Anda di halaman 1dari 13

Zakat Maal

Makalah

Dibuat dan Dipresntasikan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadis-Hadis


Ekonomi, Prodi Ekonomi Syariah 4 Semester 7
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Oleh :

Andi Buana Ratu


01183100

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE

2022
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita panjatkan pada Allah SWT yang telah
menciptakan manusia dan memuliakannya diatas makhluk-makhluk yang lain. Dan
juga tidak lupa pula shalawat dan salam atas pemimpin umat islam yakni baginda
Nabi besar Muhammad SAW, beserta para sahabat dan pengikunya hingga akhir
zaman.

Alhamdulillah  berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan


penulisan makalah yang singkat ini dengan judul “Zakat Mal (Zakat Harta)”.
Makalah ini terdiri dari pokok-pokok bahasan materi yang membahas tentang tujuan
zakat mal, hukum zakat mal, jenis-jenis harta yang dizakati dan lain sebagainya.
Materi ini disajikan secara ringkas yang kami ambil dari beberapa sumber referensi
terpilih.

Terkait dengan pembuatan makalah ini, penulis  mengucapkan banyak


terimakasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan masukan.
Walaupun begitu, tim penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, tim penulis membutuhkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan menjadi amal shaleh bagi tim penulis.

Watampone, 12 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3

BAB III PENUTUP..................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat mal atau harta adalah zakat yang diwajibkan Allah SWT terhadap kaum
muslimin yang telah memiliki harta mencapai nishab dan haul serta syarat-syaratnya
lainnya.

Ambillah zakat dari harta mereka guna membersihkan dan menyucikan


mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menjadi)
ketentraman jiwa bagi mereka. Allah maha mendengar, maha mengetahui. (QS. At-
Taubah: 103).

Tujuan zakat adalah untuk membersihkan diri dari sifat kikir dan cinta yang
berlebih-lebihan pada harta benda. Adapun manfaat zakat adalah menyuburkan sifat-
sifat kebaikan dalam hati dan mengembangkan harta benda. Selain itu, untuk menjaga
harta itu sendiri, sebagaimana dalam hadis Jabir bin Abdullah r.a bahwa Nabi saw
bersabda, “Apabila engkau telah mengeluarkan zakat dari hartamu, maka
sesungguhnya engkau telaha menghilangkan keburukannya.” (HR Imam Hakim).

            Diantara harta yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah emas dan


perak, sebagaimana firman-Nya, “….Dan orang-orang yang menyimpan emas dan
perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beri tahukanlah kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” (QS. At-Taubah: 34).

Allah juga mewajibkan zakat hasil pertanian, sebagaimana firman-Nya, “Dan


Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung, pohon kurma, tanaman-
tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk
dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-
macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya
(dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-An’am:
141).

            Allah juga mewajibkan zakat atas semua penghasilan seorang muslim


jika telah mencapai nishab, yaitu yang disebut zakat profesi. Hal ini berdasarkan
firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari
bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan
dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketauhilah bahwa Allah Maha Kaya,
Maha Terpuji.” (QS. Al-Baqarah: 267).

Rasulullah SAW mewajibkan zakat perdagangan, berdasarkan riwayat


Samurah bin Jundub, “Amma ba’du, sesungguhnya Rasulullah SAW menyuruh kami
mengeluarkan zakat dari barang-barang yang kami sediakan untuk perdagangan.”
(HR. Abu Daud). Beliau pun mewajibkan zakat pada hewan ternak denagn sabdanya,
“Pada unta ada zakatnya dan pada kambing ada zakatnya.” (HR Baihaqi).

Dalam kerangka itulah makalah ini akan mencoba menjelaskan tentang


masalah yang terdapat pada zakat mal, seperti tujuan zakat dari segi ekonomi, hukum
zakat mal itu sendiri dan juga jenis-jenis harta mal yang dizakati.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut diatas, yang menjadi pokok
masalahnya adalah:

1. Bagaimana hukum zakat mal itu berlaku?


2. Apa tujuan zakat mal dari segi ekonomi?
3. Apa saja jenis-jenis zakat mal yang wajib di keluarkan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Hukum Zakat

Kata zakat menurut bahasa adalah mempunyai arti “bertambah,


berkembang”1.Zakat mal adalah ibadah yang berkaitan dengan harta benda.
Maksudnya,  Zakat yang harus dikeluarkan oleh seorang muslim yang memiliki harta
yang telah mencukupi nishab dan haul untuk diberikan kepada mereka yang brhak
menerimanya. Dinamakan zakat mal,  karena yang dikeluarkan zakatnya adalah harta
yang dimiliki,  bukan pemiliknya/atau jiwanya.2

Syarat-Syarat Zakat Mal :

1. Merupakan kepemilikan penuh, artinya harta yang akan dizakatkan adalah


milik orang yang hendak berzakat.
2. Harta yang dapat berkembang, artinya memiliki potensi untuk terus
menghasilkan.
3. Sudah mencapai nisab. Nisab adalah standar minimal yang dikenakan. Jika
belum mencapai nisab, tidak ada kewajiban atas hartanya untuk zakat mal.
Hitungan nisab zakat mal setiap harta berbeda-beda.

