Anda di halaman 1dari 19

ASPEK KESEHATAN DALAM ZAKAT

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim
II
dosen pengampu Shella Febrita Putri Utomo., S.Kep.,Ners.,M.Kep

disusun oleh:
kelompok 2
Moch Ramlan 302017046
Nia Kurnia 302017049
Putri Nur Habibah 302017056
Rizki Maulana Rikmanda 302017063
Sophie Amalia 302017069
Suci Pratiwi Mulyani 302017072
Wuan Nurjannah 302017084

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

2020

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang selalu melimpahkan kasih dan
sayangnya kepada kita semua khususnya kepada penulis serta selalu memberikan
hidayah dan inayahnya sehingga penulis dapat membuat makalah ini dengan
penuh suka cita dan dapat mengumpulkan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Asuhan Keperawatan
Spiritual Muslim II dalam penyusunannya penulis mendapatkan bantuan dari
temanteman, referensi buku, dan jurnal maupun artikel. Tentunya makalah yang
dibuat ini belum sepenuhnya sempurna, sehingga penulis dengan lapang dada
menerima kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sehingga
dikemudian hari penulis dapat membuat makalah jauh lebih baik dari makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca serta
menjadi inspirasi bagi pembaca. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
pembuatan makalah ini.
Bandung, September 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang mengajarkan kepada umatnya berbagai nilai-nilai
kebaikan universal. Nilai-nilai kebaikan itu dapat kita jumpai dalam 5 (lima)
ajaran pokok Islam yang disebut dengan rukun Islam, yaitu bersyahadat tauhid
dan syahadat rasul, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan
Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah Mekah. Di antara rukun Islam tersebut adalah
menunaikan zakat. Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang ketiga, zakat
merupakan suatu ibadah yang paling penting kerap kali dalam Al-Qur’an, Allah
menerangkan zakat beriringan dengan menerangkan sembahyang. Pada delapan
puluh dua tempat Allah menyebut zakat beriringan dengan urusan shalat ini
menunjukan bahwa zakat dan shalat mempunyai hubungan yang rapat sekali
dalam hal keutamaannya shalat dipandang seutama-utama ibadah badaniyah zakat
dipandang seutama-utama ibadah maliyah. Zakat juga salah satu unsur pokok bagi
tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas
setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam
kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan
paten berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial
kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan umat manusia.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan beberapa pertanyaan yang akan dibahas dalam
suatu makalah. Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan zakat?
2. Apa saja jenis-jenis zakat?
3. Apa saja hukum berzakat?
4. Apa saja ayat al-qur’an dan hadist yang membahas mengenai zakat?
5. Bagaimana zakat dalam aspek kesehatan?
6. Apa saja nilai-nilai sosial dan spiritual dalam ibadah berzakat?
C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Melalui pembuatan makalah mengenai aspek kesehatan dalam zakat ini,
diharapkan mahasiswa mampu memahami materi keperawatan komplementer ini.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi tentang zakat
b. Untuk mengetahui jenis-jenis zakat
c. Untuk mengetahui hukum berzakat
d. Untuk mengetahui ayat al-qur’an dan hadist yang membahas mengenai
zakat
e. Untuk mengetahui zakat dalam aspek kesehatan
f. Untuk mengetahui nilai-nilai sosial dan spiritual dalam ibadah berzakat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat
Menurut Bahasa (etimologi), zakat berarti suci, tumbuh, berkembang,
kesuburan atau bertambah (HR. At-Tirmidzi) atau dapat pula berarti
membersihkan atau mensucikan. Zakat berasal dari kata dasar zaka, yang berarti
bertambah, subur, tidak cacat atau baik. Seseorang yang zaki berarti orang itu
lebih banyak bersifat baik atau lebih banyak memiliki sifat-sifat sebagai orang
baik. Zakat menurut terminologi berarti, sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
oleh Allah SWT. Untuk diberikan kepada para mustahik yang telah disebutkan
dalam Alquran. Zakat bisa juga berarti sejumlah harta yang diberikan untuk orang
tertentu (Mustarin, 2017).
Menurut undang-undang No.23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
pada bab I pasal 1 menyebutkan bahwa zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan
oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya sesuai dengan syariat Islam (Mustarin, 2017).
Sedangkan zakat dari segi istilah fikih berarti sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan Allah diserahkan kepada orangorang yang berhak, disamping berarti
mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri. Jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan
itu disebut zakat karena yang dikeluarkan itu, menambah banyak, membuat lebih
berarti dan melindungi kekayaan itu dari kebinasaan. Sebagaimana imam Nawawi
mengutip pendapatnya imam Wahidi yang dikutip oleh Yusuf Qardawi dalam
kitab “Hukum Zakat”. Zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu,
yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya (muzakki), untuk diserahkan
kepada yang berhak menerimanya (mustahik) dengan persyaratan tertentu pula
(Karim, 2015).
Menurut beberapa pandangan ulama lainnya menjelaskan bahwa:
a. Imam Asy-Syaukani Zakat adalah memberi suatu bagian dari harta yang
sudah sampai nishab kepada orang fakir dan sebagainya, yang tidak
berhalangan syara’ sebagai penerima.
b. Imam Nawawi Zakat adalah “sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah
SWT diserahkan kepada orang-orang yang berhak”, di samping berarti
“mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri.” Jumlah yang dikeluarkan dari
kekayaan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan itu menambah banyak,
membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan itu dari kebinasaan.
c. Imam Al-Mawardi Zakat adalah sebutan untuk pengambilan tertentu dari
harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu untuk diberikan kepada
golongan tertentu
Berikut ini dikutipkan beberapa ayat al-quran yang menjelaskan tentang
zakat.
1. QS. Al-Baqarah Ayat 43

