Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MANAJEMEN ZISWAF
KONSEP DASAR MUZAKKI, MUSTAHIK, DAN AMIL ZAKAT

DOSEN PENGAMPU : SUHERMAN, S.Ag


DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:
HAIKAL SUPARDI 2220203862201020
NURHIKMA 2220203862201021
HARDIANTI ARMAN 2220203862201022
MUH DZAKY MAULANA 2220203862201023
AYU ANUGRAH 2220203862201024

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Manajemen ZISWAF

PROGRAM STUDI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE

2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah “MANAJEMEN ZISWAF”.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada bapak SUHERMAN, S.Ag
selaku dosen pengampu mata kuliah MANAJEMEN ZISWAF yang membimbing
kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada teman – teman kami yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan yang terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini sesuai ketentuan yang ada.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang memiliki peran yang sangat
penting dalam membantu kesejahteraan sosial dan ekonomi umat. Zakat juga
memiliki implikasi yang sangat baik dalam membangun solidaritas sosial dan
mengurangi kesenjangan ekonomi antarindividu dalam masyarakat Muslim.
Untuk memahami zakat secara lebih mendalam, penting untuk menggali peran
serta tiga entitas utama dalam manajemen zakat, yaitu muzakki, mustahik, dan
amil zakat.
Muzakki merupakan individu atau entitas yang memberikan zakat,
memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan sosial dan ekonomi dalam
masyarakat Islam. Muzakki membayar zakat sebagai bagian dari kewajiban
agama dan sebagai wujud kepedulian terhadap sesama. Selanjutnya yaitu
Mustahik atau penerima zakat yang membutuhkan bantuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya. Mustahik dapat berasal dari berbagai latar belakang,
mulai dari fakir miskin, yatim piatu, hingga para pejuang kemerdekaan yang
terpinggirkan. Dan yang terakhir ada Amil zakat atau yang dikenal sebagai
Baznas,LAZ atau panitia-panitia penerima zakat yang ada di daerah. Amil zakat
merupakan lembaga yang bertugas mengelola dana zakat, memiliki tanggung
jawab besar dalam memastikan bahwa zakat disalurkan dengan efisien,
transparan, dan tepat sasaran.amil zakat mencakup pemahaman mendalam
tentang prinsip-prinsip Islam dalam pengelolaan keuangan, serta keahlian
manajemen yang diperlukan untuk mengelola dana zakat secara profesional.
Kredibilitas dan integritas amil zakat sangat penting untuk memastikan
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut.
Dengan memahami latar belakang dan peran muzakki, mustahik, dan amil
zakat, diharapkan bahwa manajemen zakat dapat menjadi instrumen efektif
dalam membangun kesejahteraan sosial dan ekonomi umat Islam serta
mendorong terciptanya kedamaian dan keadilan dalam masyarakat.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Adanya kesulitan dalam pengelolaan zakat sehingga kita tidak mengetahui
apakah zakat tersebut sampai ketangan orang yang tepat
2. kurangnya pendampingan dan peberdayaan mustahik
3. kualitas pengelolaan zakat yang kurang baik sehingga menyebabkan orang-
orang cemas untuk membayar zakat

C. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN


1. Definis muzakki, mustahik dan amil zakat
2. kriteria serta kelompok mustahik
3. kriteria dan syarat amil zakat
4. asaz-asaz profesionalisme amil
5. etika amil zakat

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
Dari hasil diskusi penulis memilih metode kualitatif untuk digunakan di
makalah ini. Dengan menggunakan metode ini penulis dapat menemukan
sumber-sumber serta referensi dari buku maupun jurnal yang relevan guna
menghasilkan makalah yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Dalam
makalah ini penulis mengambil beberapa referensi yang menurut penulis dapat
dipercaya diantaranya ada 5 buku maupun 5 jurnal dan pengalaman-
pengalaman pembelajaran yang telah dijelaskan sebelumnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun 5 buku maupun jurnal yang dikutip
penulis yaitu:
B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB III
PEMBAHASAN

