‘’ZAKAT NUQUD’’
Disusun oleh:
Emi Luthfiana
Farikha Nazila
Arini Qurrota A.
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3
A. Pengertian Hadhanah............................................................................................3
B. Dasar Hukum Hadhonah....................................Error! Bookmark not defined.
C. Waktu Hadhanah.................................................Error! Bookmark not defined.
D. Syarat Syarat Hadhanah......................................Error! Bookmark not defined.
BAB III PENUTUP....................................................................................................10
Kesimpulan...............................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam makalah ini kita akan membahas tentang zakat emas dan perak.
Sebagaimana telah disepakati oleh ulama tentang tentang kewajiban zakat dua
jenis logam mulia yaitu emas dan perak disepanjang masa. Diantara
hikmahnya adalah mendorong perputaran harta dan pengembangannya
sehingga tidak habis dimakan zakat.
Di samping itu, salah satu fungsi utama emas, perak dan mata uang
adalah untuk bergerak dan beredar sebagai alat tukar yang dimanfaatkan oleh
masyarkat dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya, menyimpan emas,
1
perak dan mata uang secara massal akan menyebabkan terhambatnya kegiatan
di masyarakat, terhentinya pekerjaan, merajalelanya transaksi di pasar dan
mundurnya kegiatan perekonomian secara umum. Diwajibkannya zakat
sebagai upaya menghindari berbagai dampak negatif dari penimbunan mata
uang secara massal.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat Mal
Zakat secara etimologis berasal dari kata yang berarti tumbuh, kesuburan
dan pensucian. Kata zakat digunakan untuk pemberian harta tertentu karena di
dalamnya terdapat suatu harapan mendapat berkah, mensucikan diri dan
menumbuhkan harta tersebut untuk kebaikan 1 . Adapun menurut terminologis,
zakat diartikan sebagai pemberian sesuatu yang wajib diberikan dari
sekumpulan harta tertentu, menurut sifat - sifat dan ukuran tertentu kepada
golongan tertentu yang berhak menerimanya. Kata mal jamak dari kata amwal
dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia
untuk memiliki dan menyimpannya. Pada mulanya kekayaan sepadan dengan
dengan emas dan perak, namun kemudian berkembang menjadi segala barang
yang dimiliki dan disimpan.
Dalam kitab Fathul Mu’in disebutkan zakat mal ( harta benda ) yaitu
zakat yang di keluarkan dari harta benda tertentu misalanya emas, perak,
binatang, tumbuhan (biji - bijian), dan harta perniagaan.
Para pemikir ekonomi Islam kontemporer mendefinisikan zakat mal
sebagai harta yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau pejabat berwenang,
kepada masyarakat umum atau individu yang bersifat mengikat dan final, tanpa
mendapat imbalan tertentu yang dilakukan pemerintah sesuai dengan
kemampuan pemilik harta, yang dialoksikan untuk memenuhi kebutuhan
delapan golongan yang telah ditentukanoleh Al - Qur’an, serta untuk
memenuhi tuntutan politik bagi keuangn Islam.
3
shalat 6 . Zakat merupakan rukun agama Islam yang sama dengan rukun -
rukun agama Islam yang lain, merupakan fardhu dari fardhu - fardhu agama
yang wajib diselenggarakan. Di dalam Al-Qur'an banyak ayat yang menyuruh
kita untuk melaksanakan dan menunaikan zakat. Sedemikian pula banyak
sekali hadis yang menganjurkan dan memerintah kita memberikan zakat.
1. Al-Qur’an
يآايَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا َاْنِفُقْو ا ِم ْن َطِّيٰب ِت َم ا َك َس ْبُتْم َوِمَّم ٓا َاْخ َر ْج َنا َلُك ْم ِّم َن اَاْلْر ِضۗ َو اَل َتَيَّمُم وا اْلَخ ِبْيَث ِم ْنُه
ُتْنِفُقْو َن َو َلْس ُتْم ِبٰا ِخِذ ْيِه ِآاَّل َاْن ُتْغ ِم ُضْو ا ِفْيِهۗ َو اْعَلُم ْٓو ا َاَّن َهّٰللا َغ ِنٌّي َحِم ْيٌد
2. Dalil As-sunnah
Diantaranya hadist Rasullullah tentang kewajiban zakat mal,
diantaranya yaitu:
4
بني اإلسالم علي: قال رسول هّللا صلي هّللا عليه وسّلم:عن إبن عمر رضي هّللا عنهما قال
شهادة أن الأله إاّل هّللا وأّن محّم دا عبده ورسوله وإقام الصالة وإيتاء الزكاة والحج وصوم:خمس
)رمضان (متفق عليه
Ibnu Rajab mengatakan, jihad tidak disebutkan pada hadits Ibnu 'Umar di
atas, padahal jihad merupakan amal perbuatan termulia. Di salah satu riwayat
disebutkan bahwa, Ibnu Umar 'ditanya : “Bagaimana dengan jihad?” Ibnu
'Umar menjawab,"Jihad itu bagus, namun hanya hadits itulah yang aku terima
dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam”.
5
6. Pada harta tersebut tidak ada tanggungan utang atau tidak sedang
menanggung utang jatuh tempo yang dapat megurangi nisbah minimal.