Artinya:“ “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku”
2. QS. Al-Taubah Ayat 60

Artinya:“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,


orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana”
B. Jenis jenis zakat
1. Zakat fitrah
Zakat fitrah kata fitri berasal dari kata dasar (‫( فطر‬yang berarti membuat,
menciptakan, menimbulkan, berbuka, makan pagi. Menurut para ahli fiqh,
fitrah adalah tabiat yang suci dan asli yang dibawa manusia sejak lahir.16
Zakat fitrah juga disebut zakat badan atau zakat kepala atau zakat pribadi
menurut para ahli fiqh. Zakat fitrah atau zakat badan adalah zakat yang wajib
dibayarkan setiap muslim setelah bulan Ramadhan, baik laki-laki, wanita,
dewasa maupun anak kecil, baik orang merdeka maupun hamba sahaya
(budak) yang tujuannya untuk membersihkan dan mensucikan jiwa manusia.
Pengertian zakat fitrah dalam UU RI No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat Pasal 11 ayat 1 adalah sejumlah bahan makanan pokok yang
dikeluarkan pada bulan Ramadhan oleh setiap orang muslim bagi dirinya dan
bagi orang yang ditanggungnya yang memiliki kelebihan makanan pokok
untuk sehari pada hari raya Idhul fitri (Hakim, 2016).
2. Zakat Mal
Zakat mal merupakan zakat yang berhubungan dengan harta, yang
dikeluarkan karena harta tersebut telah dimiliki penuh selama satu tahun
(haul) dan memenuhi standar nisabnya (kadar minimum harta yang terkena
zakat). Dalam terjamah Kifayat al-Ahyar harta yang wajib dizakati ada 5
macam, yaitu: Ternak; Perhiasan (Emas dan perak); Tanaman (hasil
tanaman); Buah-buahan; dan Perniagaan. (Hakim, 2016)
C. Hukum Zakat
Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga dan hukumnya fardlu ain bagi
yang telah memenuhi berbagai syarat yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an.
Tujuan hukum Islam adalah kebahagian hidup manusia di dunia ini dan di akhirat
kelak, dengan jalan mengambil (segala) yang bermanfaat dan mencegah atau
menolak yang mudarat, salah satunya dengan melaksanakan zakat. Bahkan Nabi
Saw telah menegaskan di Madinah bahwa zakat itu wajib serta telah
menjelaskannya kedudukannya di dalam Islam. Yaitu bahwa zakat adalah salah
satu rukun Islam yang utama, dipujinya orang-orang yang melaksanakan dan
diancamnya orang yang tidak melaksanakannya dengan berbagai upaya dan cara
(Karim, 2015)
Hal ini dapat kita lihat saat peristiwa Jibril mengajarkan agama kepada
kaum Muslimin dengan cara mengajukan pertanyaan yang menarik kepada
Rasulullah, yang artinya: ”Apakah itu Islam?” Nabi menjawab; ”Islam adalah
mengikrarkan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul
Nya, mendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Romadhon, dan
naik haji bagi yang mampu melaksanakannya. (hadist muttafaq’alaih).
Dengan demikian zakat di dalam sunah dan begitu juga di dalam Al-
Qur’an adalah dasar Islam yang ketiga, tanpa dasar yang ketiga bangunan Islam
tidak akan berdiri tegak dengan baik. Dipujinya orang-orang yang melaksanakan
zakat, antara lain disebutkan dalam hadis dari Anas-menurut Rosulullah Saw
bersabda, yang artinya: “Siapa yang membuang dunia hanya untuk beribadah
kepada Allah dan tidak mempersekutukannya, mendirikan sholat dan membayar
zakat, lalu ia meninggal, maka sesungguhnya Allah senang kepadanya.” Di dalam
Hadist lain Rasulullah mengancam orang-orang yang tidak membayar zakat
dengan hukuman berat di akhirat supaya hati yang lalai tersebut dan sifat kikir
seseorang dapat berubah. Kemudian dengan cara memberikan pujian dan
menakut-nakuti beliau menunjukkan agar supaya manusia secara suka rela
melaksanakan kewajiban zakat tersebut.
Hukum-hukum mengenai zakat telah ditetapkan oleh Allah di dalam Al-
Qur’an dan dijelaskan pula oleh Rasulullah dalam As-Sunnah yang suci. Zakat
merupakan kewajiban yang disepakati oleh umat Islam dengan berdasarkan dalil
Al-Qur’an, Hadist, dan Ijma’ (Hikmat Kurnia & Hidayat, 2008: 4). Dari Al-
Qur’an Allah swt berfirman tentang  anjuran menunaikan zakat, antara lain
terdapat dalam Qur’an Surah At-Taubah : 103
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya do’a kamu itu menjadi ketentraman jiwa buat mereka. Dan
Allah Maha Mendengar, Lagi Maha Penyayang”.
Qur’an surah Al Baqarah ayat 43

