Anda di halaman 1dari 71

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perintah kewajiban berzakat selalu beriringan dengan perintah

kewajiban Sholat dan itu terdapat pada lebih dari delapan puluh tiga ayat-ayat

Al-Qur‟an, seperti firman Allah berukut ini:


Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta
orang-orang yang ruku” ( al-baqarah: 43)1

Ditinjau dari hubungan pengertian zakat menurut bahasa dan dengan

pengertian menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang

dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang, dan

bertambah, suci dan beres (baik). Hal ini sebagaimana yang dinyatakan dalam

surat at-Taubah ayat 103:


Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga dimana hukumnya wajib

bagi siapa saja yang telah memenuhi ketentuan nisabnya. Adapun sabda

Rasulullah yang menyatakan bahwa zakat merupakan rukun Islam adalah

sebagai berikut:

1
Husein syahathah, Ekonimi Rumah Tangga Muslim, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997),
h.210

1
‫سالَ َم‬ ِ ‫سلَّ َن بُنِ َي‬
ْ ‫اإل‬ َ ‫صلًَّ هللاُ َعلَ ْي ِو َو‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ قَا َل‬, ‫ض َي هللاُ َع ْن َها‬
َ ِ‫س ْى ُل هللا‬ ِ ‫َع ِي ا ْب ِي ُع َو َر َر‬

‫اةوا ْل َحج‬
َ ‫ َوإِ ْيتَا ِء ال َّز َك‬, ‫صالَ ِة‬ ُ ‫ َوأَىَّ ُه َح َّودًا َر‬, ُ‫ش َها َد ِة اَىْ ََلإِلَوَ إِ ََّل هللا‬
َّ ‫ َوإِقَ ِام ال‬, ِ‫س ْى ُل هللا‬ ِ ‫َلً َخ ْو‬
َ ‫س‬ َ ‫ع‬
2
} ‫البثحا ِري‬
َ ُ‫ضا ِى { َر َواه‬
َ ‫ص ْى ِم َر َه‬
َ ‫ َو‬,

“Dari Ibnu Umar r,a berkata, Rasululah saw bersabda: Islam didirikan
atas lima hal, pertama, syahadat, kedua, shalat, ketiga, zakat, keempat, haji,
kelima, puasa ramadhan." (H.R Bukhari)

Shalat dikelompokan sebagai ibadah badaniyyah. Sedangkan Zakat

dikelompokan sebagai ibadah maliyah. Sebagai ibadah maliyah, Zakat

bersentuhan langsung dengan kepentingan kehidupan bermasyarakat yang

sarat muatan sosial ekonomi.

Sebagai ibadah yang berkaitan dengan harta untuk kepentingan dan

kesejahteraan masyarakat, zakat dalam ekonomi Syari‟ah paling tidak

mempunyai tiga fungsi sebagai instrumen utama kebijakan fiskal, yaitu

ssebagai alat redistribusi pendapatan dan kekayaan, sebagai stabilitator

perekonomian dan sebagai instrumen pembangunan dan pemberdayaan

ekonomi umat.3

Zakat sebagaimana yang telah kita ketahui adalah ketentuan yang kokoh

dan mantap,suatu kewajiban yang datang dari Allah.Namun,pelaksanaannya

tidak sepenuhnya diserahkan kepada masing-masing individu,akan tetapi suatu

sistem penertiban sosial yang pengelolaannya diserahkan kepada negara,dan

diurus oleh lembaga administrasi yang teratur,yang sanggup melaksanakan

kewajiban suci ini,memungut dari orang-orang yang berkewajiban

mengeluarkannya,dan membagi pihak-pihak yang berhak menerimanya.


2
Imam Bukhari, Shahih al-Bukhari, jilid 1, h.8
3
Amiur Nuruddin, Darimana Sumber Hartamu?: Renungan tentang Bisnis Islami &
Ekonomi Syari‟ah, (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 127

2
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 60




Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana”.4( Qs: At – Taubah:60)

Zakat merupakan salah satu sistem yang potensial untuk kehidupan,

adanya jaminan dari Al-Qur'an sendiri bahwasanya Zakat sangat mampu

menjawab persoalan-persoalan ekonomi yang ada, ditambah lagi dengan

adanya bukti sejarah yang menggambarkan bagaimana keunggulan Zakat yang

mampu memberikan peranan besar bagi persoalan ekonomi, khususnya

pemberantasan kemiskinan.5

Melihat pentingnya Zakat dan bagaimana Rasulullah Shallalahu

„alaihiwassallam telah mencontohkan tata cara mengelolanya, dapat disadari

bahwa pengelolaan Zakat bukanlah suatu hal yang mudah dan dapat dilakukan

secara individual. Agar maksud dan tujuan Zakat, yakni pemerataan

kesejahteraan, dapat terwujud, pengelolaan dan pendistribusian Zakat harus

dilakukan secara melembaga dan terstruktur dengan baik. Hal inilah yang

kemudian menjadi dasar berdirinya berbagai Organisasi Pengelola Zakat di

berbagai Negara, termasuk di Indonesia.6

4
Syekh Muhammad Yusuf el Qardhawi,Problem kemiskinan,apa konsep islam,(Surabaya:
PT Bina Ilmu,1982),hal. 138
5
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta: Litera Antar Nusa dan Mizan)
6
https://www.google.com/search?q=latar+belakang+baz+didirikandi akses tanggal 24
maret 2018,jam 21.35

3
Di Indonesia setelah di UU RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang

pengelolaan Zakat, disebut ada tiga lembaga yang terlibat dalam pengelolaan

Zakat yaitu Badan Amil Zakat Nasioanal (BASNAS) atau Badan Amil Zakat

Daerah (BASDA) yang diwilayah operasinya (provinsi, kabupaten, dan

kecamatan), Lembaga Amil Zakat (LAZ), dan Unit Pengelola Zakat (UPZ).

Berdasarkan hal tesebut maka pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota

memprakarsai untuk mendirikan Baznas di Kabupaten Lima Puluh Kota yang

disebut dengan Baznas50 Kota. Baznas50 Kota mempunyai karyawan

sebanyak 9 orang yang terdri dari 1 orang Pimpinan, 1 orang bidang

pengumpulan, 2 orang bidang pendistribusian dan pendayagunaan, 3 orang

bagian perencanaan keuangan dan pelaporan, dan 2 orang bagian ADM, SDM,

dan Umum

Tabel 1:1

Pegawai BAZ Kabupaten Lima Puluh Kota

NO NAMA PENDIDIKAN JABATAN

1 Desembri, Magister Hukum Ketua

SH.MA

2 H. Jayusman, Magister Wakil ketua

M.Mpd Pendidikan I

3 H. Nursal, S.PdI Strata 1 Pendidikan Wakil ketua

Islam II

4 H. Akmul S. PdI Strata 1 Pendidikan Wakil ketua

4
Islam 111

5 Hafnizal, S.Ag Strata 1 Agama Wakil ketua

IV

6 Gustina Martha, Magister Hukum Devisi

MH keuangan

7 Jonres Marianto, Strata 1 Agama Pelaksana

S.Ag

8 Fitriyani, SE Strata 1 Ekonomi Pelaksana

9 Nofrizal SMK Akuntansi

Adapun visi dan misi BAZnas Kabupaten Lima Puluh Kota adalah

sebagai berikut:

a. Visi

Terwujudnya pengelolaan zakat, infak dan shadaqah yang

amanah, profesional dan transparan yang bergerak dalam

mengumpulkan , mendistribusikan serta menumbuhkembangkan

dana umat islam untuk pemberdayaan kaum du‟afa.

b. Misi

1) BAZNAS sebagai fasilitator, dinamisator dalam

pemberdayaan kaum du‟afa

2) Menjadikan BAZnas Lima Puluh Kota dalam mendukung

program pemerintah mengentaskan kemiskinan untuk

pemberdayaan kaum lemah.

5
3) Menjadikan BAZnas satu-satunya lembaga tempat

menyalurkan zakat, infak dan shadaqah.

4) Menjadikan BAZnas sebagai lembaga yang amanah,

profesional, transparan dalam mengelola dana umat islam.

5) Menjadikan BAZnas sebagai jembatan emas menuju

ladang amal dengan ikhlas dan jujur serta mengharap

Ridho Allah SWT.

Baznas 50 Kota dalam menjalankan aktivitasnya (memungut, mengelola,

menyalurkan) dana zakat, Baznas ini menerima dana Zakat dari Muzakki setiap

bulannya. Dana Zakat yang diterima oleh Baznas ini sebelum disalurkan

kepada mustahik, dana ini disimpan diperbankan Syari‟ah sebelum disalurkan

kapada mustahik dengan tujuan menjaga keamanan dana Zakat ini. Setelah

waktu penyalurannya datang, dana ini diambil kembali dari perbankan dan

disalurkan kepada mustahik yang yang berada di Kabupaten Lima Puluh Kota

Kota.

Dalam pelaksanaannya dana Baznas ini disalurkan dalam bentuk :

1. 50 Kota Sehat ( biaya berobat).

2. 50 Kota Peduli

a. Untuk bantuan orang terlantar.

b. Untuk bantuan korban bencana Alam.

c. Tebar qurban pelosok Nagari.

d. Kemanusiaan (darurat).

3. 50 Kota Cerdas

6
a. Program Beasiswa Mahasiswa khusus (BKM).

b. Program Beasiswa Mahasiswa Da‟i.

c. Program Beasiswa Mahasiswa Insedintil.

d. Program Gharimin (terhutang biaya pendidikan).

4. 50 Kota Makmur

a. Bantuan komsumtif panti jompo, cacat, usia tua.

b. Bantuan komsumtif miskin di bulan Ramadhan.

c. Bantuan ekonomi Produktif (modal usaha).

d. Bantuan bedah Rumah.

5. 50 Kota Iman dan Takwa.

a. Bantuan Gharim

b. Bantuan Muallaf

Dalam pengelolaan dana zakat ini supaya tepat sasaran, maka dalam

pengumpulan dan pendistribusian dana zakat maka seluruh karyawan yang

terlibat dalam kegiatan Baznas ini dituntut untuk memberikan kinerja yang

tinggi.

Kinerja adalah produk yang dihasilkan oleh seorang pegawai dalam

suatu waktu yang telah ditentukan dengan kriteria tertentu pula. Produknya

bisa berupa barang dan jasa. Suatu waktu yang di tentukan bisa satu tahun, dua

tahun, bahkan lima tahun atau lebih. kriteria di tentukan oleh persyaratan yang

telah ditetapkan oleh pihak berwenang yang mengadakan penilaian kinerja.

Untuk mengukur kinerja, masalah yang paling pokok adalah

menetapkan kriteria atau standarnya. Jika kriteria telah ditetapkan, langkah

7
berikutnya mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan hal tersebut

selama periode tertentu. Dengan membandingkan hasil terhadap standar yang

dibuat untuk periode waktu yang bersangkutan akan didapat tingkat kinerja

seseorang.7

Dari segi jumlah, Dana zakat yang dikelola oleh Baznas ini sangat besar

sekali jumlahnya, hal ini dapat dilihat melalui data yang penulis peroleh dari

berbagai sumber, jumlah Dana Zakat per-31desember 2017 yaitu:

Tabel 1:2

Penerimaan dan penyaluran zakat

NO TAHUN PENERIMAAN PENYALURAN SISA

ZAKAT ZAKAT

1 2008 Rp 1.011.350.000 Rp 1.001.083.000 Rp 10.267.000

2 2009 Rp 1.021.436.000 Rp 980.821.850 Rp 40.614.150

3 2010 Rp 1.526.129.100 Rp 1.080.783.900 Rp 445.345.200

4 2011 Rp 1.895.321.150 Rp 1.698.127.800 Rp 197.193.350

5 2012 Rp 2.098.114.972 Rp 1.987.876.000 Rp 110.238.972

6 2013 Rp 2.021.980.241 Rp 2.001.650.000 Rp 20.330.241

7 2014 Rp 1.986.564.781 Rp 1.564.890.000 Rp 421.674.781

8 2015 Rp 2.053.123.021 Rp 2.011.768.000 Rp 41.355.021

9 2016 Rp 2.381.216.974 Rp 2.198.812.000 Rp 182.404.974

10 2017 Rp 2.083.526.046 Rp 1.028.713.948 Rp 1.054.812.098

7
Husain usman, manajemen, teoridanpraktik (Jakarta timur: PT bumiaksara, 2010), cet 2,
hal 489

8
Dari data diatas dapat dilihat bahwa begitu besar jumlah dana Zakat di

Baznas Kabupaten Lima Puluh Kota, dan ditahun 2017 tidak sampai 50% dari

dana tersebet disalurkan kapada mustahik yang berada di Kabupaten Lima

Puluh Kota.8

Sebenarnya zakat telah disyari‟atkan sebelummasa Rasulullah SAW,

kemudian diteruskan dengan perbaikan sistem sesuai dengan perkembangan

zaman. Setelah Muhammad SAW diangkat menjadi rasul beliau baru

memerintahkan membayar zakat kepada umatnya, namun belum ditentukan

nisab dan persentasenya, sehingga pada saat itu ada sebagian sahabat

mengeluarkan zakat lebih banyak dari ketentuan zakat. Setelah Islam

mempunyai kekuatan dan jumlah muslim sudah besar, dan jiwa mereka sudah

siap menerima peraturan-peraturan, barulah Rasulullah SAW menyusun

peraturan zakat sesuai dengan kemaslahatan, baik bagi individu maupun bagi

jama‟ah. Maka ditetapkanlah bahwa zakat adalah salah satu rukun dari rukun

Islam, dan salah satu kewajiban dari kewajiban-kewajiban yang ditetapkan

dalam Islam.9

Pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat harta umat Islam disimpan

dilembaga keuangan Negara yang disebut dengan Baitul Mall, yang mana harta

tersebut dipergunakan untuk kemaslahatan umat, sehingga jarang dari harta

tersebut menumpuk di Baitul Mall karena selalu dipergunakan untuk

kepentingan-kepentingan umat Islam, bahkan pada masa kalifah Abu Bakar

Siddiq Baitul Mall sempat kosong karena semua harta yang tersimpan dalam
8
Wawancara dengan kak Martha, devisi perencanaan dan keuangan, juni 2018
9
Sa‟ad Abdul Wahid, Kiat Membebaskan Diri Dari Neraka, (Yogyakarta: Harapan
Utama, 2004), h, 171-172

9
Baitul Mall tersebut sudah diperguakan seluruhnya untuk kepentingan Negara

dan kemaslahatan umat.

Kalau kita melihat dari keuangan lembaga zakat (BAZ) lima Puluh Kota,

masih banyak bahkan setiap tahunnya tidak keseluruhan dari dana zakat yang

dihimpun dari muzakki tersalurkan kepada mustahiq. Maka hal yang menjadi

pertayaan bagi penulis, Apakah jumlah mustahik di Kabupaten Kabupaten

Lima Puluh Kotasudah habis?

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas permasahan

ini lebih lanjut dengan judul “Analisis Knerja Badan Amil Zakat (BAZnas)

Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Pengelolaan Dana Zakat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat

mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kinerja Badan Amil Zakat Kabupaten Lima Puluh Kota dalam pengelolaan

dana zakat.

