Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ZAKAT EMAS, PERAK, DAN PERHIASAN LAINNYA


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh dan Manajemen
Zakat di Indonesia
Dosen Pengampu :

Abdul Azis, M.HI

Disusun oleh :
Nabiela Rafa Callysta (210201110081)
Celya Zahra Nabila Putri (210201110126)
Maghfirotul Mutsaniyah (210201110167)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM
MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul "Zakat Emas, Perak, dan Perhiasan". Makalah ini disusun sebagai bagian
dari tugas mata pelajaran Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia

Zakat merupakan salah satu kewajiban sosial dalam agama Islam yang
sangat penting. Zakat emas, perak, dan perhiasan merupakan salah satu jenis zakat
yang memiliki peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan umat Islam dan
membantu mengurangi kesenjangan sosial. Oleh karena itu, kami merasa penting
untuk membahas topik ini secara rinci dalam makalah ini.

Dalam makalah ini, kami akan membahas pengertian zakat emas, perak,
dan perhiasan, nisab atau batas kepemilikan yang harus dipenuhi, dan cara
menghitung zakatnya. Selain itu, kami juga akan membahas hal hal lain secara
rinci mengenai zakat emas, perak, dan perhiasan bagi umat Islam.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang zakat emas, perak, dan perhiasan bagi pembaca, khususnya umat Islam.
Dalam penyusunan makalah ini, kami berusaha untuk merujuk pada sumber-
sumber yang terpercaya, seperti kitab suci Al-Qur'an, hadis, serta referensi dari
Departemen Agama RI. Adapun metode yang digunakan dalam penulisan
makalah ini adalah studi pustaka, yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi
melalui buku-buku referensi, jurnal ilmiah, dan sumber-sumber lainnya yang
terpercaya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan
masih banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka
dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
perbaikan dan pengembangan makalah ini di masa yang akan datang. Akhir kata,
kami mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Malang, 12 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A.Latar Belakang..................................................................................................1
B.Rumusan Masalah.............................................................................................1
C.Tujuan...............................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A.Pengertian Zakat Emas, Perak, dan Perhiasan..................................................4
B.Nisab Zakat Emas, Perak, dan Perhiasan........................................................10
C.Besaran Zakat Emas, Perak, dan Perhiasan....................................................11
D.Waktu Pengeluaran Zakat Emas, Perak, dan Perhiasan.................................13
E.Penerima Zakat Emas, Perak, dan Perhiasan..................................................14
BAB III..................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
A.Kesimpulan.....................................................................................................19
B. Saran..............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Syariat islam menganggap emas, perak, dan perhiasan sebagai harta yang
sangat berharga, selain berfungsi sebagai perhiasan dan berinvertasi pada zaman
sekarang, emas pada zaman dahulu juga dipakai sebagai alat tukar. Emas, perak
dan perhiasan adalah harta yang harus dizakati apabila sudah mencapai nisabnya
dan hal ini sudah dilakukan sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Salah satu dari
rukun islam yaitu zakat yang dimensinya tidak hanya vertikal namun juga
horizontal atau ibadah sosial. Zakat dapat mempengaruhi dalam hidup ekonomi
bermasyarakat sehingga keberadaannya sangat penting dalam mengatasi
kesenjangan sosial yang ada di masyarakat.

Zakat emas, perak, dan perhiasan dapat dikatakan wajib dikeluarkan


apabila perhitungannya sudah mencapai nisabnya. Presentasenya yaitu sebayak
2,5% dari emas, perak, dan perhiasan yang ditimbun atau disimpan. Waktu
wajibnya dalam mengeluarkan zakat emas, perak, dan perhiasan juga sudah
ditentukan sejak zaman Nabi Muhammad SAW, yaitu emas, perak, dan perhiasan
tersebut dimiliki hingga waktu haulnya yaitu satu tahun hijriyah.

Penerima zakat emas, perak, dan perhiasan sama dengan penerima zakat
fitrah yang sudah dijelaskan dalam surat at-Taubah ayat 60. Kewajiban dalam
membayar zakat emas, perak, dan perhiasan lainnya memiliki banyak ketentuan
dalam nisab, berapa yang harus dikeluarkan, kapan waktu sudah wajibnya, dan
penerima zakat. Sebagai orang muslim ketentuan-ketetuan tersebut harus
dipelajari lebih rinci karena pada saat ini banyak terjadi perbedaan mengartikan
bersaran yang dikeluarkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari zakat emas, perak, dan perhiasan ?


2. Berapakah nisab dari zakat emas, perak, dan perhiasan ?
3. Berapakah besaran pengeluaran zakat emas, perak, dan perhiasan ?
4. Kapankah waktu pengeluaran zakat emas, perak, dan perhiasan ?
5. Siapakah penerima zakat emas, perak, dan perhiasan ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari zakat emas, perak, dan perhiasan


2. Untuk mengetahui nisab dari zakat emas, perak, dan perhiasan
3. Untuk mengetahui besaran pengeluaran zakat emas, perak, dan perhiasan
4. Untuk mengetahui waktu pengeluaran zakat emas, perak, dan perhiasan
5. Untuk mengetahui penerima zakat emas, perak, dan perhiasan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat Emas, Perak, dan Perhiasan

1. Pengertian Zakat
Zakat adalah kewajiban bagi umat Islam untuk memberikan sebagian dari
harta yang dimilikinya kepada yang berhak menerima, seperti fakir miskin,
mustahik, dan lain sebagainya. Secara harfiah, zakat berasal dari bahasa Arab
"zaka", yang berarti tumbuh, berkembang, atau membersihkan.1

Adapun sumber hukum zakat terdapat pada QS.Al-Baqarah(2) ayat 43


yang berbunyi :

‫َو َاِقْيُم وا الَّص ٰل وَة َو ٰا ُتوا الَّز ٰك وَة َو اْر َك ُعْو ا َم َع الَّراِكِع ْيَن‬

"Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang
rukuk."