A. Definisi Muzakki,Mustahik dan Amil


1. Muzakki
Zakat merupakan salah satu dari 5 rukun Islam. Zakat adalah
sejumlah kekayaan tertentu yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim.
Seorang muslim yang wajib membayar zakat disebut muzakki. Zakat
diberikan kepada mustahiq menurut syariah Islam. Mustahiq adalah orang
yang menerima zakat.1 Dalam hubungan manusia dengan Allah, zakat
adalah salah satu sarana beribadah kepada Allah, yang berfungsi untuk
mendekatkan diri kepada-Nya.
Rasulullah menjelaskan bahwa: “Sesungguhnya Allah menolong
hambanya manakala hamba itu suka menolong saudaranya”. Kepatuhan
membayar zakat dinyata kan sebagai tanda kualitas orang yang benar-
benar beriman seperti dicantumkan dalam firman Allah pada QS.9: 18 dan
71.
Dalam hubungannya dengan diri sendiri (muzakki), zakat
merupakan salah satu cara memberantas pandangan hidup materialistis,
suatu paham yang menjadikan harta bukan lagi sebagai alat untuk
mencapai tujuan hidup, tetapi menempatkannya sebagai tujuan hidup.
Dengan demikian zakat menjaga manusia dari kerusakan jiwa, dan
memebersihkannya dari sifat-sifat tercela. Zakat yang dikeluarkan oleh
seorang Muslim karena patuh kepada Allah dan mencari ridha Allah, akan
dapat membersihkan dan mensucikannya dari dosa dan sifat kikir.

2. Mustahik
Mustahik zakat merupakan golongan yang berhak menerima zakat. Allah
SWT sudah menentukan siapa-siapa saja yang berhak menerima zakat
didalam firmannya:
At-taubah (9(;60)

1
M D Rahmatya and M F Wicaksono, Model of receipt and distribution of zakat funds information system,
(Program Studi Sistem Informasi, Universitas Komputer Indonesia, Jalan Dipati Ukur No.102, 114-116 Bandung,
Indonesia)2
‫ِإَّن ا ال َّص َد َقا ِلْل ُفَق ا ِء ا ْل ا ِكي ِن ا ْل ا ِمِلي َل ا ا ْل َّلَف ِة‬
‫َو َع َن َع ْيَه َو ُم َؤ‬ ‫َر َو َم َس‬ ‫ُت‬ ‫َم‬
ۖ ‫ُقُل و ُبُه ْم َو ِفي ال ِّر َق ا ِب َو ا ْل َغ ا ِر ِم ي َن َو ِفي َس ِبي ِل ال َّل ِه َو ا ْبِن ال َّس ِبي ِل‬
‫ِل ِك‬ ‫ِم ِه‬
‫َفِر ي َض ًة َن ال َّل ۗ َو ال َّلُه َع ي ٌم َح ي ٌم‬
Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Ayat diatas memakai kata “innama” sebagai huruf hasr


