Ventilator (mechanical ventilation) adalah alat yang digunakan untuk membantu pasien yang mengalami gagal napas. Pada prinsipnya ventilator adalah suatu alat yang bisa menghembuskan gas (dalam hal ini oksigen) ke dalam paru- paru pasien. Ventilator bersifat membantu otot pernapasan sehingga kerja otot pernapasan diperkuat. (Arifin, 2019) Menurut (Novrina, 2015) Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. Kelompok menyimpulkan bahwa ventilator atau ventilasi mekanik adalah alat yang digunakan untuk membantu pernafasan pasien untuk mempertahankan oksigenasi yang kuat ke dalam paru-paru.
B. Jenis-Jenis Ventilasi Mekanik
Ventilator mekanik terbagi menjadi dua kategori: 1. Ventilator mekanik tekanan negatif Hal ini sangat jarang dilakukan untuk mengendalikan gagal napas akut di rumah sakit. Prinsip kerjanya dimana paru-paru kita memiliki selaput yang melapisi bagian luar paru-paru (pleura). Pleura ini sebenarnya mampu menciptakan tekanan negatif di luar tubuh pasien kita dan ini benar-benar menurunkan tekanan ekstra dada sehingga menyebabkan dada dan paru-paru mengembang sehingga udara pun ditarik ke dalam paru-paru pasien. 2. Ventiator mekanik tekanan positif Dengan ventilasi tekanan positif akan meberikan tekanan ke paru-paru pasien selama inspirasi dan udara yang masuk ini kan menyebabkan paru-paru mengembang. Menurut (Novrina, 2015), menurut sifatnya ventilator dibagi tiga type yaitu: a) Volume Cycled Ventilator
Gambar 2. Volume Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten. Terdapat beberapa menu pengaturan dalam ventilator ini, yaitu sebagai berikut. a) Volume tidal (Vt) Volume tidal adalah jumlah gas yang diberikan oleh ventilator selama masa inspirasi. Satuannya adalah CC atau ML /KG BB. Nilai normal berkisar 5-10 ml/kg. b) Respiratory Rate (f/RR) Respiratory rate adalah jumlah nafas dalam satu menit. Satuannya adalah BPM (breath per minuts) c) FiO2 yaiutu fraksi konsentrasi Oksigen yang diberikan oleh ventilator saat inspirasi. Nilai konsentrasinya adalah 21-100% d) PEEP (positive end expiratory pressure) PEEP adalah tekanan yang diberikan saat ekspirasi. Bertujuan untuk mengembangkan alveoli yang colaps atau menjaga pengembangan alveoli. e) Pressure support Pendukung tekanan dimana pasien memulai setiap nafas dan memberikan dukungan dengan nilai tekanan yang telah ditetapkan. Selain itu, terdapat monitoring volume control yaitu sebagai berikut. a) Minute Ventilation (VE) Yaitu jumlah udara yang diberikan pada pasien dalam 1 menit dalam satuan liter/menit. Normalnya 5-10 liter/menit. VE merupakan hasil perkalian volume tidal dan pernafasan atau dapat ditulis.
VE = Vt x F
b) Peak Inspiratory Pressure (Pip)
Merupakan puncak tekanan yang dibutuhkan saat memberikan volume tidal pada pasien. Satuannya CmH2O. Pip dimonitoring agar kurang dari 35 untuk mencegah terjadinya cedera paru-paru. c) Plateau Pressure (Pplat) Yaitu tekanan yang dibutuhkan untuk mempertahankan pengembangan paru saat inspirasi. Satuannya dalam CmH2O. dimonitoring agar kurang dari 30 untuk mencegah terjadinya trauma barrow.
