Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“PENGANTAR FIKIH ZAKAT”

Diajukan untuk memenuhi tugas


Mata kuliah : Fikih Zakat
Dosen pengampu : Sarja, S.Sos.I., MM.

DISUSUN OLEH :
Sidni Ilma
Intan Rizqi Yani
Dwi Rizki Nurul H.
Dadan Muhammad Romdhoni

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM BAKTI NEGARA TEGAL (IBN)
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
segala karunia Nya. Syukur Alhamdulillah kami telah menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Pengantar Fikih Zakat”.
Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan nabi kita Nabi Muhammad
Saw, keluarga, sahabat, tabiin dan kita semua sebagai umat yang taat dan turut terhadap risalah
yang dibawanya sampai yaumil akhir.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sarja, S.Sos.I., MM. selaku dosen
pengampu mata kuliah Fikih Zakat yang telah membimbing kami serta semua pihak yang terlibat
dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Slawi, 20 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh umat Muslim untuk
diberikan kepada golongan yang berhak menerima, seperti fakir miskin dan
semacamnya,sesuai dengan yang ditetapkan oleh syariah . Zakat termasuk rukun Islam
ke-4 dan menjadi salah satu unsur paling penting dalam menegakkan syariat Islam.Oleh
karena itu ,hukum zakat adalah wajib bagi setiap muslim yang telah memenuhi syarat-
syarat tertentu .Zakat juga merupakan bentuk ibadah seperti shalat ,puasa,dan lainnya dan
telah diatur dengan rinci berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.

Mengeluarkan zakat hukumnya wajib bagi tiap-tiap Muslim yang mempunyai


harta benda menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh hukum Islam.Zakat merupakan
pranata keagamaan yang memiliki kaitan secara fungsionaldengan upaya memecahkan
masalah-masalah sosial, seperti kemiskinan dan kesenjangan sosial akibat perbedaan
dalam kepemilikan kekayaan. Adapun salah satu tujuan zakat adalah mempersempit
perbedaan ekonomi antara si kaya dan si miskin untuk tetap menjaga keamanan dan
kedamaian antara sesama manusia.

Zakat juga sebagai alat distribusi sebagian harta orang kaya kepada golongan
miskin,karena begitu pentingnya peranan zakat dalam rangka mengentaskan kemiskinan
masyarakat dan membunuh kesadaran pada kalangan orang kaya akan tanggung jawab
sosial mereka,Rasulullah saw. Serta para Khulafa Ar-Rasyidin melakukan tindakan yang
tegas bagi mereka yanga tidak mau membayar zakat maupun yang menyalagunakanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Zakat?
2. Apa Saja Landasan Normative Zakat?
3. Apa Saja Fungsi Zakat?
4. Bagaimana Kedudukan Zakat?
5. Apa Saja Tujuan-Tujuan Syar’I Dibalik Kewajiban Zakat?
6. Bagaimana Implikasi Zakat?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Zakat
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Landasan Normative Zakat
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Fungsi-Fungsi Zakat
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Kedudukan Zakat
5. Untuk Mengetahui Tujuan-Tujuan Syar’i Dibalik Kewajiban Zakat
6. Untuk Mengetahui Implikasi Zakat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari zaka
yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik. Sesuatu itu zaka, berarti tumbuh atau
berkembang, dan seseorang itu zaka, berarti orang itu baik.

Menurut Lisan al-Arab arti dasar dari kata zakat, ditinjau dari sudut bahasa,
adalah suci, tumbuh, berkah, dan terpuji: semuanya digunakan di dalam Quran dan
hadist.

Zakat dari segi istilah fikih berarti “sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah
diserahkan kepada orang-orang yang berhak” disamping berarti “mengeluarkan jumlah
tertentu itu sendiri”. Jumlah yang dikeluarkan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan
itu menambah banyak, membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan itu dari
kebinasaaan.1

Menurut DR. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc, ditinjau dari segi bahasa zakat
mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu ”keberkahan”, alnamaa ”pertumbuhan dan
perkembangan,” ath thaharatu, kesucian, dan ash shalahu ”keberesan”. Sedangkan
secara istilah yaitu bahwa zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu
yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak
menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.2

Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan dengan pengertian


menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan
zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan beres
(baik).

1
M. Yusuf Qardawi, Hukum Zakat Studi Komparatif mengenai Status dan Filsafat Zakat berdasarkan Qur’an dan
Hadist, Jakarta, Lentera Antar Nusa, Hal 34.
2
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern,Jakarta Gema Insani,Hal 7.
Dari semua pengertian tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Zakat merupakan harta umat untuk umat, dari orang yang wajib membayarnya
kepada orang yang berhak menerimanya.