(pembatasan), makna kata zahir yang dikehendaki yaitu membatasi
mustahik zakat sehingga orang-orang yang tidak termasuk dalam kategori
penerima zakat (mustahik) tidak berhak menerima zakat.
Dalam hadist riwayat Abu Daud dari Ziyad bin Al-Harits Al-Shada’I
Rasulullah SAW bersabda: “sesungguhnya Allah SWT tidak berwasiat
dengan hukum nabi dan juga tidak dengan hukum lainnyasampai dia
memberikan hukum didalamnya. Maka, Allah SWT membagikan zakat
kepada delapan bagian. Apabila kamu termasuk salah satu bagian itu
maka aku berikan hakmu,”(HR Abu Daud).
Adapun beberapa golongan yang dimaksud ialah:
a. Fakir
Fakir merupakan orang yang tidak memiliki sedikit pun harta
maupun benda namun jika memang memiliki itu belum mencukupi
setengah dari kebutuhannya. Melainkan bukan orang yang memiliki
sesuatu yang belum sempurna atau lebih dari setengah dari
kebutuhannya. Terdapat perbedaan interpretasi ulama fiqih dalam
mendefinisikan orang fakir (al-faqr, jamaknya al-fuqara). Imam abu
Hanifah berpendapat orang fakir adalah orang yang tidak memiliki
penghasilan tetap untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Adapun menurut jumhur ulama fakir adalah orang-orang yang tidak
mempunyai harta atau penghasilan layak untuk memenuhi kebutuhan
sandang, pangan, tempat tinggal, dan segala keperluan pokok lainnya,
baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarga dan orang-orang
yang menjadi tanggungannya.
b. Miskin
Miskin, beberapa ulama berbeda pendapat tentang apa itu
miskin.Menurut Imam Abu Hanifah, orang miskin adalah orang yang
memiliki pekerjaan tetap tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhannya
sehari-hari. Jumhur ulama mengatakan bahwa orang miskin adalah
orang yang mempunyai harta atau penghasilan layak untuk memenuhi
kebutuhan diri dan tanggungannya, tetapi penghasilan tersebut tidak
mencukupi.
c. Amil
Amil adalah orang yang ditunjuk untuk mengumpulkan zakat,
menyimpannya, membaginya kepada yang berhak dan mengerjakan
pembukuannya.
d. Muallaf
Muallaf merupakan sebutan bagi orang yang mempunyai harapan
untuk memeluk atau masuk islam.
e. Fi riqab
Fi Riqab atau dengan kata lain memerdekakan budak menurut
istilah syara’riqab ialah budak atau hamba sahaya. Budak dinamakan
raqaba atau riqab, karena dia dikuasai sepenuhnya oleh tuannya
sehingga dengan diberikan bagian zakat tujuannya agar mereka dapat
melepaskan diri dari belenggu perbudakan. Zakat dapat digunakan
untuk membebaskan orang-orang yang sedang menjadi budak
f. Gharim
Elsi Kartika Sari menyebutkan dalam bukunya Pengantar Hukum
Zakat dan Wakaf bahwa al gharimin (orang-orang yang berutang) ialah
orang yang tersangkut memiliki hutang karena kegiatannya dalam
urusan kepentingan umum, antara lain mendamaikan perselisihan
antara keluarga, memelihara persatuan umat Islam, melayani kegiatan
dakwah Islam dan sebagainya. Mereka berhak menerima bagian dari
zakat, sedangkan orang-orang yang berutang karena moral dan
mentalnya telah rusak, seperti orang berutang karena akibat narkotika,
minuman keras, judi dan sebagainya, mereka tidak berhak mendapat
bagian dari zakat.
g. Fisabilillah
Fisabilillah merupakan orang yang berjihad atau berperang dijalan
Allah SWT.
h. Ibnu sabil
Ibnu sabil merupakan orang yang dalam perjalanan atau musafir.
Orang yang kehabisan bekal di perjalanan.2

3. Amil
Amil merupakan orang yang bertugas mengumpulkan atau
mengatur pengelolaan zakat. Dalam mengatur dan mengelola zakat harus
memiliki orang tertentu tidak boleh asal-asalan agar zakat ini tidak salah
disalurkan . Mazhab Hanafi mengatakan bahwa Amil merupakan

2
Andi suryadi,mustahik dan harta yang wajib dizakati menurut kajian para ulama,(UIN sultan maulana
hasanuddin banten,pascasarjana,VOL.19 No. 1 januari-juni 2018)3
persamaan dari kata al-sa’i. Amil bukan hanya sekedar mengumpulkan
zakat. Namun,meliputi beberapa pekerjaan lain seperti menjaga serta
mengurus administrasi dan juga mendistribusikannya.
Menurut jumhur ulama amil merupakan petugas yang mengurus
segala permasalahan zakat seperti mengumpulkan zakat dan menulis
jumlah zakat yang masuk dan keluar,memelihara harta zakat serta
membagikannya kepada orang yang berhak menerimanya.

