Anda di halaman 1dari 10

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

1. Nama : Solikhatun Ngazizah, S.Pd.I


2. Mapel / Kelas : PAI / A-3
3. Judul Modul : FIQIH
4. Kegiatan Belajar : KB 1 (Hukum Zakat)
5. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


1 Konsep (Beberapa istilah
dan definisi) di KB

 Pengertian Zakat
Kata zakat َberasal dari bahasa Arab, secara
bahasa artinya suci, tumbuh berkembang dan
berkah. Makna zakat secara bahasa ini
mencerminkan sifat zakat yang dapat mensucikan
harta dan jiwa serta mengandung nilai positif yang
dapat dikembangkan berupa kebaikan bagi si
muzakki dan kemaslahatan ekonomi bagi para
mustahiq.
Menurut syara’, para ulama mendefinisikannya
dengan “Harta tertentu yang wajib dikeluarkan
sebagiannya kepada para mustahiq.” Sedangkan
Sayyid Sabiq mendefinisikan, “Zakat adalah suatu
nama hak Allah yang harus dikeluarkan oleh
manusia kepada fuqara.” Selanjutnya Sabiq
menambahkan, “Dinamakan zakat karena
mengharap berkah, pensucian diri, dan
bertambahnya kebaikan.
Dari dua macam pengertian zakat seperti
diungkapkan di atas dapat disimpulkan bahwa zakat
adalah kewajiban seseorang untuk mengeluarkan
sebagian harta miliknya yang sudah memenuhi
syarat untuk dizakati kepada orang yang berhak
menerimanya (mustahiq).

1. ZAKAT TANAH YANG DISEWAKAN


a) Pengertian Zakat Hasil Tanah
Secara bahasa, zakat berarti suci, tumbuh,
berkembang dan berkah. Adapun secara istilah,
zakat adalah harta tertentu yang wajib dikeluarkan
oleh orang yang beragama Islam dan diberikan
kepada golongan yang berhak menerimanya.

Zakat hasil tanah adalah zakat yang langsung


dihasilkan oleh tanah tersebut berupa tumbuh-
tumbuhan yang menghasilkan buah. Hasil tersebut
bisa berupa makanan pokok, seperti padi, korma,
gandum; atau buah-buahan, seperti, jeruk, anggur,
semangka, atau berupa sayur-sayuran, seperti
ketimun, kacang, bawang, dan lain sebagainya.

b) Dasar Hukum Zakat Hasil Tanah


Dasar hukum kewajiban untuk mengeluarkan zakat
hasil tanah yang disewakan adalah:
 QS. al-An’am: 141
َّ <‫ِي َأن َشَأ َج ٰ َّنتٖ م َّۡعرُو ٰ َشتٖ َو َغ ۡي َر َم ۡعرُو ٰ َشتٖ َوٱل َّن ۡخ َل َوٱل‬
‫<ز ۡر َع م ُۡخ َتلِ ًف<<ا‬ ٓ ‫۞وه َُو ٱلَّذ‬
َ
ۡ ‫َأ‬ ٰ ٰ
‫َّان ُم َت َش ِبهٗ ا َو َغ ۡي َر ُم َت َش ِب ۚ ٖه ُكلُو ْا مِن َث َم ِر ِهۦٓ ِإ َذٓا ث َم َر َو َءا ُت<<و ْا‬ َّ ‫ُأ ُكلُهُۥ َو‬
َ ‫ٱلز ۡي ُت‬
َ ‫ون َوٱلرُّ م‬
َ ‫صا ِد ِهۦۖ َواَل ُت ۡس ِرفُ ٓو ۚ ْا ِإ َّنهُۥ اَل ُيحِبُّ ۡٱلم ُۡس ِرف‬
‫ِين‬ َ ‫َح َّقهُۥ َي ۡو َم َح‬
Artinya: “Dan Dialah yang telah menjadikan kebun-
kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung,
pohon korma, tumbuh-tumbuhan yang beraneka
ragam buahnya, zaitun dan delima yang serupa
bentuk dan warnanya dan tidak sama rasanya.
Makanlah buah-buah tersebut jika panen dan
keluarkanlah haknya (zakatnya) ketika panen. Dan
janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya
Allah tidak suka kepada orang yang
berlebihlebihan.” (QS. al-An’am: 141)