Artinya; “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku'”. (Qs. Al-Baqarah:43)
D. Ayat Al-Qur’an dan Hadist Anjuran Zakat
Menurut Didin Hafidhudin, ditinjau dari segi bahasa zakat mempunyai
beberapa arti, yaitu Al- Baraktu “keberkahan”, Al-Namaa “pertumbuhan dan
perkembangan,” Ath Thaharatu,kesucian, dan Ash Shalahu “keberesan”.
Sedangkan secara istilah yaitu bahwa zakat adalah bagian dari harta dengan
persyaratan tertentu yang Allah Swt mewajibkan kepada pemiliknya untuk
diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.
Zakat wajib ini menurut Al-Qur’an juga disebut sedekah, sehingga
sedekah itu adalah zakat dan zakat itu adalah sedekah, berbeda nama tetapi sama
artinya. Ada beberapa firman Allah yang menyebutkan bahwa sedekah sama
dengan zakat antara lain :
1) Qur’an surah Al-Hajj : 41

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang yang jika kami teguhkan kedudukan


mereka dimuka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat
menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar
dan kepada Allahlah kembalinya segala urusan”.
2) Q.s, at-Taubah ayat 58

Artinya : “Di antara mereka ada yang mencelamu mengenai sedekah-


sedekah tetapi jika mereka diberi sedekah itu mereka senang dan jika tidak
diberi murkalah mereka”.
3) Q.s, Al Baqarah ayat 277

Artinya : “Sesungguhnya orang yang beriman, beramal shalih, mendirikan


shalat, dan membayar zakat, mereka mendapatkan pahala di sisi Tuhannya.
Tidak ada rasa takut atas mereka dan mereka tidak pula bersedih”.
Dalam hadis dijelaskan bahwa;