Dan terdapat pula pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan
Muslim yang berbunyi :

‫ َس ِم ْع ُت‬: ‫َع ْن َأِبي َع ْبِد الَّرْح َمِن َع ْبِد ِهللا ْبِن ُع َم َر ْبِن اْلَخ َّطاِب َرِض َي ُهللا َع ْنُهَم ا َقاَل‬
‫ َش َهاَد ِة َأْن َال ِإَل َه‬: ‫ ُبِنَي ْاِإل ْس َالُم َع َلى َخ ْم ٍس‬: ‫َر ُسْو َل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقْو ُل‬
‫ِإَّال ُهللا َو َأَّن ُمَح َّم دًا َر ُس ْو ُل ِهللا َو ِإَق اِم الَّص َالِة َو ِإْيَت اِء الَّز َك اِة َو َح ِّج اْلَبْيِت َو َص ْو ِم‬
‫َر َم َض اَن‬
Dari Abu ‘Abdurrahman ‘Abdullah bin ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu
‘anhuma, ia mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada
yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah;
1
Hidayat R. Zakat, Infak, dan Shadaqah: Konsep, Praktik, dan Kajian Hukum Islam. (Jakarta:
Prenada Media Group, 2019).
menunaikan shalat; menunaikan zakat; menunaikan haji (ke Baitullah); dan
berpuasa Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 8; Muslim,
no. 16]

Adapun keutamaan zakat dalam Islam sangatlah besar, di antaranya:

1) Merupakan salah satu rukun Islam yang ke-3, artinya zakat menjadi bagian
penting dalam menjalankan ibadah sebagai muslim.
2) Zakat merupakan tanda keimanan dan ketaqwaan seseorang kepada Allah
SWT.
3) Zakat dapat membersihkan harta dari sifat serakah dan kikir serta dapat
menumbuhkan sifat dermawan dan peduli terhadap sesama.
4) Zakat juga dapat menjadi sarana pembersih dosa dan penghapus kesalahan
seseorang, sekaligus menjadi amal sholeh yang berarti akan mendatangkan
pahala dari Allah SWT.
5) Tujuan dari zakat adalah untuk membantu meringankan beban orang yang
membutuhkan, seperti fakir miskin, mustahik, dan sebagainya. Selain itu,
zakat juga bertujuan untuk menegakkan keadilan sosial dalam masyarakat
serta untuk mengendalikan kekayaan agar tidak terjadi pengumpulan harta
secara tidak sehat yang akan mengarah pada kesenjangan sosial yang
semakin lebar.2

Dalam Islam, zakat dianggap sebagai bagian penting dalam menjalankan


ibadah dan kehidupan bermasyarakat yang seimbang dan harmonis. Sebagai umat
muslim, kita dianjurkan untuk senantiasa memperhatikan kewajiban zakat dan
melaksanakannya dengan ikhlas dan penuh keikhlasan.3

Zakat yang diwajibkan tidak hanya satu jenis, namun ada beberapa macam
zakat yang harus dikeluarkan, di antaranya adalah Zakat Fitrah, Zakat Mal, Zakat
Penghasilan, Zakat Perdagangan, Zakat Pertanian, dan Zakat Emas dan Perak.

2
Ahmad Syafiq, “Zakat Ibadah Sosial Untuk Meningkatkan Ketaqwaan Dan Kesejahteraan
Sosial,” Ziswaf: Jurnal Zakat Dan Wakaf 2, no. 2 (20 Agustus 2016) 380–400.
3
Ahmad Atabik, “Peranan Zakat Dalam Pengentasan Kemiskinan,” Ziswaf: Jurnal Zakat Dan
Wakaf 2, no. 2 (20 Agustus 2016) 339–61.
Zakat Fitrah harus dikeluarkan pada akhir bulan Ramadan atau pada Hari Raya
Idul Fitri. Sementara Zakat Mal dikeluarkan dari harta atau kekayaan seseorang
yang melebihi nisab dan haul. Zakat Penghasilan dikeluarkan dari penghasilan
atau pendapatan yang mencapai atau melebihi nisab, sedangkan Zakat
Perdagangan dikeluarkan dari keuntungan usaha perdagangan. Zakat Pertanian
dikeluarkan dari hasil panen pertanian seseorang. Sedangkan Zakat Emas dan
Perak dikeluarkan dari harta emas dan perak yang dimiliki seseorang dengan
jumlah tertentu. Dalam pembahasan kali ini kita akan membahas lebih dalam dan
lebih lanjut mengenai salah satu cabang zakat yaitu zakat emas, perak dan
perhiasan.

2. Zakat Emas

Emas adalah logam mulia yang biasanya berwarna kuning keemasan, tidak
berkarat dan bersifat tidak reaktif terhadap bahan kimia lainnya. Emas juga sangat
malleable dan ductile, artinya dapat ditempa menjadi lembaran tipis dan ditarik
menjadi kawat tanpa mengalami kerusakan. Emas memiliki sifat konduktivitas
listrik dan termal yang tinggi, membuatnya sangat cocok untuk digunakan dalam
berbagai aplikasi elektronik dan industri. Selain itu, emas juga sering digunakan
sebagai bahan perhiasan dan sebagai investasi.

