Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Zakat

Zakat ditinjau dari segi bahasa memiliki banyak arti, yaitu al-barakatu yang
mempunyai arti keberkahan, ath-thaharatu yang memiliki arti kesucian, al-
namaa yang mempunyai arti pertumbuhan dan perkembangan, dan ash-shalahu
yang memiliki arti keberesan. Sedangkan zakat ditinjau dari segi istilah terdapat
banyak ulama’ yang mengemukakan dengan redaksi yang berbeda-beda , akan
tetapi pada dasarnya mempunyai maksud yang sama, yaitu bahwa zakat itu
adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT
mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada seseorang yang berhak
menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.

Dari pengertian diatas sangat jelas bahwa orang yang mengeluarkan sebagian dari
hartanya untuk zakat akan dapat menambah kesuburan hartanya dan memperoleh
pula keberkahan dan rahmat dari Allah, serta mendapatkan kesucian diri dari
hartanya, selain itu hartanya akan senantiasa tumbuh dan berkembang menjadi
lebih banyak, dan harta yang dimiliki akan selalu beres dan dijauhkan dari
berbagai macam kemadharatan.

Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga dan Allah SWT mewajibkan untuk
menunaikan zakat33. Zakat dapat membersihkan pelakunya dari dosa dan
menunjukan kebenaran imanya, adapun caranya dengan memberikan sebagian
harta yang telah mencapai nishab dalam waktu satu tahun kepada orang yang
berhak menerimanya.

Zakat menjadi berkah karena dengan membayar zakat hartanya akan bertambah
atau tidak berkurang sehingga akan menjadikan hartanya tumbuh laksana tunas-
tunas pada tumbuhan karena karunia dan keberkahan yang diberikan Allah SWT
kepada seorang muzakki, dan suci dari kotoran dan dosa yang menyertainya
yang disebabkan oleh harta yang dimilikinya tersebut, adanya hak-hak orang lain
yang menempel padanya. Maka apabila tidak dikeluarkan zakatnya, maka harta
tersebut mengandung hak-hak orang lain yang apabila kita menggunakan atau
memakanya berarti kita memakan harta haram.

Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga dari rukun Islam yang lima, yang
merupakan dasar atau pondasi bagi umat Islam untuk dilaksanakan. Zakat
hukumnya adalah wajib (fardhu ‘ain) bagi setiap muslim apabila sudah
memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan syariat.36 Kewajiban zakat ini telah
ditetapkan Allah SWT dalam al-Qur’an, Hadits, serta Ijma’.
Betapa pentingnya membayar zakat telah diterangkan secara jelas di dalam al-
Qur’an maupun Hadits. Di mana dalam al-Qur’an kata zakat dan shalat selalu
disebut beriringan pada 82 ayat. Dari hal ini adanya keterkaitan yang kuat
antara zakat dan shalat baik dari segi akibat yang ditimbulkan apabila tidak
mengerjakan dan tujuan yang sama diwajibkanya

Orang yang enggan membayarnya boleh diperangi. Orang yang menolak


kewajibannya dianggap kafir, karena ia mengingkari perkara dasar agama. Akan
tetapi, barang siapa yang mengakui kewajiban zakat, namun ia tidak mau
menunaikannya, maka ia hanya dianggap sebagai orang Islam yang bermaksiat,
karena tidak mau menunaikan perintah agama, juga sebagai orang yang telah
melakukan dosa besar.

B. Dasar Hukum Zakat

1. Al-Qur’an

Dasar hukum tentang zakat adalah salah satunya firman Allah SWT pada
surah an-nur ayat 56 :

َّ ‫َواَقِ ْيمُوا الص َّٰلو َة َو ٰا ُتوا‬


‫الز ٰكو َة َواَطِ ْيعُوا الرَّ س ُْو َل َل َعلَّ ُك ْم ُترْ َحم ُْو َن‬
Artinya : Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan
taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat

Dalam surat lain Allah kembali mengegaskan dalam surat Al-


An’am 141 :

۞‫َوه َُو الَّذ ِْٓي اَ ْن َشاَ َج ٰ ّن ٍت مَّعْ ر ُْو ٰش ٍت وَّ َغي َْر َمعْ ر ُْو ٰش ٍت وَّ ال َّن ْخ َل َو َّالزرْ َع‬
‫َّان ُم َت َش ِابهًا وَّ َغي َْر ُم َت َش ِاب ۗ ٍه ُكلُ ْوا ِمنْ َث َم ِرهٖ ٓ ا َِذٓا‬
َ ‫الز ْي ُت ْو َن َوالرُّ م‬َّ ‫م ُْخ َتلِ ًفا ا ُ ُكلُ ٗه َو‬
‫صاد ِٖۖه َواَل ُتسْ ِرفُ ْوا ۗ ِا َّن ٗه اَل ُيحِبُّ ْالمُسْ ِرفِي ۙ َْن‬ َ ‫اَ ْث َم َر َو ٰا ُت ْوا َح َّق ٗه َي ْو َم َح‬
Artinya : Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung
dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam- tanaman
yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang
serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya).
makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila
Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik
hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan
janganlah kamu berlebih- lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang yang berlebih- lebihan.

