DISUSUN OLEH :
MUTIARA ADELIA (2200874201129)
ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BATANGHARI
JAMBI 2022
KATA PENGANTAR
Bapak A. Muhid Drs. MPd selaku dosen pengampu mata kuliah “Pendidikan
Agama Islam”
Materi yang saya paparkan dalam makalah ini tentunya jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu,kritik yang bersifat membangun sangat saya butuhkan untuk
kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang ketiga, zakat merupakan suatu ibadah yang
paling penting kerap kali dalam Al-Qur’an, Allah menerangkan zakat beriringan dengan
menerangkan sembahyang. Pada delapan puluh dua tempat Allah menyebut zakat beriringan
dengan urusan shalat ini menunjukan bahwa zakat dan shalat mempunyai hubungan yang rapat
sekali dalam hal keutamaannya shalat dipandang seutama-utama ibadah badaniyah zakat
dipandang seutama-utama ibadah maliyah. Zakat juga salah satu unsur pokok bagi tegaknya
syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan
puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah, sekaligus
merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan umat manusia.
Seluruh ulama Salaf dan Khalaf menetapkan bahwa mengingkari hukum zakat yakni
mengingkari wajibnya menyebabkan di hukum kufur. Karena itu kita harus mengetahui definisi
dari zakat, harta-harta yang harus dizakatkan, nishab- nishab zakat, tata cara pelaksanan zakat
dan berbagai macam zakat akan dibahas dalam bab selanjutnya.
1.3 Tujuan
1
3. Menjelaskan harta benda yang wajib dikeluarkan zakat
1.3 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Zakat
Secara bahasa, zakat berarti tumbuh (numuww) dan bertambah (Ziyadah). Jika
diucapkan, zaka al-zar’, adalah tanaman tumbuh dan bertambah jika diberkati. Kata ini juga
sering dikemukakan untuk makna thaharah (suci) Allah SWT. berfirman:
َز َّكهَا َم ْن اَ ْفلَ َح قَ ْد
Artinya:
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu.” (QS. Asy Syams [91]: 9).
Sedangkan arti zakat menurut istilah syari’at Islam ialah sebagian harta benda yang wajib
diberikan orang-orang yang tertentu dengan beberapa syarat, atau kadar harta tertentu yang
diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu pula.
Adapun tentang zakat telah dijelaskan dalam al-Qur’an firman Allah Surah at-Taubah
ayat 103:
ك َس َك ٌن لَّهُ ۗ ْم َوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع َعلِيْم
َ َص ٰلوت
َ صلِّ َعلَ ْي ِه ۗ ْم اِ َّن َ ُخ ْذ ِم ْن اَ ْم َوالِ ِه ْم
َ ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّك ْي ِه ْم بِهَا َو
Artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka . . .” (QS. at-Taubah [9]: 103).
Maksud dari ayat diatas adalah dengan zakat itu mereka menjadi bersih dari kekikiran dan dari
berlebih-lebihan dalam mencintai harta benda atau zakat itu akan menyucikan orang yang
mengeluarkannya dan akan menumbuhkan pahalanya.
2
Dalam pengertian istilah syara’, zakat mempunyai banyak pemahaman, diantaranya:
1. Menurut Yusuf al-Qardhawi, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah
diserahkan kepada orang-orang yang berhak.
2. Abdurrahman al-Jaziri berpendapat bahwa zakat adalah penyerahan pemilikan tertentu kepada
orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu pula.
3. Muhammad al-Jarjani dalam bukunya al-Ta’rifat mendefinisikan zakat sebagai suatu kewajiban
yang telah ditentukan oleh Allah bagi orang-orang Islam untuk mengeluarkan sejumlah harta yag
dimiliki.
4. Wahbah Zuhaili dalam karyanya al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu mendefinisikan dari sudut
empat mazhab, yaitu:
- Madzhab Maliki, zakat adalah mengeluarkan sebagian yang tertentu dari harta yang tertentu
pula yang sudah mencapai nishab (batas jumlah yang mewajibkan zakat) kepada orang yang
berhak menerimanya, manakala kepemilikan itu penuh dan sudah mencapai haul (setahun) selain
barang tambang dan pertanian.
- Madzhab Hanafi, zakat adalah menjadikan kadar tertentu dari harta tertentu pula sebagai hak
milik, yang sudah ditentukan oleh pembuat syari’at senata-mata karena Allah SWT.
- Madzhab Syafei, zakat adalah nama untuk kadar yang dikeluarkan dari harta atau benda
dengan cara-cara tertentu.
- Madzhab Hambali, memberikan definisi zakat sebagai hak (kadar tertentu) yang diwajibkan
untuk dikeluarkan dari harta tertentu untuk golongan yang tertentu dalam waktu tertentu pula.