b) Pressure Cycled Ventilator
Gambar 3. Pressure Cycled Ventilator
Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan. c) Time Cycled Ventilator Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan wamtu ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit)
C. Mode-Mode Ventilasi Mekanik
Menurut (Galo, 2010) Banyak mode berbeda pada kontrol ventilator dapat ditemukan pada ventilator. Bentuk ini dapat dibedakan dalam cakra angka, atau dapat dihubungkan dengan fungsi tombol lain seperti sensitivitas. Beberapa mode ini adalah assist, control, assist-control, VMI, dan dukungan tekanan. 1. Mode assist, hanya picuan pernapasan oleh pasien diberikan pada VT yang telah di atur. Pada mode ini, pasien harus mempunyai kendali untuk bernapas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu pernapasan, udaea tak diberikan. 2. Mode control, ventilator mengontrol pasien. Pernapasan diberikan ke pasien pada frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien sadar atau paralise, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan. 3. Mode assist-control (AC/VC/CMV), menghubungkan kedua mode diatas. Frekwensi dasar dapat diatur bila pasien mengharapkan pernapasan lebih cepat, ia dapat memicu ventilator (memberikan kemungkinan sensitivitas). Bila kendali pasien untuk bernapas ditiadakan, ventilator "memberikan" pada frekwensi praset. Jika pasien mencoba mengambil nafas sendiri/ nafas spontan maka ventilasi akan mengenali nafas itu dan memberikan volume tidal yang lengkap sesuai dengan kebutuhan pasien. 4. Mode Intermittent mandatory ventilation (IMV), memungkinkan ventilasi mandatori intermiten. Seperti pada mode control, frekwensi dan VT praset. Bila pasien mengharapkan untuk bernapas di atas frekwensi ini, ia dapat melakukannya. Namun tidak seperti pada assist-control berapapun pernapasan dapat diambil diatas frekwensi set adalahpernapasan spontan yang diambil melalui sirkuit ventilator, VT dari pernapasan ini dapat sangat drastis dari V T yang diset pada ventilator karena ini ditentukan oleh kemampuan pasien untuk membuat tekanan negatif dalam dada. VT dapat bervariasi dari 0 sampai 1 liter. 5. Synchronized intermitten mandatory ventilation (SIMV) Sama dengan IMV kecuali pernapasan ventilator dengan dengan pernapasan awal secara spontan. SIMV ini untuk mengatur volume dan jumlah nafas per menit, tetapi membahas mengenai nafas spontan. jika pasien mengambil nafas spontannya kecil maka akan dibantu dengan dukungan tekanan dari ventilator untuk mencapai nafas spontan yang lebih besar. Napas spontan benar-benar membantu meningkatkan kepatuhan ventilasi mereka. Jika pasien tidak mengambil nafas spontan maka simv ini sama dengan AC (Assist Control), ventilasi dengan menggabungkan sensor tekanan di sirkuit pernapasan, upaya inspirasi dari pasien dapat digunakan untuk memicu inspirasi. Pasien dapat memicu pernapasannya dengan laju yang lebih cepat namun tekanan tetap diberikan pada tiap napas. Bila telah ada usaha napas pasien, maka mode assist-control dapat digunakan. Dengan mode ini, tiap napas (pemicu waktu ataupun pasien) merupakan pernapasan yang diatur. Pemicu dari pasien timbul karena ventilator sensitif terhadap tekanan atau perubahan aliran pada saat pasien berusaha untuk bernapas. Mengatur napas mekanik, kapanpun memungkinkan, agar bertepatan dengan awal dari upaya respirasi spontan. sinkronisasi yang tepat mencegah tersisipnya napas mekanik di tengah napas spontan, menghasilkan tidal volme yang sangat besar. Keuntungan dari SIMV termasuk kenyamanan pasien, dan jika digunakan untuk menyapih, napas dari mesin menyediakan cadangan jika pasien menjadi lelah. Namun, jika laju napas terlalu rendah (4 kali / menit), cadangan mungkin terlalu rendah, terutama untuk pasien yang lemah yang mungkin tidak dapat mengatasi tambahan kerja pernapasan yang disisipkan ventilator selama napas spontan. Pada prinsipnya mode ini adalah frekuensi yang di berikan secara interminten lebih sedikit sehingga pasien diberi kesempatan lebih besar untuk bernafas spontan. Pada SIMV ini melakukan pengaturan yaitu: a) Positive End-Expiratory Pressure (PEEP)/ Tekanan Positif Akhir Pernapasan. Pada pasien-pasien dengan ketergantungan pada ventilator, di akhir pernapasan, umumnya terjadi kolaps ruang udara bagian distal sehingga sering menyebabkan timbulnya atelektasis yang dapat mengganggu pertukaran gas dan memperberat gagal napas yang sudah ada. Upaya untuk mengatasi atelektasis ini dengan menurunkan komplians paru-paru dengan konsekuensi dapat terjadi kelainan paru- paru yang umum pada pasien-pasien yang tergantung pada ventilator, misalnya ARDS dan pneumonia. Untuk mengantisipasi kecenderungan timbulnya kolaps alveoli pada akhir pernapasan, maka dibuat suatu tekanan positif pada akhir ekspirasi (PEEP).5,8 Tekanan ini bertindak sebagai penyangga (stent) untuk menjaga agar jalan napas yang kecil tetap terbuka pada akhir ekspirasi. PEEP ini telah menjadi ukuran standar pada penatalaksanaan pasien dengan ketergantungan pada ventilator PEEP tidak direkomendasikan pada pasien-pasien dengan penyakit paruparu yang terlokalisasi seperti pneumonia karena tekanan yang diberikan dapat didistribusikan ke daerah paru-paru yang normal dan hal ini dapat menyebabkan distensi yang berlebihan sehingga menyebabkan rupture alveoli. b) Tidal Volume Tidal Volume adalah volume gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien setiap sekali nafas. Umumnya setting antara 5-15 cc/kgBB, tergantung dari compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dgn paru normal tolerate dgn tidal volume 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK cukup dengan 5-8 cc/kgBB. Untuk pasien ARDS memakai konsep permissive hipercapnea (membiarkan PaCO2 tinggi > 45 mmHg, asal PaO2 normal, dgn cara menurunkan tidal volume yaitu 4- 6 cc/kgBB) Tidal volume rendah ini dimaksudkan agar terhindar dari barotrauma. Parameter alarm tidal volume diset diatas dan dia bawah nilai yg kita set. Monitoring tidal volume sangat perlu jika kita memakai TIME Cycled. c) Fraksi Oksigen (FiO2) FiO2 adalah jumlah oksigen yg dihantarkan/diberikan oleh ventilator ke pasien. Konsentrasi berkisar 21-100%. Rekomendasi untuk setting FiO2 pada awal pemasangan ventilator adalah 100%. Namun pemberian 100% tidak boleh terlalu lama sebab rersiko oxygen toxicity (keracunan oksigen) akan meningkat. Keracunan O2 menyebabkan perubahan struktur membrane alveolar-capillary, edema paru, atelektasis, dan penurunan PaO2 yg refrakter (ARDS). Setelah pasien stabil, FiO2 dapat di weaning bertahap berdasarkan pulse oksimetri dan Astrup. Catatan; setiap tindakan suctioning (terutama pd pasien hipoksemia berat), bronkoskopi, chest fisioterapi, atau prosedur berat (stres) dan waktu transport (CT scan dll) FiO2 harus 100% selama 15 menit serta menambahkan 20-30% dari pressure atau TV sebelumnya, sebelum prosedur dilakukan. Namun pada pasien-pasien dengan hipoksemia berat karena ARDS skor tinggi, atau atelektasis berat yang sedang menggunakan PEEP tinggi sebaiknya jangan di suction atau dilakukan prosedur bronkoskopi dahulu, sebab pada saat PEEP dilepas maka paru akan segera kolaps kembali dan sulit mengembangkannya lagi. d) Frekuensi nafas (RR) adalah jumlah nafas yang diberikan ke pasien setiap menitnya. Setting RR tergantung dari TV, jenis kelainan paru pasien, dan target PaCO2 pasien. Parameter alarm RR di set