2. Program Badan Amil Zakat Kabupaten Lima Puluh Kota dalam penyaluran

dana zakat pada mustahik.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah diatas, penulis membatasi masalah ini

sebagai berikut:

Kinerja Badan Amil Zakat Kabupaten Lima Puluh Kota dalam mengelola

dana zakat.

D. Rumusan Masalah

10
Berdasarkan Batasan masalah diatas, penulis merumuskan masalahnya

adalah: Bagaimana Kinerja Badan Amil Zakat Kabupaten Lima Puluh Kota

dalam pengelola dana zakat?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
a. Mengetahui bagaimana peranan Pendistribusian Zakat oleh Baznas
kepada Mustahik di Kabupaten Lima Puluh Kota.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk persyaratan dalam
meraih gelar sarjana Ekonomi Islam pada Jurusan Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam
Negeri (IAIN)Bukittinggi.
b. Bagi masyarakat, penelitian ini bermamfaat untuk memberikan
penjelasan tentang bagaimana Kinerja Badan Amil Zakat dalam
mengelola dana zakat dari muzakki
c. Bagi institut, penelitian ini bermamfaat untuk memberikan

sumbangan pemikiran dan menambah ilmu pengetahuan tentang

analisis Efektifitas penyaluran zakat oleh Baz kepada Mustahik di

Kabupaten Lima Puluh Kota.

F. Penjelasan Judul

Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman terhadap penulisan

skripsi ini, maka penulis perlu menjelaskan beberapa kata yang terdapat dalam

judul sebagai berikut:

Analisis :penyelidikan terhadap suatu peristiwa

(karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk

11
mengetahui keadaan yang sebenarnya

(sebab musabab, duduk perkaranya dan

sebagainya).10

Kinerja :hasil pekerjaan karyawan yang mempunyai

hubungan erat dengan tujuan dan strategi

organisasi.11

BAZ :Lembaga pengelola zakat yang dibentuk

oleh pemerintah sesuai dengan peraturan

yang berlaku.12

Kabupaten Lima Puluh Kota :Suatu Kabupaten yang terletak di Provinsi

Sumatra Barat, Indonesia.

Pengelolaan dana Zakat :kegiatan perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengawasan terhadap

pengumpulan dan pendistribusian dana

zakat.13

Berdasarkan dari uraian diatas, maka yang dimaksudkan dari judul diatas

yaitu: untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya dari hasil pekerjaan Badan

Amil Zakat Kabupaten Lima Puluh Kota dalam pengelolan yaitu pengumpulan

dan pendistribusian dana zakat agar sesuai dengan tujuan dan perencanaan

organisasi.

G. Sistematika Penulisan

10
Syahrul Ramadhan, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Ikhtiar Surabaya,
2001), h. 35
11
wibowo,manajkinerja, (Jakarta :rajawalipers , 20011), h.7.
12
Noor aflah, Arsitektur Zakat Indonesia(Jakarta:Universitas Indonesia,2009),hal 260
13
Ali Hasan, Zakat danInfak, (Jakarta :prenada media group, 2006), h,41.

12
Untuk mempermudah pembahasan penulisan dan mendapatkan gambaran

yang utuh dan terpadu mengenai kajian ini, maka penulis menyusun

sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi

masalah, batasan masalah,rumusan masalah, tujuan dan mamfaat

penelitian, penjelasan judul, kajian terdahulu, dan sistematika

penulisan.

BAB II : Landasan teori, mengemukakan tentang pengertian zakat, hukum

zakat,rukun zakat,syarat zakat,pendistribusian zakat, mustahik

zakat, pengertianAmil BAZ, Syarat-Syarat Amil Zakat,organisasi

pengelola zakat,tugas dan wewenang amil zakat .

BAB III : Metode penelitian,Berisikan jenis penelitian, jenis data, teknik


pengumpulan data, teknik anaslisis data.
BAB IV : Hasil penelitian, Mengetahui optimalisasi penyaluran dana zakat

oleh BAZ kepada mustahik dikabupaten Lima Puluh Kota.

BAB V :Penutup, Yang berisikan kesimpulan-kesimpulandan saran.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. ZAKAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM

1. Pengertian Zakat

Secara etimologis zakat berasal dari kata “zaka”, yang berarti suci,
berkah, terpuji, bersih, tumbuh, berkembang.Dalam pengertian syar‟iy
(terminology), menurut para ulama zakat adalah sejumlah harta yang
diwajibkan oleh Allah SWT diambil dari harta orang tertentu, untuk
diserahkan kepada yang berhak menerimanya, sesuai dengan syarat dan
rukun yang tertentu.

13
Esensi zakat adalah pengelolan sejumlah harta yang diambil dari
sejumlah orang yang berhak membayar zakat (muzakki) untuk diberikan
kepada mereka yang berhak menerimanya (mustahiq).Pengelolaan zakat itu
meliputi kegiatan pengumpulan, penyaluran, pendayagunaan, pengawasan
dan pertangguang jawaban harta zakat.14

Seseorang yang mengeluarkan harta zakat, berarti dia telah


membersihkan diri, jiwa dan hartanya.Dia telah membersihkan dirinya dari
penyakit kikir (bakhidan memebersihkan hartanya dari hak orang lainyang
ada dalam hartanya itu. Orang yang menerimanya pun akan bersih jiwanya
dari penyakit dengki, iri hati terhadap orang yang mempunyai harta.

Dilihat dari satu segi, bila sesorang mengeluarkan zakat, berarti


hartanya berkurang. Tetapi bila dilihar dari pandangan islam, paha
bertambah dan harta yang tinggal juga membawa berkah. Disamping pahala
bertambah, juga harta itu berkembang karena mendapat ridha dari Allah
dan berkat panjatan doa dari fakir miskin, anak-anak yatim dan para
mustahik lainnya yang merasa disantuni dari hasil zakat itu.

Zakat merupakan hak yang telah ditentukan didalam dalam harta sikaya
untuk si fakir.Maka jumlah harta yang telah mencapai nisab wajib dizakati
kepada orang-orang fakir.Para ahli fikih menetapkan bahwa harta, yang
wajib dizakati belum boleh dijual.Apabila dijual oleh pemiliknya maka
penjualan tersebut batal sebab dengan adanya kewajiban zakat tersebut, dia
bukan lagi pemilik harta sepenuhnya.

Semua ahli fikih juga menetapkan, kalau ada seseorang yang meninggal
sebelum dia menunaikan zakat, maka zakat itu menjadi utang yang
menempel pada hartanya. Utang ini harus dilunasi bersamaan dengan utang-
utangnya yang lain.kalau harta tersebut digunakan untuk keperluan lain
maka dia masih memiliki utang yang harus dibayarkan dari harta
peninggalannya.15

Zakat merupakan benteng yang melindungi diri dari penyakit dengki


dan iri hati, dan zakat ibarat pupuk yang dapat menyuburkan harta untuk
berkembang dan tumbuh. Zakat juga merupakan salah satu cara
bermuamalah, karna zakat dapat menimbulkan dua hubungan sekaligus
yaitu, hubungan kepada Allah sebagai tanda rasa syukur terhadap harta yang
14
Suparman Usman, Azas-Azas dan Pengantar Studi Hukum Islam Dalam Tata Hukum
Indonesia, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), h. 158
15
Ahmad Muhammad Al-Asal dan Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem, Prinsip, dan
Tujuan Ekonomi Islam, Penerjemah Imam Saefuddin, judul asli “An Nizamul Iqtisadi Fil Islam
Mabadiuhu Wahdafuhu” (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), cet ke-1, h 112

14
diberikan. Dan hubungan kepada sesama manusia yaitu sebagai tanda
berbagi rahmat dan nikmat.

Dalam al-Quran Allah berfirman



Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah


Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan
zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.

Surat al-Bayyinah:5 di atas menjelaskan, bahwa zakat itu


membersihkan dan mensucikan diri dan harta, ayat diatas juga menjelaskan
kepada kita bahwa seseorang baru benar-benar beragama apabila mengabdi
kepada-Nya dengan ikhlas, mendirikan shalat dan menunaikan zakat.

Kesadaran berzakat, perlu ditumbuhkan dari dalam diri setiap pribadi,


tidak berzakat karena terpaksa atau dipaksa, apalagi karewna malu dengan
masyarakat sekitar, kalau sudah tumbuh kesadaran dari dalam diri masing-
masing, maka berapapun harta tang diperoleh, akan dikeluarkan hak orang
lain yang ada dalam harta itu.16

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa zakat adalah, sebagian


harta yang wajib dikeluarkan oleh sesorang yang mempunyai kelebihan
harta (muzakki) kepada orang yang berhak menerimanya (mustahiq) sesuai
dengan rukun dan syarat, karena dengan bberzakat dapat membersihkan diri
dan harta orang yang berzakat, begitupun sebaliknya bagi orang yang
menerima zakat menghilangkan rasa dengki dan iri hati terhadap orang yang
memiliki harta. Disamping itu zakat juga mengambarkan rasa syukur
seseorang terhadap nikmat yang diberikan Allah SWT, dan juga mempererat
hubungan sosial antar sesama manusia.

2. Hukum Zakat

Zakat adalah rukun ketiga dari rukun islam yang lima, yang merupakan
pilar agama yamg tidak dapat berdiri tampa pilar ini. zakat, hukumnya wajib
„ain (fardu „ain) bagi setiap muslim apabila telah memenuhi syarat-syarat
yang telah ditentukan oleh syari‟at. Dan, merupakan kewajiban yang

16
M. Ali Hasan, Zakat, Pajak Asuransi dan Lembaga Keuangan, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2003), h. 1-5

15
disepakati oleh umat islam dengan berdasarkan dalil al-qur‟an, hadis, dan
ijma‟.

Orang yang enggan membayarnya boleh diperangi. Orang yang


melanggar kewajibannya dianggap kafir, karena ia mengingkari perkara
dasar agama. Akan tetapi, barangsiapa yang mengakui kewajiban zakat,
namun ia tidak mau menunaikannya, maka ia hanyya dianggap sebagai
orang islam yang bermaksiat, karena tidak mau menunaikan perintah agama,
juga sebagai orang yang telah melakukan dosa besar. Dalam islam zakat
mulai disyari‟atkan pada tahun kedua hijriah,diantara dasar hukum dan dalil
al-qur‟an yang menyebutkan tentang zakat diantaranya yaitu: (QS. At-
Taubah [9]: 103)



Artinya:Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu


kamu membersihkandan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Para ulama fikih, baik ulama salaf (pendahulu) maupun ulama khalaf
(muncul belakangan; kontenporer) sepakat bahwa zakat adalah wajib
(fardhu).

Kata zakat dan shalat di dalam Al-Qur‟an disebutkan sebanyak 82 kali.


Dalam banyak ayat, zakat disebutkan dalam rangkain kata yang beriringan
dengan shalat, sehingga zakat memiliki kedudukan yang sama dengan
shalat, tidak seperti kewajiban yang lainnya. Dengan penyebutan yang
beriringan ini, shalat dan zakat tidak bisa dipisahkan.Oleh karena itu,
tidaklah seseorang diterima shalatnyamanakala zakatnya tidak ditunaikan.17

Zakat merupakan salah satu instrumental dalam mengentaskan


kemiskinan karena masih banyak lagi sumber dana yang bisa dikumpulkan
seperti infak, shodaqoh, wakaf, wasiat, hibah serta sejenisnya. Sumber dana-
dana tersebut merupakan pranata keagamaan yang memiliki secara
fungsional dengan upaya pemecaham masalah kemiskinan dan kepincangan
sosial. Dana yang terkumpul akan merupakan potensi besar yang dapat

17
Hikmah Kurnia dan Ade Hidayat, Panduan Pintar Zakat, (Jakarta: Qultummedia,
2008), cet 1,h 4-6

16
didayagunakan bagi upaya penyelamatan nasib puluhan juta rakyat miskin
di Indonesia yang kurang dilindungi oleh system jaminan social yang
terprogram dengan baik.

Dana zakat yang dikelola dengan system dan manajemen yang amanah,
professional dan integral dengan bimbingan dan pengawasan dari
pemerintah dan masyarakat akan menjadi pemacu gerak ekonomi di dalam
masyarakat dan menyehatkan tatanan sosial yarakat yang kurang mampu. 18

Didalam Al-quran Allah SWT juga menjelaskan bagaimana ancaman


bagi orang-orang yang menentang dan enggan dalam menunaikan zakat,
sebagaimana yang di jelaskan oleh Allah SWT di dalam Al-quran surat AT-
Taubah ayat 34





Artinya:Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian


besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar
memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi
(manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan
perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah
kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,

3. Syarat-Syarat Zakat

Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun


perempuan. Zakat diwajibkan aras beberapa jenis harta dengan berbagai
syarat yang harus dipenuhi. Para ulama fikih telah menetapkan beberapa
syarat yang harus dipenuhi dalam harta, sehingga harta tersebut tunduk
kepada zakat atau wajib zakat. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
berzakat meliputi dua aspek, yaitu syarat muzakki dan syarat harta yang
akan dizakati.

1. Syarat-syarat muzakki (orang yang wajib berzakat)

18
Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern, (Malang: UIN-Maliki press, 2010), h
38-39

17
Adapun syarat-syarat seseorang yang wajib melaksanakan zakat
adalah:

a. Merdeka

Menurut kesepakatan para ulama, zakat tidak wajib bagi


hamba sahaya atau budak karena hamba sahaya tidak
memiliki hak milik. Hal ini juga dikatakan oleh para ulama
Maliki bahwa hamba sahaya tidak ada kewajiban zakat
terhadap hak miliknya baik harta itu atas namanya sendiri atau
atas nama tuannya.

b. Islam

Zakat merupakan ibadah yang diwajibkan bagi setiap muslim.