Emas termasuk logam yang sangat berharga dan memiliki nilai ekonomi
yang tinggi. Harga emas dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran di pasar
global, serta oleh faktor-faktor lain seperti kebijakan moneter, stabilitas politik,
dan kondisi ekonomi global. Emas juga sering dianggap sebagai aset yang aman
dan stabil dalam situasi ketidakpastian ekonomi dan politik.

Emas memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan sering digunakan sebagai
investasi, perhiasan, dan mata uang. Emas juga dianggap sebagai simbol
kemakmuran, kekuasaan, dan keabadian. Emas dapat ditemukan di alam dalam
bentuk bijih dan kemudian diolah menjadi logam murni melalui proses pemurnian
yang rumit. Emas memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai industri, seperti
elektronik, perhiasan, dan industri kosmetik. Karena keunikannya, emas juga
sering dijadikan sebagai standar bagi penentuan nilai mata uang dan perdagangan
internasional.

Zakat emas adalah zakat yang wajib dikeluarkan oleh umat Islam atas
kepemilikan emas selama satu tahun hijriyah. Zakat emas dihitung sebagai 2,5%
dari nilai kekayaan tersebut jika jumlah emas yang dimiliki mencapai nisab atau
batas tertentu. Nisab zakat emas adalah 85 gram emas murni, yang harus dipenuhi
sebelum seseorang dikenakan zakat emas.

Sumber hukum zakat emas dalam Islam adalah Al-Qur'an dan hadits.
Dalam Al-Qur'an, zakat emas disebutkan dalam beberapa ayat, di antaranya:

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَّن َك ِثْي ًرا ِّم َن اَاْلْح َب اِر َو الُّر ْهَب اِن َلَي ْأُك ُلْو َن َاْم َو اَل الَّن اِس ِباْلَباِط ِل‬
‫َو َيُص ُّد ْو َن َع ْن َس ِبْيِل ِهّٰللاۗ َو اَّلِذ ْيَن َيْك ِنُز ْو َن الَّذ َهَب َو اْلِفَّض َة َو اَل ُيْنِفُقْو َنَه ا ِفْي َس ِبْيِل ِهّٰللا‬
‫( َّي ْو َم ُيْح ٰم ى َع َلْيَه ا ِفْي َن اِر َجَهَّنَم َفُتْك ٰو ى ِبَه ا ِج َب اُهُهْم‬٣٤ ) ‫َۙفَبِّش ْر ُهْم ِبَع َذ اٍب َاِلْيٍم‬
٣٥) ‫َو ُج ُنْو ُبُهْم َو ُظُهْو ُر ُهْۗم ٰه َذ ا َم ا َكَنْز ُتْم َاِلْنُفِس ُك ْم َفُذ ْو ُقْو ا َم ا ُكْنُتْم َتْك ِنُز ْو َن‬
"Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak dari orang-orang alim
dan rahib-rahib mereka benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil,
dan (mereka) menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang
yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah,
maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat)
azab yang pedih. (Ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam
neraka Jahanam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung dan punggung mereka
(seraya dikatakan) kepada mereka, “Inilah harta bendamu yang kamu simpan
untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."
(QS. At-Taubah [9]: 34-35).

Selain itu, kewajiban membayar zakat emas dan perak juga diriwayatkan
dalam salah satu hadist berikut ini:
“Tidak ada seorang pun yang mempunyai emas dan perak yang dia tidak berikan
zakatnya, melainkan pada hari kiamat dijadikan hartanya itu beberapa keping api
neraka dan disetrikakan pada punggung dan jidatnya," (HR. Muslim).

Jadi, sudah jelas bahwasanya kewajiban zakat emas ini datangnya dari
perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Emas merupakan salah satu benda atau perhiasan yang harus di keluarkan
zakatnya jika telah mencapai Nisab dan haulnya Wajibnya mengeluarkan zakat
emas dikarenakan dalam pandangan Islam, emas dan perak termasuk ke dalam
jenis harta yang berpotensi untuk berkembang layaknya binatang ternak. Akan
tetapi, apabila emas dan perak digunakan sebagai perhiasan yang diperbolehkan
seperti kalung, anting-anting, dan gelang yang dipakai oleh wanita, maka tidak
ada kewajiban zakat yang harus dikeluarkan, kecuali menurut pandangan Mazhab
Hanafi.4

Adapun perhiasan emas dan perak yang digunakan dengan cara yang tidak
sah, seperti perhiasan emas yang dikenakan oleh pria atau perhiasan yang
digunakan secara berlebihan, harus dikenai zakat. Menurut pandangan beberapa
ulama, batasan kewajaran dalam menggunakan perhiasan emas atau perak adalah
ketika berat perhiasan yang digunakan tidak melebihi 720 gram (200 mitsqal).5

3. Zakat Perak

Perak adalah salah satu logam berharga yang digunakan sebagai alat tukar
dan investasi, serta bahan pembuatan perhiasan dan barang-barang elektronik.
Logam perak memiliki sifat konduktor panas dan listrik yang baik sehingga sering
digunakan dalam industri elektronik dan fotografi. Karena kegunaannya yang
sangat banyak, perak menjadi salah satu komoditas yang memiliki nilai tinggi di
pasar global.