diatas dan di bawah nilai RR yang diset. Misalnya jika set RR 10 kali/menit, maka set alarm sebaiknya diatas 12x/menit dan di bawah 8 x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi atau hipoventilasi. Pada pasien2 dengan asma (obstruktif), RR sebaiknya diset antara 6-8 x/menit, agar tidak terjadi auto-PEEP dan dynamic-hyperinflation. Selain itu pasien2 PPOK memang sudah terbiasa dengan PaCO2 tinggi, sehingga PaCO2 jangan terlalu rendah /normal. Pada pasien2 dengan PPOK (resktriktif) biasanya tolerate dengan RR 12- 20 x/menit. Sedangkan untuk pasien normal RR biasanya 8-12 x/menit. Waktu (time) merupakan variabel yg mengatur siklus respirasi. Contoh: Setting RR 10 x/menit, maka siklus respirasi (Ttotal) adalah 60/10 = 6 detik. Berarti siklus respirasi (inspirasi + ekspirasi) harus berlangsung dibawah 6 detik. Kelebihan dari SIMV ini membantu paisen secara bertahap untuk melakukan pernafasan spontan dari waktu ke waktu sehingga bisa benar-benar menyapih ventilasi. Maka adapun resiko yang akan dialami yaitu, mengalami takipnea hiperventilasi menjadi alkalosis pernapasan. Jika ventilasi kecil saja tidak cukup. Lalu mereka mempertahankan co2 akan menyebabkan asidosis pernafasan. 6. Positive end-expiratory pressure (PEEP) Tekanan jalan napas preset lebih besar dari normal preset dipertahankan pada akhir ekshalasi. 7. Continuous positive airway pressure (CPAP) Pemasangan PEEP selama inspirasi dan ekspirasi pada pernapasan pasien secara spontan. 8. Pressure support ventilation (PSV) Pressure support ini kita yang mengatur dan mengontrol volume pernapasan yang diperoleh oleh pasien dengan cara nafas spontan. Jadi pada mode ini kita hanya akan mengatur FiO2, PEEP dan pressure support, Tekanan dukungan melakukan percobaan pernapasan spontan ini kami biasanya menetapkan pada 10/5 yang merupakan 10 pressure support dan PEEP atau untuk jangka waktu yang sangat singkat terkadang menjalankannya 5 diatas 5 atau untuk jangka waktu yang sangat singkat.Pasien bernapas secara spontan; dengan tambahan inspirasi melalui susunan tekanan positif sebelumnya dari ventilator. (Laura A. Talbot, 2012) .
D. Indikasi Pemasangan Ventilasi Mekanik
Ada beberapa indikasi untuk pemasangan ventilasi mekanik, yaitu: 1. Ketika ventilasi non invasif gagal meningkatkan oksigenasi atau ventilasi. Ventilasi mekanik didasarkan pada kemampuan pasien sendiri untuk memberikan oksigen secara efektif. Pada dasarnya mereka mengalami hipoksemia/ hiperkapnia, gagal napas atau keduanya. 2. Gangguan fisiologis dasar a) Apneu: terindikasi neurologis/neuromuskular dengan GCS < 8 dan melalukan intubasi jika pasien tidak sadarkan diri b) Ketidakstabilan hemodinamik/Kolaps Kardiovaskular c) Kegagalan ventilasi akut: Pasien yang mengalami kegagalan ventilasi akut disebut hiperkapnia dimana keadaan PaCo2 > 50mmHg atau disebut asidosis respiratorik dengan Ph < 7,25 atau bisa dilihat dari peningkatan Co2 karena adanya asidosis tesebut. d) Kegagalan ventilasi yang akan datang: Pasien yang mengalami kegagalan ventilasi dilakukan intubasi jika keadaan pasien terus menurun, dan AGD mengalami penururunan sehingga terjadi peningkatan kerja pernapasan. e) Kegagalan Hipoksemia refrakter: Pasien yang mengalami kegagalan hipoksemia refrakter melakukan intubasi jika PaO2 < 60mmHg atau P/F rasio <300. f) Kelemahan Otot Pernapasan: Pasien yang mengalami kelemahan otot pernapasan melakukan intubasi, karena kelamahan otot ini bisa menyebabkan PaCo2 meningkat dapat dilihat dari volume <5 mililiter/kilogram dan normalnya 5-7 mililiter/kilogram dengan tingkat pernapasan yang < 10 atau > 35. g) Obstruksi
E. Prinsip Dasar Ventilasi Mekanik