Ia merupakan salah satu pilar agama islam. Dengan demikian,
zakat tidak diwajibkan atas orang non-muslim atau orang
kafir, karena zakat merupakan ibadah yang suci.Begitu juga
dengan orang yang murtad tidak diwajibkan berzakat. Karena
menurut Abu Hanifah, riddah menggugurkan kewajiban zakat
karena orang murtad sama dengan orang kafir.

c. Baligh berakal

Mengenai persyaratan baligh berakal terdapat perbedaan


pendapat ulam.Menurut ulama mazhab Hanafi.Orang yang
wajib zakat adalah orang yang telah baligh berakal, sehingga
anak kecil dan orang gila tidak ada kewajiban zakat baginya.
Mereka beralasan bahwa zakat adalah ibadah mahdah sama
halnya denga shalat. Sedangkan menurut jumhur ulama,
balighb berakal bukan merupakan syarat wajib mengeluarkan
zakat. Nash yang memerintahkan untuk mengeluarkan zakat
adalah terhadap orang kaya bersifat umum tidak terkecuali
apakah ia anak-anak ataupun orang gila. karena itu, wali wajib
mengeluarkan zakat anak kecil ataupun orang gila yang
dibawah perwaliannya.19

2. Syarat-syarat harta yang wajib dizakati

Adapun syarat-syarat harta yang wajib dizakati menurut ulama fikih


adalah:

19
Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), cet 2, h 33327-328

18
a. Milik sempurna

Milik sempurna dalah kemampuan pemilik harta


mentransaksikan barang miliknya tampa campur tangan orang
lain pada waktu datangnya kewajiban membayar zakat
tersebut.20

b. Berkembang secara rill atau estimasi

Yang mana harta yang dimaksud dapat berkembang secara rill


yaitu, pertambahan harta akibat perkembangan atau
perdagangan, sedangkan yang dimaksud dengan pertumbuhan
estimasi adalah harta yang nilainnya mempunyai kemungkinan
bertambah, seperti emas, perak, dan mata uang yang semuanya
mempunyai kemungkinan pertambahn nilai dengan
memperjual belikannya. Oleh sebab itu semua jenis harta harta
diatas mutlak wajib dizakati,berbeda dengan lahan tidur yang
tidak dapat berkembang, baik secara rill maupun secara
estimasi, maka tidak wajib dizakati.

c. Samapai nishab

Nishab adalah sejumlah harta yang mencapai jumlah tertentu


yang ditentukan secara hukum, yang mana harta tidak wajib
dizakati jika kurang dari ukuran tersebut.Syarat ini berlaku,
seperti pada uang, emas, perak, barang dagangan, hasil
pertanian, dan hewan ternak.Adapun barang yang kurang dari
satu nishab, tidak termasuk barang yang wajib dizakati.
Kesempurnaan hisab dilihat pada awal dan akhir haul,
kekurangan dan kelebihan di antara awal dan akhir haul tidak
mempengaruhi nishab. Harta zakat beserta penghasilannya
digabungkan diakhir haul. Pendapat ini dianut mayoritas
ulama.

d. Melebihi kebutuhan pokok

Harta yang wajib dizakati tersebut merupakan kelebihan


nafkah dari kebutuhan asasi bagi kehidupan muzakki dan
orang yang berada dibawah tanggungannya, seperti istri, anak,
pembantu, dan asuhannya. Artinya, bahwa muzakki harus

20
Hikmah Kurnia dan Ade Hdayat, Panduan Pintar Zakat, (Jakarta: Qultummedia, 2008),
cet 1, h11

19
mencapai batas kecukupan hidup (had al-kifayah), maka bagi
orang yang berada dibawah batas tersebut tidak ada kewajiban
zakat bagi mereka.

e. Tidak terjadi zakat ganda

Apabila suatu harta telah dibayar zakatnya, kemudian harta


tersebut berubah bentuk, seperti hasil pertanian yang telah
dizakati kemudian hasil panen tersebut dijual dengan harga
tertentu, maka di akhir haul tidak wajib dizakati lagi agar tidak
terjadi zakat ganda pada satu jenis harta.

f.Cukup haul

Haul adalah perputaran harta atau nishab dalam 12 bulan


qomariyah (Hijriah). Harta yang tunduk kepada zakat tersebut
telah dimiliki selama satu haul secara sempurna. Namun, jika
terdapat kesulitan akuntansi, karena biasannya anggaran dibuat
berdasarkan tahun syamsiah (Masehi), maka boleh
dikalkulasikan berdasarkan tahun syamsiah dengan
penambahan kadar zakat (harga zakat) yang wajib dibayar
sebagai akibat kelebihan hari bulan syamsiah.21

Adapun syarat-syarat zakat menurut pandangan ulama mazhab yaitu:

1. Hanafi dan imamiyah: berakal dan baligh merupakan syarat

diwajibkannya mengeluarkan zakat. Maka harta orang gila dan

harta anak-anak tidak wajib dizakati. Sedangkan Maliki,

Hambali dan Syafi‟I; berakal dan baligh tidak menjadi syarat.

Maka dari itu, harta orang gila dan anak-anak wajib dizakati,

walinnya harus mengeluarkannya.

2. Hanafi, Syafi‟i dan Hambali: zakat tidak diwajibkan pada non

muslim. Sedangkan menurut Imamiyah dan Maliki: bagi non

21
Hikmah Kurnia dan Ade Hidayat, Panduan Pintar Zakat, (Jakarta: Qultummedia, 2008),
cet 1, h 11-16

20
muslim juga diwajibkan, sebagaimana diwajibkan kepada orang

muslim.

3. Syarat diwajibkannya zakat adalah “milik penuh”. Kesimpulan

dari semua definisi yang diungkapkan para ulama mazhab

adalah: orang yang mempunyai harta itu menguasai sepenuhnya

terhadap harta bendanya, dan dapat mengeluarkannya dengan

sekehendaknya. Maka harta yang hilang tidak wajib dizakati,

juga harta yang dirampas (dibajak) dari pemiliknya, sekalipun

tetap mejadi miliknya.22

4. Pengelolaan Dana Zakat

a. Kewenangan pengumpulan zakat

Pelaksanaan zakat didasarkan pada firman Allah swt. Yang terdapat


dalam surat at-Taubah ayat 60.





Artinya:Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang


fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Dan juga pada firman Allah dalam surat at-Taubah ayat 103.



22
Mughniyah, Muhammad Jawad, Fiqih Lima Mazhab, Penerjemah Masyikur.Afif
Muhammad, dan Idrus, judul asli „Al-Fiqh „Ala Al-Madzahib Al-khamsah” (Jakarta: Penerbit
Lentera, 2013), cet ke-28 h177

21
Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkandan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Dalam surat at-Taubah ayat 60 tersebut dikemukakan bahwa salah


satu golongan yang berhak menerima zakat adalah mustahik zakat, yaitu
orang-orang yang bertugas mengurus urusan zakat („amiliina „alaihaa).
Sedangkan dalam at-Taubah ayat 103 dijelaskan bahwa zakat itu diambil
dari orang-orang yang berkewajiban untuk berzakat (muzakki) untuk
kemudian diberikan kepada mereka yang berhak menerimannya
(mustahiq). Imam al-Qurthubi ketika menafsirkan surat at-Taubah ayat 60
menyatakan bahwa amil itu adalah orang-orang yang ditugaskan
mengambil, menuliskan, menghitung dan mencatat zakat yang diambilnya
dari para muzakki untuk kemudian diberikan kepada yang berhak
menerimannya (mustahiq).

Oleh karena itu, Rasulullah saw pernah mempekerjakan seorang


pemuda dari asad, yang bernama ibnu luthaibah, untuk mengurus urusan
zakat dari bani sulaim. Mengutus Ali bin Abi Thalib ke yaman untuk
menjadi amil zakat. Mu‟adz bin jabal pernah diutus Rasulullah pergi ke
yaman disamping bergi berdakwah juga mempunyai tugas khusus yaitu
menjadi amil zakat. Demikian juga yang dilakukan Kullafaur Rasyidin
sesudahnya.Mereka selalu mempunyai petugas khusus yang mengatur
masalah zakat, baik pengambilan maupun pendistribusiannya.Diambilnya
zakat dari muzakkimelalui amil zakat yang kemudian diberikan atau
disalurkan kepada mustahiq, menunjukan kewajiban zakat itu bukan
semata-mata bersifat amal karitatif (kedwrmawanan), tetapi juga suatu
kewajiban yang bersifat otoritatif (ijabari).

Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelolaan zakat, apalagi yang


mempunyai kekuatan hukum formal akan memiliki beberapa keuntungan,
antara lain:

1. Menjamin kepastian dan disiplin pembayaran zakat.

2. Menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila

berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki.

22
3. Mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran yang tepat

dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang

ada pada suatu tempat.

4. Memeperlihatkan syiar islam dalam semangat

penyelenggaraan pemerintahan yang islami, jika zakat

diserahkan secara langsung dari muzakki kepada mustahiq,

meskipun secara hukum syariah adalah sah, tetapi disamping

akan terabaikannhya hal-hal diatas, juga hikmah dan fungsi

zakat, yang berkaitan dengan kesejahteraan umat.23

b. Pengumpulan Dana Zakat

Penghimpunan dana zakat merupakan salah satu bagian pokok dalam


organisasai amil zakat, organisasi pengelola zakat yang berbasis kantor atau
lembaga amil dengan model organisasai bisnis, cenderung memanfaatkan
potensi zakat dari lingkungan internal, yaitu karyawn dan keluarga besrnya.
Penghimpunan dana zakat dalam lingkungan perbankan dilakukan dengan
memberlakukan peraturan tentang keharusan karyawan untuk menyalurkan
dana zakat seluruhnya (2,5%) atau sebagian (1%) dari teke home pay
(THP) di atas Rp1.000.000 melalui LAZ ditempat kerja.

Sementara itu, organisasai pengelola zakat yang tidak berbasis pada


perbankan, mereka menghimpun dana zaakat dengan memungut zakat baik
secara langsung maupun tidak langsung dari masyarakat. Cara-cara yang
digunakan meliputi pembukaan konter-konter penerimaan zakat,
pemasangan iklan pada media massa, korespondensi, kunjungan dari rumah
kerumah dan kontak dengan komunitas-komunitas tertentu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model mobilisasi dana


yang ditempuh oleh organisasi pengelolaan zakat dapat dirinci sebagai
berikut:

1. Pemanfaatan produk-produk perbankan dan fasilitas transfer

23
Didin Hafidudin, Agar Harta Berkah dan Bertambah, (Jakarta: Gema Insane Press,
2007), h. 168-170

23
2. Pungutan langsung dari karyawn oleh wakil yang di tunjuk

perusahaan

3. Kunjungan dari rumah ke rumah

4. Melalui iklan media mass

5. Membuka gerai penampungan zakat

6. Mengembangkan program kemitraan (channeting)

7. Melalui korespondensi

8. Lewat kontak komunitas

9. Lewat sebuah kepanitiaan pasif

Mekanisme kerja dalam organisasi amil zakat pada intinya bersentuhan


dengan penerapan prinsip kepemimpinan, komunikasi, konsultasi,
pengarahan, dan pelaporan mengenai bidang-bidang kerjapenghimpunan,
penyaluran, pendayagunaan, dan pengembangan zakat.24

Adapun tata cara pengumpulan zakat yang diatur sesuai pasal 12, 13, 14
undang-undang pasal 26 KMA adalah:

1. Pengumpulan zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat dengan cara

penerimaan atau pengambilan dari muzakki, atas dasar

pemberitahuan dari muzakki.

2. Muzakki melakukan penghitungan sendiri hartanya dan kewajiban

zakatnya, berdasarkan hukum agama.

3. Badan amil zakat dapat memberikan bantuan kepada muzakki

untuk menghitung zakatnya.

4. Zakat yang dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga amil

zakat dikurangkan dari laba /pendapatansisa kena pajak dari wajib

24
Umrotul Khadsanah,Mmanajemen Zakat Modern, (Malang: UIN-Maliki Pres, 2010), h
177-179

24
pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

5. Pembayaran zakat dapat dilakukan kepad unit pengumpulan zakat

pada BAZ Nasional, BAZ Provinsi, BAZ Kabupaten/ Kota, BAZ

Kecamatan secara langsung, atau melalui rekening pada Bank. 25

c. Pendistribusian Dana Zakat

Dana zakat yang berhasil dihimpun disalurkan kepada yang berhak


menerimanya (mustahiq) yaitu sebanyak asnaf yang 8 (fakir, miskin, riqab,
gharimin, sabilillah, ibnusabil, muallaf, amiilin). Pendistribusian dana zakat
ini dilaksanakan dengan menetapkan alokasi dan bidang penyaluran dengan
melalui mekanisme yang tersedia. Lembaga amil zakat tidak menentukan
pembagian dana zakat dengan porsi yang sama kepada setriap asnaf atau
mustahiq.

Alokasi dana zakat yang disalurkan tersebut tidak seluruhnya


diberikan dalam bentuk uang tunai melainkan sebagian besar justru
disalurkan dalam bentuk berbagai program jasa dan keterampilan serta
pengembangan wawasan. Dalam penyaluran dana zakat, pad umumnya
BAZ dan LAZ berpegang kepada kebijakan yang telah digariskan dewan
pertimbangan. Dalam kebijakan tersebut ditentukan bentuk dan sasaran
penyaluran, ini sesuai dengan pendapat shoelhi bahwa “setiap pengeluaran
(termasuk penyaluran dana zakat) perlu diperhitungkan efektivitas dan
efesiensinya”.26Mengeluarkan zakat adalah merupakan salah satu bentuk
amal perbuatan, yang lebih afdhol dalam pelaksanaanya adalah pemilik
harta sendiri.Hal ini agar dia benar-benar yakin bahwa hartanya sampai
kepada orang yang berhak menerimanya. Pemilik harta juga dibolehkan
untuk mewakilkan kepada orang lain, dan, jika pemimpin muslim meminta
darinya, maka ia harus membayarkan kepadanya atau menyerahkan kepada
orang yang dikirim untuk memungutnya. 27

25
Suparman Usman,Aasas-Asas dan Pengantar Studi Hukum Islam Dalam Tata Hukum
Indonesia, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), cet 2, h 173
26
Umrotul Khasanah,Manajemen Zakat Modern, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010),
h183-184
27
Saleh al-Fauzan, Fikih Sehari-hari, penerjemah Abdul Hayyie dkk, judul asli “ Al-
Mulakhkasul Fiqhi” (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), cet. 1, h 276

25
5. Mustahik Zakat

Harta yang dikeluarkan melalui zakat, secara umum duperuntukan


untuk mereka yang benar-benar sangat kekurangan dan sangat
membutuhkan.Allah SWT member petuntuk didalam QS.At-Taubah; 60,
tentang siapa-siapa saja yang berhak mendapatkan bagian dari harta zakat
(mustahik zakat).





Artinya:Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang


fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.28

Yang berhak menerima zakat Ialah: 1. orang fakir: orang yang Amat
sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi
penghidupannya. 2. orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya
dan dalam keadaan kekurangan. 3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas
untuk mengumpulkan dan membagikan zakat. 4. Muallaf: orang kafir yang
ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya
masih lemah. 5. memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan
Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. 6. orang berhutang: orang
yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak
sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara
persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia
mampu membayarnya. 7. pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk
keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada
yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-
kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. 8.

28
Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba‟ly, Ekonomi Zakat, Penerjemah Muhammad Abqari
Abdullah Karim, Judul asli “iqtishadiyatu az-zakat wa‟tibaratus siyasah al-maliyah wa an-
naqdiyah” (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h 7

26
orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami
kesengsaraan dalam perjalanannya.