2. Zakat dapat membersihkan jiwa para muzakki dari sifat-sifat kikir tamak serta
membersihkan diri dari dosa dan sekaligus menghilangkan rasa iri dan dengki si
miskin kepada si kaya.

3. Menghilangkan rasa iri hati dan benci orang yang ekonominya lemah terhadap
orang yang kaya dan menumbuhkan penghidupan yang serba berkecukupan.

B. Landasan Normative Zakat


Agama Islam telah menyatakan dengan tegas, bahwa zakat merupakan salah satu
rukun dan fardhu yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim yang hartanya sudah
memenuhi kriteria dan syarat tertentu. Otoritas fiqh Islam yang tertinggi, al-Qur’an dan
al-Hadits menyatakan hal tersebut dalam banyak kesempatan. Jumhur ulama pun sepakat
bahwa zakat merupakan suatu kewajiban dalam agama yang tidak boleh diingkari.
Firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 43, yaitu:

َ‫َواَقِ ْي ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتُوا ال َّز ٰكوةَ َوارْ َكعُوْ ا َم َع الرَّا ِك ِع ْين‬

Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang
ruku'”. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 43).
Firman-Nya lagi:

ٌ ْ‫ت َواَقَا ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتَ ُوا ال َّز ٰكوةَ لَهُ ْم اَجْ ُرهُ ْم ِع ْن َد َربِّ ِه ۚ ْم َواَل خَ و‬
َ‫ف َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ زَ نُوْ ن‬ ّ ٰ ‫اِ َّن الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صلِ ٰح‬

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan


shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (Q.S. al-Baqarah
(2) : 277).
Juga dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, Artinya:“Dari Abu
Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin AlKhattab radiallahuanhuma dia berkata : Saya
mendengar Rasulullah saw bersabda : Islam dibangun diatas lima perkara; Bersaksi
bahwa tiada Illah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan
Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan”.3
Zakat adalah satu rukun yang bercorak sosial ekonomi dari lima rukun Islam.
Dengan zakat, disamping ikrar tauhid (Syahadat) dan shalat, seseorang barulah sah masuk
ke dalam barisan umat Islam dan diakui keislamannya.4 Sesuai dengan firman Allah
dalam surat at-Taubah ayat 11:

ِّ َ‫فَا ِ ْن تَابُوْ ا َواَقَا ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتَ ُوا ال َّز ٰكوةَ فَا ِ ْخ َوانُ ُك ْم فِى ال ِّدي ِْن ۗ َونُف‬
ِ ‫ص ُل ااْل ٰ ٰي‬
َ‫ت لِقَوْ ٍم يَّ ْعلَ ُموْ ن‬
Artinya: “Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka (mereka
itu) adalah saudara-saudaramu seagama”.(Q.S. At-Taubah (9) :11).
Dukungan ril pemerintahpun perlu sebagai justifikasi penerapan Undang-Undang
(UU) No. 23 tahun 2011 tentang ketentuan pengelolaan zakat. Secara implisit UU
menyatakan peran substansif pemerintah dalammengelola zakat, yang diatur berdasarkan
UU No. 23 tahun 2011 ini lebih menekankan pada aspek pengelolaan zakat. Dalam
Undang-Undang tersebut, pengelolaan zakat didefenisikan sebagai kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, pengorganisasian dalam pengumpulan, penditribusian, dan pendayagunaan
zakat.5

C. Fungsi Zakat
Berikut adalah beberapa fungsi zakat menurut agama islam, yaitu:
1) Menyempurnakan Agama
Seperti telah disebut sebelumnya, zakat merupakan fondasi dari rukun Islam yang
keempat, setelah syahadat, salat, dan puasa.
Jadi, jika menjalankan zakat maka akan semakin sempurna ibadah kamu dalam
menjalankan perintah agama. Tentu hal ini adalah tujuan dari setiap muslim demi
mendapatkan ridho dari Allah SWT.

