Anda di halaman 1dari 15

VENTILASI MEKANIK

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis

Dosen Pembimbing:
Santy Sanusi, S.Kep., Ners, M.Kep

Disusun oleh

KELOMPOK 3

Moch Ramlan 302017046


Reina Febrianty Sukma 302017060
Wida Ningsih 302017080

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

2020
VENTILASI MEKANIK

A. Definisi Ventilasi Mekanik

Gambar 1. Ventilasi Mekanik


Ventilator (mechanical ventilation) adalah alat yang digunakan untuk
membantu pasien yang mengalami gagal napas. Pada prinsipnya ventilator adalah
suatu alat yang bisa menghembuskan gas (dalam hal ini oksigen) ke dalam paru-
paru pasien. Ventilator bersifat membantu otot pernapasan sehingga kerja otot
pernapasan diperkuat. (Arifin, 2019)
Menurut (Novrina, 2015) Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk
membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan
oksigenasi.
Kelompok menyimpulkan bahwa ventilator atau ventilasi mekanik adalah
alat yang digunakan untuk membantu pernafasan pasien untuk mempertahankan
oksigenasi yang kuat ke dalam paru-paru.

B. Jenis-Jenis Ventilasi Mekanik


Ventilator mekanik terbagi menjadi dua kategori:
1. Ventilator mekanik tekanan negatif
Hal ini sangat jarang dilakukan untuk mengendalikan gagal napas akut di
rumah sakit. Prinsip kerjanya dimana paru-paru kita memiliki selaput yang
melapisi bagian luar paru-paru (pleura). Pleura ini sebenarnya mampu
menciptakan tekanan negatif di luar tubuh pasien kita dan ini benar-benar
menurunkan tekanan ekstra dada sehingga menyebabkan dada dan paru-paru
mengembang sehingga udara pun ditarik ke dalam paru-paru pasien.
2. Ventiator mekanik tekanan positif
Dengan ventilasi tekanan positif akan meberikan tekanan ke paru-paru pasien
selama inspirasi dan udara yang masuk ini kan menyebabkan paru-paru
mengembang. Menurut (Novrina, 2015), menurut sifatnya ventilator dibagi
tiga type yaitu:
a) Volume Cycled Ventilator

Gambar 2. Volume Cycled Ventilator


Prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang
ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada
komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
Terdapat beberapa menu pengaturan dalam ventilator ini, yaitu sebagai
berikut.
a) Volume tidal (Vt)
Volume tidal adalah jumlah gas yang diberikan oleh ventilator selama
masa inspirasi. Satuannya adalah CC atau ML /KG BB. Nilai normal
berkisar 5-10 ml/kg.
b) Respiratory Rate (f/RR)
Respiratory rate adalah jumlah nafas dalam satu menit. Satuannya adalah
BPM (breath per minuts)
c) FiO2 yaiutu fraksi konsentrasi Oksigen yang diberikan oleh ventilator
saat inspirasi. Nilai konsentrasinya adalah 21-100%
d) PEEP (positive end expiratory pressure)
PEEP adalah tekanan yang diberikan saat ekspirasi. Bertujuan untuk
mengembangkan alveoli yang colaps atau menjaga pengembangan
alveoli.
e) Pressure support
Pendukung tekanan dimana pasien memulai setiap nafas dan memberikan
dukungan dengan nilai tekanan yang telah ditetapkan.
Selain itu, terdapat monitoring volume control yaitu sebagai berikut.
a) Minute Ventilation (VE)
Yaitu jumlah udara yang diberikan pada pasien dalam 1 menit dalam
satuan liter/menit. Normalnya 5-10 liter/menit. VE merupakan hasil
perkalian volume tidal dan pernafasan atau dapat ditulis.

VE = Vt x F

b) Peak Inspiratory Pressure (Pip)


Merupakan puncak tekanan yang dibutuhkan saat memberikan volume
tidal pada pasien. Satuannya CmH2O. Pip dimonitoring agar kurang dari
35 untuk mencegah terjadinya cedera paru-paru.
c) Plateau Pressure (Pplat)
Yaitu tekanan yang dibutuhkan untuk mempertahankan pengembangan
paru saat inspirasi. Satuannya dalam CmH2O. dimonitoring agar kurang
dari 30 untuk mencegah terjadinya trauma barrow.

b) Pressure Cycled Ventilator

Gambar 3. Pressure Cycled Ventilator


Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan.
Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang
telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi
terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain
paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien
yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak
dianjurkan.
c) Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan wamtu
ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi
ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit)