Adapun dari delapan asnaf itu, diindonesia tinggal tujuh asnaf saja
karena asnaf riqab yang dalam arti memerdekakan budak di Indonesia tidak
ada (karena Indonesia tidak ada budak). Adapun kedelapan asnaf delapan
yang berhak menerima zakat adalah sebagai berikut:

a. Fakir: yang dimaksud dengan fakir adalah orang yang tidak

mempunyai barang yang berharga, kekayaan dan usaha sehingga

dia sangat perlu ditolong keperluannya.

b. Miskin; dalam persoalan zakat yang dimaksud dengan miskin

adalah orang yang memiliki barang yang beharga atau pekerjaan

yang dapat menutup sebagian hajad kebutuhannya akan tetapi

tidak mencukupinya.

c. Amil: amil adalah orang yang ditunjuk untuk mengelola zakat,

menyimpannya, membaginya kepada yang berhak dan

mengerjakan pembukuannya.29

d. Muallaf: adalah mereka yang diharapkan kecenderungan hatinya

atau keyakinannya dapat bertambah dengan islam, terhalangnya

niat jahat mereka atas kaum muslimin, atau harapan akan

adanya manfaat mereka dalam membela dan menolong kaum

muslimin dari musuh.

e. Riqab: adalah hamba muqatab (hamba yang dijanjikan akan

dimerdekakan oleh tuannya dengan membayar sejumlah uang)

yang muslim tidk mempunyai uang untuk menebus

29
Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Moderen, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), h
41

27
kemerdekaannya. Pada dasarnya hukum yang terkandung dari

makna riqab adalah unsure eksploitasi yang dilakukan manusia

terhadap manusia lain, baik secara individu maupun kolektif.

f. Gharimin: adalah orang berutang dan tidak mampu untuk

melunasinya, menurut imam maliki, syafi‟I, dan ahmad, gharim

adalah orang berutang untuk kepentingan pribadi dan orang

yang berutang untuk kepentingan masyarakat. Yusuf al-Qardawi

menyatakan dalam konteks ini zakat dapat diberikan untuk

menyelamatkan masyarakat dari bencana dan kehancuran.

g. Fi sabilillah: secara bahasa fi sabilillah juga berarti di jalan

allah. Abu yusuf menyatakan yang di mkasud dengan sabilillah

disini adalah sukarelawan yang yang terputus bekalnya karena

kefakiran mereka, membuat mereka tidak mampu bergabung

dengan tentara islam. Ibn Arabi dalam Ahkam Al-imam nawawi

menyatakan makna sabilillah adaalah para sukarelawan yang

tidak mendapat tunjangan tetap dari pemerintahan.

h. Ibn sabil: adalah orang menempuh perjalanan jauh yang sudah

tidak punya harta lagi. Perjalanan yang dimaksud adalah

perjalanan dalam rangka ketaatan kepada allah bukan kepada

maksiat. Termasuk kedalam kategori ibn sabil adalah orang

yang diusir dari negaranya dipisahkan dari hartanya secara

paksa.30

30
Rozalinda, Ffikih Ekonomi Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), cet 2, h 347-348

28
B. ORGANISASI PENGELOLAAN ZAKAT

Berdasarkan pasal 6,7,8,9,10 UU No 38 tahun1999 jo. Pasal 1 s.d. pasal


12, pasal 21,22,23,dan 24, KMA No. 581 tahun 1999, organisasi pengelolaan
zakat dapat dilakukan oleh:

1. Badan Amil Zakat (BAZ)

a. Pengertian badan amil zakat

Badan amil zakat adalah organisas pengelolaan zakat yang dibentuk


oleh pemerintah terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah dengan tugas
mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai
dengan ketentuan agama.Badan Amil Zakat meliputi Badan Amil Zakat
Nasional, Badan Amil Zakat Provinsi, Badan Amil Zakat Kabupaten/kota,
dan Amil Zakat Kecamatan.Untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat Badan Amil Zakat di semua tingkatan memebentuk unit
pengumpulan zakat.

Badan amil zakat terdiri dari unsur ulama, kaum cendikian, tokoh
masyarakat, tenaga professional dam wakil pemerintah.Mereka yang duduk
dalam badan amil zakat harus memenuhi persyaratan antara lain: memiliki
sifat amanah, adil, berdedikasi, professional dan berintegritas.

b. Tanggung jawab, wewenang dan tata kerja BAZ

1. Ketua pelaksana BAZ bertindak dan bertanggung jawab untuk

dan atas nama badan amil zakat baik kedalam maupun keluar.

2. Dalam melaksanakan tugasnya masing-masing badan amil zakat

menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan singkronisasi

dilingkungan masing-masing.

3. Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan badan amil zakat

bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan

bawahannya masing-masing dan memberikan bimbingan serta

petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.

29
4. Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan badan amil zakat

wajib mengikuti dan mematuhi ketentuan serta bertanggung

jawab kepada masing-masing atasan.

5. Setiap kepala divisi/bidang urusn badan amil zakat

menyampaikan laporan kepada ketua badan amil zakat.

6. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan badan amil zakat,

wajib diolah dan digunakan sebagai bahan untuk penyusunan

laporan lebih lanjut.

7. Dalam melaksanakan tugasnya setiap pimpinan satuan organisasi

badan amil zakat dibantu oleh kepala satuan organisasi

dibawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingan kepada

bawahannya masing-masing wajib mengadakan rapat berkala.

c. Tugas dan Fungsi BAZ

Sebagaimana termuat dalam Pasal 8 UU Nomor 38 Tahun1999 bahwa


tugas pokok dari Badan Amil Zakat adalah mengumpulkan,
mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan
agama. Secara lebih rinci tugas BAZ ini dikemukakan dalam Keputusan
Mentri Agama Nomor 581 Tahun 1999 Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan
Pasal 12.

Sedangkan fungsi BAZIS, sebagaimana termuat dalam Keputusan


Bersama Mentri Dalam Negri dan Mentri Agama Nomor 29 Tahun 1991
/47 Tahun 1991 tentang Pembinaan Badan Amil Zakat, Infak, Shadaqah
(BAZIS) Pasal 6, bahwa fungsi utama dari BAZIS adalah sebagai wadah
pengelola penerimaan, pengumpulan, penyaluran, dan pendayagunaan
zakat, infak, shadaqah dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat
sebagai wujud partisipasi umat islam dalam pembangunan nasional. Selain
itu, BAZIS juga berfungsi sebagai pembinaan dan pengembangan swadaya
masyarakat.

30
Dari pasal tersebut tampak bahwa fungsi dari BAZIS adalah
mengumpulkan zakat, infaq, dan shadaqah oleh BAZIS itu dilakukan
dengan cara menrima atau mengambil dari muzakki atas pemberitahuan
dari muzakki.

Hasil pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah dari masyarakat (umat


Islam) itu kemudian didayagunakan untuk kepentingan masyarakat yang
tidak mampu dan berhak mendapatkan bagian dari harta zakat (mustahiq).
Pendayagunaan zakat, infaq, dan shadaqah tersebut harus didasarkan pada
skala prioritas kebutuhan mustahiq. Selain itu, khusus bagi zakat harta
(mal), pendayagunaan zakat harus pula diorientasikan pada usaha-usaha
bersifat produktif. Upaya padagunaan harta zakat pada usaha-usaha yang
bersifat produktif itu dimaksudkan agar mustahiq tidak dididik menjadi
masyarakat yang bersifat konsumtif. Ketika diberi harta dari zakat, maka
mustahiq berpikir bagaimana memanfaatkan harta zakat itu menjadi modal
usaha. Dengan begitu, pada saat pembagiaan zakat berikutnya ia tidak lagi
menjadi mustahiq, malah kalau mungkin menjai muzakki.31

2. Lembaga Amil Zakat

a. Pengertian dan kedudukan lembaga amil zakat

Lembaga amil zakat adalah institusi pengelolaan zakat yang


sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat yang bergerak di bidang
da‟wah, pendidikan, social, dan kemaslahatan umat islam. Lembaga
amil zakat dikukuhkan, dibina, dan dilindungi oleh pemerintah, dan
dalam melaksanakan tugasnya lembaga amil zakat memberikan laporan
kepada pemerintah sesuai dengan tingkatanya.

b. Pengukuhan lembaga amil zakat

Pengukuhan lembaga amil zakat dilakukan oleh pemerintah, atas


usul lembaga amil zakat yang sudah memenuhi
persyaratan.Pengukuhan dilaksanakan setelah terlebih dahulu dilakukan
penelitian persyaratan. Pemerintah yang dimaksud dalam pengukuhan
lembaga amil zakat adalah:

1. Dipusat dilakukan oleh Menteri Agama.

31
Djazuli, Yadi Janwari, Lembaga-lembaga perekonomian umat, (Jakarta: PT Raja
Graindo Persad, 2002), Ed.1., Cet.1, h. 48-49

31
2. Di daerah dilakukan oleh gubernur atas usul kepala kantor

wilayah departeman agama provinsi.

3. Di dearah kabupaten/kota oleh bupati/wali kota atas usul kepala

kantor departeman agam kabupaten/kota.

4. Di daerah kecamatan oleh camat atas usul kepala kantor urusan

agama kecamatan.

c. Syarat-syarat lembaga amil zakat

Lembaga amil zakat yang diusulkan kepada pemerintah untuk


mendapat pengukuhan, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Berbadan hokum.

2. Memiliki data muzakki dan mstahik.

3. Memiliki program kerja.

4. Memiliki pembukuan.

5. Melampirkan surat pernyataan bersedia di anut.32

3. Kinerja Amil Zakat

a. Pengertian kinerja

Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik


organisasi tersebut bersifat profit oriented ataupun non profit oriented yang
dihasilkan selama satu periode tertentu. Secara lebih tegas Armstrong dan
Barron mengatakan “kinerja merupakan hasil pekerjaan yang hubungan
kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan
memberikan kontribusi ekonomi33 .Sedangkan menurut Indra bastian
kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan atau program atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,

32
Suparman Usman, Asas-asas dan pengantar studi hukum islam dalam tata hokum
Indonesia, (Jakarta: gaya media pratama, 2001), h 165-171
33
Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi, (Bandung: Alfabeta ,CV, 2014), h.
226

32
tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema
strategis (strategic planning) suatu organisasi.

Menurut Harbani Pasolong mengatakan bahwa kinerja mempunyai


beberapa elemen-elemen diantaranya yaitu:

1. Hasil kinerja yang dicapai secara individual atau secara institusi,

yang berarti kinerja tersebut adalah hasil akhir yang diperoleh

secara sendiri-sendiri atau kelompok.

2. Dalam melaksanakan tugas, orang atu lembaga diberikan

wewenang dan dan tanggungjawab, yang berarti orang atau

lembaga diberikan hak kekuasaan untuk ditindaklanjuti, sehingga

pekerjaannya dapat dilakukan dengan baik.

3. Pekerjaan haruslah dilakukan secara legal, yang berarti dalam

melaksanakan tugas individu atau lembaga tentu saja harus

mengikuti aturan yang telah ditentukan.

4. Pekerjaan tidaklah bertentangan dengan moral dan etika, artinya

selain mengikuti aturan yang telah ditetapkan, tentu saja

pekerjaan tersebut haruslah sesuai dengan etika dan moral yang

berlaku umum.34

b. Indikator Kinerja

Tiap individu, kelompok atau organisasi memiliki kriteria penilaian


tertentu atas kinerja dan tanggung jawab yang ditentukan. Secara
individual, kinerja seseorang ditentukan oleh beberapa bidang sebagai
berikut :
Kemampuan (ability), komitmen (commitment), umpan balik (feed
back), kompleksitas tugas (task complexity), kondisi yang menghambat
(situational constraint), tantangan (challenge), tujuan (gohl), fasalitas,

34
Irham Fahmi, Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2014), h 226-227

33
keakuran dirinya (self-afficacy), arah (direction), usaha (effort), daya tahan
/ ketekunan (persistenc), srategi khusus dalam menghadapi tugas (tesk
specific srategies).
Kinerja pegawai dapat dilihat dari : seberapa baik kualitas pekerjaan
yang dihasilkan, tingkat kejujuran dalam berbagai situasi, inisiati dan
prakarsa memunculkan ide-ide baru dalam pelaksanaan tugas, sikap
karyawan terhadap pekerjaan dalam suka atau tidak suka, menerima atau
menolak, kerja sama dan keandalan, pengetahuan dan keterampilan
tentang pekerjaan, pelaksanaan tanggung jawab, pemanfaatan waktu serta
pemanfaatan waktu secara efektif.
c. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja

Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi kerja atau kinerja seseorang


antara lain adalah lingkungan, prilaku manajemen, desain jabatan,
penilaian kinerja, umpan balik dan administrasi pengupahan. Dengan
demikian, dapat diartikan bahwa kinerja pegawai sangat dipengaruhi oleh
karakteristik individu yang terdiri atas, pengetahuan, keterampilan,
kemampuan, motivasi, kepercayaan niloai-nilai, serta sikap. 35
d. Pengertian amil zakat

Amil zakat adalah orang-orang yang terlibat atau ikut aktif dalam
organisasi pelaksanaan zakat.Kegiatan pelaksanaan zakat dari
mengumpulkan atau mengambil zakat dari muzakki, sampai
membagikannya kepada orang yang berhak menerima zakat tersebut
(mustahiq zakat).Termasuk di dalamnya penanggung jawab, perencana,
konsultan, pengumpul, pembagi, penulis dan orang-orang lain seperti
tenaga kasar yang terlibat dalam kegiatan pelaksanaan zakat tersebut.

Secara garis besarnya kegiatan amil zakat meliputi:

1. Mencatat nama-nama muzakki.

2. Menghitung besarnya harta zakat yang akan dipungut/ diambil

dari muzakki.

3. Mengumpulkan / mengambil harta zakat dari muzakki.

4. Mendoakan orang yang membayar zakat.

35
Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014 ), Ed.1, Cet. 2, h. 48-50

34
5. Menyimpan, menjaga dan memelihara harta zakat sebelum

dibagikan kepada mustahiq zakat.

6. Mencatat nama-nama mustahiq zakat.

7. Menentukan prioritas mustahiq zakat.

8. Menentukan besarnya bagian yang akan dibagikan kepada

mustahiq zakat.

9. Membagikan harta zakat kepada mustahiq zakat.

10. Mencatat / mengadminstrasikan semua kegiatan pengelolaan

tersebut, serta mempertanggung jawabkannya sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

11. Mendayagunakan harta zakat.

12. Mengembangkan harta zakat.36

Berdasarkan pengertian kinerja dan amil zakat diatas, dapat


disimpulkan bahwa kinerja amil zakat adalah: hsil yang diperoleh oleh
orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan dana zakat, agar
sesuai dengan tujuan dari organisasi pengelolaan zakat tersebut, sehingga
dana zakat yang diambil dari muzakki benar-benar sampai kepada
mustahiq dan diharapkan dengan pengelolaan yang baik dan benar tersebut
dapat mengurangi permasalahan ekonomi yang terjadi ditengah-tengah
masyarakat.

C. Harta Benda yang Wajib Dizakati

Menurut ahli fikih, harta yang wajib dizakati memiliki persyaratan


tertentu, yaitu termasuk hal yang dapat diharapkan perkembangannya, bukan
harta yang digunakan untuk menutupi kebutuhan. Kalau harta itu termasuk

36
Suparman Usman, Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum Islam Dalam Tata Hukum
Indonesia, (Jakarta; Gaya Media Pratama, 2001), h 162-163

35
yang dapatdiharapkan perkembangannya, ia wajib dizakati meskipun
pemiliknya belum mengembangkannya.37

Zakat ada dua macam, yaitu zakat mal dan zakat fitrah.Zakat mal adalah
zakat harta benda.Artinya zakat yang berfungsi membersihkan harta
benda.Sedangkan zakat fitrah disebut juga dengan zakat al-nafs (zakat jiwa).
Artinya zakat yang berfungsi membersihkan jiwa setiap orang islam dan
menyantuni orang miskin.38Sesuai dengan penjelasan diatas, maka zakat dapat
dikategorikam kedalam dua bagian.Pertama yaitu zakat fitrah (zakat
nafs/jiwa).Yaitu zakat yang dikeluarkan dan disalurkan kepada yang berhak di
bulan ramadhan sebelum tanggal 1 syawal (hari raya idul fitri).Zakat ini dapat
berbentuk bahan pangan atau makanan pokok sesuai dengan daerah yang
ditempati, maupun barang yang nilainya sebanding dengan ukuran/harga bahan
pangan atau makanan pokok tersebut.

