1817204026
6 Mazawa
1. Dalam sejarah Islam, Wakaf dikenal sejak masa Rasulullah SAW karena wakaf disyariatkan
setelah nabi SAW Madinah, pada tahun kedua Hijriyah. Rasulullah SAW pada tahun ketiga
Hijriyah pernah mewakafkan ketujuh kebun kurma di Madinah; diantaranya ialah kebon
A’raf, Shafiyah, Dalal, Barqah dan kebon lainnya. Menurut pendapat sebagian ulama
mengatakan bahwa yang pertama kali melaksanakan Syariat Wakaf adalah Umar bin Khatab.
Kemudian syariat wakaf yang telah dilakukan oleh Umar bin Khatab dususul oleh Abu
Thalhah yang mewakafkan kebun kesayangannya, kebun “Bairaha”. Selanjutnya disusul oleh
sahabat Nabi SAW. lainnya, seperti Abu Bakar yang mewakafkan sebidang tanahnya di
Mekkah yang diperuntukkan kepada anak keturunannya yang datang ke Mekkah. Utsman
menyedekahkan hartanya di Khaibar. Ali bin Abi Thalib mewakafkan tanahnya yang subur.
Mu’ads bin Jabal mewakafkan rumahnya, yang populer dengan sebutan “Dar Al-Anshar”.
Pada masa dinasti Umayyah yang menjadi hakim Mesir adalah Taubah bin Ghar Al-
Hadhramiy pada masa khalifah Hisyam bin Abd. Malik. Ia sangat perhatian dan tertarik
dengan pengembangan wakaf sehingga terbentuk lembaga wakaf tersendiri sebagaimana
lembaga lainnya dibawah pengawasan hakim. Pada masa dinasti Abbasiyah terdapat lembaga
wakaf yang disebut dengan “shadr al-Wuquuf” yang mengurus administrasi dan memilih staf
pengelola lembaga wakaf. Di masa ini juga dibangun lembaga pendidikan dan beasiswa,
membangun pusat keilmuan perpustakaan, dan surplus wakaf nya dialokasikan untuk
menggaji para guru dan staf. Selanjutnya ada wakaf kampus komplek Al-Azhar di Mesir
yang terletak di masjid Sulaimaniyah, dan masjid Beyazid II di Amasya, dimana komplek ini
menyediakan fasilitas masjid, dapur umum, sekolah, kampus kedokteran, dan rumah sakit.
Kemudian ada Wakaf Baitul Asyi: Aset Jemaah Haji Aceh yang Tak Akan Habis Sampai
Kiamat. Untuk Tahun 2019 sebanyak 4.688 jemaah haji Aceh mendapatkan masing-masing
1.200 Riyal atau setara Rp 4,5 juta dan satu mushaf Alquran yang merupakan hasil dari
pengembangan wakaf Baitul Asyi yang digagas Habib Bugak sejak 200 tahun lalu. Hotel
Elaf Al Mashaer dan Ramada wakaf Ulama Aceh Habib Bugak Al Asyi.
س ِم ْي ٌع َع ِل ْي ٌم
َ ُّٰللا َ َص ٰلوتَك
سك ٌَن لَّ ُه ْۗ ْم َو ه َ ص ِل َعلَ ْي ِه ْۗ ْم ا َِّن َ ُ صدَقَةً ت
َ ط ِه ُر ُه ْم َوتُزَ ِك ْي ِه ْم ِب َها َو َ ُخذْ ِم ْن ا َ ْم َوا ِل ِه ْم
Artinya: “Ambil lah zakat dari harta mereka, guna membersih kan dan menyucikan mereka,
dan berdoa lah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa
bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
Artinya: Saya diperintahkan memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa Tiada
Tuhan yang harus disembah selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, dan
mendirikan shalat, serta mengeluarkan zakat. Apabila mereka melaksanakan semuanya itu,
maka mereka telah memelihara darah dan hartanya dari padaku, kecuali dengan hak Islam,
maka perhitungan mereka terserah kepada Allah (HR. Bukhari dan Muslim)
َ لَ ْن تَنَالُوا ْالبِ َّر َحتهى ت ُ ْن ِفقُ ْوا ِم َّما ت ُ ِحب ُّْونَ َْۗو َما ت ُ ْن ِفقُ ْوا ِم ْن
ش ْيءٍ فَا َِّن ه
ّٰللاَ ِب ٖه َع ِل ْي ٌم
Artinya: Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian
harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah
Maha Mengetahui. Selain dalam QS Al Imran, Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda
seperti dalam Hadist Riwayat Muslim.
َ اْل ْن
َسانُ َمات َ َصدَقَ ٍة ِم ْن ثَ َالث َ ٍة ِم ْن إِ َّال َع َملُهُ ا ْنق
ِ ْ ط َع ِ صا ِلحٍ َو َولَ ٍد بِ ِه يُ ْنت َ َف ُع َو ِع ْل ٍم َج
َ اريَ ٍة َ لَه ُ يَدْعُو
Artinya: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara
(yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh” (HR. Muslim
no. 1631)
Dalam hadist tersebut, para ulama menafsirkan sedekah jariyah (yang mengalir pahalanya)
yang dimaksud mengarah pada makna wakaf. Sebab, wakaf merupakan satu-satunya bentuk
sedekah yang dapat dimanfaatkan secara permanen oleh penerimanya.
4. Perubahan lingkungan yang disruptive membuat banyak organisasi tidak memiliki pilihan
lain kecuali bertransformasi. Bentuk perubahan yang bersifat incremental seperti perbaikan,
inovasi, dan social reengineering tidak memadai lagi sehingga organisasi perlu melakukan
perubahan mendasar dan radikal dalam bertransformasi. Setiap organisasi harus terus tumbuh
dalam jangka panjang dengan memberi nilai bagi semua pemangku kepentingan. Untuk dapat
bertahan dan bertumbuh, organisasi perlu beradaptasi dengan lingkungan. Transformasi
lembaga merupakan suatu strategi dan implementasi untuk membawa organisasi suatu
lembaga dari bentuk dan sistem yang lama ke bentuk dan sistem yang baru dengan
menyesuaikan seluruh elemen turunannya (sistem, struktur, people, culture) dalam rangka
meningkatkan efektivitas organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan selaras
dengan visi dan misi organisasi/perusahaan.
5. Belum optimalnya pemanfaatan potensi wakaf di Indonesia berupa aset wakaf seperti tanah
dan uang disebabkan oleh beberapa kesulitan yang dihadapi oleh lembaga pengelola wakaf,
diantaranya :
c. belum tersedianya data base wakaf, d. belum optimalnya jejaring pemberdayaan dan
pengembangan wakaf uang.