Hukum Zakat Mal

Mengeluarkan zakat mal hukumnya adalah fardhu ‘ain, yaitu wajib atas setiap
orang muslim yang mampu dan telah memenuhi syarat-syaratnya. Allah SWT
berfirman:

1 Sunarto, Achmad. 1991. Terjemah Fat-hul Qorib,  Surabaya: Al-Hidayah. Hal : 239


2 Alhusain, Imam Taqiyuddin. 1994. Kifayatul Akhyar,  Surabaya: Bina Iman. Hal ; 387
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat…….”(QS. Al-Baqarah:110)

“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo’alah untuk mereka.” (QS. At-
Taubah: 103)

Penunaian zakat harus disalurkan pada saatnya dan tidak boleh ditunda-tunda.
Harta zakat harus disalurkan secara langsung ketika telah genap satu tahun (haul) dan
haram hukumnya menunda-nunda pengeluarannya. Hal ini berdasarkan firman Allah:

“….Dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya….”


(QS. Al-An’am : 141)

Dalam sebuah hadits dari Aisyah r.a bahwa ia mendengar Rasulullah saw
bersabda:

ُ‫َأ ْهلَ َك ْته‬  ‫ااَّل‬  ‫ط‬


ُّ َ‫ َمااَل ق‬ ُ‫ص َدقَة‬ ِ َ‫اخالَط‬
َ َ‫ال‬ ‫ت‬ َ ‫َم‬

“Tidaklah bercampur zakat terhadap harta kecuali zakat tersebut akan


merusakan harta.” (HR Baihaqi)

Menurut Al-humaidy dengan tambahan lafal, “keadaannya seperti telah


jatuh tempo kewajiban zakat atas hartamu, tetapi kamu tidak menunaikan
zakatnya maka itu menjadi sebab hancurnya harta, baik yang halal maupun yang
haram.”

Semua harta yang dimiliki umat Islam wajib dizakati jika sudah mencapai
batas nishab. Syarat wajibnya zakat bagi harta milik seseorang adalah harta yang
didapatkan itu milik pribadi seseorang dengan cara yang baik. Dengan demikian,
harta yang didapatkan dengan cara yang tidak baik, seperti pencurian, korupsi,
perampasan, penipuan, dan riba tidak termasuk ke dalam zakat.3

Para ulama mengatakan seandainya suatu kekayaan yang kotor sampai


satu nishab, tidaklah wajib zakat atas kekayaan itu. Hal ini disebabkan kekayaan itu
bukan hak miliknya dan harus dikembalikan kepada pemiliknya. Dalam hal ini
terdapat sebuah hadits shahih :

‫ص َدقَةٌ ِمنْ ُغلُ ْولٍز‬


َ ‫صاَل ةٌ بِ َغ ْي ِر طُ ُه ْو ٍر َواَل‬
َ ‫اَل تٌ ْقبَ ُل‬

“Tidak diterima shalat tanpa bersuci dan tidak diterima sedekah dari
kekayaan ghulul.” (HR Muslim)

Kata ghulul dalam hadits tersebut maksudnya adalah kekayaan yang diperoleh


dengan cara tidak sah dari kekayaan umum, seperti harta rampasan perang
(ghanimah).

Wahai orang-orang yang beriman! Infakanlah sebagian dari hasil


usahamu yang baik-baik….(QS. Al-Baqarah: 267)

Para ulama mengatakan bahwa menyedekahkan sesuatu yang haram tidak


akan diterima karena yang disedekahkan itu bukan miliknya sendiri dan orang itu
tidak sah melakukan sesuatu atas barang tersebut.

B. Tujuan Zakat Mal dari Segi Ekonomi

Dari segi ekonomi, zakat dapat memberikan rangsangan terhadap pemilik


harta yang diambil zakatnya untuk berupaya mencari gantinya dengan amal perbuatan

3 Sunarto, Achmad. 1991. Terjemah Fat-hul Qorib,  Surabaya: Al-Hidayah. Hal : 241


yang baik, terutama zakat mal. Di dalam Islam, menumpuk harta serta menahannya
dari peredaran dan pengembangan sangat dilarang. Allah mengancamnya,
sebagaimana dalam firman-Nya berikut ini:

“…..Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak


menginfakannya di jalan Allah, maka beri tahukanlah kepada mereka (bahwa
mereka akan mendapat) azab yang pedih.” (QS. At-Taubah: 34)

Tidak hanya ancaman berupa azab terhadap orang yang tidak mengeluarkan
zakat, tetapi Islam juga mengumumkan perang dan bertindak tegas serta bijaksana
kepada mereka.4 Hal ini dimaksudkan agar mereka mau mengeluarkan zakat dari
simpanan hartanya. Hal ini tercermin ketika Islam mewajibkan 2,5% dari kekayaan
uang, apakah diusahakan oleh pemiliknya atau tidak. Dengan demikian, zakat
merupakan suatu cambuk yang bisa menggiring untuk mengeluarkan uang agar
diusahakan, diamalkan, dan dikembangkan sehingga tidak habis dimakan waktu. Ada
pesan dari umar bin Khattab r.a tentang harta anak yatim untuk dikembangkan agar
tidak habis.

