Anda di halaman 1dari 10

BERITA RESMI

Pusat Kajian Strategis


Badan Amil Zakat Nasional

No. 17/08/BR/VII/2017, 31 Juli 2017

KETENTUAN DAN TATA CARA


PENGHITUNGAN ZAKAT PROFESI/PENGHASILAN

● Zakat profesi/penghasilan adalah zakat yang dikenakan atas penghasilan atau


pendapatan yang diperoleh oleh seseorang sebagai imbalan atas pekerjaan yang ia
usahakan, secara sendiri maupun secara bersama-sama.
● Kewajiban zakat profesi/penghasilan didasarkan pada keumuman makna maal/amwal
(harta) yang terdapat di dalam ayat Al-Qur‟an dan hadits Rasulullah SAW terkait
zakat, seperti yang terdapat dalam QS. At-Taubah: 103 dan QS. Adz-Dzariyat: 19.
● Ketentuan mengenai wajib zakat atas gaji dan penghasilan telah ditetapkan dalam
Muktamar Internasional I tentang Zakat di Kuwait, pada tanggal 29 Rajab 1404/30
April 1984 dan dalam Sidang Komisi Fatwa MUI di Padangpanjang pada bulan
Januari 2009.
● Ketentuan mengenai zakat profesi/penghasilan di Indonesia mengacu pada UU No 23
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 4 ayat 2 huruf h (Pendapatan dan Jasa)
dan Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 52 tahun 2014 tentang Syariat dan Tata
Cara Penghitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah serta Pendayagunaan Zakat Untuk
Usaha Produktif.
● Dalam penentuan penghitungan nishab dan kadar zakat profesi/penghasilan, terdapat
tiga pendekatan: (1) dianalogikan pada zakat emas-perak dan perdagangan, (2)
dianalogikan pada zakat pertanian, dan (3) dianalogikan pada dua hal sekaligus (qiyas
syabah), yaitu nishab pada zakat pertanian dan kadar pada zakat emas dan perak.
● Berdasarkan kaidah fiqh ‫الف‬ ْ ‫االجتِ َه ِاد يَ ْرفع‬
َ ِ‫اْل‬ ْ ‫ائل‬ِ ‫ُحكْم احلاكِ ِم ِِف َم َس‬ (keputusan
pemerintah menghilangkan perbedaan pada persoalan ijtihad) maka ketentuan
penghitungan zakat profesi/penghasilan yang digunakan di Indonesia didasarkan pada
Pasal 26 Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 52 tahun 2014 tentang Syariat dan Tata
Cara Penghitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah serta Pendayagunaan Zakat Untuk
Usaha Produktif. Pada pasal tersebut, analogi yang digunakan adalah qiyas syabah,
dimana standar nishab ditetapkan sebesar 524 kg beras (5 ausaq) dan kadar zakat
ditetapkan sebesar 2,5 persen.
● Adapun ketentuan harga beras standar tahun 2017 yang menjadi dasar penentuan
nishab, telah ditetapkan sebesar Rp10.000,00/kg (sepuluh ribu rupiah per kilogram)
berdasarkan Rapat Pleno Anggota BAZNAS tanggal 2 Mei 2017. Dengan demikian,
setiap penghasilan yang melebihi Rp5.240.000,00/bulan (lima juta dua ratus empat
puluh ribu rupiah per bulan) wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5 persen.
BERITA RESMI
Pusat Kajian Strategis
Badan Amil Zakat Nasional

A. Pendahuluan

Rukun Islam ketiga yang memiliki peran penting dalam filantropi Islam adalah zakat. Zakat
merupakan harta yang wajib dikeluarkan apabila telah memenuhi syarat-syaratnya dan
disalurkan kepada orang-orang yang telah ditentukan yaitu delapan golongan yang berhak
menerima zakat sebagaimana tercantum dalam Al-Qur‟an surat At-Taubah ayat 60.