 Hadits Nabi SAW

Artinya: “Tanaman yang tumbuh diari oleh air yang


menggunakan alat, zakatnya sebanyak lima persen.
Sedangkan tanaman yang diairi oleh air hujan
sebanyak sepuluh persen.” (HR. Muslim)

c) Ketentuan Zakat Hasil Tanah


Zakat hasil tanah wajib dikeluarkan zakatnya setiap
panen, tidak berlaku untuknya syarat haul (genap
satu tahun) di dalamnya. Jika satu tahun itu dua kali
panen, maka zakatnya pun dua kali.

Ketentuan bahwa zakat hasil tanah yang disewakan


wajib dikeluarkan zakatnya tidak memunculkan
masalah jika tanah itu ditanami oleh pemiliknya
langsung. Namun, jika tanah itu disewakan kepada
orang lain, maka hal ini akan memunculkan
masalah, terkait siapa yang wajib mengeluarkan
zakat hasil tanah yang disewakan. Menyikapi hal ini,
para ulama berbeda pendapat:
 Menurut Jumhur ulama, bahwa yang wajib
mengeluarkan zakat hasil tanah yang disewakan
adalah pihak penyewa. Mereka beralasan karena
yang dikeluarkan zakatnya adalah hasil tanahnya
bukan tanahnya.
 Menurut pendapat Abu Hanifah dan pengikutnya,
pemilik tanahlah yang wajib mengeluarkan
zakatnya. Alasannya, karena dari sebab tanah
itulah ada hasil yang diperoleh.
 Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam At-Tsauri, Imam
Ibnu Mubarak dan Imam Ibnu Abu Tsaur
berpendapat, penyewa tanahlah yang wajib
membayar zakat, pendapat ini sejalan dengan
pendapat point pertama.

 Adapun ketentuan zakat tanah yang disewakan


untuk kegiatan usaha tersebut diqiyaskan pada
zakat perdagangan. Besaran nishabnya setara
nishab emas dan perak senilai 85 gram emas
murni, zakatnya sebesar 2,5 % perdagangan
yakni jumlah total harta dikurangi total biaya yang
telah dikeluarkan, kemudian dikalikan dengan 2,5
%.

2. ZAKAT HASIL JASA (PROFESI)


a) Pengertian Zakat Profesi
Dalam terminologi Arab, zakat penghasilan dan
profesi lebih populer disebut dengan istilah zakatu
kasb al-amal wa al-mihan al-hurrah atau zakat atas
penghasilan kerja dan profesi bebas.

Secara bahasa, profesi berarti sebidang pekerjaan


yang dilandasi oleh pendidikan keahlian berupa
ketrampilan dan kejuruan tertentu. Adapun secara
istilah, profesi adalah suatu pekerjaan yang
membutuhkan pengetahuan, keahlian, dan
kepintaran.

Yusuf al-Qardhawi mengemukakan bahwa profesi


adalah pekerjaan atau usaha yang menghasilkan
uang atau kekayaan baik pekerjaan atau usaha itu
dilakukan sendiri, tanpa bergantung kepada orang
lain, maupun dengan bergantung kepada orang lain,
seperti pemerintah, perusahaan swasta, maupun
perorangan dengan memperoleh upah, gaji, atau
honorium.