3
Abdurrahman al-Baqi, Terjemahan Shahih Bukhari Muslim, (Jakarta: Mizan, 2004), Cet. ke-3, Jilid 4, h. 120
4
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat,(Jakarta: Lentera Antar Nusa, 2007), Cet. Ke-2, h. 3
5
Kementrian Agama Ri, Standarisasi Amil Zakat di Indonesia, (Jakarta: 2012), h. 15
2) Membersihkan Harta
Fungsinya zakat berikutnya adalah membersihkan harta. Artinya, dalam kehidupan
sehari-hari ada harta yang tidak bisa diketahui halal haramnya secara jelas. Kejadian seperti
itu sangat mungkin terjadi meski kamu tidak menginginkannya secara sadar.
Untuk membersihkan harta dari syubhat atau ketidakjelasan, zakat bisa jadi salah
satu solusi. Nantinya, zakat yang diberikan kepada orang membutuhkan bisa jadi pembersih
harta bagi si pemberi zakat atau dikenal dengan muzakki.
Kesucian pada harta akan menjadikannya berkah bagi pemiliknya. Tidak harus
melimpah, harta yang cukup bisa membuat pemiliknya tenang.
3) Menumbuhkan Harta
Tidak ada perasaan yang lebih baik dibandingkan memberi kepada mereka yang
membutuhkan. Selain membersihkan harta, menunaikan zakat juga bisa membuat kita lebih
makmur. Fungsi zakat yang menumbuhkan harta ini sudah terbukti dalam kehidupan nyata.
Memberi tidak akan membuat kita kekurangan, malah terkadang kita bisa mendapatkan
kemudahan dalam mencari rezeki.
4) Ampunan Dosa
Manusia tak luput dari dosa. Salah satu fungsi zakat adalah sebagai ampunan dari
dosa. Dalam Al-Qur’an bahkan tertulis jelas bahwa zakat, bersama dengan salat dan beriman
kepada rasul dapat membuat dosa hambaNya diampuni.
Dalam surat Al Maidah ayat 12 tertulis, "Sesungguhnya Aku beserta kamu,
sesungguhnya jika kamu mendirikan salat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-
rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik
sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan
ke dalam surga yang mengalir air di dalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di
antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari  jalan yang lurus.” (QS. Al Maidah:
12).
5) Wujud Keimanan
Fungsi zakat berikutnya adalah sebagai wujud keimanan kita pada Allah SWT atas
nikmat yang diberikan. Tidak bisa dimungkiri bahwa harta atau kekayaan biasanya diperoleh
dengan susah payah. Ketika memberikan harta tersebut keimanan kita diuji bahwa nikmat
hanya bersumber dariNya. Hal ini tentu akan mempertajam rasa kemanusiaan kita dan
menjauhkan kita dari sifat materialistis di dunia yang fana ini.
Jika ikhlas memberikan zakat secara tidak langsung kita meyakini hal tersebut dan
tidak khawatir akan kekurangan. Seperti sudah disebut di atas, memberi tidak akan membuat
kita kekurangan dan malah mungkin membuka pintu rezeki lain di masa yang akan datang.
6) Penyucian Hati
Tak jauh berbeda dari poin di atas, fungsi zakat juga bisa jadi sarana untuk penyucian
hati. Hati yang suci artinya bebas dari penyakit hati seperti kikir dan bakhil. Dengan
menyadari bahwa ada banyak orang lain di luar sana yang membutuhkan uluran bantuan kita
kelak akan membuat kita jauh dari sifat tamak. Jadi, zakat mampu membuat kita menjadi
pribadi yang punya solidaritas tinggi serta dermawan.
7) Sumber Pembangunan Prasarana Umat Islam
Tak hanya menyasar pada personal, dalam jangkauan yang lebih besar fungsi zakat
juga berguna sebagai sumber dana bagi pembangunan prasarana umat Islam. Prasarana
tersebut, antara lain pendirian rumah ibadah, fasilitas pendidikan, kesehatan, sosial, dan
ekonomi. Dengan zakat dari umat, para pemangku kepentingan bisa membangun prasarana
tersebut yang kelak bisa menjadi amal jariyah untuk kita.
8) Mengurangi Kesenjangan Sosial
Salah satu fungsi zakat yang tak kalah penting adalah mengurangi kesenjangan sosial
di tengah kehidupan sosial masyarakat. Zakat bisa jadi sarana yang baik untuk
menghubungkan antara orang-orang yang mampu dan orang-orang yang berhak mendapatkan
zakat atau mustahik, seperti fakir miskin, amil, muallaf, dan sebagainya. Walau tidak secara
menyeluruh, namun zakat bisa mengatasi masalah ekonomi, seperti, kemiskinan dan
kesenjangan sosial yang terjadi di tengah masyarakat.
9) Mempererat Tali Persaudaraan
Masih terkait dengan poin sebelumnya, fungsi zakat akan terasa nyata jika disalurkan
dengan benar. Zakat yang tepat sasaran bisa mempererat tali persaudaran kita sesama umat
muslim. Berat sama dipikul ringan sama dijinjing, begitu kira-kira peribahasa yang tepat
untuk menggambarkan ini. Orang yang mampu bisa menolong orang yang membutuhkan.
10) Mendatangkan Keberkahan
Terakhir, makna zakat adalah Al-Barakatu, yang artinya berkah. Zakat tak hanya
memberikan berkah bagi penerimanya, melainkan juga pemberinya. Membayarkan zakat atas
harta yang kita miliki untuk mereka yang membutuhkan mudah-mudahan akan membuat kita
selalu dilimpahkan keberkahan oleh Allah SWT. 
 