B. KRITERIA SERTA KELOMPOK MUSTAHIK


Ada beberapa kriteria dan kelompok mustahik zakat diantaranya:
1. Orang yang mengalami kekurangan dana atau kebutuhan yang tidak
dapat diperoleh melalui cara lain, seperti orang yang miskin, orang yang
tidak memiliki aset, orang yang tidak memiliki keluarga, dan orang yang
tidak memiliki pekerjaan.
2. Orang yang mengalami kekurangan dana atau kebutuhan karena
kecelakaan, sakit, atau kehilangan pekerjaan.
3. Orang yang mengalami kekurangan dana atau kebutuhan karena
meninggalkan rumah, meninggalkan sekolah, atau meninggalkan
pekerjaan.
4. Orang yang mengalami kekurangan dana atau kebutuhan karena
berkewajiban pemberian zakat kepada orang lain.
5. Orang yang mengalami kekurangan dana atau kebutuhan karena
meninggalkan tempat tinggal atau meninggalkan pekerjaan karena
keberatan atau kehilangan kewangan.
6. Orang yang mengalami kekurangan dana atau kebutuhan karena
meninggalkan pekerjaan atau meninggalkan tempat tinggal karena
keberatan atau kehilangan kewangan.
7. Orang yang mengalami kekurangan dana atau kebutuhan karena
kehilangan sebagian atau semua harta benda.
8. Orang yang mengalami kekurangan dana atau kebutuhan karena
meninggalkan sekolah atau meninggalkan pekerjaan karena kehilangan
sebagian atau semua harta benda.
9. Orang yang mengalami kekurangan dana atau kebutuhan karena
kehilangan sebagian atau semua harta benda karena kecelakaan, sakit,
kehilangan pekerjaan, atau kehilangan kewangan.
10. Orang yang mengalami kekurangan dana atau kebutuhan karena
meninggalkan rumah, meninggalkan sekolah, meninggalkan pekerjaan,
atau meninggalkan tempat tinggal karena kehilangan sebagian atau
semua harta benda karena kecelakaan, sakit, kehilangan pekerjaan, atau
kehilangan kewangan.
11. Orang yang mengalami kekurangan dana atau kebutuhan karena
meninggalkan sekolah, meninggalkan pekerjaan, atau meninggalkan
tempat tinggal karena kehilangan sebagian atau semua harta benda
karena kehilangan kewangan atau kehilangan kewangan yang tidak dapat
diterima.
12. Orang yang mengalami kekurangan dana atau kebutuhan karena
meninggalkan sekolah, meninggalkan pekerjaan, atau meninggalkan
tempat tinggal karena kehilangan kewangan atau kehilangan kewangan
yang tidak dapat diterima.
13. Orang yang mengalami kekurangan dana atau kebutuhan karena
kehilangan sebagian atau semua harta benda karena kehilangan
kewangan atau kehilangan kewangan yang tidak dapat diterima.
14. Orang yang mengalami kekurangan dana atau kebutuhan karena
kehilangan sebagian atau semua harta benda karena kehilangan
kewangan yang tidak dapat diterima.
15. Orang yang mengalami kekurangan dana atau kebutuhan karena
kehilangan sebagian atau semua harta benda karena kehilangan
kewangan yang tidak dapat diterima.
16. Orang yang mengalami kekurangan dana atau kebutuhan karena
kehilangan sebagian atau semua harta benda karena kehilangan
kewangan yang tidak dapat diterima.
17. Orang yang mengalami kekurangan dana atau kebutuhan karena
kehilangan sebagian atau semua harta benda karena kehilangan
kewangan yang tidak dapat diterima.
18. Orang yang mengalami kekurangan dana atau kebutuhan karena
kehilangan sebagian atau semua harta benda karena kehilangan
kewangan yang tidak dapat diterima.
19. Orang yang mengalami kekurangan dana atau kebutuhan karena
kehilangan sebagian atau semua harta benda karena kehilangan
kewangan yang tidak dapat diterima.
20. Orang yang mengalami kekurangan dana atau kebutuhan karena
kehilangan sebagian atau semua harta benda karena kehilangan
kewangan yang tidak dapat diterima.
21. Orang yang mengalami kekurangan dana atau kebutuhan.3

C. KRITERIA DAN SYARAT AMIL ZAKAT


Yusuf al-qaradhawi dalam buku fiqih zakat mengatakan bahwa seseorang
yang diberikan amanah sebagai amil zakat atau pengelola zakat harus
memenuhi beberapa syarat diantaranya:

3
Al-Mithoa,jurnal zakat dan wakaf,(institut ilmu Al-Qur’an
jakarta,https://ejurnal.iiq.ac.id/index.php/almithoa/FocusandScope)
1. Beragama islam, seperti yang kita ketahui zakat merupakan kewajiban
bagi umat islam maka sebaiknya orang- orang yang mengelola zakat
tersebut juga seorang muslim
2. Mukallaf merupakan orang dewasa yang sehat akal pikirannya dan siap
atas tanggung jawab mengurus zakat tersebut.
3. Amanah dan jujur, seorang amil zakat atau lembaga yang mengelola
zakat harus amanah dan jujur agar muzakki yang menyerahkan zakat
tidak ragu atas lembaga tersebut.
4. Mengerti serta memahami hukum-hukum zakat, amil zakat yang
mengelola zakat tersebut diiharapkan mengerti dan paham tentang hukum
zakat agar tidak menyebabkan suatu kesalahan nantinya.
5. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugasnya
6. Hemat penulis, maksudnya amil zakat ini merupakan orang yang bekerja
bersungguh-sunggu full time tidak asal-asalan dalam melaksanakan
tugasnya.
Di indonesia berdasarkan keputusan mentri agama RI nomor 581 tahun
1999, dikatakan bahwa lembaga amil zakat harus memiliki beberapa
persyaratan teknis diantaranya:
1. Berbadan hukum
2. Memiliki data muzakki dan mustahik
3. Memiliki program kerja yang jelas
4. Memiliki pembukuan yang baik
5. Memiliki surat pernyataan bersedia diaudit.4