4
Ibn al’Abidin, Radd al-Mukhtar ‘ala ad-Dur al-Mukhtar, jilid 3(Beirut: Dar al-Kutub
al-‘Ilmiyah, 2001) 227.
5
Deden Muhammad Jamhur, “Rekontruksi Fiqh Zakat Perhiasan Dalam Perspektif Qadhi Abu
Syuja‘ Al-Asfahani Dan A. Hassan,” Asy-Syari’ah 16, no. 2 (31 Agustus 2014) 135–144.
Adapun perak perhiasan adalah perak yang diolah dan dibentuk menjadi
barang perhiasan seperti kalung, anting-anting, cincin, gelang, dan sebagainya.
Biasanya, perak perhiasan digunakan oleh wanita sebagai aksesori dalam berbagai
acara dan kegiatan. Perak perhiasan memiliki keindahan dan kilauan yang
menarik, sehingga menjadi salah satu bahan yang populer digunakan sebagai
perhiasan. Selain itu, perak perhiasan juga dianggap sebagai simbol kekayaan dan
status sosial.

Dalam Islam, perak perhiasan juga dapat dihitung sebagai harta yang harus
dikeluarkan zakatnya jika telah memenuhi syarat nisab dan haul. Nisab perak
perhiasan adalah 595 gram, sedangkan haul adalah satu tahun.

Namun, terdapat perbedaan pendapat di antara ulama mengenai apakah


perak perhiasan harus dizakati atau tidak. Sebagian ulama berpendapat bahwa
perak perhiasan tidak wajib dizakati kecuali jika digunakan sebagai alat investasi
atau perdagangan, sementara sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa perak
perhiasan wajib dizakati jika jumlahnya mencapai nisab.6

Perbedaan pendapat di antara para ulama mengenai apakah perak termasuk


harta yang wajib dizakati atau tidak. Menurut mayoritas ulama, perak termasuk
dalam golongan harta yang wajib dizakati bersama-sama dengan emas. Pendapat
ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidzi, di
mana Rasulullah SAW bersabda:

"Dan wajib atas kamu zakat terhadap emas dan perak." (HR. Abu Daud dan
Tirmidzi)

Namun, sebagian kecil ulama berpendapat bahwa perak tidak wajib


dizakati, karena perak dianggap sebagai logam yang kurang bernilai dibandingkan
dengan emas, dan memiliki tingkat ketahanan yang lebih rendah. Pendapat ini
didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud, di mana Rasulullah
SAW bersabda:

6
Muhammad Musyafa, “Zakat di Tengah Pandemi: Tinjauan Terhadap Zakat Perak,” Jurnal Al-
Mawarid, (2020) 60–70.
"Tidak wajib zakat atas perak kecuali jika mencapai lima puluh dirham."
(HR. Abu Daud)

Dalam prakteknya, kebanyakan umat Islam memilih untuk mengikuti


pendapat mayoritas ulama yang menyatakan bahwa perak termasuk dalam
golongan harta yang wajib dizakati bersama-sama dengan emas. Namun, sebagian
kecil umat Islam yang mengikuti pendapat minoritas tetap membayar zakat atas
perak jika jumlahnya mencapai atau melebihi nisab.

Zakat perak dikeluarkan dengan cara yang sama seperti zakat emas, yaitu
sebesar 2,5% dari nilai perak yang dimiliki setelah mencapai nisab dan haul.
Nisab perak yang harus dipenuhi adalah sebesar 595 gram. Jika seseorang
memiliki perak sebanyak 595 gram atau lebih selama satu tahun hijriyah, maka
dia wajib mengeluarkan zakat sebesar 2,5% dari jumlah perak yang dimilikinya.

Contohnya, jika seseorang memiliki perak sebanyak 700 gram pada awal
tahun hijriyah, dan pada akhir tahun hijriyah jumlah peraknya masih sama atau
bertambah, maka dia harus mengeluarkan zakat sebesar 2,5% dari 700 gram perak
atau sebesar 17,5 gram perak. Zakat perak dapat dikeluarkan dengan bentuk perak
atau dengan bentuk uang yang setara dengan nilai perak yang harus dizakati.

4. Zakat Perhiasan

Perhiasan merupakan barang atau benda yang digunakan untuk


mempercantik diri atau sebagai aksesoris yang dikenakan pada tubuh. Perhiasan
umumnya terbuat dari logam mulia seperti emas, perak, atau platinum, dan dihiasi
dengan batu permata atau intan. Menurut hukum Islam, tidak semua perhiasan
wajib dizakati. Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk menentukan
apakah perhiasan tersebut wajib dizakati atau tidak.

Dalam Islam, tidak semua perhiasan wajib dizakati. Ada beberapa jenis
bahan perhiasan yang diwajibkan untuk dikeluarkan zakatnya, yaitu emas, perak,
dan perhiasan yang terbuat dari keduanya. Menurut mayoritas ulama, zakat
perhiasan dihitung berdasarkan berat emas atau perak yang terdapat pada
perhiasan tersebut.
Untuk perhiasan yang terbuat dari emas, zakatnya wajib dikeluarkan
apabila perhiasan tersebut mencapai nishab yang ditetapkan, yaitu seberat 85 gram
emas. Nishab tersebut berlaku baik per perhiasan maupun jumlah gabungan dari
seluruh perhiasan yang dimiliki. Sedangkan untuk perhiasan yang terbuat dari
perak, zakatnya wajib dikeluarkan apabila perhiasan tersebut mencapai nishab
yang ditetapkan, yaitu seberat 595 gram perak.

Penghitungan zakat perhiasan biasanya dilakukan pada saat akhir


Ramadan atau beberapa hari sebelum Hari Raya Idul Fitri. Zakat perhiasan bisa
dikeluarkan dengan mengeluarkan perhiasan itu sendiri atau dengan
mengeluarkan sejumlah uang yang setara dengan nilai zakat yang harus
dikeluarkan.