Dari beberapa pendapat diatas dapat dipahami bahwa zakat adalah penyerahan atau penunaian
hak yang wajib yang terdapat di dalam harta untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak
seperti tertulis dalam Surat at-Taubah ayat 60 yaitu:
ِ ت لِ ْلفُقَ َر ۤا ِء َو ْال َم ٰس ِكي ِْن َو ْال ٰع ِملِ ْينَ َعلَ ْيهَا َو ْال ُمَؤ لَّفَ ِة قُلُوْ بُهُ ْم َوفِى ال ِّرقَا
ب َو ْال ٰغ ِر ِم ْينَ َوفِ ْي ُ صد َٰق
َّ اِنَّ َما ال
ْضةً ِّمنَ هّٰللا ِ ۗ َوهّٰللا ُ َعلِ ْي ٌم َح ِك ْي ٌم هّٰللا
َ َسبِ ْي ِل ِ َواب ِْن ال َّسبِي ۗ ِْل فَ ِري
Artinya:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana.” (QS. at-taubah [9]: 60).
3
2.2 Macam-macam Zakat
Zakat terbagi atas dua tipe yakni:
1. Zakat Fitrah,
Adalah zakat yang wajib dikeluarkan Muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadhan. Besar
Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.
ُ اس ِب ْالبَاطِ ِل َو َي ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْٓوا اِنَّ َك ِثيْرً ا م َِّن ااْل َحْ َبار َوالرُّ هْ َب ْأ
ْص ُّد ْو َن َعن ِ ان َل َي ُكلُ ْو َن اَم َْوا َل ال َّن ِ ِ
ٍ ض َة َواَل ُي ْنفِقُ ْو َن َها فِيْ َس ِبي ِْل هّٰللا ِ ۙ َف َب ِّشرْ ُه ْم ِب َع َذا
ب اَلِي ۙ ٍْم َّ ِب َو ْالف َّ َس ِبي ِْل هّٰللا ِ َۗوالَّ ِذي َْن َي ْك ِن ُز ْو َن
َ الذ َه
Artinya:
”Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak (tidak dikeluarkan zakatnya) dan tidak
membelanjakanya di jalan Allah, Maka beritakanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan
mendapat) ’azab yang pedih.”(QS. at-Taubah [9]: 34 ).
Nishab emas bersih adalah 20 dinar (mitsqal) = 12,5 pound sterling (96 gram ) zakatnya
2,5% atau seperempat puluhnya. Jadi seorang Islam yang memiliki 96 gram atau lebih dari emas
yang bersih dan telah cukup setahun dimilikinya maka wajiblah ia mengeluarkan zakatnya 2,5%
atau seperempat puluhnya.
4
Seperti yang tercantum dalam hadits yang diterima dari Ali r.a bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda :
ك ِع ْشرُوْ نَ ِد ْ فَِإ َذا َكا ن, َحتَّى يَ ُكوْ نَ لَكَ ِع ْشرُوْ نَ ِد ْينَارًا,ب
َ ََت ل ِ َك َشى ٌء – يَ ْعنِى فِى ال ِّذ ه َ ْس َعلَ ْي
َ لَي
ْس فِى َما ٍل َز َكا ةٌ َحتَّى َ ك َولَي َ َب َذ ل ِ فَ َما َزا َد فَبِ ِح َسا.َار
ٍ ف ِد ْينُ ْْينَارًا َو َحا َل َعلَ ْيهَاالَ َحوْ ُل فَفِ ْيهَا نِص
) (رواه أحمد وابودا ود والبيهقى و صحح البخاري وحسن الحا فظ.ُي َُحوْ َل َغلَ ْي ِه ْال َحوْ ل.
Artinya:
“Tak ada kewajibanmu- yakni mengenai emas sampai kamu memiliki dua puluh dinar. Jika
milikmu sudah sampai dua puluh dinar, dan cukup masa satu tahun, maka zakatnya setengah
dinar. Dan kelebihannya diperhitungkan seperti itu. Dan tidak wajib zakat pada suatu harta
sampai menjalani sampai satu tahun.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Baihaqi, dinyatakan sah oleh
Bukhari dan sebagai hadits hasan oleh Hafizh).
- Nishab dan zakat perak
Nishab perak bersih 200 dirham ( sama dengan 672 gram), zakatnya 2,5 % apabila telah
dimiliki cukup satu tahun .Emas dan perak yang dipakai untuk perhiasan oleh orang perempuan
dan tidak berlebih- lebihan dan bukan simpanan, tidak wajib dikelurkan zakatnya.
5
- Milik orang yang merdeka
- Milik penuh
- Sampai nishabnya
- Genap setahun
7
Syarat-syarat wajib mengeluarkan zakat hasi bumi sebagai berikut:
- Pemiliknya orang Islam
- Pemiliknya orang Islam yang merdeka
- Milik sendiri
- Sampai senishab
Tidak disyaratkan setahun memilki tetapi wajib dikeluarkan zakatnya pada tiap-tiap
menuai/panen.
5. Zakat barang tambang dan barang temuan
Hasil tambang yang wajib dikeluarkan zakatnya ialah emas dan perak yang diperoleh dari hasil
pertambangan. Rikaz ialah harta benda orang –orang purbakala yang berharga yang ditemukan
oleh orang –orang pada masa sekarang,wajib dikelurkan zakatnya. Barang rikaz itu umumnya
berupa emas dan perak atau benda logam lainnya yang berharga.
