3. Perkembangan Manajemen Dalam Islam


Perhatian umat Islam terhadap ilmu manajemen khususnya sebenarnya dapat
dilacak dari beberapa aktivitas yang ditemukan pada masa kekhalifahan Islam.
Menurut langgulung (1988), terhadap beberapa penulis yang menyatakan bahwa
pengembangan ilmu-ilmu yang ada saat itu tidaklah dipisahkan sebagai sistem ilmu
yang berdiri sendiri, namun sebagai sistem ilmu lain. Salah satunya adalah Nizam al-
idari atau sistem tatalaksana yang merupakan padanan bagi istilah manajemen yang
digunakan kala itu.
Sebenarnya terdapat perbedaan mendasar antara manajemen syariah (Islam)
dengan manajemen modern. Keduanya berbeda dalam hal tujuan, bentuk aturan teknis,
penyebarluasan, dan disiplin keilmuannya. Disamping itu, pengembangan pemikiran
modern oleh Negara Barat telah berlangsung sangat dinamis. Di satu sisi, masyarakat
muslim belum optimal dalam mengembangkan kristalisasi pemikiran manajemen
syariah dari penggalan sejarah yang otentik, baik dari segi teori maupun praktik.
Padahal Rosulullah telah bersabda bahwa: “Telah aku tinggalkan atas kalian semua
satu perkara, jika kalian berpegang teguh atasnya, maka kalian tidak akan tersesat
selamanya setelah ku, yaitu kitab Allah (Al-Qur’an) dan sunnah ku (Hadis)”.
Sesungguhnya Rosululloh dalam kapasitasnya adalah sebagai pemimpin dan
imam yang berusaha memberikan metode, tata cara atau solusi bagi kemaslahatan
hidup umatnya, dan yang dipandangnya relevan dengan kondisi zaman yang ada.
Bahkan terkadang Rosulullah bermusyawarah dan meminta pendapat dari para sahabat
atas persoalan yang tidak ada ketentuan wahyunya. Rosulullah mengambil pendapat
mereka walaupun mungkin bertentangan dengan pendapat pribadinya.
Proses dan sistem manajemen yang diterapkan rosulullah bersifat tidak
mengikat bagi para pemimpin dan umat setelahnya. Persoalan hidup terus berkembang
dan berubah searah dengan putaran waktu dan perbedaan tempat. Yang dituntut oleh
syariat adalah para pemimpin dan umatnya harus berpegang teguh pada asas manfaat
dan maslahah, serta tidak menyia-nyiakan ketentuan nash syari’. Namun, mereka tidak
terikat untuk mengikuti sistem manajemen Rosul dalam pemilihan pegawai, misalnya,
kecuali, jika metode itu memberikan asas maslahah yang lebih, maka ia harus
mengikutinya. Jika ia menolaknya, ini merupakan bentuk pengkhianatan terhadap
amanah. Standar asas manfaat dan masalah tidaklah bersifat rigid. Ia bisa berubah dari
waktu ke waktu. Dan dari satu tempat ke tempat lainnya. Untuk itu, manajemen
dalam islam bersandar pada hasil ijtihad pemimpim danalan detail yang belum
terdapat ketentuan syari’nya.1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi manajemen adalah suatu aktivitas khusus menyangkut kepemimpinan,
pengarahan, pengembangan, personal, perencanaan dan pengawasan terhadap
pekerjaan-pekerjaan. Sedangkan manajemen syariah yaitu suatu pengelolaan untuk
memperoleh hasil optimal yang bemuara pada pencarian keridhaan Allah. Ada empat
prinsip (aksioma) dalam ilmu ikonomi Islam yang mesti diterapkan dalam bisnis
syari’ah, yaitu: Tauhid (Unity/kesatuan), Keseimbangan atau kesejajaran
(Equilibrium), Kehendak Bebas (Free Will), dan Tanggung Jawab (Responsibility).
Perbedaan etika bisnis syariah dengan etika bisnis yang selama ini dipahami dalam
kajian ekonomi terletak pada landasan tauhid dan orientasi jangka panjang (akhirat).
Prinsip ini dipastikan lebih mengikat dan tegas sanksinya. Etika bisnis syariah memiliki
dua cakupan. Pertama, cakupan internal, yang berarti perusahaan memiliki manajemen
internal yang memperhatikan aspek kesejahteraan karyawan, perlakuan yang
manusiawi dan tidak diskriminatif plus pendidikan. Sedangkan kedua, cakupan
eksternal meliputi aspek trasparansi, akuntabilitas, kejujuran dan tanggung jawab.
Demikian pula kesediaan perusahaan untuk memperhatikan aspek lingkungan dan
masyarakat sebagai stake holder perusahaan.

B. Saran
Penyusun sangat menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak
kekurangan, dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun
menyarankan kepada semua pihak yang membaca dan membahas makalah ini, agar
bisa menambahkan literature-literatur supaya dapat menambahkan pengetahuan kita.

Daftar Pustaka
Ayub, Muhammad. 2009. Understanding Islamic Finance. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur’an dan Terjemahanya, Bandung : PT. Sygma
Examedia Arkanleema
Djakman D Chaerul. 1999. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta : Salemba
Empat
Manulang, M. 1990. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta:Ekonisia, 2004.
http://manajemenislam.wordpress.com/2013/03/03/manajemen-syariah/
http://manajemenislam.wordpress.com/author/khoirilarief/
http://reza-rahmat.blogspot.com/favicon.ico
http://zenal-pml.blogspot.com/favicon.ico
http://muhardiagustiya.blogspot.co.id/2014/05/resume-manajemen-syariah.html

Anda mungkin juga menyukai