Terdapat perbedaan pendapat di antara ulama mengenai kewajiban zakat


perhiasan selain emas dan perak. Menurut mayoritas ulama, perhiasan selain emas
dan perak tidak wajib dizakati, kecuali jika terbuat dari bahan yang bernilai dan
dapat dijadikan sebagai alat investasi seperti berlian atau mutiara.

Namun, ada juga ulama yang berpendapat bahwa perhiasan selain emas
dan perak yang bernilai cukup tinggi dan dapat digunakan sebagai alat investasi
juga wajib dizakati. Mereka berargumen bahwa zakat pada perhiasan tersebut
mirip dengan zakat pada harta lainnya yang bernilai dan dapat diinvestasikan.

Meskipun terdapat perbedaan pendapat di antara ulama, umat Muslim


disarankan untuk memberikan zakat atas perhiasan selain emas dan perak yang
bernilai, sebagai bentuk dukungan terhadap sesama dan peningkatan kesejahteraan
umat Muslim. Benda-benda berharga lainnya seperti berlian, mutiara, dan batu
permata dapat dikenakan zakat sukarela (zakat maal) jika benda tersebut dimiliki
sebagai bentuk investasi atau kekayaan yang disimpan dalam jangka waktu lama.
Tetapi, hukum zakat sukarela untuk benda-benda berharga ini bukanlah kewajiban
bagi umat Islam.

B. Nisab Zakat Emas, Perak, dan Perhiasan


Nishab adalah jumlah minimum harta yang menjadi syarat wajibnya zakat.
Besaran nishab ini berbeda-beda tergantung jenis harta yang dikenakan zakat.
Dalam Islam, ada beberapa jenis harta yang dikenakan zakat, antara lain emas,
perak, uang, saham, dan hasil pertanian.

Nishab zakat emas dan perak diukur dengan satuan berat (miskal).
Menurut mazhab Syafi’i, nishab zakat emas sebesar 20 miskal atau setara dengan
85 gram. Sedangkan untuk perak, nishabnya sebesar 200 miskal atau setara
dengan 595 gram. Adapun menurut mazhab Hanafi, nishab zakat emas sebesar 20
dinar atau setara dengan 93 gram. Sedangkan nishab zakat perak adalah 200
dirham atau setara dengan 590 gram.7

Sedangkan untuk perhiasan, terdapat perbedaan pendapat ulama mengenai


nishab dan besaran zakat yang harus dikeluarkan. Menurut mazhab Syafi'i dan
Maliki, perhiasan emas dan perak termasuk dalam kategori harta yang dikenakan
zakat. Nishab zakat perhiasan emas menurut mazhab Syafi'i dan Maliki adalah 85
gram, sedangkan menurut mazhab Hanafi adalah 100 gram. Sedangkan nishab
zakat perhiasan perak menurut mazhab Syafi'i dan Maliki adalah 595 gram,
sedangkan menurut mazhab Hanafi adalah 700 gram.

Namun, menurut sebagian ulama, zakat perhiasan tidak wajib dikeluarkan


kecuali jika perhiasan tersebut melebihi kebutuhan dasar pemakainya. 8 Pendapat
ini didasarkan pada hadis dari Abdullah bin Amr bin Al-‘Ash, bahwa Nabi
Muhammad SAW bersabda, “Tidaklah ada zakat atas perhiasan kecuali yang
mencapai lima awsuq (sekitar 600 gram) dan itu dikeluarkan dengan tujuan
menyucikan diri.” (HR. Ahmad, An-Nasai dan Ibnu Majah).

C. Besaran Zakat Emas, Perak, dan Perhiasan

Dinar dan dirham merupakan sebutan untuk emas dan perak, yang
merupakan standar zakat emas dan perak dalam syari’at Islam. Dalam hadist yang

7
Yusuf Al-Qaradawi, Fiqh Zakat (Kuwait: International Islamic Federation of Student
Organizations, 2000).
8
Abu Al-Hasan Ali bin Muhammad Al-Mawardi, Al-Hawi Al-Kabir (Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyyah., 1997).
diriwayatkan dari para sahabat oleh Anas bin Malik, “Saya diserahi oleh Umar
mengurusi zakat, lalu memerintahkan saya memungut dari setiap 20 dinar sebesar
½ dinar, sedangkan lebihnya yang sampai empat dinar diambil ½ dirham.”

Hadist dari Ali bahwa kurang dari 20 dinar tidak dikenakan zakat dan
cukup 20 dinar zakatnya ½ dinar, dan 40 dinar zakatnya 1 dinar, adalah hadits
yang diriwayatkan sebagian sahabat sebagai hadist marfu’.9

Kemudian untuk dirham atau perak, terdapat hadist dalam riwayat Bukhari

‫َو ِفي الِّر َّقِة ُرُبُع اْلُع ُش ِر‬


“Untuk perak ada kewajiban zakat 2,5%”

Apabila perak yang dimiliki sudah lebih dari 200 dirham, maka zakatnya
adalah 2,5%. Adapun jika lebih dari nisab, menurut Abu Hanifah tidak ada
penambahan. Kecuali jika penambahan sampai dengan 40 dirham. Maka,
didalamnya ada zakat satu dirham. Menurut Hanafiyah ini adalah pendapat yang
shahih karena sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya “Untuk setiap empat
puluh dirham ada kewajiban zakat satu dirham”. Terdapat juga hadits riwayat Abu
Daud dari Ali, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya, “Berikanlah
2,5%, untuk empat puluh dirham satu dirham. Tidak ada kewajiban apa pun atas
kalian sampai genap dua ratus. Jika itu dua ratus dirham, maka di dalamnya ada
kewajiban zakat lima dirham. Apa yang lebih dari itu, maka dengan hitungan
tersebut.”.