Jadi, zakat profesi adalah zakat hasil dari pekerjaan


yang sudah menjadi keahlian seseorang yang
diperoleh melalui proses pendidikan seperti dokter,
dosen, pengacara, pilot, dan guru, atau pekerjaan
lain yang menghasilkan uang atau kekayaan.

b) Dasar Hukum Zakat Profesi


Penggagas zakat profesi ini adalah Syeikh Yusuf
Qardhawi dalam kitabnya Fiqh Az Zakah, yang
cetakan pertamanya terbit tahun 1969. Namun
tampaknya Yusuf Qardhawi dalam hal ini mendapat
pengaruh dari dua ulama lainnya, yaitu Syeikh Abdul
Wahhab Khallaf dan Syeikh Abu Zahrah.

Adapun dalil yang dijadikan dasar bagi zakat profesi


yaitu QS. al-Baqarah: 267.
َ ‫ٰ َٓيَأ ُّي َها ٱلَّذ‬
ِ ‫ِين َءا َم ُن ٓو ْا َأنفِقُو ْا مِن َط ِّي ٰ َب‬
ۡ‫ت َما َك َس ۡب ُتم‬
Artinya: “Nafkahkanlah dari hasil usahamu yang
baik.” (QS. al-Baqarah: 267)

c) Ketentuan Zakat Profesi


Para ulama berbeda pendapat tentang ketentuan
zakat profesi:
 Abdurrahman Hasan, Imam Abu Zahra, dan Abdul
Wahab Khallaf berpendapat bahwa nisab zakat
profesi sekurang-kurangnya lima wasaq atau 300
sha’ (sekitar 930 liter atau 653 kg). Adapun
prosentase zakatnya disamakan (diqiyaskan)
dengan zakat pertanian yang pengairannya
menggunakan alat (mesin), yaitu sebesar 5 %
setiap mendapatkan gaji atau honor.
 Jumhur ulama berijtihad bahwa nisab zakat
profesi adalah seharga emas 93,6 gram emas
murni yang diambil dari penghasilan bersih
setelah dikeluarkan seluruh biaya hidup.
Kelebihan inilah yang dihitung selama satu tahun,
lalu dikeluarkan zakatnya sebanyak 2,5 % setiap
bulan.
 Terdapat juga pendapat yang mengatakan bahwa
zakat profesi disamakan dengan zakat rikaz
(barang temuan), maka tidak ada syarat nisab
dan prosentasenya 20 persen pada saat
menerimanya.
 Dalam fatwa MUI 7 Juni tahun 2003, disebutkan
bahwa semua bentuk penghasilan halal wajib
dikeluarkan zakatnya dengan syarat telah
mencapai nishab dalam satu tahun, yakni senilai
emas 85 gram. Zakat penghasilan dapat
dikeluarkan pada saat menerima jika sudah cukup
nishab. Jika tidak mencapai nishab, maka semua
penghasilan dikumpulkan selama satu tahun;
kemudian zakat dikeluarkan jika penghasilan
bersihnya sudah cukup nishab.

3. ZAKAT PRODUKTIF
a) Pengertian Zakat Produktif
Zakat produktif adalah zakat yang diberikan kepada
penerimanya (mustahik) sebagai modal untuk
menjalankan kegiatan ekonomi dalam bentuk usaha.
Tujuan dari zakat ini adalah membangun dan
mengembangkan tingkat ekonomi dan produktifitas
mustahik, terutama bagi mereka yang hidup dalam
kemiskinan.

b) Gagasan Zakat Produktif


Zakat merupakan ibadah maal (materi) yang
memiliki fungsi strategis untuk membangun
perekonomian umat Islam. Kedudukannya sebagai
salah satu rukun Islam mengharuskan umat Islam
untuk mengimani dan melaksanakannya. Orang
yang menganggap zakat bukan rukun Islam, maka ia
dapat dianggap kafir dan orang yang tidak berzakat
padahal telah diwajibkan maka ia telah melakukan
perbuatan dosa karena telah menolak perintah Allah
dan telah mengabaikan hak para mustahiq. Oleh
karena itu, penunaian zakat bukan sekedar untuk
menggugurkan kewajiban tapi berdampak positif
kepada kehidupan sosial karena keberadaannya
dapat mensejahterakan kehidupan bagi orang yang
tidak mampu.
Ide untuk mengembangkan zakat sebagai modal
usaha muncul ketika fokus perhatian dilakukan
secara seksama bahwa para fuqara dan masakin
tidak semuanya orang-orang yang memiliki
keterbatasan kekuatan fisik, namun di antara mereka
terdapat banyak yang memiliki kesehatan fisik dan
keahlian yang dapat dikembangkan, tapi mereka
tidak memiliki modal.

