Anda di halaman 1dari 22

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

FIQIH Dr.M.SULAIMAN RIDWAN ,Lc.M.sy

FIQIH ZAKAT DAN RELASINYA TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL

Disusun Oleh : Kelompok IV

Khorisa Tuljannah

Miftahur Rahmi

M. Al Akhyar

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) DINIYAH PEKANBARU

2023 M / 1444 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Allah Swt yang telah memberikan

rahmat serta hidayahnya kepada kita,sehingga dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul”Fiqih Zakat Dan Relasinya Terhadap Kepedulian Sosial”.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Fiqih .Dalam

membuat makalah ini dengan keterbatasan ilmu yang dimiliki dan berusaha mencari

sumber data dari berbagai sumber informasi.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.Oleh sebab

itu,kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan

demi kesempurnaan makalah ini.Semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat dan

berguna bagi para pembaca.Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 15 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. .Latar belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A.defenisi zakat.
B.hukum zakat
C. hukuman bagi orang yang tidak membayar zakat
D. syarat wajib zakat
E. jenis-jenis zakat
F. hikmah, keutamaan, dan tujuan zakat
G. zakat terhadap kepedulian sosial
BAB III PENUTUP
A.KESIMPULAN
B SARAN
DAFTAR PUSAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Zakat adalah salah satu kewajiban umat Islam yang telah ditetapkan dalam al-
Qur’an dan merupakan salah satu rukun Islam yang selalu disebutkan sejajar dengan
shalat. Inilah mengapa zakat merupakan hal wajib dan penting bagi umat Islam. Selain
itu zakat merupakan mediator dalam mensucikan diri dan hati dari rasa kikir, pelit dan
cinta harta, dan zakat merupakan instrumen sosial yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan dasar fakir dan miskin.1
Zakat merupakan ibadah yang mengandung dua dimensi, ialah dimensi hablum
minallah dan hablum minannas. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh Islam
dibalik kewajiban zakat, Secara umum zakat bertujuan untuk menutupi kebutuhan
pihak-pihak yang memerlukan dari harta kekayaan sebagai perwujudan dari rasa tolong
menolong antara sesama manusia beriman.2
.Zakat merupakan salah satu bentuk ibadah sosial yang mampu mengentaskan
kemiskinan ummat. Bukan hanya untuk umat Islam apabila semua orang mau
menunaikan zakat maka umat manusia akan makmur. Permasalahan sosial kemiskinan
yang ada pada saat ini salah satunya adalah karena tidak berjalannya ibadah sosial zakat
tersebut di tengah masyarakat khususnya umat Islam.
Zakat merupakan ibadah sosial yang telah diwajibkan oleh Allah kepada setiap
hambanya. Lima rukun Islam sebagai rangkaian saling terkait yang diwajibkan kepada
setiap mereka yang beragama Islam seperti Syahadat, Sholat, Zakat, Puasa dan Haji
bagi yang mampu, memiliki tata cara yang berbeda dalam pelaksanaannya. Dengan
zakat, Islam telah menunjukkan semangat sosial dan perlindungan antara mereka yang
kaya untuk memperhatikan mereka yang miskin sehingga tidak adanya ketimpangan
sosial. Sebagaimana Islam memadang setiap manusia adalah sama dihadapan Allah
Zakat dalam Islam terbagi menjadi dua, yaitu zakat fitrah dan zakat mal. Zakat
mal adalah zakat harta yang dikenakan atas harta yang dimiliki oleh individu dengan
syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan secara syarak. Sedangkan

1
Said Sa’ad Marthon, Ekonomi Islam ,(Jakarta : Maktabah ar-Riyadh, 2007), h. 118
2
Elsi kartika sari, Pengantar Hukum Zakat dan Waqaf (Jakarta :Grasindo, 2006), h. 14

4
Zakat fitrah ialah zakat diri yang diwajibkan atas diri setiap individu lelaki dan
perempuan muslim yang berkemampuan dengan syarat-syarat yang ditetapkan. Kata
fitrah yang ada merujuk pada keadaan manusia saat baru diciptakan sehingga dengan
mengeluarkan zakat ini manusia dengan izin Allah akan kembali fitrah.3
Hak zakat diberikan kepada 8 (delapan) golongan yang telah dijelaskan Allah swt
dalam al-Qur’an surah al-Taubah 9 : 60 yaitu :

