PENDAHULUAN
Zakat adalah salah satu rukun islam yang bertujuan untuk membersihkan
jiwa dan harta. Zakat merupakan perintah dalam agama islam yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan keadilan serta
menanggulangi kemiskinan. Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil
usaha, zakat harus dikelola secara melembaga sesuai dengan syariat islam,
amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan akuntabilitas
sehingga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam
pengelolaan zakat (UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat).1
Di kedungbanteng, Pelaksanaan sistem pengelolaan dan penyaluran zakat
dapat tergolong masih tradisional dan sederhana. Umumnya yang bertugas
menjadi panitia penarik zakat ialah kalangan pria yang sudah berumah tangga dan
berpengalaman. Di sisi lain, pemerintah desa membentuk badan amil zakat dan
Unit Pengumpul Zakat (UPZ) sebagai badan yang mengurus dan mengelola zakat
yang sudah dikerjakan oleh panitia warga desa. Dalam pelaksanaannya, kegiatan
ini terbilang masih dilakukan dengan sederhana. Dengan demikian, penulis akan
sedikit mendeskripsikan tentang “Sistem Pengelolaan Zakat di Desa
Kedungbanteng Tahun 2018”.
1
Baznas Ciamis dalam https://baznas.ciamiskab.go.id/pengelolaan-zakat-dalam-undang-
undang-no-23-tahun-2011/ diakses pada 30 Mei 2019 pukul 10.05
0
KAJIAN TEORITIS
A. Pengelolaan
B. Zakat
Pengertian zakat salah satunya adalah ath-thahuru (membersihkan atau
mensucikan), demikian juga menurut Abu Hasan Al-Wahidi dan Imam
Nawawi. Artinya, orang yang selalu menunaikan zakat karena Allah, bukan
dipuji manusia, Allah akan membersihkan harta dan jiwanya. Landasan
2
Kresna “Pengertian Pengelolaan” dalam
https://konsultasiskripsi.com/2017/11/01/pengertian-pengelolaan-skripsi-dan-tesis/, 2019.
1
kewajiban zakat salah satunya berdasarkan hadis Rasulullah SAW. Yang
artinya: “barang siapa diberi Allah swt kekayaan tetapi tidak menunaikan
zakatnya, maka pada hari kiamat kekayaan itu akan dirupakan ular jantan
yang besar kepalanya yang memiliki dua titik hitam diatas matanya, dan ular
itu akan membelit orang itu, seraya berkata “akulah kekayaanmu dan akulah
harta bendamu” (HR. Muslim).
Penerima Zakat secara umum ditetapkan dalam 8 golongan/asnaf (fakir,
miskin, amil, muallaf, hamba sahaya, gharimin, fisabilillah, ibnu sabil) namun
menurut beberapa ulama khusus untuk zakat fitrah mesti didahulukan kepada
dua golongan pertama yakni fakir dan miskin. Pendapat ini disandarkan
dengan alasan bahwa jumlah/nilai zakat yang sangat kecil sementara salah
satu tujuannya dikelurakannya zakat fitrah adalah agar para fakir dan miskin
dapat ikut merayakan hari raya dan saling berbagi sesama umat islam.3
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam memperoleh data yang dibutuhkan, penulis melakukan penelitian
dengan metode wawancara kepada narasumber yang seorang lurah desa
Kedungbanteng. Pada proses wawancara ini, penulis mempersiapkan beberapa
daftar pertanyaan yang sudah dibuat untuk kemudian diajukan kepada
narasumber. Objek dalam penelitian ini yaitu pengelolaan zakat di Desa
Kedungbanteng dan perolehan zakat pada masing-masing dusun.
3
Moh Rifa’i. Ilmu Fikih Islam Lengkap, ( Semarang :Karya Toha Putra 1978), hal 78
2
PEMBAHASAN
Selain panitia UPZ terdapat panitia amil zakat yang berkedudukan dibawah
panitia UPZ. Di Desa Kedungbanteng, amil zakat dibentuk melalui sistem
pemilihan oleh tokoh agama, amil yang ditunjuk ini biasanya adalah orang yang
sudah berpengalaman dalam mengurus zakat selama bertahun-tahun dan pernah
menimba ilmu di pesantren, dengan alasan karena lebih mengetahui tentang ilmu-
ilmu agama dan pelaksanannya dalam kehidupan.
Pengurus amil zakat ini bertugas mengurus zakat fitrah secara bergiliran
setiap tahun. Dari setiap panitia amil yang menerima zakat fitrah dari masyarakat,
ada yang disetorkan ke panitia UPZ sebesar 30 kg beras untuk dibagikan kepada
sabilillah seperti guru PAUD, guru madrasah dan ustadz, sedangkan sisanya yang
masih banyak dibagikan kepada orang yang tidak mampu. Bagi orang kaya hanya
3
berkewajiban membayar zakat, tidak menerima zakat, sedangkan bagi masyarakat
kurang mampu dapat menerima zakat.
4
DIAGRAM :
GADOG BOJONG
10% 9%
PASAR
11%
KEDUNGLEMAH
BROBAHAN 34%
18%
DUKUH
SREONG ANYAR
7% 11%
4
Wawancara dengan Bapak Tri Biantoro pada 2 Juni 2019, beliau adalah lurah Desa
Kedungbanteng
5
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan yang telah disampaikan, maka dapat
dituliskan simpulan penting yang dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi kita
dalam pengelolaan zakat di Desa Kedungbanteng. Sistem yang digunakan masih
cukup sederhana dan panitia yang bertugas masih menggunakan prosedur seperti
tahun sebelumnya dengan arahan dari tokoh agama dan tokoh masyarakat. Selain
itu perangkat desa juga ikut serta menjadi panitia yang mengurus zakat mal.
Semua pengurus zakat dapat menjalankan tugasnya dengan baik, dan para warga
sudah dapat menunaikan kewajibannya dengan baik pula. Selain delapan
golongan yang berhak menerima tersebut, para pengajar juga mendapatkan bagian
zakat dari profesi yang dijalaninya, sehingga pembagian zakat sudah merata ke
semua lapisan masyarakat.
B. Saran
Berdasarkan pada hasil pembahasan dalam makalah ini, maka disarankan
bagi pembaca yang akan melakukan penelitian serupa agar menjadikan makalah
ini sebagai referensi. Bagi Desa Kedungbanteng terutama pengelola zakat
disarankan untuk menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan evaluasi
pengelolaan. Bagi Program Studi Manajemen Zakat dan Wakaf disarankan agar
penelitian ini sebagai acuan dalam pembelajaran tentang sistem pengelolaan zakat
yang baik.
6
DAFTAR PUSTAKA
Rifa’i. Moh. 1978. Ilmu Fikih Islam Lengkap. Semarang: Karya Toha Putra.