Yang kedua yaitu zakat mal (harta) adalah zakat yang dikeluarkan untuk
menyucikan harta, apabila harta tersebut sudah memeuhi syarat-syarat wajib
zakat.

1. Harta yang wajib dizakati melalui zakat mal

a. Binatang ternak

Yang dimaksud binatang ternak disini, yaitu unta, sapi, dan


kambing,apabiladipelihara hanya untukdipertumbuhkan, bukan untuk
dipekerjakan, dan dalam setahun itu lebih banyak digembalakan di
padang rumput yang bukan milik seseorang.

b. Emas dan Perak

Zakat diwajibkan pada emas dan perak yang merupakan mata uang
yang dapat digunakan sebagai alat tukar. Adapun nisab dari zakat emas
dan perak yaitu sebesar 2,5%, maka dewasa ini tukar menukar dengan
uang kertas telah mengantikan emas dan perak, maka apa yang tertera
diatas, bahwa uang kertas adalah serupa borg (jaminan) yang wajib
dibayar zakatnya.

Akan tetapi, pendapat kebanyakan ahli fikih adalah bahwa uang


kertas ini merupakan mata uang yang mengganti fungsi emas dan perak,

37
Imam Saefuddin, Sistem, Prinsip, dan Tujuan Ekonomi Islam, (Bandung; CV. Pustaka
Setia, 1999), h 112
38
suparman usman, asas-asas dan pengantar studi hukum islam dalam tata hokum
indonesia, (Jakarta: gaya media pratam), h 161

36
maka kalau tidak wajib dizakati, itu artinya meniadakan zakat emas dan
perak.

e. Barang dagangan

Maksudnya ialah harta yang diperniagakan. Nisabnya sama dengan


nisab barang dagangan (komoditi, yaitu seharga 20 dirham emas =
77,56 gram emas). Ukuran zakatnya ialah 1/40-nya, apabila pemiliknya
tetap memiliki senisab tersebut sepanjang tahun.

Namun, imam maliki berpendapat bahwa syaratnya cukup kalau


pedagang itu memiliki senisab itu pada awal dan akhir tahun sebab
dalam berdagang ada kemungkinan untung atau rugi.Kerugian pada
awal tahun bukan berarti tidak memberikan kemungkinan padanya
menjadi orang kaya yang memiliki senisab pada awal dan akhir tahun
itu.

f. Hasil bercocok tanam dan buah-buahan

Hasil buah-buahan dan bercocok tanam wajib dizakati, jumhur ahli


fiqih berpendapat bahwa apa yang dihasilkan oleh bumi dan apa yang
dibuahkan oleh pepohonan tidak mempunyai nisab tertentu, dan juga
tidak disyaratkan melewati setahun tetapi diwajibkan zakat ketika
panen.

Ukuran zakatnya yang wajib ialah 1/10-nya kalau tanah itu diari
tampa alat, dan 1/20-nya kalau diari dengan alat. Itulah harta yang dapat
dieksploitasi pada masa Rasulullah SAW yang wajib
dizakati.Kesanalah orang-orang mengkhiasan hal-hal baru dari segala
macam hasil industri dan perdagangan. 39Selain dari harta benda
tersebut, belakangan ini para ulam modern memasukan atau
menganalogikan beberapa bentuk zakat yang belum dikenal pada
saatikan beberapa bentuk zakat yang belum dikenal pada saat
ini.Diantara zakat yang populer pada saat ini adalah; zakat uang, zakat
profesi, zakat invesatasi dan saham, zakat hadiah, zakat perusahaan dan
sebagainya.40

Dikalangan para ulama ada terdapat perbedaan pendapat mengenai


zakat yang dihasilkan dari bercocok tanam diantaranya yaitu:

39
Imam Saefuddin, Sistem, Prinsip, dan Tujuan Ekonomi Islam, (Bandung: CV.Puataka
Setia, 1999), h 113-116
40
Hikmat Kurnia dan Ade Hidayat, Panduan Pintar Zakat, (Jakarta: Qultummedia, 2008),
h 32

37
1. Al-hasan al-bashri, al- Tsauri dan as-Sya‟bi, berpendapat

bahwa hanya empat macam saja jenis tanaman yang wajib

dizakati: yaitu biji gandum, padi, kurma dan anggur.

Syaukani juga berpendapat demikian. Alas an kelompok ini

adalah, karena hanya itulah yang disebutkan dalam nash

(hadis)

2. Abu hanifah berpendapat, bahwa semua tanaman yang

diusahakan (diproduksi) oleh manusia, dikenakan zakat

kecuali pohon-pohonan yang tidak berbuah.

3. Abu yusuf dan Muhammad berpendapat, bahwa semua

tanaman yang bisa bertahan lama (satu tahun) tampa bahan

pengawet dikenakan zakat.

4. Malik berpendapat, bahwa tanaman yang bisa tahan lama,

kering, dan diproduksi dan diusahakan oleh manusia

dikenakan zakat.

5. Syafi‟i berpendapat, bahwa semua tanaman yang

mengenyangkan (member kekuatan), bisa disimpan (padi,

jagung) dan diolah manusia, wajib dikeluarkan zakatnya.

6. Ahmad bin hambali berpendapat, bahwa semua hasil

tanaman yang kering, tahan lama, dapat ditimbang (takar)

dan diproduksi (diolah) oleh manusia, dikenakan zakat.41

2. Hikmah zakat

41
Ali Hasan, Masail Fiqiyah, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet-4, h 7

38
Pada dasarnya semua isi ala mini diciptakan oleh Allah SWT bagi
kepentingan seluruh umat manusia.Keadaan tiap manusia berbeda, ada yang
memiliki harta benda, ada yang memiliki harta benda sampai batas nisab
zakat (kaya), ada yang memiliki harta benda tapi tidak sampai batas nishab
zakat, namuan ada pula yang tidak memiliki harta benda.

Oleh karena itu esensi ibadah zakat adalah tolong-menolong, menyantuni


orang-orang yang tidak mampu dan orang-orang yang sangat membutukan
pertolongan, serta menyeimbangkan pemanfaatan harta agar harta tersebut
tidak hanya berada di satu tangan saja. Disamping itu zakat juga
membersihkan harta dan jiwa orang yang berzakat, harta benda yang
dikeluarkan zakatnya akan bersih dan terus berkembang.

Ibadah zakat kalau dilaksanakan dengan benar, akan melahirkan dampak


positif baik bagi diri muzakki maupun bagi masyarakat pada umumnya, di
antaranya adalah:

1. Mengikis sifat kikir dan melatih seseorang untuk memiliki

sifat dermawan, yang dapat mengantarkan menjadi orang

yang dapat mensyukuri nikmat dari Allah SWT, untuk

mensucikan harta dan dirinya.

2. Menciptakan ketenangan dan ketentraman bagi pemberi dan

penerima zakat. Zakat dapat menghilangkan kedengkian

dan iri hati dalam masyarakat. Terjadinya kesenjangan

social dapat menimbulkan ketegangan, kecemasan dan

permusuhan dalam masyarakat.

3. Menjadi dorongan untuk terus mengembangkan harta

bendanya, baik dari segi mental spiritual maupun dari segi

ekonomi psikologis.

39
4. Menciptakan dan memelihara persatuan, persaudaraan

sesame umat manusia dan menumbuhkan solidaritas sosial

secara nyata dan berkesinambungan.42

D. KajianTerdahulu

1. Padapenelitian yang ditulis oleh Mardhi tentang peranan Badan Amil

Zakat nagari dalam mengelola zakat di Kanagarian Sungai Pua yang

mana tujuan nya yaitu untuk mengetahui adanya peran BAZ dalam

mengelola zakat di Kanagarian Sungai Pua dan juga mengetahui sejauh

mana peran BAZ menanggulangi kemiskinan di Kanagarian Sungai Pua.

2. Dari penelitian yang ditulisoleh Ahmad Fadli. Tentang faktor penyebab

tidak berperannya BAZ Kecamatan Malalak dalam pengelolaan zakat

yang mana tujuannya yaitu untuk mengetahui faktor penyebab tidak

berperannya BAZ Kecamatan Malalak dalam pengelolaan zakat.

3. Pada penelitian yang ditulis oleh Ria Riska Sari tentang efektivitas
pendistribusian zakat kepada usaha mikro yang mana tujuannya yaitu
untuk mengetahui dan menganalisis efektivitas pendistribusian zakat
kepada usaha mikro oleh PKPU cabang Bukittinggi.
Setelah membaca dan menganalisa hasil dari kajian terdahulu di
atas membahas tentang peranan Badan Amil Zakat nagari dalam
mengelola zakat, kemudian faktor penyebab tidak berperannya BAZ
Kecamatan Malalak dalam pengelolaan zakat, kemudian efektivitas
pendistribusian zakat kepada usaha mikro, sedangkan yang penulis teliti
pada saat sekarang ini yaitu mengenai bagaimana efektifitas
Pendistribusian Zakat oleh Baznas kapada Mustahik di Kabupaten Lima

42
Suparman Usman, Asas-Asas Pengantar Studi Hukum Islam Dalam Tata Hukum
Indonesia, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), h 160-161

40
Puluh Kota.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang diambil adalah deskriptif kualitatif, yaitu metode yang


dilakukan dengan menggambarkan objek penelitian berdasarkan fakta yang
ada dilapangan (field research). Penelitian kualitatif merupakan penelitian
yang menggunakan pendekatan naturalistic untuk mencari dan menemukan
pengertian dan pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang khusus.
Dalam konteks yang dibedakan dengan penelitian kuantitatif, penelitian
kualitatif diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan prosedur analisis
statistic atau cara kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif juga diartikan
sebagai penelitian yang berupaya membangun pandangan orang diteliti secara
rinci serta dibentuk dengan kata-kata.43

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

43
Tohirin, metode penelitian kualitatif dalam pendidikan dan bimbingan konseling,
(Jakarta: raja grafindo persada: 2013), h.2

41
1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di unit pengelolaan zakat, yaitunya badan


amil zakat (BAZ) kabupaten lima puluh kota.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan februari 2019 sampai dengan


selesai.

C. Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek darimana data dapat
diperoleh, maka penulis dalam hal ini dapat mengambil data dari berbagai
sumber seperti buku maupun karya tulis yang mendukung dan relevan
dengan penulisan.

Berdasarkan sumbernya, data dalam penelitian ini dapat


dikelompokan menjadi dua, yaitu :

1. Data primer adalah data yang diambil dari sumber pertama dilapangan,

data ini dapat dihasilkan melalui wawancara dan observasi kepa dapihik-

pihak yang terkait langsung dengan obyek penelitian44

2. Data sekunder adalah data yang didapat dari pihak lain atau data yang

didapat dari pihak kedua, data sekunder bisa juga didapat memalui

dokumen-dokumen yang berkaitandengan obyek yang diteliti45. Peneliti

menggunakan data ini sebagai data pendukung yang berhubungan dengan

permasalahn yang penulis bahas. Seperti data dari buku-buku, dokumen-

dokumen atau catatan-catatan atau data lainnya yang menunjang dalam

penelitian ini.

44
Burhan bungin, metodologi penelitian sosial dan ekonomi, (Jakarta: prenada media
group, 2013), cet 1, hal 128
45
Sugiyono, metode penelitian admininstrasi, (bandung: alfabeta, cv, 2014), cet 22,
hal156

42
D. Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan


informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, jadi ia mempunyai
banyak pengalaman tentang latar penelitian. Adapun yang menjadi informan
kunci dalam penelitian ini adalah pimpinan beserta karyawan badan amil
zakat kabupaten lima puluh kota.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan


menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya selain panca
indera yang lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Dalam
arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui
penggunaan panca indera.46

2. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan


penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai,
pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara
sekaligus dia bertindak sebagai pemimpin dalam proses wawancara
tersebut. Dia juga berhak menentukan materi yang akan diwawancarai
serta kapan dimulai dan diakhiri. Responden adalah orang yang
diwawancarai, dia dianggap menguasai data, informasi ataupun fakta dari
suatu obye kpenelitian.47Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur
maupun tidak terstruktur, dan juga dapat dilakuka nmemalui tatapmuka
(face to face) maupun dengan menggunakan telepon.

F. Teknik Analisis Data

Data yang peneliti dapat akan dianalisa dengan menggunakan metode


deskriptif kualitatif. Data yang muncul berupa data- data tertulis atau lisan
dari orang atau prilaku yang diamati yang diproses melalui catatan, kemudian
disusun dalam teks. Data-data yang diperoleh akan dianalisis dengan
beraturan dan intsruksional yang terdiri dari,

46
Burhan bungin, metodologi penelitian sosial dan ekonomi, (jakarta: prenada media
group, 2013), cet 1, hal 142
47
Burhan bungin, metodologi penelitian sosial dan ekonomi, (Jakarta: prenada media
group, 2013), cet 1, hal 133

43
1. Pengumpulan data sekaligus reduksi data.

Reduksi data diartikan sebagai pemilihan, pemusatan latihan pada


penyederhanaan, pengabstrakan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan catatan tulisan di lapangan (field note), dimana reduksi data
berlagsung secara terus menerus selama penelitian berorientasi kualitatif
berlangsung.

2. Penyajian data, setelah data direduksi disajikan dalam bentuk narasi.

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang


memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
keputusan yang harus berkembang menjadi sebuah siklus dan penyajian
data bisa dilakukan dalam sebuah matrik. Penyajian data diarahkan agar
data hasil reduksi terorganisirkan, tersusun dalam pola hubungan,
sehingga semakin mudah untuk dipahami dan memecahkan kerja
penelitian selanjutnya. Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data
yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disampaikan dan
memiliki makna tertentu.

3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Verifikasi atau penerikan kesimpulan merupakan sebagaian dari suatu


kegiatan kegiatan dari suatu kegiatan dan kongfigurasi yang
utuh.Dimana, kesimpulan kesimpulan diverifikasi selama penelitian
berlangsung. Penarikan kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari
reduksi data dan penyajian data, sehingga data dapat disampaikan, dan
peneliti masih berpeluang untuk menerima masukan, penarikan
kesimpulan sementara, masih dpat diuji kembali dengan data
dilapangan.48

48
Anis Fuad, Panduan Praktis Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h.
45-47

44
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota

1. Sejarah Berdirinya BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota

Ditahun 2003 Bupati Lima Puluh Kota Bapak Alis Marajo


menerbitkan surat keputusan No. 26 Tahun 3003 tentang pengelolaan
Zakat di Lima Puluh Kota. Sebagai realisasi pengelolaan Zakat tersebut,
Tanggal 20 April 2004 Bupati Lima Puluh Kota akhirnya mengeluarkan
surat keputusannya No. 235 tahun 2004 dan terbentuklah BAZNAS Lima
Puluh Kota dan tanggal 27 April 2004 pengurusnya langsung dilantik.