‫ِي َو ِِف‬ ُ ُ‫ِي َعيَ ۡي َٓا َوٱل ۡ ٍُ َؤ َّى َفثِ كُي‬


َ ٌ‫ٔب ُٓ ًۡ َوِف ٱ ّلركَاب َوٱ ۡى َغَٰر‬ َ ‫سهِي َوٱ ۡى َعٍَٰي‬
ِ َٰ َ َ ۡ َ ِ ٓ َ َ ُ ۡ ُ َٰ َ َ َّ َ َّ
ٍ‫إِجٍا ٱلصدقج ل ِيفلراء وٱل‬
ِ ِ ِ ِ ِ
ٞ ‫ِيً َحه‬
ً‫ِي‬ ٌ ‫ّلل َعي‬ُ َّ ‫يض ٗث ٌّ ََِ ٱ َّّللِه َوٱ‬ َ َ
‫يو ف ِر‬ َّ ۡ َ َّ َ
ِ ِ ‫يو ٱّللِ وٱة َِ ٱلسب‬
ِ ِ ‫سب‬

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,


pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana,” (QS. At-Taubah: 60).

Pada ayat tersebut dijelaskan secara rinci terkait orang yang berhak menerima zakat.
Namun, untuk sumber zakat yang diperoleh itu sendiri dapat berasal dari sumber yang
beragam seperti zakat pertanian, peternakan, perdagangan, emas dan perak, harta terpendam,
zakat profesi/penghasilan, zakat perusahaan dan lain-lain.
Kewajiban mengeluarkan zakat tidak dapat digantikan dengan ibadah mahdah
lainnya. Zakat memiliki kedudukan yang penting dan fundamental dalam Islam. Dalam
perkembangannya, persoalan zakat bukan saja berkisar pada dimensi mahdah, melainkan
juga mengalami perluasan pada dimensi sosial dan ekonomi.
Dilihat dari dimensi sosial, zakat dapat menumbuhkan soliditas, kebersamaan, dan
ukhuwah. Zakat juga dapat menumbuhkan perasaan saling mencintai antar sesama. Selain itu,
dengan berzakat, manusia akan mendapatkan ketenangan, kebahagiaan, keamanan dan
kesejahteraan hidup, seperti yang tercantum pada ayat Al-Qur‟an di bawah ini:

ُ َّ ‫َ ل َّ ُٓ ًۡه َوٱ‬ٞ ‫ك‬


ٌ‫ّلل َس ٍِيع‬ َ َ َ َ َٰ َ َ َّ ۡ ۡ َ َ ّ َ َ َ ََُّ ۡ ُ ُ ّ َُ َٗ َ َ ۡ ََۡ ۡ ۡ ُ
‫خذ ٌَِ أٌوَٰل ِ ًِٓ صدكث تط ِٓرًْ وحزك ِي ًِٓ ةِٓا وص ِو عيي ًِٓۖۡ إِن صئحم س‬
ٌ ‫َعي‬
ً‫ِي‬
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui,” (QS.
At-Taubah: 103).

Pada dimensi ekonomi, zakat bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan mustahik


dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim yaitu
BERITA RESMI
Pusat Kajian Strategis
Badan Amil Zakat Nasional

sebanyak 216,66 juta jiwa1 memiliki potensi zakat yang besar. Potensi zakat di Indonesia
diestimasikan mencapai 217 triliun rupiah yang didominasi oleh potensi zakat industri
manufaktur dan industri lainnya sekitar 115 triliun rupiah disusul dengan potensi zakat
penghasilan rumah tangga sebesar 83 triliun rupiah2. Potensi ini menunjukan bahwa
sebenarnya ada sektor-sektor potensial untuk mengurangi ketimpangan kemiskinan. Jadi,
zakat, infaq dan shadaqah terkait dengan aktualisasi potensi dana untuk membangun umat,
seperti membangun infrastruktur untuk kepentingan masyarakat, sarana pendidikan yang
unggul, sarana kesehatan yang memadai, dan sarana strategis lainnya yang menunjang taraf
hidup masyarakat.