D. AZAZ-AZAS PROFESIONALISME AMIL


Dalam peraturan Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia No.1
tahun 2018 pasal 6 huruf g, mengenai kode etik Amil dalam menjalankan
asas profesionalisme amil zakat diantaranya:
1. Bekerja secara disiplin,efektif serta efisien dan melaksanakan tugasnya
dengan penuh tanggung jawab, jujur dan profesional.
2. Berpenampilan yang sopan,rapi sesuai dengan syariat islam dan
ketentuan yang berlaku di lembaga.
3. Menjamin kualitas pelayanan kepada muzakki, mustahik dan pihak-pihak
lainnya sesuai dengan standar profesioanalis administrasi pengelolaan
zakat.
4. Membuat perencanaan sesuai dengan visi,misi serta kebijakan lembaga.
5. Menggunakan anggaran sesuai dengan prosedur akuntansi dan
akuntabilitas.
6. Senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
pelaksanaan tugas.
4
Dr.K.H. Didin Hafidhuddin, M.Sc., zakat dalam perekonomian modern, (jakarta ; Gema insani press, 2002,
cet 1), 127
7. Bekerja secara efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugas yang sudah
diatur dalam organisasi pengelolaan zakat.
8. Menggunakan keuangan yang bersumber dari hak amil,anggaran
pendapatan dan belanja negara dan anggaran pendapatan dan belanja
daerah secara bertanggung jawab.
9. Menolak keputusan,kebijakan,maupun instruksi atasan yang bertentangan
dengan syariat islam serta ketentuan perundang-undangan.
10. Mengundurkan diri dari penugasan apabila dalam melaksanakan tugas
patut diduga menimbulkan benturan kepentingan.5

E. ETIKA AMIL ZAKAT


Etika Amil Zakat adalah kode etika yang ditetapkan oleh Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) yang bertujuan untuk menetapkan norma moral
dan etik yang harus dipatuhi oleh para amil zakat. Kode Etik Amil Zakat ini
mencakup aspek-aspek seperti amanah, transparansi, profesionalisme,
regulasi, dan tabligh (pendidikan dan penyuluhan) yang diperlukan dalam
kegiatan amil zakat.6 Kode etik amil zakat akan membentuk amil zakat yang
memandang bahwa mengelola zakat adalah amanah yang sangat besar dari
Allah SWT dan harus dilakukan dengan penuh kesungguhan. Tugas mulia
mengelola zakat betul-betul dilandasi semangat beribadah dan pengabdian
kepada Allah Rabbul Alamin. Karena jiwa keikhlasan yang mendalam, maka
amil zakat akan menampilkan perilaku pengelolaan zakat yang sesuai
dengan apa-apa telah digariskan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Hasilnya
adalah penampakan akhlaq yang mulia dalam mengelola zakat.
Beberapa bentuk perilaku yang dapat dijadikan kode etik amil zakat
antara lain adalah :
Bekerja Ikhlas karena Allah
1. Menjadikan Syariat Zakat sebagai panduan pengelolaan
2. Melayani sepenuh hati kepada muzakki dan mustahik
3. Memiliki jiwa santun dan kemanusiaan, khususnya dalam membantu
orang-orang miskin.
4. Memandang kompetisi dengan sesama lembaga zakat adalah
perlombaan dalam kebaikan, sehingga saling menghargai dan
menghormati.
5. Senantiasa transparan dan Akuntabel
6. Senantiasa memperbaiki diri, sehingga kinerja dari waktu ke waktu
semakin meningkat