Sabda Rasulullah saw:
از ْال ُخ ُمسُ (رواه لبخاري و َ ِع َْن َأبِى هُ َر ْي َرةَ اَ َّن َرسُوْ َل هللا
ِ َو فِى ال ِّر َك: صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل
)مسلم
Artinya:
“Dari Abi Hurairah bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Dan pada rikaz simpanan orang-
orang zaman dahulu di dalam bumi itu, zakatnya seperlima.” (HR. Bukhari dan Muslim).[9]
Syarat-syaratnya mengeluarkan zakat rikaz:
- Orang Islam
- Orang merdeka
- Milik Sendiri
- Sampai nishabnya
Tidak perlu persyaratan harus dimilki selama 1 tahun. Nishab zakat barang tambang dan barang
temuan, dengan nishab emas dan perak yakni 20 mitsqa l = 96 gram untuk emas dan 200 dirham
(672 gram ) untuk perak. Zakatnya masing-masing 2,5% atau seperempat puluh.
Zakat fitrah
Zakat fitrah dilihat dari komposisi kalimat yang membentuknya terdiri dari kata “zakat”
dan “fitrah”. Zakat secara umum sebagaimana dirumuskan oleh banyak ulama’ bahwa dia
merupakan hak tertentu yang diwajibkan oleh Allah terhadap harta kaum muslimin menurut
ukuran-ukuran tertentu (nishab dan khaul) yang diperuntukkan bagi fakir miskin dan para
mustahiq lainnya sebagai tanda syukur atas nikmat Allah swt. Dan untuk mendekatkan diri
kepada-Nya, serta untuk membersihkan diri dan hartanya. Dengan kata lain, zakat merupakan
kewajiban bagi seorang muslim yang berkelebihan rizki untuk menyisihkan sebagian dari
padanya untuk diberikan kepada saudara-saudara mereka yang sedang kekurangan.
Sabda Rasulullah saw,:
Dengan ayat Al-Qur’an dapat dijelaskan bahwa orang yang berhak menerima zakat itu
ialah sebagai berikut:
- Fakir yaitu orang yang tidak mempunyai harta atau usaha yang dapat menjamin 50% kebutuhan
hidupnya untuk sehari-hari.
- Miskin yaitu orang yang mempunyai harta dan usaha yang dapat menghasilkanlebih dari 50%
untuk kebutuhan hidupnya tetapi tidak mencukupi.
- ’Amil yaitu panitia zakat yang dapat dipercayakan untukmengumpulkan dan membagi-
bagikannya kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan hukum Islam .
- Muallaf yaitu orang yang baru masuk Islam dan belum kuat imannya dan jiwanya perlu dibina
agar bertambah kuat imannya supaya dapat meneruskan imannya.
- Hamba sahaya yaitu yang mempunyai perjanjian akan dimerdekakan oleh tuan nya dengan jalan
menebus dirinya.
- Gharimin yaitu orangyang berhutang untuksesuatu kepentingan yanng bukan maksiat dan ia
tidak sanggup untuk melunasinya.
- Sabilillah yaitu orang yang berjuang dengan suka rela untuk menegakkan agama Allah.
- Musafir yaitu orang yang kekurangan perbekalan dalam perjalanan dengan maksud baik, seperti
menuntut ilmu, menyiarkan agama dan sebagainya.
Yang tidak berhak menerima zakat :
- Orang kaya. Rasulullah bersabda, "Tidak halal mengambil sedekah (zakat) bagi orang yang
kaya dan orang yang mempunyai kekuatan tenaga." (HR Bukhari).
- Hamba sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya.
- Keturunan Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya tidak halal bagi kami (ahlul bait)
mengambil sedekah (zakat)." (HR Muslim).
- Orang yang dalam tanggungan yang berzakat, misalnya anak dan istri.
- Orang kafir.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara bahasa, zakat berarti tumbuh (numuww) dan bertambah (Ziyadah). Sedangkan
menurut istilah zakat adalah penyerahan atau penunaian hak yang wajib yang terdapat di dalam
harta untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak. Zakat terbagi dua yaitu zakat Fitrah dan
zakat Maal (Zakat Harta).
Orang yang berhak menerima zakat itu ialah sebagai berikut:
- Fakir
- Miskin
- ’Amil
- Muallaf
- Hamba sahaya
- Gharimin
- Sabilillah
- Musafir
3.2 Saran
11
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Al-Zuhayly, Wahbah. 1997. Zakat Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Moh. Rowi Latief & A. Shomad Robith. 1987. Tuntunan Zakat Praktis. Surabaya: Indah, 1987
K.H.M. Syukri Ghozali, dkk. 1997. Pedoman Zakat 9 Seri. Jakarta: Proyeksi Peningkatan
Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf
Dr. H. Amiruddin Inoed, dkk. 2005. Anatomi Fiqh Zakat (Potret & Pemahaman Badan Amil
Zakat Sumatera Selatan). Sumatera Selatan: Pustaka Pelajar
Dr. Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly. 2006. Ekonomi Zakat : Sebuah Kajian Moneter dan
Keuangan Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
http://alimudinmakalah.blogspot.com/2009/04/zakat.html
12