B. Kajian Literatur

1. Maqasid Syariah

Dalam dunia modern, sumber rezeki sangat dinamis dan kompleks. Jika dibandingkan dengan
zaman dahulu, berbagai cara untuk mencari penghasilan jauh lebih beragam. Bahkan peluang
untuk menjadi kaya lebih terbuka jika dibandingkan dengan cara terdahulu. Dalam mayoritas
kasus, cara-cara modern untuk mencari penghasilan jauh lebih beragam jika dibandingkan
dengan cara-cara tradisional. Kaitannya dengan zakat, secara prinsip, zakat dikenakan kepada
golongan kaya dan diberikan kepada golongan yang miskin. Oleh karena itu, jika zakat
dikenakan kepada petani yang dalam konteks kehidupan modern termasuk golongan miskin
maka semestinya zakat juga harus dikenakan kepada seorang dokter, insinyur, pengacara dan
beragam profesi modern lainnya. Sebab golongan ini justru tergolong dalam kelompok
golongan kaya. Kekayaan yang didapat oleh tenaga profesional di zaman modern ini lebih
besar dibandingkan dengan petani dan peternak yang bahkan ketentuan zakatnya sudah diatur
secara jelas.
Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi keadilan. Dalam hal ini, salah
satu prinsip dari zakat yaitu pemerataan pendapatan dan penyaluran kekayaan dari golongan
kaya kepada golongan miskin, seperti yang tercantum pada ayat Al-Qur‟an di bawah ini:

ۡ ٓ َّ ّ ٞ ّ َ ۡ َ ۡ َ ٓ َ
ِ ‫ِيسائ ِ ِو َوٱل ٍَ ۡح ُر‬
‫وم‬ ‫و ِِف أٌوَٰل ِ ًِٓ حق ى‬
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin
yang tidak mendapat bagian,” (QS. Adz-Dzariyat: 19).

Jika zakat saja diwajibkan kepada para petani dan peternak yang mayoritas termasuk
golongan miskin maka seharusnya zakat juga diwajibkan kepada golongan kaya yang
mayoritas berprofesi sebagai tenaga profesional dan pekerja yang memiliki gaji/penghasilan
bulanan. Maqasid mengajarkan bahwa zakat dikenakan kepada orang kaya dan dibagikan
1
Badan Pusat Statistik, Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia
(Jakarta : BPS 2010), hlm. 10
2
Firdaus, Muhammad et al., Economic Estimation and Determinations of Zakat Potential in Indonesia
(Kingdom of Saudi Arabia : IRTI – IDB, 2012), hlm 33.
BERITA RESMI
Pusat Kajian Strategis
Badan Amil Zakat Nasional

kepada orang miskin. Jadi, tentu tidak adil jika golongan ini tidak diwajibkan untuk
membayar zakat atas penghasilannya.
Dalam konsep harta objek zakat atau al amwal az zakawiyyah, terdapat dua
pendekatan yang dapat digunakan: pendekatan tafsili (terurai) dan pendekatan ijmali (global).
Pendekatan terurai yaitu objek zakatnya secara jelas dijabarkan sesuai dengan sumber
hartanya seperti zakat emas-perak (QS. At-Taubah: 34-35), zakat pertanian (QS. Al-An‟am:
141), zakat peternakan, zakat perdagangan, dan zakat hasil temuan/ rikaz.

َ ۡ َ َ َ ُ ُ ۡ َ َ َ ۡ ُّ َ َ ۡ َ ۡ َ ّ ٗ َ َّ ْ ٓ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ َ
‫اس ة ِٱى َبَٰ ِط ِو َو َي ُص ُّدون‬ ِ َّ‫كئن أ ٌۡ َوَٰل ٱنل‬ ‫ان َلأ‬
ِ ‫يأحٓا ٱَّلِيَ ءأٌِا إِن نثِريا ٌَِ ٱۡلحتارِ وٱلرْت‬َٰٓ
َ َ ُ ۡ ّ َ َ َّ َ َ َ ُ ُ َ َ َ َّ ۡ َ َ َ َّ َ ُ ۡ َ َ َّ َ َّ َ َ
‫اب‬ ٍ ِ ‫ذ‬ ‫ع‬‫ة‬ ً ْ‫ش‬ ِ ‫ب‬ ‫ف‬ ِ ‫ّلل‬ ‫ٱ‬ ‫يو‬
ِ ِ ‫ب‬‫س‬ ‫ِف‬ِ ‫ا‬ٓ ‫ٔج‬ ‫يو ٱّللِه وٱَّلِيَ يك ِِنون ٱَّلْب وٱى ِفضث وَل يِ ِفل‬
ِ ِ ‫عَ سب‬
ۡ َ ‫ٔر ُْ ًۡ َهَٰ َذا ٌَا َن‬
ًۡ‫ِن ُت‬ ُ ُ ُ َ ۡ ُ ُ ُ ُ َ ۡ ُ ُ َ َ َٰ َ ۡ ُ َ َ َّ َ َ َ َ ۡ َ َ َُۡ ََۡ َ
ۡۖ ٓ‫جتآًْ وجِٔبًٓ وظ‬ َٰ
ِ ‫ ئم ُيَم عييٓا ِِف ُارِ جًِٓ فخهٔى ةِٓا‬٣٤ ‫أ َِل ٖم‬
َ ُ ۡ َ ُۡ ُ َ ْ ُ َُ ۡ ُ ُ َ
‫سكً فذوكٔا ٌا نِخً حك ِِنون‬ ِ ‫ِۡلُف‬
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim
Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan
mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan
emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak
itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung
mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk
dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu," (QS. At-
Taubah: 34-35).