‫ِاَّنَم ا الَّص َد ٰق ُت ِلۡل ُفَقَر ٓاِء َو اۡل َم ٰس ِكۡي ِن َو اۡل ٰع ِم ِلۡي َن َع َلۡي َها َو اۡل ُم َؤ َّلـَفِة ُقُلۡو ُبُهۡم َو ِفى الِّر َقاِب‬
‫َو اۡل ٰغ ِرِم ۡي َن َو ِفۡى َس ِبۡي ِل ِهّٰللا َو اۡب ِن الَّس ِبۡي ِلؕ‌ َفِرۡي َض ًة ِّم َن ِهّٰللاؕ‌ َو ُهّٰللا َع ِلۡي ٌم َح ِكۡي ٌم‬
Terjemahan : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Ayat di atas menjelaskan tentang sasaran zakat, dimana didalamnya juga
memberikan petunjuk dasar tentang pengelolaan zakat, ditandai dengan menetapkan
petugas dasar tentang petugas zakat (amil) sebagai salah satu asnaf yang berhak
mengambil bagiandari zakat. Amil zakat adalah orang yang ditunjuk untuk
mengumpulkan dan mendistribusikan zakat, baik itu zakat fitrah maupun zakat mal.
Oleh karenanya, seorang amil memiliki kewajiban untuk mendisiplinkan dan menjaga
amanah yang telah diberikan oleh muzakki kepadanya.4
Salah satu penunjang kesuksesan manajemen zakat dalam merealisasikan tujuan
kemasyarakatan adalah pendibustrian dan penerapan yang baik dengan tidak
mengharamkan atas sebagian golongan penerima zakat yang berhak menerimanya;
seperti tidak memberikan kepada orang yang tidak berhak menerimanya atau tidak
memberikan kepada orang yang membutuhkan maupun mengambil hanya yang
berkenaan baik, namun meningkatkan orang-orang yang benar-benar membutuhkan.5

3
Abdul Jalil, Mengenal zakat fitrah dan zakat mal (Semarang: Mutiara Aksara, 2019), h. 52
4
Didin Hafidhuddin, Managemen Zakat Indonesia, (Jakarta : Forum Zakat, 2012), h. 113
5
Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2005), h. 108

5
B.Rumusan Masalah
A. Bagaimana defenisi zakat?
B. Apakah hukum zakat?
C. Bagaimana hukuman bagi orang yang tidak membayar zakat?
D. Apakah syarat wajib zakat?
E. Apa saja jenis-jenis zakat?
F. Apa saja hikmah, keutamaan, dan tujuan zakat?
G. Bagaimana zakat terhadap kepedulian sosial?

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Zakat

Menurut bahasa, zakat berasal dari kata al-zakah dalam bahasa arab. Kata al-

zakah memiliki makna di antaranya al-numuw (tumbuh), al-ziyadah (bertambah), al-

thaharah (bersih), al-madh (pujian), al-barakah (berkah) dan al-shulh (baik). Definisi

zakat sebagai madah (pujian) dapat pula dilihat pada firman Allah QS. An-Najm (53)

ayat 32.

‫َاَّلِذ ۡي َن َيۡج َتِنُبۡو َن َك ٰٓبِٕٮَر اِاۡل ۡث ِم َو اۡل فَو اِح َش ِااَّل الَّلَم َمؕ‌ ِاَّن َر َّبَك َو اِس ُع اۡل َم ۡغ ِفَر ِةؕ‌ ُهَو َاۡع َلُم‬
ؕ‌‫ِبُك ۡم ِاۡذ َاۡن َش َاُك ۡم ِّم َن اَاۡلۡر ِض َو ِاۡذ َاۡن ُتۡم َاِج َّنٌة ِفۡى ُبُطۡو ِن ُاَّم ٰه ِتُك ۡمۚ‌ َفاَل ُتَز ُّك ۤۡو ا َاۡن ُفَس ُك ۡم‬
‫ُهَو َاۡع َلُم ِبَمِن اَّتٰق ى‬
Terjemahan: Orang-orang yang akan mendapat anugerah dan kebaikan adalah

mereka yang sungguh-sungguh menjauhi dosa-dosa besar yang disebut secara khusus

ancamannya, dan perbuatan keji yang dicela oleh akal dan tabiat manusia. Semua itu

ada hukumannya, kecuali kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan sesekali dan tanpa

sengaja. Sungguh, pengampunan atas dosa kecil itu karena Tuhanmu Mahaluas

ampunan-Nya. Dia pun akan mengampuni dosa besar bila pelakunya bertobat dengan

tulus. Janganlah kamu bangga karena telah berbuat baik. Sesungguhnya Dia mengetahui

tentang keadaan kamu, bahkan sejak Dia menjadikan kamu dari tanah lalu ketika kamu

masih janin dalam perut ibumu yang berproses sesuai tahapannya. Maka dengan

pengampunan dan pahala itu, janganlah kamu menganggap dirimu suci dengan memuji

diri dan membanggakan amal-amalmu. Sungguh, Dia yang paling mengetahui tentang

orang yang bertakwa dan benar-benar suci.

7
Sedangkan, secara makna “bersih”, apakah ia secara kasat mata (hissiyah), bisa

dilihat pada QS. Ash-Shams (91) ayat 9.

‫َقۡد َاۡف َلَح َم ۡن َز ّٰك ٮَها‬


Terjemahan: Sungguh beruntung orang yang membersihkan jiwa itu

Ulama berbeda dalam mendefinisikan zakat. Ulama mazhab Maliki

mendefinisikannya dengan: mengeluarkan bagian tertentu dari harta tertentu yang telah

mencapai satu nisab bagi orang yang berhak menerimanya, dengan ketentuan harta itu

milik sempurna, telah mencapai haul (satu tahun), dan bukan merupakan barang

tambang.