Prinsip dasar ventilasi mekanik, ada 5 diantaranya: 1. Kita bisa ambil alih sebagian atau sepenuhnya vantilasi pada pasien. 2. Ventilasi hanya alat pendukung untuk memecahkan masalah yang mendasari pasien, bukan obat. Ventilasi tidak akan sangat membantu melainkan memberi mereka waktu untuk bertahan sampai mereka dapat pulih dari maslah ini. 3. Support terbagi menjadi 2: a) Ventilasi Invasife, membutuhkan intubasi dengan tabung ET / trakeostomi b) Ventilasi Non Invasife 4. Ventilasi terdiri dari 2 kategori utama, diantaranya: a) Tekanan Negative Jarang ada yang bisa mengelola gagal napas akut di Rumah Sakit. Tetapi memberikan pemahaman tentang bagaimana prinsip ini bekerja. Untuk membantu menjelaskan perbedaan dari keduanya saya gambarkan pasien yang memiliki shell di sekitar dada pasien dan cangkang yang sebenarnya menciptakan tekanan negativ di luar tubuh pasien yang menurunkan tekanan ekstra toraks dan menyebabkan masuknya udara ke paru-paru pasien b) Tekanan Positive Ventilasi yang akan memberikan tekanan ke paru-paru pasien selama inspirasi dan udara yang masuk menyebabkan paru-paru mengembang disana.risiko yang terkait dengan metode ini dan benar-benar semua bentuk ventilasi mekanik yang digunakan semacam varian ventilasi bertekanan positif. 1. Manfaat Terapeutik pada ventilasi ada 3, diantaranya: a) Jaminan pengiriman O2 yang tinggi b) Memberikan tekanan positive dengan menurunkan shunting intrapulmonal, contoh: atelektasis, ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome), pneumonia, edema paru yang memiliki tekanan positive untuk menjaga alveoli tetap terbuka dan memberi tekanan pada cairan dan hal-hal yang mungkin ada dalam alveoli tersebut untuk mencoba dan membuka mereka yang juga akan bermanfaat c) Menyediakan WOB (Work Of Breathing) d) Cara kerja ventilator Pertama dan yang terpenting adalah kita memiliki sirkuit tertutup yang terpasang untuk pasien. Jalan napas buatan kami pertahankan sirkuit tertutup ini dan memastikan bahwa kami mendapat pengiriman gas yang kami inginkan sebaik mungkin untuk mencegah komplikasi, contohnya pneumonia ventilasi. Dasar dari ventilasi pada saat inspirasi kita akan mendapatkan gas yang berasal dari diri kita sendiri, melampiaskan dan turun ke dalam apa yang kita sebut HME (Heat and Moisture Exchanger) alat yang digunakan pada pasien ventilasi mekanik yang panas dan lembab untuk mencegah komplikasi akibat pengeringan mukosa pernapasan seperti sumbatan lendir dan oklusi tabung endotrakeal yang panas dan lembab. F. Komplikasi 1. Kompromi hemodinamik Perubahan tekanan intratoraks normal dibandingkan dengan yang bernapas spontan internal dengan rentang -8 cm air pada inspirasi dan ditambah 5 cm pada pernafasan dan saat penurunan inspirasi yang benar-benar memfasilitasi ekspansi paru-paru dan aliran darah vena dan sebagainya. Menurunnya tekanan ini akan mengurangi tekanan pada vena kembali ke jantung yang memungkinkan darah kembali lebih banyak. Tekanan positif sama dengan tekanan yang lebih tinggi. Saat meningkatnya inspirasi maka menurunnya aliran balik vena yang akan menyebabkan penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung bisa signifikan mengarah ke hal-hal seperti peningkatan detak jantung, penurunan tekanan darah dan penurunan perfusi yang merupakan respon kardiovaskular. PEEP (Positive end-expiratory pressure) meninggi akan menyebabkan penurunan status kardiovaskular yang meningkatkan preload atau menyesuaikan pengaturan ventilator. 