Artinya: Dari Abdul Rahman Abdullah bin Umar bin Khattab ra, berkata
aku mendengar Rasulullah Saw Bersabda; “Islam dibangun atas lima
perkara: bersaksi tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah
melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya; menegakkan shalat;
menunaikan zakat; menunaikan haji; dan berpuasa di bulan ramadhan.”
(Hadis Riwayat Bukhori dan Muslim).
Semua ayat di atas adalah tentang zakat, tetapi diungkapkan dengan
istilah shodaqoh. Namun, dalam penggunaaan sehari-hari kata sedekah itu disalah
artikan yaitu hanya berarti sedekah yang dituliskan kepada pengemis dan peminta-
minta. Tentang kewajiban zakat ini, Allah Swt selalu menyamakannya dengan
sholat, seperti firman Allah Swt dalam Al-Qur’an:
Artinya ”kerjakan sholat dan tunaikan zakat”. Zakat ini bukanlah
kewajiban terhadap seluruh ummat Islam, tetapi terhadap orang yang
tertentu dan dikeluarkan terhadap orang yang tertentu pula. Berkenaan
dengan masalah ini, Nabi sendiri telah bersabda: Allah ta’ala telah
mewajibkan zakat pada harta orang-orang kaya dan kaum muslimin
sejumlah yang dapat melapangi orang-orang miskin diantara mereka. Dan
fakir miskin itu tidaklah akan menderita menghadapi kelaparan dan
kesulitan sandang, kecuali karena para golongan yang kaya raya.
Dengan memperhatikan Hadist di atas, nampaklah bagi kaum muslimin
bagaimana status zakat yang sebenarnya, akan memperoleh hikmah yang luar
biasa karena sebagian harta kekayaan yang dikeluarkan oleh si kaya itu adalah
merupakan zakatnya, dengan harapan akan mendatangkan kesuburan atau akan
menyuburkan pahala. Zakat itu tidak asal ditunaikan, tetapi harus dengan
menggunakan pengetahuan tentang lingkungan sekitarnya. Dan dengan zakat
harus bisa dan mampu memberantas kemiskinan dan menciptakan kemakmuran di
masyarakat sekitarnya. Karena bila tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
syari’at Islam sulit akan mencapai hikmah kesuburan.
E. Zakat dalam Aspek Kesehatan
Perintah membayar zakat dirangkaikan oleh Allah dalam satu perintah
dengan shalat. Ini menunjukkan apabila dikerjakan yang satu tetapi ditinggalkan
yang satu lagi, maka keduanya tidak ada arti karena belum selesai melaksanakan
perintah.
Kewajiban membayar zakat merupakan salah satu konsep Islam dalam
mengatasi kemiskinan, memupuk solidaritas dan kepedulian sosial. Dengan
demikian konflik psikososial berupa kesenjangan dan kecemburuan sosial dapat
dicegah. Orang yang sehat jiwanya adalah orang yang peka terhadap dunia
sekitarnya, tidak kikir, tidak egosis dan berjiwa sosial.

Dalam harta seorang mukmin terdapat hak-hak orang lain. Hak-hak itu
ditunaikan sebagaimana mestinya kepada orang yang berhak seperti fakir dan
miskin. Jika hal ini dijalankan sepenuhnya, maka jurang pemisah antara sikaya
dan simiskin menjadi sempit, sebaliknya akan memperlebar kebersamaan dan
persaudaraan sesama hamba Allah tanpa dengki dan iri. Dengan begitu
lingkungan masyarakat sekitarnya merasa damai dan tentram, melahirkan jiwa
yang sehat.
Zakat dapat menjauhkan penyakit jiwa, karena aspek pemurah yang dimiliki
seseorang menjauhkan manusia dari sifat pelit dan serakah. Bahkan zakat mampu
menjadi sistem imun pada tubuh, karena perasaan bahagia usai memberi ternyata
berpengaruh terhadap imun tubuh. Satu lagi alasannya kenapa orang yang
berzakat akan merasa lebih sehat karena secara langsung ataupun tidak orang yang
berzakat tersebut didoakan oleh mustahik atas keberkahan rezeki serta kesehatan.
Kesimpulan nya adalah membayar zakat dapat menenangkan jiwa,
kesehatan hati dan juga pikiran. Menjauhkan dari sifat dengki, iri hati, tamak dan
segala penyakit hati lainnya.
F Nilai nilai sosial dan spiritual ibadah zakat
Islam adalah agama yang mengajarkan kepada umatnya berbagai nilai-
nilai kebaikan universal. Nilai-nilai kebaikan itu dapat kita jumpai dalam 5 (lima)
ajaran pokok Islam yang disebut dengan rukun Islam, yaitu bersyahadat tauhid
dan syahadat rasul, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan
Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah Mekah. Di antara rukun Islam tersebut adalah
menunaikan zakat. Zakat adalah salah satu ibadah yang syarat dengan nilai-nilai
sosial dan spiritual. Ada dimensi yang menegaskan hubungan keimanan kita
kepada Allah (hablum minallah), dan juga ada kaitan sangat erat sekali dengan
dimensi sosial yang menegaskan hubungan baik kita kepada sesama manusia
(hablum minannas) di dalam ibadah zakat tersebut. Bahkan zakat itu merupakan
momentum kesadaran ummat Islam untuk bangkit dari kungkungan tradisi
individualistik di tengah-tengah ketimpangan sosial masyarakat Arab pada saat
itu.