Ulama mazhab Hanafi mendefinisikannya dengan: pemilikan bagian tertentu dari

harta tertentu yang dimiliki seseorang berdasarkan ketetapan Allah. Definisi inipun

hanya untuk zakat harta, karena pengertian’harta tertentu’ dimaksudkan sebagai harta

yang telah mencapai nisab.

Ulama mazhab Syafi’i mendefinisikan zakat sebagai sesuatu yang dikeluarkan

dari harta atau jiwa dengan cara tertentu. Dalam definisi ini jelas bahwa zakat yang

mereka maksudkan adalah zakat harta dan zakat fitrah, karena pencantuman kata ‘harta’

dan ‘jiwa’ dalam definisi ini mengandung pengertian zakat harta dan zakat fitrah (jiwa).

Ulama mazhab Hanbali mendefinisikannya dengan: hak wajib pada harta tertentu bagi

(merupakan hak) kelompok orang tertentu pada waktu tertentu pula. Definisi ini hanya

mencakup zakat harta saja, tidak termasuk zakat fitrah, karena ungkapan ‘harta tertentu’

mengandung pengertian bahwa harta itu telah mencapai satu nisab, sedangkan satu

nisab adalah salah satu syarat wajib zakat harta.6

6
Dr. H. Moh. Thoriquddin, Lc., M.HI, Pengelolaan Zakat Produktif Perspektif Maqasid al-Syari’ah
Ibnu ‘Asyur (Cet. I; Malang: UIN-Maliki Press, 2015), h. 29.

8
Yusuf al-Qardawi mengemukakan definisi: sejumlah harta tertentu yang

diwajibkan Allah menyerahkannya kepada orang-orang yang berhak. Menurutnya, zakat

juga bisa berarti mengeluarkan jumlah harta tertentu itu sendiri. Artinya, perbuatan

mengeluarkan hak yang wajib dari harta itu pun dinamakan zakat dan bagian tertentu

yang dikeluarkan dari harta itu pun dikatakan zakat.7

B. Hukum Zakat

Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang kelima, dan disebut beriringan
dengan shalat pada 82 ayat.7 Zakat adalah ibadah yang unik, selain mengandung
ta’abbudi (penghambaan) kepada Allah juga menfasilitasi fungsi sosial. Allah telah
menetapkan hukum wajibnya, baik dalam al-Qur’an maupun dengan hadis Nabi
Muhammad SAW serta ijma’ dari umatnya. Allah berfirman dalam QS. An-Nur (24)
ayat 56.

‫َو َاِقۡي ُم وا الَّص ٰل وَة َو ٰا ُتوا الَّز ٰك وَة َو َاِط ۡي ـُعوا الَّرُس ۡو َل َلَع َّلُك ۡم ُتۡر َح ُم ۡو َن‬
Terjemahan: Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja
yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi
Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
QS. At-Taubah (9) ayat 60.

‫ِاَّنَم ا الَّص َد ٰق ُت ِلۡل ُفَقَر ٓاِء َو اۡل َم ٰس ِكۡي ِن َو اۡل ٰع ِم ِلۡي َن َع َلۡي َها َو اۡل ُم َؤ َّلـَفِة ُقُلۡو ُبُهۡم َو ِفى الِّر َقاِب‬
‫َو اۡل ٰغ ِرِم ۡي َن َو ِفۡى َس ِبۡي ِل ِهّٰللا َو اۡب ِن الَّس ِبۡي ِلؕ‌ َفِرۡي َض ًة ِّم َن ِهّٰللاؕ‌ َو ُهّٰللا َع ِلۡي ٌم َح ِكۡي ٌم‬
Terjemahan: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,
dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Dari banyaknya dalil nash tersebut dapat dipahami mengenai kewajiban
mengeluarkan zakat. Pemahaman ini berdasarkan pada kejelasan sighat berupa redaksi

7
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, dalam maktabah al-Shamilah,
juz II, h. 505.

9
dalam bentuk fi’il amar yang berarti kewajiban/perintah dan dilalah berupa petunjuk
dalil yang bersifat qoth’i. Hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang
telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah
diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, sekaligus
merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang
sesuai dengan perkembangan umat manusia.8
C. Hukuman Bagi Orang Yang Tidak Membayar Zakat
Hukuman bagi yang tidak bersakat dijelaskan secara jelas, ada dua jenis hukuman
bagi para penentang perintah berzakat, yaitu hukuman di dunia dan hukuman di akhirat.
Orang yang enggan berzakat ada kalanya karena ingkar dan ada kalanya karena
kikir. Pertama, orang yang enggan berzakat karena ingkar. Siapa mengingkari
kewajiban zakat, ia kafir berdasarkan ijma’ umat jika ia mengetahui kewajibannya,
karena ia mendustakan Allah dan RasulNya. Kedua, orang yang berzakat karena kikir.
Siapa yang enggan berzakat karena kikir, zakat dipungut secara paksa darinya dan ia
tidak kafir karenanya, meski ia telah melakukan suatu dosar. 9
Apabila yang bersangkutan tidak berzakat sampai berperang karenanya, ia harus
diperangi hingga tunduk pada perintah Allah dan menunaikan zakat, QS. At-Taubah (9)
ayat 5.