5
Maesarah Muhadi,profesionalisme manajemen zakat oleh lembaga amil zakat infak dan sedekah
muhammadiyah kota pekanbaru,(UIN SUSKA RIAU,pasca sarjana 2021)21
6
Baznas,kode etik amil zakat,(PERBAZNAS-NO-1-TAHUN-2018-TENTANG-KODE-ETIK-AMIL-ZAKAT.pdf
(kemenag.go.id) )
7. Senantiasa mendoakan muzakki sebagai bentuk penghormatan kepada
orang-orang yang telah memberikan sebagian hartanya guna menolong
orang lain.7
Dalam baznas menyatakan bahwa
PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL TENTANG KODE ETIK
AMIL ZAKAT.
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang
dimaksud dengan:
1. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau
badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai
dengan syariat Islam.
2. Pengelolaan Zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan Zakat.
3. Muzaki adalah seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban
menunaikan Zakat.
4. Mustahik adalah orang yang berhak menerima Zakat.
5. Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut BAZNAS adalah
lembaga yang melakukan pengelolaan Zakat secara nasional.
6. Badan Amil Zakat Nasional Provinsi yang selanjutnya disebut BAZNAS
Provinsi adalah lembaga yang melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS di
tingkat provinsi.
7. Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut
BAZNAS Kabupaten/Kota adalah lembaga yang melaksanakan tugas dan
fungsi BAZNAS di tingkat kabupaten/kota.
8. Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disingkat LAZ adalah lembaga
yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan Zakat.
9. LAZ Berskala Nasional adalah LAZ yang melaksanakan Pengelolaan
Zakat dalam lingkup nasional.
10. LAZ Berskala Provinsi adalah LAZ yang melaksanakan
Pengelolaan Zakat dalam lingkup wilayah 1 (satu) provinsi.
11. LAZ Berskala Kabupaten/Kota adalah LAZ yang melaksanakan
Pengelolaan Zakat dalam lingkup wilayah 1 (satu) kabupaten/kota.
12. Pengelola Zakat adalah BAZNAS, BAZNAS Provinsi, BAZNAS
Kabupaten/Kota, LAZ Berskala Nasional, LAZ Berskala Provinsi, dan LAZ
Berskala Kabupaten/Kota.
13. Amil Zakat adalah seseorang atau sekelompok orang hyang
diangkat dan/atau diberi kewenangan oleh pemerintah, pemerintah
daerah, badan, lembaga yang diberikan izin oleh pemerintah dan/atau

7
Kode etik amil zakat,dompet dhuafa (september 2009), Kode Etik Amil Zakat - Dompet Dhuafa Sumsel
(ddsumsel.org)
pemerintah daerah, dan/atau seseorang yang mendapat mandat dari
pimpinan Pengelola Zakat untuk mengelola Zakat.
14. Kode Etik Amil Zakat yang selanjutnya disebut Kode Etik adalah
satu kesatuan landasan, norma moral dan etik mengenai kepatutan dan
kepantasan yang menjadi pedoman perilaku dan wajib dipatuhi serta
dilaksanakan oleh seluruh Amil Zakat.
15. Komite Etik adalah komite yang dibentuk oleh BAZNAS untuk
memeriksa dugaan pelanggaran Kode Etik.
16. Laporan adalah permohonan tertulis yang diajukan tentang adanya
dugaan pelanggaran Kode Etik.
17. Pelapor adalah setiap orang yang mengajukan laporan adanya
dugaan pelanggaran Kode Etik.
18. Terlapor adalah Amil Zakat yang diduga melakukan pelanggaran
Kode Etik.
19. Persidangan adalah sidang yang dilakukan oleh Komite Etik untuk
memeriksa, mengadili, dan memutus dugaan pelanggaran Kode Etik.
20. Tim Pemeriksa adalah tim yang dibentuk oleh Komite Etik untuk
melakukan pemeriksaan pelanggaran Kode Etik.
21. Sekretariat Komite Etik adalah sekretariat yang melekat pada
Komite Etik.
22. Pejabat Yang Berwenang adalah pejabat pembina kepegawaian
atau pejabat yang memiliki kewenangan untuk memberikan sanksi.
23. Hari adalah hari kerja.8

8
Baznas,kode etik amil zakat,(PERBAZNAS-NO-1-TAHUN-2018-TENTANG-KODE-ETIK-AMIL-ZAKAT.pdf
(kemenag.go.id) )
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN

Anda mungkin juga menyukai