Sehingga, dapat diketahui ukuran zakat emas dan perak adalah 2,5%.
apabila seseorang mempunyai dua ratus dirham, maka zakatnya adalah lima
dirham, dan dalam setiap dua puluh miskal zakatnya adalah setengah dinar. 10

Kemudian, dijelaskan bahwa menurut mazhab Syafi’i, nishab zakat emas


sebesar 20 miskal atau setara dengan 85 gram. Sehingga, apabila seseorang telah
memiliki emas yang mencapai 85 gram, maka orang tersebut wajib menzakatkan
emasnya sebesar seperempat dari sepersepuluhnya atau bisa disebut 2,5%, yaitu
9
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Jakarta: P.T. Pustaka Litera AntarNusa) 251.
10
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Darul Fikir) 192.
sebesar 2,125 gram emas. Begitu juga dengan perak, nishabnya sebesar 200
miskal atau setara dengan 595 gram, maka zakat yang harus dikeluarkan sebesar
seperempat dari sepersepuluhnya atau bisa disebut 2,5%, yaitu sebesar 14,875
gram perak.11

Sedangkan untuk perhiasan, sudah dijelaskan terdapat perbedaan terkait


wajib tidaknya zakat untuk perhiasan. Beberapa ulama berpendapat bahwa
perhiasan dari batu mulia seperti berlian dan mutiara, tidak diwajibkan untuk
mengeluarkan zakat. Akan tetapi, apabila batu mulia tersebut digunakan untuk
dijual, maka wajib untuk mengeluarkan zakatnya.

Sedangkan untuk perhiasan yang terbuat dari emas dan perak, beberapa
ulama sepakat tidak ada kewajiban mengeluarkan zakat. Tetapi, apabila perhiasan
tersebut dalam jumlah besar dan digunakan untuk disimpan sebagai kekayaan,
maka wajib dikeluarkan zakatnya. Sedangkan menurut Abu Hanifah dan Ibn
Hasyim, jika perhiasan emas seorang wanita telah mencapai nisab yang telah
ditentukan, maka wajib untuk membayar zakat.12

Untuk pembayaran zakat perhiasan disamakan dengan emas yaitu jika


sudah mencapai nisabnya yaitu 85 gram, maka zakat yang harus dikeluarkan
adalah 2,5%. Menurut Hanabilah, pemiliknya dapat mengeluarkan 2,5%
perhiasan secara umum atau membayar yang setara dengan 2,5% dari jenis emas
atau perak.13

D. Waktu Pengeluaran Zakat Emas, Perak, dan Perhiasan

Syarat untuk dapat mengeluarkan zakat adalah sudah sampai dalam jumlah
yang ditentukan atau nisab dan sampainya satu tahun atau haul. Artinya, setiap
habis waktu satu tahun maka harta wajib untuk dizakatkan. Sehingga zakat akan
keluar dalam satu tahun sekali. Para ulama memiliki perbedaan pendapat tentang

11
Fakhruddin al-Muhsin, Ensiklopedia Mini Zakat, (Bogor: Darul Ilmi Publishing, 2011) 38.
12
Yasin Ibrahim al-Syaikh, Zakat, Menyempurnakan Puasa, Membersihkan Harta, (Bandung:
Penerbit Maja, 2004) 59.
13
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Darul Fikir) 196.
apakah harus genap nisabnya dari awal hingga akhir tahun atau cukup diakhir
tahun saja.

Madzhab Hanafi berpendapat bahwa sempurnanya nisab hanya pada akhir


tahun saja, pada permulaan tahun untuk pengikat dan pada akhir tahun untuk
kewajiban zakatnya. Apabila harta rusak atau hilang semuanya ditengah masa
tersebut, maka hilanglah haul.

Menurut ulama lain, adanya nisab diibaratkan pada semua haul, hal ini
beedasarkan hadits “Tiada zakat harta sehingga sampai haul”, maksudnya adalah
haul secara keseluruhan, karena jika diibaratkan pada akhir tahun, maka dapat
diartikan pada pertengahannya.14

E. Penerima Zakat Emas, Perak, dan Perhiasan

Orang yang menerima zakat adalah orang-orang yang termasuk dalam 8


golongan yang terdapat dalam firman Allah SWT surat At-Taubah ayat 60, yaitu:

‫ۤا‬
‫ِاَّنَم ا الَّصَد ٰق ُت ِلْلُفَقَر ِء َو اْلَم ٰس ِكْيِن َو اْلٰع ِمِلْيَن َع َلْيَها َو اْلُم َؤ َّلَفِة ُقُل ْو ُبُهْم َوِفى الِّر َق اِب َو اْلٰغ ِرِم ْيَن َو ِفْي َس ِبْيِل ِهّٰللا َو اْبِن‬
‫الَّس ِبْيِۗل َفِرْيَض ًة ِّم َن ِهّٰللاۗ َو ُهّٰللا َع ِلْيٌم َحِكْيٌم‬

"Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang


miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". (QS. At-Taubah: 60).