‫َفِاَذ ا اْنَس َلَخ اَاۡلۡش ُهُر اۡل ُحـُر ُم َفاۡق ُتُلوا اۡل ُم ۡش ِرِكۡي َن َح ۡي ُث َو َج ْد ُّتُم ۡو ُهۡم َو ُخ ُذ ۡو ُهۡم‬
‫َو اۡح ُصُر ۡو ُهۡم َو اۡق ُع ُدۡو ا َلُهۡم ُك َّل َم ۡر َص ٍد‌ۚ َفِاۡن َتاُبۡو ا َو َاَقاُم وا الَّص ٰل وَة َو ٰا َتُو ا الَّز ٰك وَة‬
‫َفَخ ُّلۡو ا َس ِبۡي َلُهۡم‌ؕ ِاَّن َهّٰللا َغ ُفۡو ٌر َّر ِح ۡي ٌم‬
Terjemahan: Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-
orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka.
Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan
mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk
berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang.

8
Zen Bariadi dan Hudri, Zakat dan Wirausaha (Jakarta: CED (Centre for Entrepreurship
Development), 2005), h. 35
9
Dr. Abdullah Salim Bahammam, Panduan Fiqh Ibadah Bergambar: Pembahasan Lengkap
Seputar Thaharah, Shalat, Puasa, Zakat, dan Haji, terj. Umar Mujtahid, Lc, h. 349.

10
Pemaparan dari dalil nash dan hadis sudah cukup menggambarkan betapa
pentingnya membayar zakat sekaligus mengukuhkan hukum wajibnya zakat tersebut.
D. Syarat Wajib Zakat
Adapun rukun zakat ialah mengeluarkan sebahagian dari nisab (harta) dengan
melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadikannya sebagai milik orang fakir, dan
menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut diserahkan kepada wakilnya, yakni
imam atau orang yang bertugas untuk memungut zakat.10
Zakat dihukumi wajib atas setiap muslim merdeka yang memiliki satu nisab dari
salah satu jenis harta yang wajib dikeluarkan zakatnya.
Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam pelaksanaan zakat yaitu: orang yang
berzakat (muzakki), harta yang dikenakan zakat, dan orang yang menerima zakat
(mustahiq).
Zakat mempunyai syarat wajib dan syarat sah. Para ulama sepakat, syarat wajib
zakat ialah merdeka, Islam, mencapai nisab, milik penuh dan mencapai haul. Jika diurai
dari pernyataan ini, maka syarat sah zakat antara lain:
1) Islam. Tidak sah zakat yang dikeluarkan orang kafir karena Allah tidak
menerima amalan orang-orang kafir.
2) Merdeka. Budak tidak wajib mengeluarkan zakat, karena harta budak adalah
milik tuannya.
3) Memiliki nisab. Nisab adalah ukuran harta tertentu yang ketika sudah tercapai,
harta wajib dizakati. Syarat-syarat nisab:
 Nisab berada diluar kebutuhan-kebutuhan utama yang tidak bisa
dikesampingkan seseorang. Seperti kebutuhan makan, pakaian, dan tempat
tinggal, karena zakat diwajibkan untuk membantu orang-orang fakir. Untuk itu,
orang yang berzakat bukanlah orang miskin.
 Nisab dimiliki seseorang secara tertentu secara penuh. Untuk itu, zakat tidak
diwajibkan pada harta yang tidak dimiliki seseorang secara tertentu. Seperti
uang yang terkumpul untuk membangun masjid, uang wakaf untuk kepentingan-
kepentingan umum, atau uang yang berada di kotak-kotak organisasi sosial.

10
Wahbah al-Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai Mazhab (Cet. VII; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2008), h. 97-98.

11
4) Milik penuh. Para fuqaha berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud dengan
harta milik. Apakah harta milik yang sudah ada di tangan sendiri, ataukah harta milik
yang hak pengeluarannya berada di tangan seseorang, dan ataukah harta yang
dimiliki secara asli.
 Mazhab Hanafi berpendapat bahwa yang dimaksud dengannya ialah harta
yang dimiliki secara utuh dan berada di tangan sendiri yang benar-benar
dimiliki.
 Mazhab Maliki berpendapat bahwa yang dimaksud dengan harta yang
dimiliki secara penuh ialah harta yang dimiliki secara asli dan hak
pengeluarannya berada di tangan pemiliknya.
 Mazhab Syafi’i berpendapat bahwa yang dimaksud dengan harta yang
dimiliki secara penuh ialah harta yang dimiliki secara asli, penuh, dan ada hak
untuk mengeluarkannya.
 Mazhab Hambali berpendapat bahwa harta yang dizakati harus merupakan
harta yang dimiliki secara asli dan bisa dikeluarkan sesuai dengan kehendak
pemiliknya.11
5). Berlalu selama satu haul (satu tahun). Haul adalah hitungan satu tahun hijriyah
secara penuh. Maksudnya, nisab yang dimiliki seseorang berlalu selama dua belas
bulan qamariyah. Syarat ini hanya berlaku untuk emas dan perak, barangbarang
perdagangan, unta, sapi, dan kambing. Untuk tanaman, buah-buahan, barang-
barang tambang, dan rikaz tidak disyaratkan haul.12
Dalam hal syarat sah pelaksanaan zakat, para fuqaha sepakat bahwa niat
merupakan syarat sah pelaksanaan zakat. Caranya ialah agar ketika membayarkannya,
orang yang berzakat itu hendaklah menunjukkan perhatiannya kepada keridhaan Allah
dan mengharap pahala daripadaNya, sementara dalam hati ditekadkan bahwa itu
merupakan zakat yang diwajibkan atas dirinya.
Syarat sah yang kedua adalah tamlik (memindahkan kepemilikan harta kepada
penerimanya). Tamlik menjadi syarat sahnya pelaksanaan zakat, yakni harta zakat