7. Khusus harta yang berupa emas, perak, peternakan, tertambangan dan
perdagangan, maka haruslah telah berusia lebih dari satu tahun.
b. Perak Perak tidak wajib dizakati, kecuali telah mencapai dua ratus
dirham. Jika telah mencapai dua ratus dirham, wajib dikeluarkan
zakatnya sebesar 2.5 %. Selebihnya juga dihitung dengan perentase
seeprti itu, baik sedikit maupun banyak 20.
2. Zakat Binatang
a. Unta
Unta baik unta Khurasany, baik unta arab campuran masing –
masing 2,5 dan tidak ada zakat terhadap unta yang kurang dari lima ekor,
jantan dan betina.
Unta
6
huqqah, dan pada setiap 40 ekor, 1
ekor unta binti labun. Maka pada
130 ekor, zakatnya 1 ekor unta
huqqah, 2 ekor unta binti labun.
140 ekor 2 ekor unta huqqah, 2 ekor binti
labun
Keterangan:
- Binti Makhadl, unta betina yang berumur setahun masuk ke tahun kedua.
- Binti Labun, unta betina yang berumur dua tahun, masuk ke tahun ketiga.
- Ibnu Labun, unta jantan yang berumur dua tahun, masuk ketahun ketiga.
b. Sapi (Kerbau)
Zakat sapi (kerbau) tidak secara rinci dijelaskan oleh Rasulullah,
karena itu terjadi perbedaan pendapat. Zakat sapi (kerbau) ditetapkan
zakatnya berdasarkan sunnah dan ijma’ (pendapat yang mashur). Adapu
berdasarkan hadits Mu’az bin Jabal yang diriwayatkan oleh Ahmad dan
Msyuruq, yaitu nabi memerintahkan Mu’az supaya setiap 30 ekor sapi
diambil zakatnya seekor sapi yang berumur satu tahun dan diatur sebagai
berikut:
Zakat Sapi dan Kerbau
c. Kambing (domba)
7
Zakat Kambing (domba)
Ulama mazhab sepakat, selain Hanafi bahwa nisab tanaman dan buah –
buahan ada lima ausaq. Satu ausaq sama dengan enam puluh gantang, yang
jumlahnya kira – kira mencapai sembilan ratus sepuluh gram. Satu kilo sama
dengan seribu gram. Maka bila tidak mencapai target tersebut, maka tidak
wajib dizakati. Namun Hanafi berbeda pendapat, banyak maupun sedikit wajib
dizakati secara sama.
8
mendambakan kesejahteraan lahir batin. Yang dimaksud dengan tujuan zakat
adalah sasaran praktisnya.
Dalam hal ini, menurut Syaefuddin Zuhri tujuan zakat adalah untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat.
Adapun secara terperinci Daud Ali menjelaskannya sebagai berikut :
1. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari
kesulitan hidup serta penderitaan.
2. Membantu pemecahan permasalahanyang di hadapi oleh para
gharimin, ibnu sabil, dan mustahiq lainnya.
3. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan
manusia pada umumnya.
4. Menghilangkan sifat kikir.
5. Membersihkan sifat dengki dan iri dari hati orang - orang miskin.
6. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin
dalam suatu madyarakat.
7. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang,
terutama pada mereka yang mempunyai harta.
8. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan
menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.
9. Sarana pemerataan pendapatan (rizki) untuk mencapai keadilan sosial.
Dari keterangan tersebut dapat dipahami bahwa tujuan zakat dapat
dibedakan menjadi dua bagian yaitu tujuan zakat yang dinisbatkan kepada si
pemberi dan tujuan zakat yang dihubungkan dengan si penerima dan orang
yang memanfaatkannya. Zakat sebagai lembaga Islam juga mengandung
hikmah (makna yang dalam atau manfaat) yang bersifat rohaniah dan filosofis.
Hikmah tersebut adalah:
1. Zakat melatih si pemberi berderma dan bermurah hati.
2. Zakat memperkokoh hubungan cinta dan persaudaraan antara si pemberi dan
orang lain;
3. Zakat memelihara adanya taraf hidup yang cukup bagi warga
masyarakat;
9
4. Zakat menghilangkan faktor - faktor dan sebab - sebab pengangguran.;
5. Zakat adalah satu - satunya jalan untuk membersihkan hati manusia dari
dengki, iri, dan dendam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zakat nuqud disebut juga zakat emas, perak dan uang. Emas dan perak
adalah logam galian yang berharga sebagai bagian dari karunia Allah kepada
manusia. Menurut Al-Syayyid ‘Ali mengartikan bahwa zakat nuqud adalah
semua hal yang digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi, baik
Dinar emas, Dirham perak maupun lembaga keuangan. Sementara Al-Kafrawi
mendefinisikannya dengan “segala sesuatu yang diterima secara umum sebagai
media pertukaran dan pengukur nilai”.
Nishab zakat emas sebesar 20 Dinar emas (85 gram) dengan haul
selama satu tahun dan kadar 2,5%. Nishab perak adalah 200 Dirham (595
10
gram), haul selama satu tahun dan kadar 2,5% atau sekurang-kurangnya 5
Dirham. Sedangkan nishab uang mengikuti mana yang paling rendah antara
emas dan perak apabila diuangkan, karena itu lebih cepat untuk memenuhi
kebutuhan orang-orang yang berhak menerima zakat. Nishab harta uang,
seharga nishab emas yang telah ditentukan oleh syara’ yakni 20 mitsqal atau
dinar.
11
DAFTAR PUSTAKA
Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah, jilid 2, (Jakarta: Pena Pundi Akara, 2007),
hlm. 237
Ghazaly, Abdurrahman, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2013),
hlm. 175
12