D. Kedudukan Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam. Zakat diwajibkan atas setiap orang
Islam yang telah memenuhi syarat. Selain melaksanakan perintah Allâh Subhanahu wa
Ta’ala, tujuan pensyariatan zakat ialah untuk membantu umat Islam yang
membutuhkan bantuan dan pertolongan. Oleh karena itu, syariat Islam memberikan
perhatian besar dan memberikan kedudukan tinggi pada ibadah zakat ini. Kedudukan
zakat dalam Islam sudah banyak diketahui oleh kaum Muslimin secara garis besarnya,
namun untuk menegaskan pentingnya masalah zakat ini perlu dirinci kembali
permasalahan ini dalam bentuk yang lebih jelas dan gamblang.

KEDUDUKAN ZAKAT DALAM ISLAM


Kedudukan dan arti penting zakat dapat dilihat dari beberapa hal berikut:
1) Zakat adalah rukun Islam yang ketiga dan salah satu pilar bangunannya
yang agung
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu
anhuma bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

َّ ‫ َشها َ َد ِة َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوَأ ْن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هللاِ َوِإقا َ ِم ال‬: ‫س‬
‫صالَ ِة َوِإيْتا َ ِء‬ ٍ ‫بُنِ َي اِإل ْسالَ ُم َعلَى َخ ْم‬
‫ت لِ َم ِن ا ْستَطَا َع ِإ َل ْي ِه َسبِيْأل‬
ِ ‫ضانَ َو َح ِّج البَ ْي‬
َ ‫وم َر َم‬
ِ ‫ص‬َ ‫ال َّز َكا ِة َو‬
Islam dibangun di atas lima perkara: syahadat bahwa tidak ada Rabb  yang
haq selain Allâh dan bahwa Muhammad adalah utusan Allâh, menegakkan
shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan dan haji ke Baitullah bagi siapa
yang mampu [Muttafaqun ‘alaihi]
2) Allâh Azza wa Jalla menyandingkan perintah menunaikan zakat dengan
perintah melaksanakan shalat di dua puluh delapan tempat dalam al-
Qur`ân6
Ini menunjukkan betapa urgen dan tinggi kedudukannya dalam Islam.
Kemudian penyebutan kata shalat dalam banyak ayat di al-Qur`ân terkadang
disandingkan dengan iman dan terkadang dengan zakat. Terkadang ketiga-
tiganya disandingkan dengan amal shalih adalah urutan yang logis. Iman yang
merupakan perbuatan hati adalah dasar, sedangkan amal shalih yang
merupakan amal perbuatan anggota tubuh menjadi bukti kebenaran iman.
Amal perbuatan pertama yang dituntut dari seorang mukmin adalah shalat yang
merupakan ibadah badaniyah (ibadah dengan gerakan badan) kemudian zakat
6
Lihat al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzhil Qur`ân al-Karîm , Muhammad Fuâd ‘Abdul Bâqi hlm. 421
yang merupakan ibadah harta. Oleh karena itu, setelah ajakan kepada iman
didahulukan ajakan shalat dan zakat sebelum rukun-rukun Islam lainnya. Ini
berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallamsaat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’âdz
Radhiyallahu anhu ke Yaman, beliau bersabda kepadanya:

‫لى َشها َ َد ِة َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوَأ َّن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هللاِ فَِإ ْن هُ ْم‬ ِ ‫ك تَأتِي قَوْ ًما ِم ْن َأ ْه ِل ال ِكتَا‬
َ ‫ب فا َ ْد ُعهُ ْم ِإ‬ َ َّ‫ِإن‬

َ‫ت فِي ُكلِّ يَوْ ٍم َوليَ ْل ٍة فَِإ ْن هُ ْم َأطا َ ُعوك‬


ٍ ‫صلوا‬ َ ‫ك فََأ ْعلِ ْمهُ ْم َأ َّن هللاَ اِ ْفتَ َر‬
َ ‫ض َعلَ ْي ِه ْم خَ ْم‬
َ ‫س‬ َ ‫َأطاَعُو‬
َ ِ‫ك لِذل‬

َ ‫ص َدقَةً تُْؤ خَ ُذ ِم ْن َأ ْغنِياَِئ ِه ْم فَتُ َر ُّد ع‬


‫َلى فُقَ َراِئ ِه ْم‬ َ ‫لِذلِكَ فََأ ْعلِ ْمهُ ْم َأ َّن هللاَ اِ ْفتَ َر‬
َ ‫ض َعلَ ْي ِه ْم‬