11
Wahbah al-Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, h. 102-105.
12
Dr. Abdullah Salim Bahammam, Panduan Fiqh Ibadah Bergambar: Pembahasan Lengkap
Seputar Thaharah, Shalat, Puasa, Zakat, dan Haji, terj. Umar Mujtahid, Lc, h. 353-354.

12
diberikan kepada mustahiq. Dengan demikian seseorang tidak boleh memberikan
makanan (kepada mustahiq), kecuali dengan jalan tamlik.13
Adapun terkait harta yang dimiliki anak kecil, orang gila, murtad, orang yang
bodoh tentang kewajiban zakat dan orang yang terhalang untuk menyerahkan zakatnya
maka dalam hal ini terjadi silang pendapat di antara para ulama.14
Dalam hal baligh dan berakal, keduanya dipandang sebagai syarat oleh mazhab
Hanafi. Dengan demikian, zakat tidak wajib dari harta anak kecil dan orang gila sebab
keduanya tidak termasuk dalam ketentuan orang yang wajib mengerjakan ibadah,
seperti salat dan puasa. Sedangkan menurut jumhur, keduanya bukan merupakan syarat.
Oleh karena itu, zakat tersebut dikeluarkan oleh walinya.15
E. Jenis-Jenis Zakat
1. Zakat Fitrah
zakat fitrah merupakkan zakat yang disyari’atkan dalam agama Islam berupa
satu sho’ dari makanan (pokok) yang dikeluarkan seseorang muslim di akhir bulan
Ramadhan, dalam rangka menampakkan rasa syukur atas nikmat-nikmat Allah SWT
dalam berbuka dari puasa Ramadhan dan penyempurnaanya. Oleh karena itu dinamakan
shodaqoh fitrah atau zakat fitrah.
ada beberapa orang yang berkewajiban membayar zakat fitrah :
a. Beragama Islam. Sedangkan orang kafir tidak wajib untuk menunaikannya, namun
mereka akan diberi sanksi di akhirat karena tidak menunaikannya.
Mampu mengeluarkan zakat fitrah. Karena Allah Ta’ala tidaklah membebani
hamba-Nya kecuali sesuai dengan kemampuannya.
2. zakat mal (harta)
zakat mal adalah bagian dari harta kekayaan seseorang (juga badan hukum),
yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang – orang tertentu setelah dimiliki dalam
jangka waktu tertentu dan dalam jumlah minimal tertentu.
Zakat difardukan tanpa menyebutkan secara gamblang tentang apa saja yang
harus dizakati, demikian juga dengan ketentuan kadar zakatnya, yang disyariatkan
hanya perintah mengeluarkan zakat. Demikian keadaan itu berjalan hingga tahun ke dua
13
Wahbah al-Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, h. 114-117.
14
Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah 3, terj. Mahyuddin Syaf, Fikih Sunnah 3, h. 26-27.
15
Wahbah al-Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, h. 99-100.

13
Hijriyah, dan mulai dari tahun kedua Hijriyah inilah syara’ menentukan harta – harta
apa saja yang di zakati, serta kadarnya masing – masing
Adapun diantaranya kekayaan yang wajib zakat maal yaitu :
a. Emas Dan Perak
Dalil kewajiaban zakat emas dan perak adalah berdasarkan firman allah dalam
Al-quran surat (at–Taubah : 34-35)
‫ۡل ۡش‬
‫َبَر ٓاَء ٌة ِّم َن ِهّٰللا َو َر ُس ۡو ِلٖۤه ِاَلى اَّلِذ ۡي َن َع اَهدُّتۡم ِّم َن ا ُم ِرِكۡي َنَفِس ۡي ُح ۡو ا ِفى اَاۡلۡر ِض‬
‫ِهّٰللا َو َاَّن َهّٰللا ُم ۡخ ِزى اۡل ٰك ِفِرۡي َن‬
‌ۙ ‫َاۡر َبَع َة َاۡش ُهٍر َّو اۡع َلُم ۤۡو ا َاَّنُك ۡم َغ ۡي ُر ُم ۡع ِج ِزى‬