45
Ibarat bayi yang baru lahir, BAZNAS mulai berdiri, melangkah dan
berjalan, tentu tidak seperti orang yang melangkah dan berlari cepat.
Kerja keras dan semangat yang pantang menyerah, BAZNAS Lima
Puluh Kota terus bersinergi dan berupaya mengadakan sosialisasi zakat.
Setahun kemudian tepatnya tanggal 24 Oktober 2005 dengan surat edaran
Bupati Lima Puluh Kota No. 946/491/BKD/2005 kepad PNS di Lima
Puluh Kota diajak dan dihimbau untuk mengeluarkan zakat hasil
profeinya ke BAZNAS Lima Puluh Kota.49

Lembaran pertama buku Kas/Bank mencatat penerimaan zakat dari


PNS sebesar Rp. 4.823.100,-. Kemudian seiring berjalan waktu,
penerimaan zakat terus mengalami peningkatan, sehingga dalam jangka
waktu lima bulan, BAZNAS Lima Puluh Kota mendistribusikan dana
zakat perdananya kepada mustahiq sebesar Rp. 33.250.000,-.

BAZNAS 12 tahun berjalan dengan fasilitas kantornya yang


disediakan oleh Kemenag Lima Puluh Kota yang beralamat di Jl. Mr.
Syafruddin Prawiranegara, Sarilamak dan hanya berukuran 3X3 M2.
Namun semenjak tahun 2017 BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota
pindah ke Jl. Ade Irma Suryani Nasution No. 14a, Labuah Baru,
Payakumbuh Utara, Kota Payakumbuh, Sumatera Barat 26218, dan pada
bulan juli 2019 pindah kekantor baru yang beralamat di JL. M. Natsir
(Sumbar Riau) Jr. Ketinggian Nag. Sarilamak Kec. Harau 26271 sampai
sekarang.50 BAZNAS Lima Puluh Kota telah berhasil mengumpulkan
dana zakat sebesar Rp. 9.205.648.443,- (Sembilan Milyar Dua Ratus
Lima Juta Enam Ratus Empat Puluh Delapan Ribu Empat Ratus Empat
Puluh Tiga Rupiah) dengan jumlah mustahiq yang telah dibantu
sebanyak 15.725 orang mustahiq.

2. Visi dan Misi BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota

c. Visi

Terwujudnya pengelolaan zakat, infak dan shadaqah yang


amanah, profesional dan transparan yang bergerak dalam
mengumpulkan dan mendistribusikan, serta menumbuh
kembangkan dana umat islam untuk pemberdayaan kaum du‟afa.

d. Misi

49
Profil BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota
50
Hasil wawancara dengan bapak Nofrizal (sekretaris BAZNAS Kabupaten Lima Puluh
Kota), Tanjung Pati, 30 september 2019.

46
6) BAZNAS sebagai fasilitator, dinamisator dalam

pemberdayaan kaum du‟afa

7) Menjadikan BAZnas Lima Puluh Kota dalam mendukung

program pemerintah mengentaskan kemiskinan untuk

pemberdayaan kaum lemah.

8) Menjadikan BAZnas satu-satunya lembaga tempat

menyalurkan zakat, infak dan shadaqah.

9) Menjadikan BAZnas sebagai lembaga yang amanah,

profesional, transparan dalam mengelola dana umat islam.

10) Menjadikan BAZnas sebagai jembatan emas

menuju ladang amal dengan ikhlas dan jujur serta

mengharap Ridho Allah SWT.

3. Tujuan Didirikannya BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota

a. Pengumpulan Dana Zakat

Langkah-langkah yang dilakukan pengurus BAZNAS Kab.


Lima Puluh Kota dalam pengumpulan dana zakat adalah sebagai
berikut:

1) Memberikan masukan dan saran kepada Bupati agar

seluruh Kepala Dinas, Badan, Kantor dan Karyawan/I

dapat menyalurkan zakatnya melalui BAZNAS Lima

Puluh Kota.

2) Mengadakan sosialisasi langsung

3) Melaksanakan acara sadar zakat setiap bulan ramadhan

kemudian Bupati dan Kepala Dinas serta pengurus

47
BAZNAS langsung menyerahkan zakatnya ke bendahara

BAZNAS.

b. Mendistribusikan Dana Zakat.

1) Bantuan zakat produktif, diberikan kepada mustahiq miskin

yang sanggup berusaha sesuai dengan kemampuan dan usaha

yang dilakukannya, dan diawasi oleh seksi pendayagunaan.

2) Bantuan zakat konsumtif, disalurkan kepada mustahik miskin

yang tindak sanggup berusaha untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari.

3) Bantuan beasiswa, disalurkan kepada siswa/mahasiswa yang

berekonomi lemah yang akan dan sedang melanjutkan

pendidikan baik dalam maupun luar negri, kemudian untuk

siswa SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA juga disalurkan

bantuan rutin setiap awal tahun pelajaran.

4) Bantuan untuk biaya berobat bagi mustahiq yang sedang sakit

maupun yang sedang dirawat.

5) Bantuan bagi mustahik yang mendapat musibah kebakaran atau

terkena bencana alam.

6) Bantuan untuk muallaf yang baru masuk islam.

4. Program Pendistribusian BAZNAS Kabupaten Lima Puluh

Kota

48
Merujuk kepada Visi dan Misi BAZNAS Kabupaten Lima
Puluh Kota, item Program Kerja mulai dari tahun 2012 adalah
sebagai berikut.51

a. Lima Puluh Kota Religius

Terwujudnya bantuan terhadap kegiatan pengembangan


ummat dan syi‟ar islam. Alokasi dana 10% dari jumlah
pengumpulan, dengan program sebagai berikut:

1) Pengembangan umat inovatif dan kreatif melalui

bantuan/stimulan terhadap perorangan atau lembaga.

Besarnya bantuan maksimal Rp. 3.000.000,-.

2) Pengembangan syi‟ar islam. Besarnya bantuan

maksimal Rp. 5.000.000,-.

3) Paket semarak ramadhan bagi keluarga tidak

mampu. Besarnya bantuan maksimal Rp. 300.000,-.

b. Lima Puluh Kota Sehat

Terwujudnya pelayanan kesehatan bagi keluarga tidak


mammpu. Alokasi dana 15% dari jumlah pengumpulan dengan
program sebagai berikut:

1) Pemberian bantuan transportasi pulang berobat dari

puskesmas. Besarnya bantuan maksimal Rp.

4.000.000,-.

2) Pemberian bantuan berobat bagi keluarga tidak

mampu. Besarnya bantuan maksimal Rp.

7.500.000,-.

51
Profil BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota.

49
3) Pemberian bantuan berobat bagi keluarga tidak

mampu yang membutuhkan penanganan yang

khusus. Besarnya bantuan maksimal Rp.

50.000.000,-.

e. Lima Puluh Kota Cerdas

Terwujudnya peningkatan motivasi belajar dan SDM bagi


siswa dan mahasiswa. Alokasi dana 45% dari jumlah
pengumpulan dengan program sebagai berikut:

1) Pemberian beasiswa bagi;

a) SD/MI. Besarnya bantuan maksimal Rp.

200.000,-.

b) SMP/MTS. Besar bantuan maksimal Rp.

300.000,-.

c) SMA/SMK/MA. Besar bantuan maksimal Rp.

400.000,-.

2) Pemberian beasiswa perguruan tinggi:

a) D2, D3 dan S1. Besarnya bantuan maksimal

Rp. 500.000,- s/d Rp.2.000.000,-.

b) S2. Besarnya bantuan maksimal Rp. 1.000.000,-

s/d Rp. 2.500.000,-.

3) Pembinaan mahasiswa berprestasi. Besarnya

bantuan maksimal Rp. 1.500.000,-.

4) Pemberian bantuan penelitian S1 dan pascasarjana

serta penelitian sosial/keagamaan. Besarnya

50
bantuan maksimal Rp. 500.000,- s/d Rp.

2.000.000,-.

5) Pemberian bantuan transportasi dan biaya masuk

perguruan tinggi;

a) Luar provinsi. Besarnya bantuan maksimal Rp.

1.000.000,-.

b) Dalam provinsi. Besarnya bantuan maksimal

Rp. 500.000,-.

f. Lima Puluh Kota Makmur

Terwujudnya rumah yang memenuhi standard an layak huni


bagi keluarga tidak mampu. Alokasi dana 10% dari pengumpulan
dengan program sebagai berikut;

1) Pemberian bantuan perbaikan rumah tak layak huni.

Besarnya bantuan maksimal Rp. 7.000.000,- s/d Rp.

20.000.000,-.

2) Pemberian bantuan perbaikan lingkungan. Besarnya

bantuan maksimal Rp. 10.000.000,-.

g. Lima Puluh Kota Peduli

Terayomi masyarakat yang tertimpa bencana dan terlantar.


Alokasi dana 10% dari pengumpulan dengan program sebagai
berikut:

1) Pemberian bantuan tanggap darurat. Besarnya

bantuan maksimal Rp. 250.000,-.

51
2) Pemberian bantuan recovery pasca bencana.

Besarnya bantuan maksimal Rp. 1.500.000,- s/d Rp.

2.500.000,-.

3) Pemberian bantuan sosial yang sesuai dengan

syari‟at. Besarnya bantuan maksimal Rp.

1.500.000,-.

4) Pemberian bantuan pelatihan kerja (life skill) anak

terlantar. Besarnya bantuan maksimal Rp. 500.000,-.

5) Pemberian modal usaha (peralatan) untuk life skill.

Besarnya bantuan maksimal Rp. 3.500.000,-.

6) Pemberian bantuan untuk mu‟allaf. Besarnya

bantuan maksimal Rp. 500.000,- s/d Rp. 2.500.000,-

7) Pemberian bantuan kepada gharimin. Besarnya

bantuan maksimal Rp. 1.500.000,-.

h. Lima Puluh Kota Sejahtera

Terwujudnya peningkatan ekonomi dan usaha keluarga


tidak mampu. Alokasi dana 15% dari jumlah pengumpulan
dengan program sebagai berikut:

1) Pemberian bantuan terhadap usaha keluarga tidak

mampu. Besarnya bantuan maksimal Rp.

5.000.000,-.

52
2) Pemberian bantuan pembinaan dan pengembangan

usaha kelompok. Besarnya bantuan maksimal Rp.

25.000.000,-.

3) Pengadaan tempat usaha bagi usaha keluarga tidak

mampu. Besarnya bantuan maksimal Rp.

5.000.000,-.

4) Bantuan konsumtif. Besarnya bantuan maksimal

Rp. 1.500.000,-.

B. Konsep Pendistribusian Zakat

Undang-Undang No 23 Tahun 2011 menjelaskan bahwasannya


ada 2 bentuk penyaluran dana zakat yaitu konsumtif dan produktif.
Konsumtif yaitu, untuk memenuhi kebutuhan hidup mustahiq dan
tidak adanya peningkatan diri pada diri mustahiq. Sedangkan
produktif, dana tersebut adalah modal untuk para mustahiq yang
mengalami kondisi ekonomi lemah untuk berwira usaha dan
meningkatkan kualitas hidup mustahiq, baik dari segi sosial, ekonomi,
dan agama di setiap tahunnya. 52

Undang-Undang No 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat


Bab III pasal 27 juga telah menjelaskan bahwa zakat juga bisa
digunakan untuk usaha produktif. Dengan adanya penyaluran zakat
dengan usaha produktif ini, diharapkan para penerimanya dapat
menghasilkan sesuatu secara terus menerus melalui dana yang
diterimannya. dana tersebut tidak dihabiskan melainkan
dikembangkan dan digunakan untuk usaha mereka sehingga penerima
zakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kegiatan utama BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota adalah


menghimpun dana zakat dan melakukan pengelolaan terhadap dana
zakat yang telah dihimpunnya untuk kesejahteraan ummat.

BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota dengan visinya


“Terwujudnya Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah yang amanah,

52
Undang-undang No 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.

53
professional dan transparan yang bergerak dalam mengumpulkan,
mendistribusikan serta menumbuh kembangkan dana umat islam
untuk pemberdayaan kaum dhu‟afa” melalui bidang pendistribusian
BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota, telah mencoba
mendistribusikan dana zakat sebagai modal usaha yang tujuannya
adalah agar zakat tersebut berkembang sehingga tujuan zakat
tercapai.53

Pendistribusian dana zakat yang dilakukan oleh pihak


BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota ada yang namanya penyaluran
zakat secara produktif dan ada penyaluran zakat secara konsumtif.

1. Penyaluran zakat produktif

Bagi setiap calon mustahiq yang akan menerima bantuan dana


zakat dari BAZNAS harus terlebih dahulu memenuhi persyataran
yang telah ditentukan oleh pihak BAZNAS untuk bisa mendapatkan
dana tersebut. Hal ini dilakukan agar dana zakat yang diberikan tidak
salah sasaran dan yang menerima zakat tersebut juga memanfaatkan
zakat tertsebut sebagaimana mestinya. Diantara persyaratan yang
harus dipenuhi oleh calon mustahiq untuk bisa mendapatkan bantuan
dana dari BAZNAS Kab. Lima Puluh Kota adalah: KTP, KK, dan
surat keterangan tidak mampu (SKTM) yang dikeluarkan oleh wali
nagari masing-masing calon mustahiq dan kartu pendukung lainnya
yang dikeluarkan oleh dinas sosial.54 Akan tetapi disini tidak semua
mustahiq yang mendapatkan kartu miskin yang dikeluarkan oleh dinas
sosial tetapi mereka merupakan keluarga miskin yang mampu
berusaha tetapi tidak mempunyai modal untuk mengembangkan usaha
tersebut.55

Didalam penyaluran zakat produktif orang-orang yang seperti


inilah yang dicari oleh pihak BAZNAS agar mustahiq itu bisa
mengembangkan jenis usaha yang sedang dijalaninya dan bisa
menopang kehidupan mereka yang sebelumnya mungkin hanya cukup
untuk membiayai kehidupan sehari-hari saja, bahkan bisa dikatakan
tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari mustahik, tetapi
diharapkan setelah mereka bisa memanfaatkan bantuan zakat yang

53
Profil BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota.
54
Wawancara dengan bapak H. Akmul, DS (wakil ketua BAZNAS Kab. Lima Puluh
Kota), Tanjung Pati, 30 september 2019.
55
Wawancara dwngan bapak h. Akmul, DS (wakil ketua BAZNAS Kab. Lima Puluh
Kota), Tanjung Pati, 30 september 2019.

54
diberikan, mereka bisa keluar dari garis kemiskinan yang sudah
mereka derita. Dan juga diharapkan suatu saat mereka juga bisa
menjadi muzakki agar bisa menolong saudara-saudara mereka yang
berada digaris kemiskinan namun mempunyai skill dan kemampuan
untuk berusaha.

Jadi pemberian zakat produktif ini sangat bermanfaat bagi


orang-orang yang mempunyai kemampuan dalam berusaha namun
tidak mempunyai modal dalam mengembangkannya.