Sesungguhnya kamu akan datang kepada suatu kaum dari ahli kitab,
ajaklah mereka kepada syahadat bahwa tidak ada Rabb yang haq selain Allâh
dan bahwa aku adalah utusan Allâh, bila mereka mematuhi ajakanmu, maka
katakanlah kepada mereka bahwa Allâh mewajibkan atas mereka shalat lima
waktu dalam sehari semalam, bila mereka mematuhi ajakanmu maka katakan
kepada mereka bahwa Allâh mewajibkan sedekah yang diambil dari orang-
orang kaya dari mereka dan diberikan kepada orang-orang miskin dari mereka.7
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamhanya menyebutkan shalat dan zakat
(dalam hadits di atas) karena besarnya perhatian terhadap keduanya dan
keduanya didahulukan sbelumnya  selainnya dalam berdakwah kepada Islam.
Juga dalam rangka mengikuti prinsip at-tadarruj (bertahap fase demi fase)
dalam menjelaskan kewajiban-kewajiban Islam.8
Dan masih banyak lagi dalil-dalil dari al-Qur’an maupun al-hadits yang
menunjukkan kedudukan zakat yang tinggi dalam Islam.

E. Tujuan-Tujuan Syar’I Dibalik Kewajiban Zakat9

7
HR. al-Bukhâri no. 4347 dan Muslim no. 130.
8
Lihat Nailul Authâr 2/479

9
Maksud dari tujuan syar’i adalah makna-makna dan hikmah-hikmah serta rahasia-rahasia yang terkandung dalam
sesuatu yang disyariatkan oleh peletak syariat. Lihat Maqashid asy-Syari’ah al-Islamiyyah karya Thahir Asyur 2/51
dan Qawaid al-Wasail karya Mushthafa Karamatullah Makhdum hal. 34.
Islam telah menetapkan zakat sebagai kewajiban dan menjadikannya sebagai
salah satu rukunnya serta memposisikannya pada kedudukan tinggi lagi mulia. Karena
dalam pelaksanaan dan penerapannya mengandung tujuan-tujuan syar’i (maqâshid
syari’at) yang agung yang mendatangkan kebaikan dunia dan akhirat, baik bagi si kaya
maupun si miskin. Di antara tujuan-tujuan tersebut adalah :
1. Membuktikan penghambaan diri kepada kepada Allâh Azza wa Jalla
dengan menjalankan perintah-Nya.
Banyak dalil yang memerintahkan agar kaum Muslimin melaksanakan
kewajiban agung ini, sebagaimana Allâh Azza wa Jalla firmankan dalam banyak
ayat, diantaranya :

َّ ‫َوَأقِي ُموا ال‬


َ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ َوارْ َكعُوا َم َع الرَّا ِك ِعين‬
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang
yang ruku’.” [al-Baqarah/2:43]
Allâh Azza wa Jalla juga menjelaskan bahwa menunaikan zakat
merupakan sifat kaum Mukminin yang taat. Allâh Azza wa Jalla  berfirman :

َ ‫ش ِإاَّل هَّللا‬ َّ ‫ِإنَّ َما يَ ْع ُم ُر َم َسا ِج َد هَّللا ِ َم ْن آ َمنَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر َوَأقَا َم ال‬ ۖ
َ ‫صاَل ةَ َوآتَى ال َّز َكاةَ َولَ ْم يَ ْخ‬

َ‫فَ َع َس ٰى ُأو ٰلَِئكَ َأ ْن يَ ُكونُوا ِمنَ ْال ُم ْهتَ ِدين‬

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allâh ialah orang-orang yang


beriman kepada Allâh dan hari akhir, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan
zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allâh, maka merekalah
orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat
petunjuk. [at-Taubah/9:18]
Seorang mukmin menghambakan diri kepada Allâh Azza wa Jalla dengan
menjalankan perintah-Nya melalui pelaksanaan kewajiban zakat sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan syari’at.
Zakat bukan pajak. Zakat adalah ketaatan dan  ibadah kepada Allâh Azza
wa Jalla yang dilakukan oleh seorang Mukmin demi meraih pahala dan balasan
di sisi Allâh Azza wa Jalla . Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
ٌ ْ‫صاَل ةَ َوآتَ ُوا ال َّز َكاةَ لَهُ ْم َأجْ ُرهُ ْم ِع ْن َد َربِّ ِه ْم َواَل خَ و‬
َ‫ف َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ زَ نُون‬ َّ ‫ت َوَأقَا ُموا ال‬
ِ ‫ِإ َّن الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shalih,


mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi
Rabbnya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati. [al-Baqarah/2:277].
Juga firman-Nya dalam al-Qur’an, surat an-Nisa’ ayat ke-162, yang
artinya, “Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan
orang-orang Mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan
kepadamu (al-Quran), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-
orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada
Allâh dan hari Kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada
mereka pahala yang besar.” [an-Nisa`/4:162]
2. Mensyukuri nikmat Allâh dengan menunaikan zakat harta yang telah
Allâh Azza wa Jalla limpahkan sebagai karunia kepada manusia.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :

‫ۖ َولَِئ ْن َكفَرْ تُ ْم ِإ َّن َع َذابِي لَ َش ِدي ٌ´د‬ ‫َوِإ ْذ تََأ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَِئ ْن َشكَرْ تُ ْم َأَل ِزي َدنَّ ُك ْم‬
Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
[Ibrâhim/14:7]
Mensyukuri nikmat adalah kewajiban seorang muslim, dengannya nikmat
akan langgeng dan bertambah. Imam as-Subki rahimahullah mengatakan,
“Diantara makna yang terkandung dalam zakat adalah mensyukuri nikmat Allâh
Subhanahu wa Ta’ala . Ini berlaku umum pada seluruh taklief (beban) agama,
baik yang berkaitan dengan harta maupun badan, karena Allâh Azza wa Jalla
telah memberikan nikmat kepada manusia pada badan dan harta. Mereka wajib
mensyukuri nikmat-nikmat tersebut, mensyukuri nikmat badan dan nikmat harta.
Hanya saja, meski sudah kita tahu itu merupakan wujud syukur atas nikmat
badan atau nikmat harta, namun terkadang kita masih bimbang. Zakat masuk
kategori ini.”10
Membayar zakat adalah pengakuan terhadap kemurahan Allâh,
mensyukuri-Nya dan menggunakan nikmat tersebut dalam keridhaan dan
ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla .
3. Menyucikan orang yang menunaikan zakat dari dosa-dosa.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :

‫ۗ َوهَّللا ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬ ‫ك َس َك ٌن لَهُ ْم‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن َأ ْم َوالِ ِه ْم‬


َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّكي ِه ْم بِهَا َو‬
َ ‫ۖ ِإ َّن‬ ‫صلِّ َعلَ ْي ِه ْم‬
َ َ‫صاَل ت‬

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan doakanlah mereka. Sesungguhnya
doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allâh Maha
mendengar lagi Maha mengetahui. [at-Taubah/9:103].
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya kewajiban
membayar zakat dalam ayat di atas berkaitan dengan hikmah pembersihan dari
dosa-dosa.”11
Ada juga hadits yang menegaskan makna di atas, sebagaimana dalam
hadits Muadz bin Jabal Radhiyallahu anhu  bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallambersabda :

ْ ‫طفُِئ الخَ ِطيَْئةَ َك َما ي‬


َ َّ‫ُطفِئ ُال َما ُء الن‬
‫ار‬ ْ ُ‫ص َدقَةُ ت‬
َّ ‫ال‬

Sedekah itu bisa memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan


api.”[HR. Ahmad 5/231 dan at-tirmidzi no. 2616 dan dishahihkan al-Albani
dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi]
Ayat di atas mengumpulkan banyak tujuan dan hikmah syar’i yang
terkandung dalam kewajiban zakat. Tujuan-tujuan dan hikmah-hikmah itu
terangkum dalam dua kata yang muhkam yaitu, “Dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka.”
4. Membersihkan orang yang menunaikannya dari sifat bakhil.
10
Fatawa al-Imam as-Subki 1/198.
11
Al-Majmu’ 5/197.
Al-Kâsâni rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya zakat membersihkan
jiwa orang yang menunaikannya dari kotoran dosa dan menghiasi akhlaknya
dengan sifat dermawan dan pemurah. Juga membuang kekikiran dan kebakhilan,
karena tabiat jiwa sangat menyukai harta benda. Zakat dapat membiasakan
orang menjadi pemurah, melatih menunaikan amanat dan menyampaikan hak-
hak kepada pemiliknya. Semua itu terkandung dalam firman Allâh Azza wa Jalla
:
َ ‫ُخ ْذ ِم ْن َأ ْم َوالِ ِه ْم‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّكي ِه ْم بِهَا َو‬
‫صلِّ َعلَ ْي ِه ْم‬

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.12
5. Membersihkan harta yang dizakati. Karena harta yang masih ada
keterkaitan dengan hak orang lain berarti masih kotor dan keruh.
Jika hak-hak orang itu sudah ditunaikan berarti harta itu telah dibersihkan.
Permasalahan ini diisyaratkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamsaat beliau
n menjelaskan alasan kenapa zakat tidak boleh diberikan kepada keluarga beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ? Yaitu karena zakat adalah kotoran harta manusia.
6. Membersihkan hati orang miskin dari hasad dan iri hati terhadap orang
kaya.
Bila orang fakir melihat orang disekitarnya hidup senang dengan harta
yang melimpah sementara dia sendiri harus memikul derita kemiskinan, bisa jadi
kondisi ini menjadi sebab timbulnya rasa hasad, dengki, permusuhan dan
kebencian dalam hati orang miskin kepada orang kaya. Rasa-rasa ini tentu
melemahkan hubungan antar sesama Muslim, bahkan berpotensi memutus tali
persaudaraan.
Hasad, dengki dan kebencian adalah penyakit berbahaya yang mengancam
masyarakat dan mengguncang pondasinya. Islam berupaya untuk mengatasinya
dengan menjelaskan bahayanya dan dengan pensyariatan kewajiban zakat. Ini
adalah metode praktis yang efektif untuk mengatasi penyakit-penyakit tersebut