Terjemahan: Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka
akan mendapat) siksa yang pedih; pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka
Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi, lambung, dan punggung mereka, (lalu
dikatakan) kepada mereka, Inilah harta benda kalian yang kalian simpan untuk diri
kalian sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.”

beberapa pendapat para ulama tentang zakat emas dan perak, antara lain :
1. Ulama fiqih, berpendapat bahwa emas dan perak wajib dizakati jika cukup shabnya
yaitu nishab emas 20 mithqol, nishab perak 200 dirham, mereka memberi syarat
yaitu berlalunya waktu satu tahun dalam keadaan nishab dan wajib dikeluarkan
adalah 2,5%.
2. Imamiah, berpendapat bahwa wajib zakat emas dan perak jika berada dalam bentuk
uang dan tidak wajib dizakati jika berbentuk barang atau perhiasan.
3. Hambali, berpendapat bahwa uang kertas tidak wajib di zakati kecuali jika di tukar
dengan emas dan perak
4. Menurut tiga mazhab yang lain yaitu Hnafi, Maliki dan Syafi’i, bahwa emas dan
perak wajib di zakati jika dalam bentuk barang dan dalam bentuk uang, namun
mereka berbeda pendapat mengenai emas dan perak dalam bentuk perhiasan.
Sebagaian mewajibkan zakat dan sebagian lain tidak mewajibkannya.
5. Mengenai uang, imamiah mewajibkan 1/5 atau 20% dari sisa belanja dalam satu
tahun. Menurut syafi’i, Maliki dan Hanafi uang 24 kertas tidak wajib dizakati kecuali

14
telah dipenuhi semua syarat yaitu telah sampai nisab dan telah cukup satu tahun.
Syarat wajib zakat emas dan perak adalah:
6. Milikorang Islam
7. Yang memiliki adalah orang yang merdeka
8. Milik penuh (dimiliki dan menjadi hak penuh)
9. Sampai nishab
10.Genap satu tahun
b. Zakat Binatang Ternak
syarat binatang ternak yang wajib di zakati adalah :
1) Jumlahnya mencapai nisab
2) Telah melewati masa satu tahun
3) Di gembalakan di tempat penggembalaan umum, yakni tidak di beri makan di
kandangnya, kecuali jarang sekali.
4) Tidak digunakkan untuk keperluan pribadi pemiliknya, seperti untuk mengangkut
barang, membajak sawah dan sebagainya.
c. Zakat Pertanian Dan Perkebunan
Mengenai kewajiban zakat hasil pertanian ini tidak ada perbedaan pendapat di
kalangan ulama. Namun mereka masih berbeda pendapat tentang jenis pertanian yang
wajib di zakati.
d. Zakat Perniagaan Atau Perdagangan
zakat perdagangan atau zakat perniagaan adalah zakat yang dikeluarkan atas
kepemilikan harta yang diperuntukkan untuk jual beli. Zakat ini dikenakkan kepada
perniagaan yang diusahakan baik secara perorangan maupun perserikatan, seperti CV,
PT dan koperasi.
e. Zakat Profesi
zakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi (guru,
dokter, aparat, dan lainlain) atau hasil profesi bila telah sampai pada nisabnya.
Profesi yang dizakati:
a) Perkerjaan yang dikerjakan sendiri tanpa tergantung kepada orang lain, berkat
kecekatan tangan ataupun otak. Penghasilan yang diperoleh dengan cara ini merupakkan

15
penghasilan yang professional, seperti penghasilan seorang dokter, insinyur, advokat
seniman, penjahit, tukang kayu dan lain-lainnya.
b) Pekerjaan yang dikerjakan seseorang buat pihak lain, bik pemerintah,
perusahaan, maupun perorangan dengan memperoleh upah, yang diberikkan, dengan
tangan, otak, atapun kedua-duanya Penghasilan dari perkerjaan seperti itu berupa gaji,
upah, ataupun honorarium.
F. Hikmah, Keutamaan, Dan Tujuan Zakat
Allah memberikan rizki kepada manusia secara bervariasi, ada yang kaya dan
ada yang miskin. Dengan keadaan seperti ini orang kaya membtuhkan orang miskin
begitu juga sebaliknya. Zakat diambil dari orang kaya dan diberikan kepada mustahiq
yang di antaranya adalah orang fakir miskin. Adapun hikmah zakat adalah sebagai
berikut.16
1) Menyucikan harta. Dengan berzakat harta akan suci dari hakhak fakir miskin.
2) Menyucikan jiwa muzakki dari sifat kikir. Zakat membersihkan jiwa dari kotoran
dosa secara umum, terutama kotoran hati dari sifat kikir. Orang yang mempunyai sifat
kikir biasanya berusaha agar hartanya utuh, walaupun untuk membayar zakat. Ia selalu
berusaha mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, tanpa memperdulikan cara yang ia
pakai apakah halal atau haram.
3) Membersihkan jiwa mustahiq dari sifat dengki. Kesenjangan sosial yang mencolok
antara orang kaya dan orang miskin akan menimbulkan sifat dengki. Islam memberikan
solusi untuk menghilangkan sifat dengki dari orang miski dengan memberikan zakat
kepada mereka. Dengan demikian yang menikmati karunia Allah itu bukan hanya orang
kaya tetapi juga orang miskin, dengan adanya zakat.
4) Membangun masyarakat yang lemah. Masalah kemiskinan di Indonesia merupakan
pekerjaan rumah yang panjang bagi pemerintah dan belum kunjung selesai. Kemiskinan
memunculkan berbagai persoalan sosial kemasyarakatan mulai dari anak putus sekolah,
anak jalanan, perampokan, pembunuhan dan berbagai kriminalitas lainnya yang rata-
rata ujung pangkalnya adalah masalah kemiskinan. Belum lagi masalah kesehatan
masyarakat miskin yang tidak tersentuh walaupun pemerintah sudah memberikan