2. Penyaluran zakat konsumtif

Sebagaimana yang telah sama kita ketahui bahwasannya zakat


konsumtif yaitu penyaluran zakat yang diberikan oleh pihak
BAZNAS kepada mustahik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
didalam penyaluran zakat konsumtif tidak ada peningkatan kualitas
ekonomi dari mustahiq itu sendiri. Pemberian zakat konsumtif ini
diberikan kepada mustahiq yang miskin tetapi tidak bisa lagi untuk
berusaha atau bekerja, maka penyaluran zakat yang tepat bagi orang-
orang yang seperti ini adalah zakat konsumtif.56

C. Proses Pendataan Mustahik Zakat di Kab. Lima Puluh Kota

Melalui wawancara yang penulis lakukan dengan wakil ketua


BAZNAS Kab. Lima Puluh Kota Bapak Akmul DS, yang mana
pendataan mustahiq zakat yang ada di Kab. Lima Puluh Kota belum
dilaksanakan secara maksimal, karna sejak berdirinya BAZ Kab. Lima
Puluh Kota yang pendataan secara langsung dilakukan oleh pengelola
zakat hanya 5 kecamatan dari 13 kecamatan yang ada di Kab. Lima
Puluh Kota. Diantara lima kecamatan tertsebut yaitu, kecamatan
Harau yang merupakan tempat didirikannya BAZNAS Kab. Lima
Puluh Kota, kecamatan Mungka, kecamatan Guguak, kecamatan
Lareh Sago Halaban, dan kecamatan Situjuah. Sedangkan data
mustahiq dari kecamatan lainnya hanya diketahui oleh pengelola zakat
melalui calon mustahiq yang mengajukan bantuan zakat kepada
BAZNAS. Sehingga data mustahiq di Kab. Lima Puluh Kota tidak
terdata secara baik, hal ini juga dikarenakan karna pihak pengelola

56
Wawancara dengan bapak H. Jayusman (wakil ketua BAZNAS Kab.Lima Puluh Kota
bagian pengumpulan), 30 september 2019.

55
zakat juga tidak bekerja sama dengan instansi lainnya dalam
pengambilan data mustahiq zakat.57

D. Proses Penetapan Maustahiq Zakat Oleh BAZNAS Kab. Lima

Puluh Kota.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan


salah seorang wakil ketua BAZNAS Kab.Lima Puluh Kota bagian
pengumpulan, bahwasannya proses penetapan mustahiq baik zakat
produktif maupun zakat konsumtif adalah sebagai berikut58.

1. Pengusulan calon mustahiq

Pihak-pihak yang terkait akan mengusulkan mustahiq yang


memang berhak untuk mendapatkan zakat yang dihimpun melalui
BAZNAS Kab. Lima Puluh Kota, proses ini dilakukan agar
semua mustahiq yang memang harus mendapatkan bantuan dari
BAZNAS Lima Puluh Kota bisa terbantu dengan adanya bantuan
zakat ini, diharapkan dapat untuk mengurangi kemiskinan yang
ada di Kab. Lima Puluh Kota, dan dalam pemerataan
pendistribusian zakat kepada mereka yang juga belum pernah
tersentuh oleh bantuan zakat yang di programkan oleh BAZNAS
Kab. Lima Puluh Kota melalui visi dan misinya.

Hal ini juga untuk membantu mereka keluar dari


kemiskinan yang sudah mereka derita, agar para mustahiq baik
yang mempunyai usaha bisa mengembangkan usahanya, dan
begitupun bagi mustahiq yang memang tidak bisa berusaha
sekalipun juga bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
bantuan zakat yang diberikan, hal ini dilakukan tak lain adalah
untuk mengurangi dan bahkan diharapkan untuk mengatasi
masalah social lainyya yang dapat timbul dari perekonomian
masarakat.

57
Wawancara dengan bapak H Akmul, DS, (wakil ketua BAZNAS Lima Puluh Kota), 30
september 2019.
58
Wawancara dengan bapak H. Jayusman, (wakil ketua BAZNAS Lima Puluh Kota
bagian pengumpulan), 30 setember 2019.

56
2. Survey calon mustahiq kelapangan.

Proses survey secara langsung dilakukan oleh petugas


BAZNAS Kab. Lima Puluh Kota ke lapangan atas calon-calon
yang mustahiq yang akan mendapatkan bantuan dari dana zakat
yang dihimpun oleh BAZNAS Kab. Lima Puluh Kota.

3. Sidang hasil survey dan penetapan mustahiq zakat.

Dari hasil survey calon mustahiq, maka melalui siding


penetapan mustahiq zakat maka disini petugas BAZNAS akan
menetapkan mustahi-mustahik zakat, baik yang akan menerima
zakat produktif maupun yang akan menerima zakat konsumtif.59

E. Proses pendistribusian zakat oleh BAZNAS Kab. Lima Puluh

Kota kepada mustahiq yang terpilih

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan proses


ataupun tahapan persiapan yang dilakukan oleh pengelola zakat dalam
pembagian bantuan zakat kepada mustahik di Kab. Lima Puluh Kota
dilakukan secara terstruktur dan transparan, maka untuk mendukung
kelancaran dalam pendistribusian bantuan zakat kepada mustahiq
yang terpilih melalui proses penetapan calon mustahiq. Pihak
pengelola zakat membentuk panitia dan menentukan tempat dan
jadwal penyerahan zakat kepada mustahiq yang ada di Kab. Lima
Puluh Kota.

Tahapan pembentukan panitia penyaluran zakat dilakukan agar


setiap kegiatan yang dilakukan terstruktur dan berjalan sesuai dengan
apa yang diharapkan, panitia yang ditunjuk dalam tak lain juga
merupakan orang-orang yang berada dilingungan pengelola zakat di
BAZNAS Kab. Lima Puluh Kota itu sendiri. Panitia yang terpilih
sebagai pelaksan dalam kegiatan penyaluran zakat akan menghubungi
seluruh mustahiq yang akan menerima bantuan zakat tersebut.

Tahapan pemberian bantuan zakat kepada mustahiq, sebagai


mana penulis ketahui dari hasil wawancara dengan bapak H. Akmul,
DS, dimana beliau menyampaikan “pendistribusian zakat kepada
mustahiq yang terpilih melalui hasil survey dan siding penetapan

59
Wawancara dengan bapak H. Jayusman, (wakil ketua BAZNAS Kab. Lima Puluh Kota,
bagian pengumpulan), 30 september 2019.

57
mustahiq, maka penyalurannya dilakukan secara per periodek,
maksudnya pelaksanaan penyaluran zakat dilakukan dua kali dalam
setahun yaitu pada bulan februari dan bulan juni”.60

Dalam proses pendistribusian zakat kepada mustahiq panitia


juga menentukan tempat pelaksanaan penyerahan bantuan zakat
kepada mustahiq, tempat penyerahan zakat biasanya dilakukan
berdasarkan zakat yang diberikan, penyaluran zakat produktif dan
zakat konsumtif tempat penyaluran zakatnya langsung di kantor
BAZNAS Kab. Lima Puluh Kota yang dalam penyerahannya
langsung diberikan oleh ketua BAZNAS Kab. Lima Puluh Kota,
sedangkan penyaluran zkat kepada pelajar yang ada di Kab. Lima
Puluh Kota dilakukan di aula kantor bupati Lima Puluh Kota, yang
mana penyerahannya diberikan langsung oleh Bupati Kab. Lima
Puluh Kota.

Diantara bentuk penyaluran zakat produktif yang dilakukan


oleh BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota disesuaikan dengan apa
yang dicantumkan oleh calon mustahiq didalam permohonan bantuan
dana zakat, diantara bentuk penyalurannya adalah:

Tabel 4:1

Bentuk dan jumlah pendistribusian zakat produktif

No Nama Jenis Usaha Bantuan (Rp)


1 Yumita Ternak ayam kampung Rp. 750.000
2 Andri Budidaya lele Rp. 1.000.000
3 Hendri Jualan sayur Rp. 1.000.000
4 Novi Jualan ikan basah Rp. 2.000.000
5 Yelfi Kedai gorengan Rp. 1.000.000
6 Yolanda Jual air aka Rp. 1.000.000
7 Lisma Jualan kerupuk ubi Rp. 2.000.000
8 Desi Barang harian Rp. 2.000.000
9 Hamli Kerupuk sanjai Rp. 2.000.000
10 Hayatun Jualan bubur Rp. 1.000.000

60
Wawancara dengan bapak H.Akmul ,DS, (wakil ketua BAZNAS Lima Puluh Kota), 30
september 2019.

58
11 Merlena Kedai harian Rp. 1.000.000
12 Gusni Jualan bakso Rp. 1.500.000
13 Netri Sarapan pagi Rp. 1.000.000
14 Mawati Jahit pakaian Rp. 2.000.000
15 Zul Memetik kelapa Rp. 1.500.000
16 Fadly Jualan dedak Rp. 2.000.000
17 Mardian Gerendong Rp. 1.000.000
18 Nurlaili Membuat rendang Rp. 1.000.000
19 Nur asni Warung minuman Rp. 1000.000
20 Devi Kebun jahe Rp. 1.500.000
21 Gusri Potong rambut Rp. 2.000.000
22 Revrida Ternak itik Rp. 1.500.000
23 Evi Jualan telur gulung Rp. 500.000
24 Adis Jualan martabak Rp. 2.000.000
25 Roni Jualan harian Rp. 2.000.000
Sumber: laporan SPJ BAZNS Kabupaten Lima Puluh Kota

Didalam penyaluran zakat, khususnya zakat produktif para


mustahiq memang diharapkan bisa menggunakan dana tersebut secara
maksimal, dengan harapan pihak BAZNAS para mustahiq yang
mendapatkan bantuan produktif tidak menjadi mustahiq selamanya,
tetapi juga bisa menjadi muzakki di kemudian hari dan juga bisa
membantu masyarakat sekitarnya untuk mengembangkan usaha,
karena pengawasan yang belum maksimal dilakukan oleh pengelola
zakat kepada mustahiq penerima zakat produktif. Maka harapan
pengelola zakat kepada mustahiq yang mendapatkan bantuan zakat
produktif, mereka diharapkan sebagai berikut:

1. Dengan bantuan zakat produktif tersebut benar-benar

digunakan untuk modal usaha mustahiq.

2. Dengan bantuan zakat produktif tersebut mereka diharapkan

dapat meningkatkan perekonomian atau pendapatannya,

karena dengan modal yang sudah diberikan oleh BAZNAS

59
Kab. Lima Puluh Kota ditambah dengan skill dan

kemampuan yang dimiliki akan lebih memudahkan untuk

pengembangan usaha yang dimilikinya.

3. Dengan dana zakat tersebut diharapkan dapat mengurangi

kemiskinan yang ada disekitar kita, karena bantuan ini

diberikan kepada orang-orang yang mau berusha tetapi

keterbatasan dalam masla modal. Sebagaimana yang

disampaikan oleh bapak H. Jayusman melalui wawancara

yang peneliti lakukan “dengan bantuan zakat ini diharapka

dapat mengurangi kemiskinan di Kab. Lima Puluh Kota,

karena salah satu tujuan dari zakat adalah untuk

mengangkat saudara-saudara kita yang kekurangan dalam

ekonomi, dan juga dengan zakat merupakan salah satu cara

untuk pemerataan dan menumbuhkan ekonomi umat”.61

Dalam kegiatan penyerahan bantuan zakat ini, pengelola zakat


juga memberikan motivasi dan pengarahan kepada mustahiq agar dana
tersebut betul-betul digunakan sebaik-baik mungkin, mendorong
masyarakat untuk lebih baik kedepannya sesuai yang termuat dalam
visi BAZNAS Kab. Lima Puluh Kota yaitu untuk pemberdayaan kaum
Du‟afa.62

Tabel 4:2

Data pengumpulan dan penyaluran zakat

N TAHUN PENERIMAAN PENYALURAN SISA % SISA

61
Wawancara dengan bapak H.Jayusman, (wakil ketua BAZNAS Lima Puluh Kota,
bagian pengumpulan), 30 september 2019.
62
Wawancara dengan bapak H.Akmul,DS, (wakil ketua BAZNAS Lima Puluh Kota), 30
september 2019.

60
O ZAKAT ZAKAT
1 2008 Rp. Rp. Rp. 10.267.000 1,01 %
1.011.350.000 1.001.083.000
2 2009 Rp. Rp. 980.021.850 Rp. 40.614.150 3,98 %
1.021.436.000
3 2010 Rp. Rp. Rp. 29,19 %
1.526.129.100 1.080.783.900 445.342.200
4 2011 Rp. Rp. Rp. 10,4 %
1.895.321.150 1.698.127.800 197.193.350
5 2012 Rp. Rp. Rp. 5,25 %
2.098.114.972 1.987.876.000 110.238.972
6 2013 Rp. Rp. Rp. 20.330.241 1%
2.021.980.241 2.001.650.000
7 2014 Rp. Rp. Rp. 21,22 %
1.986.564.781 1.564.890.000 421.674.781
8 2015 Rp. Rp. Rp. 41.355.021 2,01 %
2.053.123.021 2.011.768.000
9 2016 Rp. Rp. Rp. 7,66 %
2.381.216.974 2.198.812.000 182.404.974
10 2017 Rp. Rp. Rp. 50,62 %
2.083.526.043 1.028.713.948 1.054.812.098
Sumber; Data BAZNAS Lima Puluh Kota

Dari hasil penhimpunan dan penyaluran zakat diatas dapat kita


ketahui, bahwasannta kinerja Badan Amil Zakat Kabupaten Lima
Puluh Kota dalam penyaluran zakatnya sudah dapat dikatakan efektif.
Hai ini dapat kita lihat dari persentase sisa dari penyaluran zakat yang
dilakukan mulai dari Tahun 2008 sampai pada Tahun 2016 itu sudah
mencapai diatas 50 %, walaupun pada tahun 2017 tingkat efektif
penyalurannya berada dibawah 50 %.

F. Kinerja Badan Amil Zakat Kabupaten Lima Puluh Kota

61
Pendistribusian zakat juga sangat terbantu dengan adanya
badan amil zakat yang dibentuk, sehingga dana zakat tersebut tidak
hanya saja tertumpuk kepada satu mustahiq saja, dengan adanya
lembaga pengelola zakat sangat membantu dalam penghimpunan dan
pendistribusian zakat kepada orang-orang yang benar-benar
membutuhkan63.

1. Tentang penyaluran zakat

Penyaluran zakat baik produktif maupun konsumtif di Kab.


Lima Puluh Kota, bahwa penyaluran dana zakat dari muzakki
dikumpulkan BAZNAS Kab. Lima Puluh Kota, dan BAZNAS
yang berwenang dan bertugas untuk membagikan atau
menyalurkan dana zakat kepada mustahiq yang dianggap pantas
untuk menerimanya, sebagian muzakki lain ada juga yang
menyerahkan sendiri zakat mereka ke mustahiq, tetapi lebih banyak
muzakki yang menyerahkan zakat mereka melalui BAZNAS.