12
Bada`i’ ash-Shana`i’ wa Tartib asy-Syara`i’ 2/7.
dan untuk menyebarkan rasa cinta dan belas kasih di antara anggota
masyarakat.13
Orang yang menunaikannya akan dilipatgandakan kebaikannya dan
ditinggikan derajatnya. Ini termasuk tujuan syar’i yang penting. Allâh berfirman,
yang artinya, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allâh adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allâh melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allâh Maha luas
(karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” [al-Baqarah/2:261]

7. Menghibur dan membantu orang miskin.


Al-Kâsâni rahimahullah berkata, “Pembayaran zakat termasuk bantuan
kepada orang lemah dan pertolongan kepada orang yang membutuhkan. Zakat
membuat orang lemah menjadi mampu dan kuat untuk melaksanakan tauhid dan
ibadah yang Allâh wajibkan, sementara sarana menuju pelaksanaan kewajiban
adalah wajib.”14
8. Pertumbuhan harta yang dizakati.
Telah diketahui bersama bahwa di antara makna zakat dalam bahasa Arab
adalah pertumbuhan. Kemudian syariat telah menetapkan makna ini dan
menetapkannya pada kewajiban zakat. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

‫ار َأثِ ٍيم‬


ٍ َّ‫ۗ َوهَّللا ُ اَل ي ُِحبُّ ُك َّل َكف‬ ‫ت‬ َّ ‫ق هَّللا ُ ال ِّربَا َويُرْ بِي ال‬
ِ ‫ص َدقَا‬ ُ ‫يَ ْم َح‬
Allâh memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan Allâh tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa.” [al-
Baqarah/2:276].
Yakni menumbuhkan dan memperbanyak.15
Juga firman-Nya, yang artinya, “Dan barang apa saja yang kamu
nafkahkan, maka Allâh akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rizki yang

13
Lihat Fiqhuz Zakah 2/930.
14
Bada`i’ ash-Shana`i’ wa Tartib asy-Syara`i’ 2/7.
15
Tafsir Ibnu Katsir 1/311.
sebaik-baiknya.” (Saba`/34:39). Yakni Allâh menggantinya di dunia dengan
yang semisalnya dan di akhirat dengan pahala dan balasan.16
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :

ً ‫ان يَ ْن ِزالَ ِن فَيَقُو ُل َأ َح ُدهُ َما اَللهُ َّم َأ ْع ِط ُم ْنفِقا ً َخلَفا ً َويَقُو ُل اآلخَ ُر اللهُ َّم َأ ْع ِط ُم ْم ِسكا ً تَلَفا‬
ِ ‫َما ِم ْن يَوْ ٍم يُصْ بِ ُح ال ِعبَا ُد ِإالَّ َو َمل َك‬
Tidak ada satu hari di mana manusia mendapatkan waktu pagi kecuali ada
dua malaikat turun, salah satu dari keduanya berkata, ‘Ya Allâh berikanlah
pengganti kepada orang yang berinfak.’ Sedangkan yang lainnya berkata, ‘Ya
Allâh berikanlah kebinasaan kepada orang yang menahan.” [Muttafaqun ‘alaihi]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamjuga bersabda :

ٍ ‫ص َدقَةٌ ِم ْن َم‬
‫ال‬ ْ ‫ص‬
َ ‫ت‬ َ َ‫َما نَق‬

Sedekah tidak mengurangi harta. [HR Muslim]


9. Mewujudkan solidaritas dan kesetiakawanan sosial.
Zakat adalah bagian utama dari rangkaian solidaritas sosial yang berpijak
kepada penyediaan kebutuhan dasar kehidupan. Kebutuhan dasar kehidupan itu
berupa makanan, sandang, tempat tinggal (papan), terbayarnya hutang-hutang,
memulangkan orang-orang yang tidak bisa pulang ke negara mereka,
membebaskan hamba sahaya dan bentuk-bentuk solidaritas lainnya yang
ditetapkan dalam Islam. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :

َ ‫َمثَ ُل ال ُمْؤ ِمنِينَ فِي ت ََوا ِّد ِه ْم َوت ََرا ُح ِم ِه ْم َوتَ َعاطُفِ ِه ْم َك َمثَ ِل ال َج َس ِد‬
‫الوا ِح ِد ِإ َذا ا ْشتَ َكى ِم ْنهُ عُضْ ٌو تَدَاعَى لَهُ َساِئ ُر‬

‫الج َس ِد باِل َسه ِْر َوال ُح َّمى‬


َ

Perumpamaan orang-orang mukmin dalam sikap saling menyayangi,


mengasihi dan melindungi adalah seperti jasad yang satu, bila ada satu anggota
jasad yang sakit maka anggota lainnya akan ikut merasakannya dengan tidak
tidur dan demam. [HR Muslim]
10. Menumbuhkan perekonomian Islam.