َ ُ ُ ُ ً ُۡ َ َ ۡ َ ُ ۡ َ َ ۡ َ َ َٰ َ ُ ۡ َّ َٰ َّ َ َ َ َ ٓ َّ َ ُ َ
‫ج َوٱنلَّخو َوٱ َّلز ۡرع ُم َخي ِفا أكي ُّۥ َوٱ َّلز ۡي ُخٔن‬ ٖ َٰ
‫وش‬ ‫ج وغري ٌعر‬ ٖ ‫ج ٌعروش‬ ٖ ‫ؤْ ٱَّلِي أنشأ جن‬
َّ ْ ُ ۡ ُ َ َ
‫ۡسف ْۚ ٓٔا إُِ ُّۥ‬ َ ‫شتّ ُُكُٔا ْ ٌَِ َث ٍَره ِۦٓ إ َذا ٓ َأ ۡث ٍَ َر َو َءاحُٔا ْ َح َّل ُّۥ يَ ۡٔ َم َح‬ َ َ ُ َ ۡ َ ٗ َٰ َ َ ُ َ َّ ُّ َ
ِ ‫ت‬ ‫َل‬ ‫و‬ ‫ۦ‬ِ
ۡۖ ‫ه‬ ِ ‫د‬‫ا‬ ‫ص‬ ِ ِ ٖٖۚ ِ َٰ ‫شتِٓا َوغري ٌت‬ ‫وٱلرٌان ٌت‬
ُّ ‫ََل ُُي‬
َ ‫ِب ٱل ۡ ٍُ ۡۡسف‬
‫ِي‬ ِ
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung,
pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang
serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang
bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya
(dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan,” (QS. Al-An‟am: 141).

Sedangkan dilihat dari pendekatan global, selama objek zakatnya memenuhi syarat
dan merupakan harta (QS. At-Taubah: 103) serta diperoleh dari hasil usaha yang baik dan
halal (QS. Al-Baqarah: 267) maka wajib dikeluarkan zakatnya setiap menerima penghasilan.
BERITA RESMI
Pusat Kajian Strategis
Badan Amil Zakat Nasional

ۡ‫َ ل َّ ًُٓه‬ٞ ‫ك‬


َ َ َ َ َٰ َ َ َّ ۡ ۡ َ َ ّ َ َ َ ََُّ ۡ ُ ُ ّ َُ َٗ َ َ ۡ ََۡ ۡ ۡ ُ
‫خذ ٌَِ أٌوَٰل ِ ًِٓ صدكث تط ِٓرًْ وحزك ِي ًِٓ ةِٓا وص ِو عيي ًِٓۖۡ إِن صئحم س‬
ٌ ِ ‫يع َعي‬
ً‫ي‬ ُ َّ ‫َوٱ‬
ٌ ٍِ ‫ّلل َس‬
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui,” (QS.
At-Taubah: 103).

َ َّ َ َّ ُ ُّ ُ َ ُ َّ َ َ َ َّ ْ ّ ُ َّ ُ َ ۡ َ
‫ِيم‬
ٍ ‫ار أث‬‫ف‬ ‫ن‬ ‫ُك‬ ‫ب‬ ِ ‫ُي‬ ‫َل‬ ‫ّلل‬ ‫ٱ‬‫و‬ ‫ج‬
ِ َٰ ‫لر َب َٰٔا َو ُي ۡر ِِب ٱلصدق‬
ِ ‫حٍحق ٱّلل ٱ‬
ٍ
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap
orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa,” (QS. Al-Baqarah: 276).