c) Prospek Zakat Produktif


Prospek ke depan, zakat yang diperoleh dari hasil
usaha ini memiliki peluang yang cerah jika
pengelolaannya dilakukan secara baik dan
profesional. Pengelolaan itu dapat dilakukan melalui
pengembangan sumber daya mustahiq yang
potensial yang jumlahnya cukup banyak. Bagi
mustahiq zakat yang produktif atau disebut mustahiq
aktif, mereka masih berumur produktif dan memiliki
badan yang sehat, maka selayaknya bagi mereka
zakat dapat disalurkan secara produktif yaitu dengan
menjadikan zakat sebagai modal usaha. Oleh
karena itu diperlukan sikap proaktif dari mustahiq
untuk mencurahkan kemampuannya dalam
pengembangan modal dari zakat itu.
d) Cara Pendistribusian
Inovasi pendistribusian zakat produktif dikategorikan
dalam empat bentuk:
1) Pertama, distribusi bersifat “konsumtif
tradisional,” yaitu zakat dibagikan kepada
mustahik untuk dimanfaatkan secara
langsung, seperti zakat fitrah, atau zakat mal
yang dibagikan kepada para korban bencana
alam.
2) Kedua, distribusi bersifat “konsumtif kreatif.”
yaitu zakat yang diwujudkan dalam bentuk
lain dari barangnya semula, seperti diberikan
dalam bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa.
3) Ketiga, distribusi bersifat “produktif
tradisional,” yaitu zakat diberikan dalam
bentuk barang-barang yang produktif seperti
kambing, sapi, dan lain sebagainya.
Pemberian dalam bentuk ini dapat
menciptakan usaha yang membuka lapangan
kerja bagi fakir miskin.
4) Keempat, distribusi dalam bentuk “produktif
kreatif,” yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk
permodalan baik untuk menambah modal
pedagang pengusaha kecil ataupun
membangun proyek sosial dan proyek
ekonomis.

4. PENYALURAN ZAKAT UNTUK PEMBANGUNAN


MASJID
a) Kelompok Mustahiq Zakat
Jumhur ulama sepakat bahwa mustahiq zakat itu
terdiri delapan asnaf sesuai penjelasan QS. al-
Taubah: 60.
‫ِين َعلَ ۡي َه<<ا َو ۡٱل ُمَؤ لَّ َف< ِة قُلُ<<و ُبهُمۡ َوفِي‬
َ ‫ِين َو ۡٱل ٰ َع ِمل‬ ۡ
ِ ‫<رٓا ِء َوٱل َم ٰ َس <ك‬ ُ ‫ٱلص < َد ٰ َق‬
َ <‫ت ل ِۡلفُ َق‬ َّ ‫۞ِإ َّن َم<<ا‬
‫ِيم‬ٞ ‫ض ٗة م َِّن ٱهَّلل ۗ ِ َوٱهَّلل ُ َعلِي ٌم َحك‬
َ ‫يل َف ِري‬ِ ۖ ‫يل ٱهَّلل ِ َو ۡٱب ِن ٱلس َِّب‬
ِ ‫ِين َوفِي َس ِب‬ َ ‫ب َو ۡٱل ٰ َغ ِرم‬
ِ ‫ٱلرِّ َقا‬
Artinya: “Shadaqah adalah hak untuk faqir, miskin,
amil zakat, muallaf, budak, orang yang terlilit hutang,
di jalan Allah, dan orang yang dalam perjalanan
(musafir). Sebagai kewajiban yang datang dari Allah
dan Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.”
(QS. at-Taubah: 60)