Di mana masyarakat Arab pra-Islam adalah masyarakat yang memiliki


tatanan sosial ekonomi yang sangat kapitalistik, mereka yang masuk ke dalam
golongan orangorang kaya adalah mereka yang menjalankan bisnisnya dengan
sistem monopolistik dan enggan untuk memberdayakan masyarakat bawah.
Bahkan mereka cenderung menggunakan status sosialnya sebagai kelompok
borjuis untuk melakukan hegemoninya terhadap golongan miskin/ proletar..
Zakat merupakan bentuk dari kepedulian sosial terhadap kaum ekonomi
lemah agar mereka dapat memenuhi kebutuhannya dan sekaligus dapat
menyambung jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. Dengan demikian tidak
ada gap antara keduanya yang memicu keresahan sosial, karena mereka orang
fakir miskin merasa menjadi bagian dari keluarga orang-orang kaya di sekitarnya.
Zakat dapat mewujudkan keseimbangan dalam kepemilikan dan distribusi harta
benda sehingga diharapkan tercipta masyarakat yang makmur, damai dan sentosa,
saling mencintai atas dasar ukhuwah Islamiyah dan takaful ijtima’i.
Di samping itu juga zakat dapat menjadi sarana sumber dana untuk
pembangunan sarana prasarana yang diperlukan oleh umat Islam seperti tempat
ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial ekonomi dan juga dapat menjadi sarana
untuk pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) umat Islam (Hikmat
Kurnia & Hidayat, 2008: 48). Sesungguhnya perhatian Islam terhadap problem
kemiskinan tidak perlu diragukan bahkan dibanding agama agama selainnya,
Islam bisa dikatakan agama yang lebih tinggi perhatiannya terhadap persoalan
kemiskinan. Hal ini dibuktikan di dalam al-Qur’an tentang orang-orang yang
dianggap sebagai pembohong besar dan mendapatkan siksaan di neraka
dikarenakan mereka membiarkan orang-orang miskin dan tidak
memperdulikannya, sehingga mereka dalam keadaan kelaparan dan kekurangan
yang menyebabkan kehidupan mereka menjadi menderita. Sebagaima dijelaskan
dalam QS. 74: 38-46, QS. 68: 19- 33, QS. 69: 30-34, QS. 89: 17-18, QS. 51: 19-
20, dan QS. 70: 19-25 (Qardawi, 2011: 49-55). Sebenarnya zakat memiliki pesan-
pesan sosial yang sangat jelas, namun selama ini umat Islam belum
memanifestasikan zakat sebagai sarana untuk mengentaskan kemiskinan dan
menjadikannya sebagai solusi untuk kebutuhan sarana umum yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan bersama. Artinya masyarakat masih terjebak
dalam paradigma lama yang tertumpu kepada pandangan dogmatis ritualis,
sehingga zakat justru menjadi a-sosial dan teraliensi dari fungsi dasar yang
dibawanya. Masyarakat Islam masih sekedar menganggap bahwa zakat adalah
perintah Tuhan yang harus di jalankan, tanpa tahu makna dan pesan dari perintah
zakat itu sendiri. Dalam praktiknya secara umum zakat hanya merupakan
santunan karitatif yang bersentuhan dengan kebutuhan perseorangan dalam skala
yang masih sangat terbatas, terlebih dalam konteks kehidupan sosial saat ini yang
serba tersistem. Walaupun dalam satu komunitas tertentu kewajiban zakat
ditunaikan dengan intensitas yang tinggi, akan tetapi realitas sosial yang timpang
dalam komunitas tersebut tetap saja menjadi kendala perubahan sosial ekonomi,
artinya yang miskin tetap miskin dan terus dalam posisi tertindas (mas’udi, 2010:
19-20).
Dalam jurnal karim Abdul Dimensi Sosial dan Spiritual Ibadah Zakat
dapat disimpulkan bahwa Zakat adalah kewajiban yang diperintahkan oleh Allah
kepada hambaNya yang memiliki kemampuan harta benda untuk dibagikan
kepada orang-orang yang membutuhkannya sesuai ketentuanNya. Para mustahiq
zakat sebagian besar sesungguhnya adalah orang-orang yang dalam keadaan
kesulitan dan membutuhkan uluran tangan para muzakki, oleh karena itu orang-