2. Pengertian Zakat Profesi/Penghasilan

Zakat profesi/penghasilan adalah zakat yang dikenakan atas penghasilan atau pendapatan
yang diperoleh oleh seseorang sebagai imbalan atas pekerjaan yang ia usahakan, secara
sendiri maupun secara bersama-sama.3 Dalam terminologi bahasa Arab, biasa disebut dengan
raatib pluralnya rawaatib.4 Sedangkan menurut kamus al-Wasit, gaji atau pendapatan ini
disebut dengan raatib yaitu harus bersifat kontinyu dan tetap.5 Selain gaji, terdapat istilah
komisi atau fee yang termasuk kategori pendapatan atau penghasilan. Jika gaji bersifat tetap
dan kontinyu, komisi atau fee merupakan imbalan atas pekerjaan bebas yang bersifat
temporer.
Dalam terminologi klasik, jenis imbalan seperti ini disebut dengan u’ittiyat.6 Dalam
perkembangannya, para pekerja dan pemilik keahlian ini justru memperoleh upah atau
pendapatan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang bertani, beternak atau
berdagang. Oleh karena itu, sangat tepat jika zakat diwajibkan kepada para pekerja yang
mendapat upah dan gaji sebagaimana diwajibkan kepada petani dan pedagang. Dalam QS.
Al-Baqarah: 267, Allah SWT mengisyaratkan bahwa zakat dikenakan kepada apa yang
diusahakan (Al-kasbu).

3. Sejarah dan Dasar Penetapan Zakat Profesi/Penghasilan

Dasar dalam penetapan zakat profesi/penghasilan juga dapat dilihat dari sejarah dari zaman
nabi dan para sahabat serta para tabi’in. Setelah penaklukan kota Mekkah, Rasulullah SAW
menetapkan kepada „Uttab bin Asid ra yang kala itu menjadi Gubernur Mekkah, untuk

3
Qardhawi, Yusuf. Fiqh Az-Zakah. Mu'assisah Ar-Risalah, 1973.
4
Al-Sharbashi, Ahmad (1401). Al-Mu‟jam al-Iqtisadi al-Islami. Beirut: Dar al-Jail, 2/187.
5
Al-Mu‟jam al-Wasit. Cairo: Majma‟ al-Lughah al-„Arabiyah, 1/326
6
Malik, Malik bin Anas. Al-Muwatta‟. Beirut: Dar Ihya‟ al-Turath, 1/245
BERITA RESMI
Pusat Kajian Strategis
Badan Amil Zakat Nasional

menyisihkan sebanyak dua dirham setiap hari ke baitul maal.7 Utsman bin Affan ra juga
menetapkan zakat atas setiap upah atau gaji yang diberikan kepada pegawainya selama
sampai pada nishab.8
Selanjutnya, Mu‟awiyah bin Abi Sofyan ra ketika menjadi khalifah juga menetapkan
zakat atas tiap-tiap upah/u’tiyat.9 Pada masa tersebut, sejumlah sahabat nabi yang masih
hidup tidak mengingkari kebijakan Mu‟awiyah ra tersebut, yang berarti mereka menyetujui
kebijakan untuk mengenakan zakat penghasilan secara rutin. Sementara Umar bin Abd al-
„Aziz selalu mengambil zakat setiap kali menggaji pegawainya. Beliau juga mengambil zakat
dari harta-harta yang pernah disita pemerintah yang dikembalikan kepada pemiliknya.
Bahkan ia juga mengambil zakat dari setiap komisi yang ia berikan kepada seseorang.10 Ibnu
Abbas ra menanggapi seseorang ketika mendapatkan manfaat harta dari pekerjaannya dengan
mengatakan bahwa “hendaknya orang tersebut mengeluarkan zakatnya pada hari ia
mendapatkannya”.11
Dalam Kitab al-Amwal, Hubairah bin Barim juga pernah berkata bahwa Ibnu Mas‟ud
ra pernah memberikannya upah dalam kantong-kantong kecil berisi uang, kemudian
mengambil zakat darinya.12
‫كان ابن مسعود يزكي أعطياهتم من كل ألف مخسة وعشرين‬
Artinya: “Ia menambahkan bahwa Ibnu Mas‟ud mengeluarkan zakat dari penghasilan mereka
sebesar 25 dari setiap 1000.”