Proses pengususlan mustahiq yang memang berhak


menerima zakat yang berada di Kab. Lima Puluh Kota, proses ini
dilakukan untuk mengurangi kemiskinan yang ada di Kab. Lima
Puluh Kota, proses yang dilakukan diantaranya yantu; pengusulan
calon mustahiq, setelah pengusulan maka petugas dari badan amil
zakat Kab. Lima Puluh Kota akan melakukan survey langsung
terhadap calon mustahiq yang akan diberikan bantuan zakat agar
dana zakat yang diberikan benar-benar tepat pada sasaranya,
setelah survey langsung bari di tetapkan mustahiq yang akan
barhak mendapatkan bantuan zakat dari BAZNAS Kab. Lima
Puluh Kota.

Para mustahiq yang akan menerima bantuan zakat ini tidak


mudah, karena mereka harus memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan oleh pengurus zakat Kab. Lima Puluh Kota. Untuk
mendapatkan zakat ini penulis menemukan bahwa mustahiq yang
akan menerima zakat tersebut harus memiliki kartu miskin yang
dikeluarkan oleh dinas sosial, sehingga yang boleh menerima zakat
itu betul-betul merupakan dari keluarga miskin saja. Yang
dimaksud keluarga miskin disini adalah mustahiq yang mampu atau

63
Wawancara dengan bapak H.Akmul, DS (Wakil Ketua BAZNAS Lima Puluh Kota), 30
september 2019.

62
mustahiq yang mempunyai skill akan tetapi mereka tidak
mempunyai modal untuk mengembangkan usaha mereka.

Proses penetapan calon mustahiq zakat dilakukan melalui


beberapa tahap yaitu: pemeriksaan data calon mustahiq melalui
permohonan yang diusulkan kepada BAZNAS Kab. Lima Puluh
Kota, kemudian disidangkan dihadapan pengurus melalui rapat
untuk menetapkan calon mustahiq menjadi mustahiq.

Dalam pemberian dana zakat oleh BAZNAS Kab. Lima


Puluh Kota masih belum merata, hal ini disebabkan karena belum
efisiennya pendataan yang dilakukan oleh pegelola zakat di Kab.
Lima Puluh Kota, sehingga data mustahiq yang dimiliki oleh
BAZNAS Kab. Lima Puluh Kota tidak valid karena data yang
didapat hanyalah melalui permohonan yang diusulkan oleh calon
mustahiq. Pemberian zakat kepada mustahiq baik yang produktif
maupun konsumtif adalah dalam berbentuk uang.

Disamping itu penulis juga mendapati bahwasannya ada


beberapa petugas BAZNAS hanya memberikan dana zakat kepada
saudara-saudara, karib kerabat mereka saja, hal ini sangat
disayangkan hanya memandang sebelah mata saja, sedangkan
banyak masyarakat lain yang sangat membutuhkan bantuan zakat
tersebut.

Jika dilihat dari segi efektif penyaluran dana zakat yang


terhimpun, maka Badan Amil Zakat Kabupaten Lima Puluh Kota
sudah dapat dikatakan efektif, karena dari zakat yang terkumpul
pada Tahun 2008 sampai pada Tahun 2016 persentase
penyalurannya sudah berada diatas 50 %, walawpun pada Tahun
2017 kembali berada pada angka dibawah 50 %.

2. Penggunaan zakat oleh mustahiq

Sebagaimana yang telah penulis paparkan diatas,


bahwasannya penggunaan dana zakat yang diberikan oleh
BAZNAS Kab. Lima Puluh Kota kepada mustahiq yaitunya untuk
bantuan pendidikan para pelajar dari keluarga yang tidak mampu
yang berada di Kab. Lima Puluh Kota. Bantuan konsumtif bagi
para mustahiq yang yang tidak bisa bekerja, maka untuk membantu
memenuhi kebutuhan hidupnya BAZNAS Kab. Lima Puluh Kota
memberikan bantuan dengan program zakat konsumtif, disamping

63
itu juga memberikan bantuan kepada masyarakat Kab. Lima Puluh
Kota yang terkena bencana ataupun yang dirawat di rumah sakit.
Dan yang terakir yaitunya memberikan bantuan dengan program
zakat produktif kepada mustahiq yang bisa bekerja tetapi tidak
mempunyai modal untuk berusaha.

3. Peranan BAZNAS Kab. Lima Puluh Kota dalam menuntaskan

kemiskinan di Kab. Lima Puluh Kota.

Zakat merupakan suatu kewajiban yang harus ditunaikan


bagi setiap umat muslim yang hartanya sudah mencapai nishab
(batas minimal untuk mengeluarkan zakat). Selain itu zakat juga
merupakan rukun islam yang ketiga, dan salah satu tujuan dari
zakat ini adalah untuk menyeimbangkan antara orang yang
kelebihan dana dengan orang yang kekurangan dana, sehingga akan
tercipta perekonomian yang stabil.

Maka salah satu harapan dengan adanya BAZNAS Kab.


Lima Puluh Kota adalah untuk mengurangi kemiskinan yang ada di
Kab. Lima Puluh Kota sesuai dengan visinya yaitu pemberdayaan
kaum du‟afa dan juga untuk pemerataan pendapatan masyarakat,
tetapi hal ini masih jauh dari yang diharapkan karena diharapkan
dari beberapa hal diantaranya yaitu, masih belum validnya data
mustahiq oleh pengelola zakat, sehingga para mustahiq yang
berada di pinggiran Kab. Lima Puluh Kota tidak bisa merasakan
bantuan zakat tersebut.

Disamping pendataan yang belum baik, masih ada beberapa


dari pengelola zakat yang hanya memberikan bantuan zakat kepada
orang-orang terdekat mereka, sehingga hal ini tentu tidak sesuai
dengan tujuan zakat yang sebenarnya. Sehingga dari sepanjang
penulis amati sejak berdirinya BAZNAS Kab. Lima Puluh Kota
sampai sekarang masih ada mustahiq yang berhak menurut penulis
untuk mendapatkan bantuan dana zakat dari BAZNAS Kab. Lima
Puluh Kota, baik itu berupa zakat produktif maupun konsumtif.

Maka dari itu untuk bisa menertibkan persoalan zakat,


khususnya di Kabupaten Lima Puluh Kota ini perlu adanya
pemecahan masalah dengan berbagai strategi yang bisa
menyadarkan masyarakat untuk membayar zakat dan pengelolaan

64
zakat, supaya dapat mendistribusikan zkat secara tepat dan benar,
diantara cara tersbut adalah:

a. Sosialisasi kepada masyarakat, yaitu pemberitahuan kepada

masyarakat tentang apa itu zkat dan apa manfaatnya bagi

lahir dan bathin. Sebab, tampa mengetahui hal itu terkadang

masyarakat itu merasa tidak mengerti dengan zakat.

Akhirnya tidak membayar zakat dan akan menyebabkan

kehancuran pada zakat tersebut. Bentuk penyampaian

kepada masyarakat itu dapat berupa training, seminar,

workshop. Dengan dibantu oleh pakar-pakar dalam bidang

zakat.

b. Penguatan kepada badan amil zakat untuk selalu bersikap

adil, jujur, dan professional. Lembaga zakat sama halnya

dengan lembaga perbankan yang bermodalkan kepercayaan

dari muzakki, jadi bagaimana membuat masyarakat bisa

percaya pada lembaga dengan berbagai tindakan dan

kegiatan yang ada. Maka dalam hal ini peranan amil zakat

sangat berpengaruh dalam menjalankan program

pendistribusian zakat agar dana tersebut benar-benar

terdistribusi secara merata kepada asnaf yang delapan

tersebut

c. Mensinergikan dan saling kerjasama antara lapisan

masyarakat, pemerintah, tokoh agama dan juga para amil

zakat. Dengan adanya hubungan tersebut maka akan terasa

65
mudah untuk mendistribusikan zakat ke berbagai ke seluruh

wilayah kerja BAZNAS tersebut.

G. Analisis Penulis

Dari semua paparan diatas, dapat penulis analisis bahwasannya


zakat merupakan kewajiabn yang harus ditunaikan oleh setiap kaum
muslim yang mempunyai kelebihan harta, dimana harta tersebut sudah
mencapat nisab dan haulnya, nisab yang dimaksud adalah batasan
harta kekayaan yang dimiliki seseorang sehingga dia wajib untuk
mengeluarkan zakatnya, dimana pengeluaran zakat ini mempunyai
dua unsur yang saling berkaitan yaitunya, pertama hubungan kepada
Allah SWT sebagai tanda syukur terhadap segala nikmat harta yang
telah diberikan kepada kita, dan yang kedua hubungan sesama
manusia yang merupakan kewajiban untuk saling tolong menolong
dan juga untuk menghindari jurang pemisah antara sikaya dan
simiskin, dan juga untuk mencegah kejahatan sosial yang dapat
ditimbulkan dari kemiskinan.

Disamping harta tersebut mencapai nishab, ia juga sampai satu


haul. Haul yang dimaksud yaitu batasan seseorang dalam
mengeluarkan zakat yang dihitung dalam satu tahun bulan
khomariyah, maka apabila seseorang tersebut mempunyai harta yang
banyak tetapi melum mencukupi satu haul maka ia belum wajib untuk
membayar zakat. Dengan adanya batasan pelaksanaan dalam
menunaikan zakat ini diharapkan harta tersebut tidak hanya berada
ditangan orang-orang yang kaya saja. Maka salah satu cara dalam
islam dalam mengatur keuangan adalah dengan diperintahkannya
zakat atas orang-orang yang diberi kelebihan harta.

Maka untuk menertibkan pelaksanaan zakat di Kabupaten


Lima Puluh Kota, maka pemerintah daerah Kabupaten Lima Puluh
Kota mengeluarkan surat keputusan No 26 Tahun 2003 tentang
pengelolaan zakat di Kabupaten Lima Puluh Kota. Dengen keluarnya
surat keputusan ini maka sudah pasti dengan harapan kegiatan
pelaksanaan zakat di Kabupaten Lima Puluh Kota akan lebih baik
kedepannya untuk menopang dan menggerakkan perekonomian
ummat. Sesuai dengan misinya BAZNAS Lima Puluh Kota yaitunya
terwujudnya pengelolaan zakat, infak dan shadaqah yang amanah,
professional dan transparan yang bergerak dalam mengumpulkan dan

66
mendistribusikan, serta menumbuh kembangkan dana umat islam
untuk pemberdayaan kaum du‟afa.

Maka dari paparan penulis diatas ada beberapa poin yang


dapat penulis analisis tentang kinerja badan amil zakat (BAZ)
Kabupaten Lima Puluh Kota diantaranya:

1. Pendataan mustahiq di Kabupaten Lima Puluh Kota, dimana

sama-sama kita ketahui pada uraian diatas bahwasannya

pendataan yang mustahiq yang dilakukan oleh badan amil

zakat Kabupaten Lima Puluh Kota belum maksimal, karena

pendataan yang dilakukan untuk mendapatkan data yang

akurat terhadap jumlah mustahiq yang ada baru dilakukan pada

kecamatan terdekat operasionalnya badan amil zakat, dan data

yang lainnya didapatkan dari calon mustahiq yang mengajukan

permohonan bantuan kepada BAZNAS Kabupaten Lima Puluh

Kota. Kita sama-sama mengetahui bahwasanya tujuan utama

dari zakat adalah untuk pemerataan pendapatan dan untuk

merekatkan hubungan antara sikaya dan simiskin. Maka

pendataan terhadap mustahiq ini diharapkan benar-benar

akurat agar zakat yang didistribusikan tepat pada sasarannya.

2. Pendistribusian dana zakat kepada mustahiq. Pendistribusian

zakat yang dilakukan oleh pengelola zakat di BAZNAS

Kabupaten Lima Puluh Kota sudah dapat dikatakan efektif,

karena dapat kita ketahui bahwasannya penyaluran zakat yang

dilakukan dari tahun ketahun sudah berada di atas 50%, maka

dari angka ini dapat kita ketahui bahwa pendistribusiannya

67
kepada mustahiq yang ada sudah dikatakan efektif. Akan tetapi

sebaiknya zakat yang diberikan kepada mustahiq terutama

dalam pemberian zakat produktif harus ada pelatihan dan

pembinaan yang diberikan kepada mustahiq, agar bantuan dana

zakat yang diberikan benar-benar dimanfaatkan dengan sebaik-

baiknya untuk meningkatkan perekonomian dan pendapatan

mustahiq tersebut. Dengan harapan suatu saat mustahiq yang

mendapatkan bantuan zakat produktif tersebut tidak lagi

menjadi mustahiq selamanya, karena bukan tidak mungkin ia

akan menjadi muzakki dengan adanya pembinaan yang

diberikan oleh BAZNAS Lima Puluh Kota dalam

pengembangan usaha mustahiq saat ini. Dikabupaten Lima

Puluh Kota banyak mustahiq yang memanfaatkan bantuan

zakat produktif ini dengan berbagai macam bentuk usaha yang

sesuai dengan keahlian mereka masing-masing, sehingga usaha

yang mereka jalankan itu bisa berkembang dan bisa menopang

kehidupan sehari-hari dan untuk kehidupan mereka

kedepannya.

68
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan masalah pokok yang terdapat pada bab


pendahuluan serta penelitian dan pembahasan yang telah penulis
lakukan tentang analisis kinerja badan amil zakat (BAZ) Kabupaten
Lima Puluh Kota dalam pengelolaan zakat, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwasannya Kinerja Badan Mil Zakat Kabupaten
Lima Puluh Kota dalam pengelolaan dana zakat yang dihimpun dari
muzakki yang nantinya akan di distribusikan kepada mustahiq sudah

69
dapat dikatakan efektif. Hanya saja terdapat kekurangan dalam
pendataan jumlah mustahiq yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota,
shingga masih ada mustahiq yang tinggal dipinggiran Kabupaten Lima
Puluh Kota yang belum merasakan terbantunya dengan zakat tersebut.

Adapun kelemahan dalam pendistribusian zakat kepada


mustahiq, khususnyan zakat produktif yaitu masih kurangnya
pembinaan dan pengawasan dari pihak BAZNAS Kabupaten Lima
Puluh Kota. Dimana sama-sama kita ketahui bahwasannya tujuan dari
pemberian zakat produktif tersebut adalah untuk meningkatkan taraf
perekonomian mustahiq dimasa yang akan datang, dan juga
diharapkan mustahiq yang menerima zakat produktif juga bisa
menjadi muzakki dikemudian hari.

B. Saran saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis menyampaikan


saran sebagai berikut:

1. Kepada BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota, untuk

dapat membentuk tim khusus untuk mendata seluruh

mustahiq yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota,

sehingga apabila data sudah valid maka pemeratan

pendistribusian zakat di Kabupaten Lima Puluh Kota

akan tercapai.

2. Kepada BAZNAS Kabupaten Lima Puluh Kota

diharapkan untuk tetap memberikan pembinaan kepada

mustahiq khususnya yang mendapatkan bantuan zakat

produktif, agar dana tersebut benar-benar digunakan

semaksimal mungkin, apabila bantuan tersebut

dipergunakan secara baik maka bukan tidak mungkin

70
dapat mengurangi kemiskinan di Kabupaten Lima

Puluh Kota.

3. Diharapkan kepada BAZNAS Kabupaten Lima Puluh

Kota agar mengkhususkan mustahiq yang tergolong

kepada fakir, agar mereka bisa tetap memenuhi

kebutuhan sehari-harinya.

71

Anda mungkin juga menyukai