2. VAP Pneumonia terkait ventilator (VAP) Ini adalah komplikasi yang akan dialami pasien saat masuk RS dalam perawatan yang memiliki peningkatan morbiditas dan kematian. Beberapa tips untuk mencegah hal ini: a. Meninggikan tempat tidur 30 – 45o untuk membantu mencegah aspirasi b. Pengisapan subglotic terutama sebelum manset mengempis dari tabung ET c. Memastikan dan menjaga tekanan manset tabung ET d. Memastikan bahwa kami memiliki protokol perawatan mulut setiap 2-4 jam e. Chlorexidine gluconat harian f. Obat penenang harian dan menilai kesiapan pasien untuk melakukan extubasi g. Memastikan bahwa perawat memberikan nutrisi yang tepat untuk pasien serta sering menilai penempatan selang makanan itu h. Yang paling mendasar adalah menjaga kebersihan tangan dan meminimalkan sirkuit terputus 3. Barotrauma dan Volutrauma Barotrauma adalah kerusakan paru-paru dimana alveolar mengalami ruptur yang disebabkan oleh tekanan yang berlebihan atau distensi yang berlebihan. KOndisi pecahnya alveoli ini bisa menyebabkan terjadinya kondisi seperti pneumothorax, pnumomediastinum, pnumoperitoneum, emfisema subkutan dan akibatnya pneumo dapat berkembang menjadi ketegangan dan akhirnya menyebabkan kolaps kardiovaskuler pada pasien. Kondisi ini harus dicegah dengan menhindari peningkatan heart rate atau takikardia, mengawasi PEEP, menghindari peningkatan tekanan pada jalan napas. Volutrauma adalah kondisi dimana pasien mengalami ruptur pada alveolar yang cukup tinggi keparahannya. Meningkatnya tekanan pada saat besarnya volume ventilasi dan disertasi ARDS atau sindrom gawat napas akut menyebabkan kerusakan alveolar sehingga terjadi ruptur disertai adanya cairan. Ini yang mbedakan pecahannya tidaksam dengan barotrauma. Dan upaya mencegahnya dapat dilakukan dengan mengatur volume tidal yang lebih kecil. 4. Kerusakan pada ventilator Hal ini terjadi karena adanya kerusakan pada peralatan ventilatornya sehingga menyebabkan beberapa komplikasi pada pasien. Biasannya kejadian ini disebabkan oleh pengaturan selama penggunaan yang tidak sesuasi. Oleh sebab itu, pastikan alarm sudah terpasang. Jika masalah muncul, bisa segera dialihkan pada ventilasi mekanik sacara manual yang dengan ambu bag sampai masalah teratasi.
G. Tujuan Perawatan Bagi Pasien Yang Diberi Ventilasi Mekanik
Hal yang perlu kita lakukan untuk mengatasi kegagalan napas yang dialami pasien, sebagai berikut. 1. Lindungi paru-paru pasien dari cedera iatrogenik sehingga kita tidak membuat atau menambah kerusakan pada paru-paru pasien 2. Cepat dan tanggap dalam menangani gangguan gagal napas 3. Memberikan nutrisi sesuai yang dibutuhkan pasien 4. Segera lakukan mobilisasi pada saat pasien pulih. Hal ini dilakukan untuk menilai kesiapan mereka untuk ekstubasi setiap hari. 5. Bersabar, karena pada kondisi pasien pada saaat terpasang ventilator akan memakan waktu hingga kondisi pulih. 6. Dukungan jangka panjang sangat diperlukan terutama pada pasien yang terpasang trakheostomi 7. Dan yang terakhir ingatlah bahwa pasien adalah manusia lain seperti diri kita. REFERENSI
Andika Mahendra. 2019. Apa itu Ventilator?? Tersedia [online]: https://www.yout
ube.com/watch?v=X9rEZ6NABFM&feature=youtu.be Arifin. (2019). Mode dan Setting Dasar Ventilator. Prinsip Dasar Ventilasi Mekanik. Galo, H. &. (2010). Keperawatan Kritis (Monica Ester (ed.); 6th ed.). EGC. ICU Advantadge. 2020. What is Mechanical Ventilation? - Ventilators EXPL AINE D Tersedia[online]: https://www.youtube.com/watch?v=40Shfx1 QqTc ICU Advantadge. 2020. Basic Vent Modes MADE EASY - Ventilator Settings Re viewed Tersedia[online]: https://www.youtube.com/watch?v=E5uLM41UR mE Kamayani, made O. A. (2016). Asuhan keperawatan pasien dengan ventilasi mekanik. Udayana University, 1–17. Kasiani. (2014). Prosedur Praktik Keperawatan Jilid 1. Salemba Media0, 71(10), 733–736. Laura A. Talbot, M. M. M. (2012). Pengkajian Keperawatan Kritis (A. Maryunani (ed.)). EGC. Novrina, R. (2015). Jurnal Perawat. 1–5.