Golongan-golongan yang berhak menerima zakat menurut surat At-Taubah ayat


6015:

1. Fakir

Fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta dan tidak mempunyai
pekerjaan yang artinya orang tersebut tidak terpenuhi kebutuhan pokoknya,

14
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Jakarta: P.T. Pustaka Litera AntarNusa) 271.
15
Malahayatie, "Interpretasi Asnaf Zakat Dalam Konteks Fiqh Kontemporer," Al-Mabhats Vol. 1
no. 1 (2016) 48-71.
seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Menurut madzhab syafi'I dan
Hambali, orang fakir lebih sengsara daripada orang miskin, karena mereka tidak
memiliki pekerjaan atauorang tersebut kerja namun hasilnya tidak melebihi dari
setengah kebutuhannya sendiri.16 Namun orang yang tidak bisa memenuhi
kebutuhan pokoknya karena malas bekerja, padahal orang tersebut mempunyai
tenaga tidak dapat dikatakan fakir, jadi tidak boleh menerima zakat. Berdasarkan
hadist Nabi SAW yaitu:17

"Dari Abdullah bin Amr, sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda: Tidak halal
sedekah bagi orang kaya dan orang yang berbadan sehat dan kuat". (HR. Abu
Daud)
2. Miskin

Miskin adalah orang yang mempunyai pekerjaan dantempat tinggal,


namun tidak bisa memenuhi kebutuhan pokoknya dari hasil yang diperoleh.
Apabila seseorang jatuh miskin karena boros dan melakukan perbuatan-perbuatan
maksiat seperti: judi, foya-foya, dan lain-lain maka orang tersebut tidak boleh
menerima zakat.

3. Amil

Amil adalah orang yang bekerja mengumpulkan, menyimpanan,


penjagaan, pencatatan, dan penyaluran kepada yang berhak menerima. Mereka
yang diangkat oleh instansi pemerintah yang berwenang atau masyarakat islam
untuk mengurus semua tugas yang berhubungan dengan zakat.

Syarat amil adalah sebagai berikut:

a. Islam
b. Merdeka
c. Mukallaf dan sehat akal pikirnya
d. Jujur

16
Wahbah Az-Zuhaili, Zakat Kajian Berbagi Madzhab, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008)
281.
17
Muhammad Rifa'i dan Muhammad Zuhri Salomo, Terjemahan Khulashah: Kifayatul Akhyar,
(Semarang: Toha Putra, 1986) 141.
e. Paham mengenai hukum zakat
f. Mampu melakukan tugas

4. Muallaf

Muallaf adalah orang yang dilunakkan hatinya agar mereka tertarik pada
agama islam karena keimanan mereka yang belum mantap atau orang yang baru
masuk islam kurang dari satu tahun yang masih memerlukan bantuan dalam
beradaptasi dengan kondisi baru mereka baik berupa moril maupun materil. 18
Apabila agama islanya telah kuat maka tidak perlu lagi diberi zakat. Apabila
memang harus diberi, maka dari bagian harta lainya (fa'i) demi kemashlahatan
kaum muslimin.

5. Riqab

Riqab adalah budak yang akan membebaskan dirinya. Untuk membebakan


dari tuannya maka harus ditebus dengan sejumlah uang. Oleh karena itu riqab
berhak menerima zakat. Dapat juga untuk membebaskan tawanan muslim dari
tangan orang kafir dan bangsa muslim yang terjajah.

6. Gharimin

Gharimin adalah orang yang mempunyai hutang. Orang yang berhutang


untuk dirinya sendiri seperti untuk nafkah, membeli pakaian, mendirikan rumah,
mengobati orang sakit, dan lain-lain, maka berhak menerima zakat. Namun
apabila berhutang untuk kemaksiatan maka tidak berhak menerima zakat. Apabila
orang mempunyai hutang namun dalam tanggungan orang lain, maka tidak berhak
menerima zakat karena beban hutangnya sudah ada yang menanggung.

Gharim yang berhak menerima zakat ada dua golongan yaitu sebagai berikut:

a. Orang yang berhutang untuk kepentingan pribadi yang tidak bisa dihindari
dengan syarat sebagai berikut:
- Hutang tersebut tidak timbul karena maksiat.
18
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 2, (terj: Khairul Amru Harahap, Aisyah Syaefuddin dan
Masrukhin), (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2008) 145.
- Hutang tersebut melilit pelakunya
- Si penghutan sudah tidak sanggup lagi melunasi.
- Hutang tersebut sudah jatuh tempo dan harus sudah dilunasi ketika zakat itu
diberikan kepada si penghutang.
b. Orang yang berhutang untuk kepentingan sosial, sepertiyang berhutang untuk
mendamaikan orang yang bertikai(denda criminal) atau biaya barang-barang
yang dirusak. Orang tersebut berhak menerima zakat meskipun mampu
melnasi hutang.
c. Orang-orang yang memiliki hutang karena menjamin hutang orang lain yang
dimana yang menjamin dan yang dijamin berada dalam kesulitan.
d. Orang yang berhutang untuk membayar denda karena tidak sengaja
membunuh. Dan apabila keluarnya dank as negara tidak mampu
membayarnya.
7. Fisabilillah

Fisabilillah adalah orang-orang yang berjuang(berperang) dijalan Allah


SWT dengan sukarela tanpa mendapatkan gaji. Walaupun orang tersebut kaya, dia
tetap mendapat bagiannya. Bagian tersebut boleh untuk memenuhi sesuatu yang
mutlak dibutuhkan seperti senjata dan peelengkapan lainnya.

8. Ibnu sabil

Ibnu sabil adalah orang-orang dalam keadaan bepergian untuk kebaikan,


bukan untuk maksiat, seperti orang yang menuntut ilmu dan lain-lain. 19 Dalam Al-
Majmu' Yusuf Qardhawi dijelaskan bahwa ibnu sabil adalah orang yang terputus
bekalnya dan juga termasuk orang yang bermaksud melakukan perjalanan yang
tidak mempunyai bekal dan bukan untuk maksiat.