Ini berarti zakat dikenakan dengan kadar sebesar 2,5 persen pada saat seseorang
menerima penghasilannya. Hal ini juga berarti bahwa tidak mungkin para sahabat nabi
menetapkan kewajiban zakat yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah SAW.
Terdapat beberapa negara Islam yang menetapkan ketentuan terkait zakat
profesi/penghasilan. Salah satu negara yang menetapkan hal tersebut adalah Saudi Arabia.
Kerajaan Saudi Arabia (KSA) mewajibkan zakat atas segala jenis penghasilan, baik berupa
laba atau pendapatan, baik secara perseorangan ataupun syarikat, baik perdagangan,
perusahaan maupun kerja perseorangan.13 Dewan Kajian dan Fatwa KSA, fatwa no 282,
tanggal 11/11/1392 menyatakan wajib zakat atas seseorang yang memiliki uang yang sudah
mencapai nishab, seperti seorang pegawai yang mendapatkan gaji bulanan.14

7
Ibn Salam, Abu Ubaid al-Qasim bin Salam. Al-Amwal. Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 3/359
8
Shahatah, Husain. Muhasabah al-Zakah; Mafhuman wa Nidhaman wa Tatbiqan. Cairo: Dar al-Tawzi‟ wa al-
Nashr, 254-255
9
Malik, Malik bin Anas. Al-Muwatta‟. Beirut: Dar Ihya‟ al-Turath, 1/246
10
Ibn Salam, Abu Ubaid al-Qasim bin Salam. Al-Amwal. Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 437
11
Ali ibn Abu Bakr al-Haythami, Majmu‟ al-Zawa‟id (3/68), Ibn Hamam, „Abd al-Razzaq bin Hammam al-
San‟ani, al-Musannif (3/114).
12
Diriwayatkan oleh Abu „Ubaid dalam kitab al-Amwal fi al-Sadaqah, bab: Kewajiban Zakat Emas dan Uang.
Lihat Abu „Ubaid, al-Qasim bin Salam (1986), al-Amwal. Beirut:Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 413.
13
Sa‟id Muhammad „Ali Adam (1382). Al-Majmu‟ah al-Sa‟udiyah Li Anzimah al-Zakah wa al-Sadaqah wa al-
Dhara‟ib wa al-Tawabi‟ wa al-Awamir wa al-Qararat wa al-Manshurar al-Sadirah bi Sha‟niha. Jeddah: Dar al-
Asfahani, 135
14
Majallah al-Buhuth al-„Ilmiyyah (1403/1404), 158-159
BERITA RESMI
Pusat Kajian Strategis
Badan Amil Zakat Nasional

Ketentuan mengenai wajib zakat atas gaji dan penghasilan, keuntungan dari pekerjaan
dan seluruh pendapatan ini telah ditetapkan dalam Muktamar Internasional I tentang Zakat di
Kuwait, pada tanggal 29 Rajab 1404/ 30 April 1984 dan dalam Sidang Komisi Fatwa MUI di
Padangpanjang pada bulan Januari 2009.15 Selain itu, pemerintah Republik Indonesia juga
telah menetapkan dalam UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 4 ayat 2
huruf h bahwa zakat profesi/penghasilan adalah salah satu sumber zakat yang wajib
dibayarkan. Kalaupun ada perbedaan pendekatan dalam penghitungan zakat
profesi/penghasilan di berbagai negara Islam atau berpenduduk mayoritas muslim, maka
dapat diberlakukan kaidah fiqh sebagai berikut:

16 ِ ‫الف ويرجع املخالِف َع ْن َم ْذهبِه لِم ْذ‬


‫هب اْحلَاكِ ِم‬ ْ ‫االجتِ َه ِاد يَ ْرفع‬
َ ِ‫اْل‬ ْ ِ ‫ْاعلم أ ّن ُحكْم احلاكِ ِم ِِف َم َس‬
‫ائل‬
َ ُ ْ َ
Artinya: “Ketahuilah bahwa keputusan/kebijakan seorang pemimpin/penguasa dalam
pelbagai persoalan ijtihad menutup pintu ikhtilaf (perbedaan pendapat).”