ٌ‫ال ا ْليَتَا َمى اَل تَْأ ُكلُ َها ال َّز َكاة‬


ِ ‫ات َِّج ُر ْوا فِي اَم َو‬

“Kembangkanlah (dengan bisnis) harta anak yatim itu (sehingga) tidak


habis oleh zakat.” (HR. Imam Malik)

Zakat merupakan ketentuan yang wajib dalam sistem ekonomi Islam


(obligatory zakat system), sehingga pelaksanaannya melalui institusi resmi negara
yang memiliki ketentuan hukum. Zakat dikumpulkan, di kelola atau didistribusikan
melalui lembaga Baitul Maal. Ketentuan daan istrumen yang ditetapkan Allah SWT
pada aspek-aspek kehidupan manusia pada umumnya memiliki dua fungsi utama

4 Sunarto, Achmad. 1991. Terjemah Fat-hul Qorib,  Surabaya: Al-Hidayah. Hal : 241


yang memberikan manfaat bagi individu (nafs) dan kolektif (jama’i).5 Demikian pula
halnya dengan sistem zakat dalam ekonomi Islam yang berfungsi sebagai alat ibadah
orang yang membayar zakat (muzakki) yang memberikan kemanfaatan individu
(nafs), dan berfungsi sebagai penggerak ekonomi bagi orang-orang di lingkungan
yang menjalankan sistem zakat ini, yang memberikan kemanfaatan kolektif (jama’i).

Manfaat individu dari zakat adalah bahwa ia akan membersihkan dan


menyucikan mereka yang membayar zakat. Zakat akan membersihkan hati manusia
dari kekikiran dan cinta harta yang berlebihan, dan zakat akan menyucikan atau
menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati manusia. Sementara itu, manfaat
kolektif dari zakat itu adalah bahwa zakat akan terus mengingatkan orang yang
memiliki kecukupan harta bahwa ada hak orang lain dalam hartanya. Sifat kebaikan
ini yang kemudian mengantarkan zakat memainkan peranannya sebagai instrumen
yang memberikan kemanfaatan kolektif (jama’i).

Distribusi zakat pada golongan masyarakat kurang mampu akan menjadi


pendapatan yang membuat mereka memiliki daya beli atau memiliki akses pada
perekonomian. Sementara itu, peningkatan penawaran terjadi karena zakat
memberikan disinsentif bagi penumpukan harta diam (tidak diusahakan atau idle)
dengan mengenakan ‘potongan’ sehingga mendorong harta untuk diusahakan dan
dialirkan untuk investasi di sektor riil. Pada hakikatnya, zakat berperan besar dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara makro. Dengan adanya mekanisme
zakat, aktivitas ekonomi dalam kondisi terburuk sekalipun dipastikan akan dapat
berjalan paling tidak pada tingkat yang minimal untuk memenuhi kebutuhan primer.
Oleh karena itu, instrumen zakat dapat digunakan sebagai perisai terakhir bagi
perekonomian agar tidak terpuruk dari kondisi krisis dimana kemampuan konsumsi
mengalami stagnasi (underconsumption). Zakat memungkinkan perekonomian terus
berjalan pada tingkat yang minimum dijamin oleh dana zakat.

5 Thahir, Ahmad Hamid. 2008. Fiqih Sunnah. Surakarta: Ziyad Books. Hal: 113


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari uraian diatas, maka diakhir makalah ini penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:

1. Mengeluarkan zakat mal hukumnya adalah fardhu ‘ain dan penunaian


zakat harus disalurkan pada saatnya dan tidak boleh ditunda-tunda. Harta
zakat harus disalurkan secara langsung ketika telah genap satu tahun (haul)
dan haram hukumnya menunda-nunda pengeluarannya.
2. Dari segi ekonomi, zakat dapat memberikan rangsangan terhadap pemilik
harta yang diambil zakatnya untuk berupaya mencari gantinya dengan
amal perbuatan yang baik, terutama zakat mal.
3. Jenis-jenis harta yang dizakati antara lain, yaitu zakat emas, perak, dan
mata  uang, zakat perdagangan, perusahaan, industri, jasa, zakat binatang
ternak dan zakat hasil pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Rasjid, Sulaiman. 2011. Fiqh Islam (Hukum Fiqh Islam). Bandung: Penerbit Sinar
Baru Algensindo.
Ali, Muhammad Daud. 1988. Sistem Ekonomi Islam : Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI-
Press.
El-Madani. 2013. Fiqh Zakat Lengkap. Jogjakarta: DIVA Press.

Anda mungkin juga menyukai