16
Tafsir Ibnu Katsir 3/519.
Zakat mempunyai pengaruh positif yang sangat signifikan dalam
mendorong gerak roda perekonomian Islam dan mengembangkannya. Karena
pertumbuhan harta individu pembayar zakat memberikan kekuatan dan
kemajuan bagi ekonomi masyarakat. Sebagaimana juga zakat dapat menghalangi
penumpukan harta di tangan orang-orang kaya saja. Allâh Azza wa Jalla
berfirman, yang artinya, “Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang
kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah
dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada
Allâh. Sesungguhnya Allâh amat keras hukumanNya.” [al-Hasyr/59:7]
Keberadaan uang di tangan kebanyakan anggota masyarakat mendorong
pemiliknya untuk membeli keperluan hidup, sehingga daya beli terhadap barang
meningkat. Keadaan ini dapat meningkatkan produksi yang menyerap tenaga
kerja dan membunuh pengangguran.17
11. Dakwah kepada Allâh Azza wa Jalla .
Di antara tujuan mendasar zakat adalah berdakwah kepada Allâh dan
menyebarkan agama serta menutup hajat fakir-miskin. Semua ini mendorong
mereka untuk lebih lapang dada dalam menerima agama dan menaati Allâh
Azza wa Jalla .  

F. Implikasi Zakat

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

17
Lihat Atsaru az-Zakah ala Tasyghil al-mawarid al-Iqtishadiyah hal 145, Khuthuth Raisah fil Iqtishad al-Islami hal.
15-16 dan az-Zakah wa Tathbiqatuha al-Muashirah hal. 23.
B. Saran

Dengan disusunnya makalah ini, penulis mengharapkan pembaca dapat


mengetahui kajian mengenai Manajemen Produksi dan Operasi. Untuk mengetahui
lebih jauh, lebih banyak, dan lebih lengkap tentang pembahasan Manajemen Produksi
dan Operasi, pembaca dapat membaca dan mempelajari buku-buku dari berbagai
pengarang.

Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, sehingga keritik dan saran yang membangun untuk penulisan makalah-
makalah selanjutnya sangat diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

M. Yusuf Qardawi. Hukum Zakat Studi Komparatif mengenai Status dan Filsafat Zakat
berdasarkan Qur’an dan Hadist. Jakarta: Lentera Antar Nusa, Hal 34.
Hafidhuddin, Didin. Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani,Hal 7.
Al-Baqi, Abdurrahman. Terjemahan Shahih Bukhari Muslim. (Jakarta: Mizan, 2004), Cet. ke-3,
Jilid 4, h. 120.

Qardhawi, Yusuf. Hukum Zakat. (Jakarta: Lentera Antar Nusa, 2007), Cet. Ke-2, h. 3
Kementrian Agama Ri. Standarisasi Amil Zakat di Indonesia. (Jakarta: 2012), h. 15.
Lihat al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzhil Qur`ân al-Karîm , Muhammad Fuâd ‘Abdul Bâqi hlm.
421

HR. al-Bukhâri no. 4347 dan Muslim no. 130.


Lihat Nailul Authâr 2/479
Maksud dari tujuan syar’i adalah makna-makna dan hikmah-hikmah serta rahasia-rahasia yang
terkandung dalam sesuatu yang disyariatkan oleh peletak syariat. Lihat Maqashid asy-Syari’ah
al-Islamiyyah karya Thahir Asyur 2/51 dan Qawaid al-Wasail karya Mushthafa Karamatullah
Makhdum hal. 34.

Fatawa al-Imam as-Subki 1/198.


Al-Majmu’ 5/197.
Bada`i’ ash-Shana`i’ wa Tartib asy-Syara`i’ 2/7.
Lihat Fiqhuz Zakah 2/930.
Bada`i’ ash-Shana`i’ wa Tartib asy-Syara`i’ 2/7.
Tafsir Ibnu Katsir 1/311.
Tafsir Ibnu Katsir 3/519.
Lihat Atsaru az-Zakah ala Tasyghil al-mawarid al-Iqtishadiyah hal 145, Khuthuth Raisah fil
Iqtishad al-Islami hal. 15-16 dan az-Zakah wa Tathbiqatuha al-Muashirah hal. 23.
https://www.linkaja.id/artikel/fungsi-zakat-dalam-islam

Anda mungkin juga menyukai