Karena itu, dalam konteks Indonesia, keputusan dan ketetapan pemerintah terkait
zakat profesi/penghasilan ini seharusnya dapat menghilangkan perbedaan pendapat. Untuk
ketentuan dan tata cara penghitungan zakat profesi/penghasilan di Indonesia sendiri, telah
diatur dan ditetapkan oleh pemerintah dalam Pasal 26 Peraturan Menteri Agama (PMA)
Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2014 tentang Syariat dan Tata Cara Penghitungan Zakat
Mal dan Zakat Fitrah serta Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha Produktif.

C. Ketentuan dan Tata Cara Perhitungan Zakat Profesi/Penghasilan

Secara garis besar, dalam penentuan penghitungan nishab dan kadar zakat
profesi/penghasilan, terdapat tiga pendekatan: (1) dianalogikan pada zakat emas-perak dan
perdagangan, (2) dianalogikan pada zakat pertanian, dan (3) dianalogikan pada dua hal
sekaligus (qiyas syabah), yaitu nishab pada zakat pertanian dan kadar pada zakat emas dan
perak. Analogi pertama yaitu pada zakat emas-perak dan perdagangan. Nishabnya 85 gram
emas (20 dinar) dengan kadar zakatnya 2,5 persen dan waktu mengeluarkannya setahun
sekali. Selain dengan nishab emas, bisa juga dengan standar perak. Nishabnya 595 gram
perak (200 dirham), kadar zakatnya 2,5 persen dan waktu mengeluarkannya setahun sekali.
Analogi kedua yaitu pada zakat pertanian, dimana nishabnya 5 ausaq (653 kg hasil
panen), kadar zakat 5 persen dan dikeluarkan pada setiap mendapatkan gaji atau penghasilan,
misalnya sebulan sekali. Analogi ketiga yaitu pada dua hal sekaligus atau qiyas syabah, yaitu
pada zakat pertanian (nishab) dan pada zakat emas dan perak (kadar), dimana nishabnya 5
ausaq (653 kg hasil panen) dan dikeluarkan pada saat menerimanya, dan kadarnya 2,5 persen.
Dalam hal ini, pendekatan yang dipilih adalah yang sesuai dengan Pasal 26 Peraturan
Menteri Agama (PMA) No 52 tahun 2014. Berdasarkan pasal ini, maka ketentuan
penghitungan zakat profesi/penghasilan yang digunakan adalah berdasarkan pendekatan qiyas
15
Abhath wa A‟mal Muktamar al-Zakah al-Awwal (1984). Kuwait: Bait al-Zakah, 442-443
16
Al-Qarafi, Ahmad bin Idris bin Abd al-Rahman al-Sanhaji (t.t), Anwar al-Buruq fi Anwa‟ al-Furuq. Beirut:
Alam al-Kutub, 2/103
BERITA RESMI
Pusat Kajian Strategis
Badan Amil Zakat Nasional

syabah. Jadi, nishabnya dianalogikan dengan zakat pertanian (5 ausaq), sedangkan kadarnya
dianalogikan dengan zakat emas dan perak (2,5 persen).
Landasan dalam mengambil qiyas zakat penghasilan dengan zakat pertanian yaitu
terdapat pada QS. Al-Baqarah: 267, dimana makna al-kasb pada ayat tersebut adalah upah
atau pendapatan selain hasil berdagang dan jual beli. Upah tersebut adalah pendapatan dari
hasil bekerja secara murni. Aspek kerja lebih dominan daripada ra’sul maal (modal pokok)
sehingga pendapatan yang dihasilkan adalah murni dari hasil kerja, sama seperti pertanian.
Selain itu, menurut Shahatah, pada ayat ini kata al-kasb dipakai beriringan dengan
“wa mimmaa akhrojnaa lakum minal ardh (dan apa-apa yang dikeluarkan bumi)” sehingga
dimungkinkan adanya qiyas zakat profesi dengan zakat pertanian. Alasan lainnya yaitu
karena adanya kedekatan struktur ekonomi yang dominan antara ekonomi pertanian di zaman
Rasulullah SAW dan ekonomi sektor jasa saat ini.
Untuk ketentuan waktu dikeluarkan zakatnya, zakat profesi/penghasilan ini ditunaikan
pada saat penghasilan diterima (sesuai QS. Al-An‟am: 141) dan dibayarkan melalui amil
zakat resmi. Pasal 26 PMA No. 52 tahun 2014 ini juga telah menetapkan bahwa standar 5
ausaq (653 kg gabah) sama dengan 524 kg beras sehingga batas minimal
pendapatan/penghasilan per bulan wajib zakat adalah senilai harga 524 kg beras. Adapun
ketentuan harga beras standar tahun 2017 untuk nishab zakat profesi/penghasilan ini telah
ditetapkan sebesar Rp10.000,00/kg (sepuluh ribu rupiah per kilogram) berdasarkan Rapat
Pleno Anggota BAZNAS17 tanggal 2 Mei 2017. Untuk contoh tata cara penghitungan zakat
profesi/penghasilan, dapat dilihat pada keterangan di bawah ini:

Ketentuan:

1. Nishab 524 kg x Rp10.000,00 (harga beras sesuai standar) Rp 5.240.000,00


2. Kadar 2,5 persen

Jadi, setiap pendapatan minimal Rp5.240.000,00 wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5
persen dan dikeluarkan setiap menerima penghasilan tersebut.

Contoh:

Budi memiliki gaji Rp 10 juta/bulan maka ia sudah mencapai nishab. Jadi, Budi wajib
mengeluarkan zakatnya sebesar Rp 10 juta dikali 2,5 persen = Rp 250 ribu/bulan.

17
Rapat Pleno Anggota BAZNAS adalah forum pengambilan keputusan tertinggi di Badan Amil Zakat Nasional
RI.
BERITA RESMI
Pusat Kajian Strategis
Badan Amil Zakat Nasional

D. Referensi

Abhath wa A‟mal Muktamar al-Zakah al-Awwal (1984). Kuwait: Bait al-Zakah, 442-443
Al-Mu‟jam al-Wasit. Cairo: Majma‟ al-Lughah al-„Arabiyah, 1/326
Al-Sharbashi, Ahmad (1401). Al-Mu‟jam al-Iqtisadi al-Islami. Beirut: Dar al-Jail, 2/187.
Al-Qarafi, Ahmad bin Idris bin Abd al-Rahman al-Sanhaji (t.t), Anwar al-Buruq fi Anwa‟ al-
Furuq. Beirut: Alam al-Kutub, 2/103
Badan Pusat Statistik, Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari
Penduduk Indonesia (Jakarta : BPS 2010), hal. 10
Firdaus, Muhammad., Beik, Irfan Syauqi., Irawan, Tonny., dan Juanda, Bambang. Economic
Estimation and Determinations of Zakat Potential in Indonesia (Kingdom of Saudi
Arabia : IRTI – IDB, 2012), hal. 33
Ibn Salam, Abu Ubaid al-Qasim bin Salam. Al-Amwal. Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah,
3/359
Majallah al-Buhuth al-„Ilmiyyah (1403/1404), 158-159
Malik, Malik bin Anas. Al-Muwatta‟. Beirut: Dar Ihya‟ al-Turath, 1/245-246
Qardhawi, Yusuf. 1973. Fiqh Az-Zakah Cetakan: Kedua. Penerbit : Mu'assisah Ar-Risalah
Sa‟id Muhammad „Ali Adam (1382). Al-Majmu‟ah al-Sa‟udiyah Li Anzimah al-Zakah wa al-
Sadaqah wa al-Dhara‟ib wa al-Tawabi‟ wa al-Awamir wa al-Qararat wa al-Manshurar
al-Sadirah bi Sha‟niha. Jeddah: Dar al-Asfahani, 135
Shahatah, Husain. Muhasabah al-Zakah; Mafhuman wa Nidhaman wa Tatbiqan. Cairo: Dar
al-Tawzi‟ wa al-Nashr, 254-255
BERITA RESMI
Pusat Kajian Strategis
Badan Amil Zakat Nasional

Divisi Publikasi dan Jaringan


PUSAT KAJIAN STRATEGIS
www.puskasbaznas.com

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Indonesia


Jl. Kebon Sirih Raya No. 57, Jakarta Pusat 10340
Telp. (+6221) 3904555, HP: +6281282294237
Email: sekretariat@puskasbaznas.com

Anda mungkin juga menyukai