16
M. Ali Hasan, Zakat dan Infak Salah Satu Solusi Mengatasi Problem Sosial di Indonesia (Jakarta:
Kencana, 2008), h. 18-24.

16
jaminan kesehatan masyarakat miskin. Bahkan tidak jarang justru yang memanfaatkan
jaminan adalah orang-orang yang sudah mampu.
5) Ujian bagi hamba untuk menaati perintah-perintah Allah dan mendahulukan cinta
Allah daripada cinta terhadap harta.
6) Membantu orang fakir dan memenuhi kebutuhan orangorang miskin sehingga akan
semakin meningkatkan rasa cinta, merealisasikan solidaritas sosial antar individu
masyarakat Islam hingga ke tingkatan paling tinggi.
7) Melatih untuk berbagi dan berinfak di jalan Allah.
8) Membersihkan dan mengembangkan harta, serta mendatangkan berkah dalam harta.

Menurut Yusuf Qardawi secara umum ada dua tujuan dari ajaran zakat yaitu:
untuk kehidupan individu dan kehidupan sosial kemasyarakatan. Tujuan pertama
meliputi pensucian jiwa dari sifat kikir, mengembangkan sifat suka berindak atau
memberi, mengembangkan akhlak seperti akhlak kepada Allah, mengobati hati dari
cinta dunia yang membabi buta, mengembangkan kekayaan batin dan menumbuhkan
rasa simpati dan cinta sesama manusia.17
Adapun keutamaan zakat dapat dijabarkan, antara lain:
1) Sebab meraih rahmat Allah.
2) Syarat meraih pertolongan Allah. Sebagaimana Allah .
3) Sebab dihapusnya kesalahan-kesalahan.
Dengan semua keutamaan yaang telah disebutkan dalam nash, baik dalam al-
Qur’an maupun hadis mengajak untuk lebih memperhatikan persoalan zakat dan agar
kita dapat berlomba-lomba dalam membayarkannya. Di samping keutamaannnya, zakat
juga memiliki tujuan sebagai berikut.
 Mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup
serta penderitaan.
 Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para gharimin,
ibnussabil, dan mustahiq lainnya.

17
Yususf Qardawi, Fiqh al-Zakat, terj. Salman Harun, Didin Hafidhuddin, Hanuddin (Jakarta:
Lentera, 1991), h. 848-876.

17
 Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan
manusia pada umumnya.
 Menghilangkan sifat kikir pemilik harta.
 Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orang-orang
miskin.
 Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam
suatu masyarakat.
 Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama
pada mereka yang mempunyai harta.
 Mendidik manusia untuk berdisplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan
hak orang lain yang ada padanya.18
G. Zakat Terhadap Kepedulian Sosial
Dalam konsep Islam, zakat memiliki makna yang lebih luas daripada sekedar
kewajiban membayar sejumlah uang atau harta kepada orang yang membutuhkan. Zakat
merupakan bentuk pengakuan akan hak milik Allah SWT atas semua harta yang
dimiliki manusia. Dengan membayar zakat, seseorang dianggap sudah memenuhi
kewajibannya sebagai hamba Allah dan sebagai bagian dari komunitas umat Muslim
yang saling membantu.
Zakat juga dianggap sebagai sarana untuk membersihkan harta seseorang dari
sifat-sifat negatif seperti keserakahan dan keegoisan. Dalam hal ini, zakat berfungsi
sebagai alat untuk membentuk karakter kebaikan dan kepedulian sosial.
Zakat memiliki signifikansi yang sangat penting dalam agama Islam. Selain
sebagai bentuk ibadah dan wujud kepedulian sosial, zakat juga dianggap sebagai sarana
untuk mengurangi kesenjangan sosial antara orang kaya dan orang miskin. Dalam Islam
Secara sosial, zakat berfungsi sebagai sarana untuk membantu masyarakat yang
membutuhkan. Zakat juga dapat menyeimbangkan kesenjangan ekonomi antara orang
kaya dan orang miskin, sehingga tercipta masyarakat yang lebih adil dan merata.
Selain itu, zakat juga memiliki signifikansi spiritual dalam Islam. Dalam Islam,
harta bukanlah milik manusia secara mutlak, melainkan merupakan titipan dari Allah