orang yang menunaikan zakat adalah orangorang yang memberikan semangat dan
spirit baru terhadap kehidupan kepada para mustahiq zakat. Oleh karena itu
dibalik perintah zakat ini sesungguhnya terkandung dimensi sosial dan spiritual
yang sangat luar biasa, namun pada umumnya masyarakat belum mampu untuk
mengimplementasikan pesan-pesan sosial kemanusiaan dan pesan spiritual yang
terkandung dalam kewajiban zakat tersebut. Dimensi sosial dan spiritual dalam
ibadah zakat merupakan perpaduan antara sisi kemanusiaan dan ketuhanan, antara
hubungan vertikal (hablum minallah) dan hubungan horizontal (hablum
minannas) yang menjadikan manusia memiliki keutamaan dan kemulian di dunia
dan di akhirat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zakat adalah kewajiban yang diperintahkan oleh Allah kepada hambaNya
yang memiliki kemampuan harta benda untuk dibagikan kepada orang-orang yang
membutuhkannya sesuai ketentuanNya. Zakat hukumnya fardlu ain bagi yang
telah memenuhi berbagai syarat yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an.
Jenis zakat ada dua yaitu Zakat fitrah atau zakat badan adalah zakat yang
wajib dibayarkan setiap muslim setelah bulan Ramadhan, baik laki-laki, wanita,
dewasa maupun anak kecil, baik orang merdeka maupun hamba sahaya (budak)
yang tujuannya untuk membersihkan dan mensucikan jiwa manusia.dan Zakat mal
merupakan zakat yang berhubungan dengan harta, yang dikeluarkan karena harta
tersebut telah dimiliki penuh selama satu tahun (haul) dan memenuhi standar
nisabnya (kadar minimum harta yang terkena zakat). Di dalam Al-Qur’an banyak
surat yang membahas mengenai zakat baik itu yang terkandung dalam Qs Al-Hajj
maupun surat lainnya
Zakat dalam aspek kesahatan dapat disimpulkan bahwa ketika kita membayar
zakat dapat menenangkan jiwa, kesehatan hati dan juga pikiran. Menjauhkan dari
sifat dengki, iri hati, tamak dan segala penyakit hati lainnya
Oleh karena itu dibalik perintah zakat ini sesungguhnya terkandung dimensi
sosial dan spiritual yang sangat luar biasa, namun pada umumnya masyarakat
belum mampu untuk mengimplementasikan pesan-pesan sosial kemanusiaan dan
pesan spiritual yang terkandung dalam kewajiban zakat tersebut. Dimensi sosial
dan spiritual dalam ibadah zakat merupakan perpaduan antara sisi kemanusiaan
dan ketuhanan, antara hubungan vertikal (hablum minallah) dan hubungan
horizontal (hablum minannas) yang menjadikan manusia memiliki keutamaan dan
kemulian di dunia dan di akhirat.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini kami selaku penulis sangat berharap kepada
seluruh mahasiswa agar mampu memahami dan mengetahui tentang aspek
kesehatan dalam zakat. Semoga dengan adanya makalah ini dapat membawa
pengaruh baik dan bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
dari itu kami mengharapkan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
DAPTAR PUSTAKA
Hakim, A. (2016). Pengelolaan Zakat Pertanian Di Lazis Nu Kabupaten Kendal.
Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam Dan Sosial, 2(2), 107.
https://doi.org/10.21580/wa.v2i2.385
Jauhari, I. (2011). Kesehatan dalam Pandangan Hukum Islam. Kanun Jurnal Ilmu
Hukum, 13(3), 33-58.
Karim, A. (2015). Dimensi Sosial dan Spiritual Ibadah Zakat. Jurnal Zakat Dan
Wakaf, Vol.2(No.1), 8–13.
Karim, A. (2015). Dimensi Sosial dan Spiritual Ibadah Zakat. ZISWAF: Jurnal
Zakat dan Wakaf, 2(1), 1-22.
Mustarin, B. (2017). Urgensi Pengelolaan Zakat Terhadap Peningkatan
Perekonomian Masyarakat. Jurisprudentie : Jurusan Ilmu Hukum Fakultas
Syariah Dan Hukum, 4(2), 83.
https://doi.org/10.24252/jurisprudentie.v4i2.4054

Anda mungkin juga menyukai