Delapan kelompok (mustahiq) zakat sebagaimana


tercantum dalam ayat di atas, adalah:
 Fuqara, yaitu orang yang tidak memiliki harta dan
pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhannya
sehari-hari.
 Masakin, yaitu orang yang memiliki pekerjaan,
tapi hasilnya tidak dapat memenuhi
kebutuhannya.
 Amilin yaitu orang yang bekerja memungut zakat
(panitia zakat).
 Muallaf, yaitu orang yang baru masuk Islam
sedangkan imannya masih lemah.
 Riqab, yaitu orang yang hidupnya tidak merdeka,
dikuasai oleh tuannya.
 Gharim, yaitu orang yang terlilit hutang kepada
orang lain.
 Sabilillah, yaitu orang yang berjuang di jalan
Allah.
 Ibnu Sabil, yaitu orang yang sedang dalam
perjalanan dengan tujuan yang baik, bukan untuk
kemaksiatan.

b) Hukum Zakat untuk Pembangunan Masjid


Dalam Al-Qur’an surat at-Taubah ayat 60,
pembangunan dan pemugaran masjid tidak
termasuk ke dalam mustahiq zakat. Oleh karena itu,
untuk menentukan hukum zakat untuk
pembangunan masjid, para ulama berijtihad.
Menurut Mahmud Syaltut, istilah sabilillah memiliki
arti kemaslahatan ummat yang manfaatnya kembali
kepada kaum muslimin seperti pembangunan
masjid, rumah sakit, perlengkapan pendidikan, dan
sebagainya.

Menurut Syaltut, zakat diperbolehkan untuk


pembangunan masjid dengan syarat masjid itu
hanya satu-satunya di suatu desa, atau untuk
pembangunan masjid baru karena masjid yang
tersedia tidak cukup lagi untuk menampung jamaah.
Menurut Syaltut, arti sabilillah dapat disimpulkan
menyangkut pemeliharaan posisi materi dan spritual
suatu bangsa termasuk di dalamnya masjid.

Terdapat fatwa MUI Nomor 001 Tahun 2015 tentang


pendayagunaan dana zakat, infaq, shadaqah dan
wakaf untuk pengadaan sarana yang bermanfaat
dan mendesak untuk kemasalahatan masyarakat
seperti sarana air bersih dan sanitasi. Fatwa tersebut
merupakan produk hukum baru terkait
pendistribusian dana zakat. Hal ini berlandaskan
pengambilan mashlahah demi kepentingan umat dan
menghindari kemudharatan yang telah terjadi di
berbagai daerah.

2 Daftar materi pada KB 1. Bentuk dan macam zakat dalam Islam dengan melihat
yang sulit dipahami mustahiqnya:
 Konsumtif tradisional
 Konsumtif kreatif
 Produktif tradisional
 Produktif kreatif
2. Pengertian sabilillah menurut Mahmud Syaltut, al-
Maraghi, Yusuf Qardhawi, dan Sayyid Sabiq.
3. Usaha pengembangan zakat menjadi modal usaha
memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang cukup
handal. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk
meningkatkan SDM (sumber daya manusia) mustahiq
dengan mengadakan pelatihan atau training yang
dapat dilakukan oleh badan, seperti bazis atau
pemerintah, sehingga mereka benar-benar memiliki
keahlian yang mapan untuk dapat mengembangkan
modal usaha yang didapat dari zakat tersebut.

Daftar materi yang sering 1. Zakat konsumtif tradisional dan konsumtif kreatif
3 mengalami miskonsepsi 2. Zakat produktif tradisional dan produktif kreatif
dalam pembelajaran 3. Sabilillah dan ibnu sabil

Salatiga, 3 Oktober 2022


Dosen
Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

Anda mungkin juga menyukai