18
Kementerian Agama, Panduan Zakat Praktis (Jakarta: Ditjen Bimas Islam dan Pemberdayaan
Zakat, 2013), h. 7.

18
SWT. Dengan membayar zakat, umat Muslim menunjukkan rasa syukur dan ketaatan
kepada Allah SWT serta menjaga hati agar tidak terlalu terikat pada harta benda.
Tidak hanya itu, zakat juga memiliki signifikansi ekonomi yang besar. Dalam
konsep ekonomi Islam, zakat digunakan untuk membantu mengurangi pengangguran,
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan.
Dalam konteks modern, zakat masih memiliki signifikansi yang besar. Zakat
dapat digunakan untuk membantu pendidikan dan kesehatan, memberikan bantuan
keuangan untuk pengembangan usaha kecil, serta membantu pengungsi dan orang yang
terkena bencana alam.
Dalam kesimpulannya, zakat memiliki signifikansi yang besar dalam Islam.
Konsep ini dapat membantu menciptakan masyarakat yang adil dan harmonis,
mengurangi kesenjangan sosial, serta memberikan bantuan bagi yang membutuhkan.
Oleh karena itu, setiap muslim harus memenuhi kewajibannya dalam memberikan zakat
dan memanfaatkan konsep ini untuk meraih keberkahan dan ridha Allah SWT.

19
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
zakat berasal dari kata al-zakah dalam bahasa arab. Kata al-zakah memiliki
makna di antaranya al-numuw (tumbuh), al-ziyadah (bertambah), al-thaharah (bersih),
al-madh (pujian), al-barakah (berkah) dan al-shulh (baik). Zakat merupakan salah satu
dari rukun Islam yang kelima, dan disebut beriringan dengan shalat pada 82 ayat.7
Zakat adalah ibadah yang unik, selain mengandung ta’abbudi (penghambaan) kepada
Allah juga menfasilitasi fungsi sosial. Allah telah menetapkan hukum wajib.
Hukuman bagi yang tidak bersakat dijelaskan secara jelas, ada dua jenis hukuman
bagi para penentang perintah berzakat, yaitu hukuman di dunia dan hukuman di akhirat.
Adapun rukun zakat ialah mengeluarkan sebahagian dari nisab (harta) dengan
melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadikannya sebagai milik orang fakir, dan
menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut diserahkan kepada wakilnya, yakni
imam atau orang yang bertugas untuk memungut zakat.
Menurut Yusuf Qardawi secara umum ada dua tujuan dari ajaran zakat yaitu:
untuk kehidupan individu dan kehidupan sosial kemasyarakatan. Tujuan pertama
meliputi pensucian jiwa dari sifat kikir, mengembangkan sifat suka berindak atau
memberi, mengembangkan akhlak seperti akhlak kepada Allah, mengobati hati dari
cinta dunia yang membabi buta, mengembangkan kekayaan batin dan menumbuhkan
rasa simpati dan cinta sesama manusia.
Dalam konsep Islam, zakat memiliki makna yang lebih luas daripada sekedar
kewajiban membayar sejumlah uang atau harta kepada orang yang membutuhkan. Zakat
merupakan bentuk pengakuan akan hak milik Allah SWT atas semua harta yang
dimiliki manusia. Dengan membayar zakat, seseorang dianggap sudah memenuhi
kewajibannya sebagai hamba Allah dan sebagai bagian dari komunitas umat Muslim
yang saling membantu.

20
B. Saran

Semoga dengan adanya makalah ini bisa memberikan kemudahan

dalam mempelajari materi Fiqih, khususnya dalam pembahasan fiqih zakat dan

relasinya terhadap kepedulian sosial.

21
DAFTAR PUSAKA
al-Zuhaily Wahbah. 2008. Zakat Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Dr. Abdullah Salim Bahammam, Panduan Fiqh Ibadah Bergambar: Pembahasan
Lengkap Seputar Thaharah, Shalat, Puasa, Zakat, dan Haji, terj. Umar Mujtahid
Dr. H. Moh. Thoriquddin, Lc., M.HI.2013. Pengelolaan Zakat Produktif
Perspektif Maqasid al-Syari’ah Ibnu ‘Asyur. Malang: UIN-Maliki Press.
Hafidhuddin Didin. 2012. Managemen Zakat Indonesia. Jakarta : Forum Zakat.
Hudri dan Zen Bariadi.2005. Zakat dan Wirausaha. Jakarta: CED (Centre for
Entrepreurship Development).
Jalil Abdul. 2019. Mengenal zakat fitrah dan zakat mal. Semarang: Mutiara
Aksara.
Kementerian Agama. 2013. Panduan Zakat Praktis. Jakarta: Ditjen Bimas Islam
dan Pemberdayaan Zakat.
M. Ali Hasan. 2008. Zakat dan Infak Salah Satu Solusi Mengatasi Problem Sosial
di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, dalam
maktabah al-Shamilah.
Qaradhawi Yusuf. 2005. Spektrum Zakat. Jakarta: Zikrul Hakim.
Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah 3, terj. Mahyuddin Syaf, Fikih Sunnah.
.

22

Anda mungkin juga menyukai