2. Hadist

Selain Al-Qur’an dasar untuk menunaikan zakat adalah hadist


Rasulullah SAW. Salah satunya adalah Hadits riwayat Imam Bukhari :
‫ ح د ثىي ابى سفيا ´ن رضي هلال عًى ف ´ذ‬:‫و قا ´ل اب ˚ه ’عباس رضي هلال عىه˚ ما‬
‫ يا ˚م ˚زوا بالصالة والزكاة‬: ‫ك ´ز حديث ا ىل ب ي ص ًل هلال علًي و سلم فقال‬
)43‫رواي البخاري‬.(‫والصلت والعفاف‬
Artinya : Ibnu Abbas R.A berkata,” Abu Sufyan R.A telah
menceritakan kepadaku (lalu dia menceritakan hadits Nabi SAW),
bahwa Nabi SAW bersabda : Kami diperintahkan untuk mendirikan
shalat, menunaikan zakat, menyambung tali persaudaraan, dan
menjaga kesucian diri. ( H.R Bukhari).
C. Keterkaitan Zakat dengan Hukum Waris
Harta warisan menjadi wajib zakat bukan karena statusnya
sebagai warisan, tetapi sebagai harta yang diterima dan dimiliki secara
penuh oleh ahli waris layaknya aset-aset lain yang dimiliki. Oleh karena
itu, untuk menentukan wajib zakat atau tidaknya beserta jenis zakatnya,
perlu dibedakan jenis aset warisan yang diterimanya sebagai berikut.

a. Aset idle yang nilai ekonomisnya tidak berkembang. Aset-

aset warisan yang nilai ekonomisnya tidak berkembang

seperti tanah-tanah yang ada di desa (perkampungan) itu

tidak wajib zakat karena tidak memenuhi manath wajib

zakat yaitu berkembang (an-nama’). Tanah-tanah tersebut

itu nilainya tidak naik dan sulit untuk diperdagangkan


(dijual).

b. Aset yang nilai ekonomisnya berkembang wajib dizakati

jika memenuhi kriteria

1) Nilai aset mencapai minimal (nisab) 85 gram emas dengan

tarif 2,5 persen dan

2) Dikeluarkan setelah melewati 12 bulan (haul).

3) Aset tersebut tidak digunakan untuk kebutuhan

primer/asasi seperti sebagai tempat tinggal dan

4) Aset tersebut bernilai, berkembang, dan berpotensi jadi

modal.
Di antara alasannya, analogi aset yang berkembang

(seperti tanah dengan bangunannya) dengan emas karena

keduanya memenuhi illat berkembang (qabbiliyatu lin nama’)

dan naik harganya. Misalnya, si A memiliki emas batangan 90

gram dan telah melewati satu tahun, maka harus ditunaikan

zakatnya sebesar 2,5 persen dari nilai emas tersebut walapun

emas tersebut disimpan di rumah dan tidak jadi modal. Maka,

begitu pula dengan aset rumah (dengan tanahnya) yang

dimiliki saat mencapai syarat tersebut. Juga sesuai dengan

tradisi masyarakat saat ini, bangunan seperti properti telah

dijadikan sebagai aset investasi yang bisa berkembang dan

menghasilkan manfaat karena bisa dijual dengan harga yang

lebih tinggi.

c. Jika warisannya berupa emas, maka menjadi wajib zakat

saat memenuhi syarat wajibnya yaitu mencapai minimal

85 gram emas (20 dinar), dimiliki secara sempurna, telah

melewati 12 bulan (haul), serta dikeluarkan 2,5 persen.

Sebagaimana hadis riwayat Abu Hurairah, Rasulullah SAW

bersabda, “Siapa saja yang memiliki emas atau perak tapi

tidak mengeluarkan zakatnya melainkan pada hari kiamat

nanti akan disepuh untuknya lempengan dari api

neraka…”. (HR. Muslim).  Begitu pula seluruh ulama telah

berkonsensus (ijma) bahwa emas yang memenuhi syarat

wajibnya itu wajib ditunaikan zakatnya.

d. Jika warisannya adalah usaha perdagangan dan dilanjutkan

oleh ahli waris, maka wajib zakat apabila total modal dan

keuntungannya (setelah dikurangi kebutuhan produksi)


mencapai minimal (senilai) 85 gram emas, ditunaikan

sebesar 2,5 persen setelah melewati satu tahun.

Sebagaimana firman Allah SWT, “Hai orang-orang yang

beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil

usahamu yang baik-baik ….” (QS. al-Baqarah: 267). Para

ulama seperti Imam al-Qurthubi, Imam ath-Thabari, dan

Imam al-Bukhari menafsirkan lafaz “ma kasabtum" (hasil

usahamu) dalam ayat di atas ialah perdagangan.

Maksudnya, tunaikanlah zakat dari setiap hasil dari

perniagaanmu. Berdasarkan nash Al-Qur’an tersebut, para

sahabat dan tabi’in telah sepakat (ijma’) bahwa harta

perdagangan itu wajib dizakati. Di antara caranya adalah

jika warisannya beragam, maka aset-aset sejenis digabung.

Misalnya, warisan diterima pada 1 Januari berupa uang

tunai dan emas. Jika jumlah atau nilai uang tunai dan emas

tersebut pada tanggal 1 Januari tahun berikutnya itu dinilai

(appraisal) mencapai minimal senilai 85 gram emas, maka

ditunaikan 2,5 persen sebagai tarif zakatnya. Akan tetapi,

jika pada tanggal itu berkurang atau bahkan sama sekali

tidak ada saldo (habis digunakan untuk kebutuhan primer

atau sekunder), maka tidak ada kewajiban zakat.

Anda mungkin juga menyukai