Syarat ibnu sabil yang berhak menerima zakat:

a. Orang tersebut dalam keadaan membutuhkan sesuatu untuk kembali sampai


ke negerinya.
b. Perjalanannya bukan untuk maksiat

19
Muhammad Rifa'i dan Muhammad Zuhri Salomo, Terjemahan Khulashah....:144.
c. Orang tersebut tidak mendapat pinjaman harta, pada saat itu.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Zakat adalah kewajiban bagi umat Islam untuk memberikan sebagian dari
harta yang dimilikinya kepada yang berhak menerima, seperti fakir, miskin, amil,
muallaf, gharimin, riqab, fisabilillah, dan ibnu sabil, dengan syarat-syarat yang
sudah ditentukan. Secara garis besar zakat dibedakan menjadi dua, yaitu zakat
fitrah dan zakat maal. Zakat yang diwajibkan tidak hanya satu jenis, namun ada
beberapa macam zakat yang harus dikeluarkan, di antaranya adalah Zakat Fitrah,
Zakat Mal, Zakat Penghasilan, Zakat Perdagangan, Zakat Pertanian, dan Zakat
Emas dan Perak.

Zakat emas adalah zakat yang wajib dikeluarkan oleh umat Islam atas
kepemilikan emas haulnya selama satu tahun hijriyah. Zakat emas, perak, dan
perhiasan dihitung sebagai 2,5% dari nilai kekayaan tersebut jika jumlahnya yang
dimiliki mencapai nisab atau batas tertentu. Nisab zakat emas adalah 85 gram
emas murni, yang harus dipenuhi sebelum seseorang dikenakan zakat emas. Perak
perhiasan juga dapat dihitung sebagai harta yang harus dikeluarkan zakatnya jika
telah memenuhi syarat nisab dan haul. Nisab perak perhiasan adalah 595 gram,
sedangkan haul adalah satu tahun.

Zakat perhiasan memiliki perbedaan perndapat terkait wajib tidaknya zakat


untuk perhiasan. Beberapa ulama berpendapat bahwa perhiasan dari batu mulia
seperti berlian dan mutiara, tidak diwajibkan untuk mengeluarkan zakat. Akan
tetapi, apabila batu mulia tersebut digunakan untuk dijual, maka wajib untuk
mengeluarkan zakatnya. Sedangkan untuk perhiasan yang terbuat dari emas dan
perak, beberapa ulama sepakat tidak ada kewajiban mengeluarkan zakat. Tetapi,
apabila perhiasan tersebut dalam jumlah besar dan digunakan untuk disimpan
sebagai kekayaan, maka wajib dikeluarkan zakatnya.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat penulis eksplikasikan. Besar harapan
penulis makalah ini dapat bermanfaat dan berguna di kalangan masyarakat
sebagai salah satu pedoman dalam menyelesaikan suatu problematika. Dengan
keterbatasan pengetahuan dan kurangnya sumber-sumber refrensi, penulis sangat
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya, saran dan
kritik yang membangun diharapkan agar penulisan makalah ini kedepannya dapat
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Abidin, Ibn. 2001. Radd Mukhtar 'ala Ad-Dur Al-Mukhtar. Beirut: Dar Al-
Kutub al-'ilmiyah.
Al-Mawardi, Abu Hasan Ali Bin MUhammad. 1997. Al-Hawi Al-Kabir. Beirut:
Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah.
Al-Muhsin, Fakhruddin. 2011. Ensiklopedia Mini Zakat. Bogor: Darul Ilmi
Publising.
Al-Qaradawi, Yusuf. 2000. fiqih zakat. kuwait: International Islamic Federation
Of Student Organization.
al-Syaikh, Yasin Ibrahim. 2004. Zakat, Menyempurnakan Puasa, Membersihkan
Harta. Bandung: Penerbit Maja.
Atabik, Ahmad. 2016. "Peranan Zakat Dalam Pengentasan Kemiskinan." Ziswaf:
Jurnal Zakat dan Wakaf 2, no. 2.
Az-Zuhaili, Wahbah. n.d. Fiqh Islam Wa Adilatuhu. Darul Fikr.
—. 2008. Zakat Kajian Berbagai Madzhab. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Jumhur, Deden Muhammad. 2014. "Rekontruksi Fiqh Zakat Perhiasan Dalam
Prespektif Qadhi Abu Syuja' Al-Asfahani dan A. Hassan." Asy-Syari'ah.
Musyafa, Muhammad. 2020. "Zakat di Tengah Pandemi: Tinjauan Terhadap
Zakat Perak." Jurnal Al-Mawarid.
Qardhawi, Yusuf. 2001. Hukum Zakat . Jakarta: PT. Pustaka Litera Antar Nusa.
R., Hidayat. 2019. Zakat, Infaq, dan Shodaqoh: Konsep, Pratik, dan Kajian
Hukum Islam. Jakarta: Prenada Media Group.
Sabiq, Sayyid. 2008. Fiqh Sunnah 2 (terjemah: Khairul Amru Harahap, Aisyah
Syaifuddin, dan Masrukhin. Jakarta: Cakrawala Publishing.
Salomo, Muhammad Rifa'i dan Muhammad Zuhri. 1966. Terjemah Khulashah:
Kifayatul Akhyar. Semarang: Toha Putra.
Syafiq, Ahmad. 2016. "Zakat Ibadah Sosial Untuk Meningkatkan Ketakwaan dan
Kesejahteraan Sosial." Ziswaf: Jurnal Zakat dan Waqaf 2, no. 2.

Anda mungkin juga menyukai