C. Mode-Mode Ventilasi Mekanik


Menurut (Galo, 2010) Banyak mode berbeda pada kontrol ventilator dapat
ditemukan pada ventilator. Bentuk ini dapat dibedakan dalam cakra angka, atau
dapat dihubungkan dengan fungsi tombol lain seperti sensitivitas. Beberapa mode
ini adalah assist, control, assist-control, VMI, dan dukungan tekanan.
1. Mode assist, hanya picuan pernapasan oleh pasien diberikan pada VT yang
telah di atur. Pada mode ini, pasien harus mempunyai kendali untuk bernapas.
Bila pasien tidak mampu untuk memicu pernapasan, udaea tak diberikan.
2. Mode control, ventilator mengontrol pasien. Pernapasan diberikan ke pasien
pada frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa
menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien sadar atau
paralise, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan.
3. Mode assist-control (AC/VC/CMV), menghubungkan kedua mode diatas.
Frekwensi dasar dapat diatur bila pasien mengharapkan pernapasan lebih cepat,
ia dapat memicu ventilator (memberikan kemungkinan sensitivitas). Bila
kendali pasien untuk bernapas ditiadakan, ventilator "memberikan" pada
frekwensi praset. Jika pasien mencoba mengambil nafas sendiri/ nafas spontan
maka ventilasi akan mengenali nafas itu dan memberikan volume tidal yang
lengkap sesuai dengan kebutuhan pasien.
4. Mode Intermittent mandatory ventilation (IMV), memungkinkan ventilasi
mandatori intermiten. Seperti pada mode control, frekwensi dan VT praset. Bila
pasien mengharapkan untuk bernapas di atas frekwensi ini, ia dapat
melakukannya. Namun tidak seperti pada assist-control berapapun pernapasan
dapat diambil diatas frekwensi set adalahpernapasan spontan yang diambil
melalui sirkuit ventilator, VT dari pernapasan ini dapat sangat drastis dari V T
yang diset pada ventilator karena ini ditentukan oleh kemampuan pasien untuk
membuat tekanan negatif dalam dada. VT dapat bervariasi dari 0 sampai 1 liter.
5. Synchronized intermitten mandatory ventilation (SIMV) Sama dengan IMV
kecuali pernapasan ventilator dengan dengan pernapasan awal secara spontan.
SIMV ini untuk mengatur volume dan jumlah nafas per menit, tetapi
membahas mengenai nafas spontan. jika pasien mengambil nafas spontannya
kecil maka akan dibantu dengan dukungan tekanan dari ventilator untuk
mencapai nafas spontan yang lebih besar. Napas spontan benar-benar
membantu meningkatkan kepatuhan ventilasi mereka.
Jika pasien tidak mengambil nafas spontan maka simv ini sama dengan
AC (Assist Control), ventilasi dengan menggabungkan sensor tekanan di
sirkuit pernapasan, upaya inspirasi dari pasien dapat digunakan untuk memicu
inspirasi. Pasien dapat memicu pernapasannya dengan laju yang lebih cepat
namun tekanan tetap diberikan pada tiap napas. Bila telah ada usaha napas
pasien, maka mode assist-control dapat digunakan. Dengan mode ini, tiap
napas (pemicu waktu ataupun pasien) merupakan pernapasan yang diatur.
Pemicu dari pasien timbul karena ventilator sensitif terhadap tekanan atau
perubahan aliran pada saat pasien berusaha untuk bernapas.
Mengatur napas mekanik, kapanpun memungkinkan, agar bertepatan
dengan awal dari upaya respirasi spontan. sinkronisasi yang tepat mencegah
tersisipnya napas mekanik di tengah napas spontan, menghasilkan tidal volme
yang sangat besar. Keuntungan dari SIMV termasuk kenyamanan pasien, dan
jika digunakan untuk menyapih, napas dari mesin menyediakan cadangan jika
pasien menjadi lelah. Namun, jika laju napas terlalu rendah (4 kali / menit),
cadangan mungkin terlalu rendah, terutama untuk pasien yang lemah yang
mungkin tidak dapat mengatasi tambahan kerja pernapasan yang disisipkan
ventilator selama napas spontan.  Pada prinsipnya mode ini adalah frekuensi
yang di berikan secara interminten lebih sedikit sehingga pasien diberi
kesempatan lebih besar untuk bernafas spontan.
Pada SIMV ini melakukan pengaturan yaitu:
a) Positive End-Expiratory Pressure (PEEP)/ Tekanan Positif Akhir
Pernapasan. Pada pasien-pasien dengan ketergantungan pada ventilator,
di akhir pernapasan, umumnya terjadi kolaps ruang udara bagian distal
sehingga sering menyebabkan timbulnya atelektasis yang dapat
mengganggu pertukaran gas dan memperberat gagal napas yang sudah
ada. Upaya untuk mengatasi atelektasis ini dengan menurunkan
komplians paru-paru dengan konsekuensi dapat terjadi kelainan paru-
paru yang umum pada pasien-pasien yang tergantung pada ventilator,
misalnya ARDS dan pneumonia. Untuk mengantisipasi kecenderungan
timbulnya kolaps alveoli pada akhir pernapasan, maka dibuat suatu
tekanan positif pada akhir ekspirasi (PEEP).5,8 Tekanan ini bertindak
sebagai penyangga (stent) untuk menjaga agar jalan napas yang kecil
tetap terbuka pada akhir ekspirasi. PEEP ini telah menjadi ukuran standar
pada penatalaksanaan pasien dengan ketergantungan pada ventilator
PEEP tidak direkomendasikan pada pasien-pasien dengan penyakit
paruparu yang terlokalisasi seperti pneumonia karena tekanan yang
diberikan dapat didistribusikan ke daerah paru-paru yang normal dan hal
ini dapat menyebabkan distensi yang berlebihan sehingga menyebabkan
rupture alveoli.
b) Tidal Volume
Tidal Volume adalah volume gas yang dihantarkan oleh ventilator ke
pasien setiap sekali nafas. Umumnya setting antara 5-15 cc/kgBB,
tergantung dari compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien
dgn paru normal tolerate dgn tidal volume 10-15 cc/kgBB, sedangkan
untuk pasien PPOK cukup dengan 5-8 cc/kgBB. Untuk pasien ARDS
memakai konsep permissive hipercapnea (membiarkan PaCO2 tinggi >
45 mmHg, asal PaO2 normal, dgn cara menurunkan tidal volume yaitu 4-
6 cc/kgBB) Tidal volume rendah ini dimaksudkan agar terhindar dari
barotrauma. Parameter alarm tidal volume diset diatas dan dia bawah
nilai yg kita set. Monitoring tidal volume sangat perlu jika kita memakai
TIME Cycled.
c) Fraksi Oksigen (FiO2)
FiO2 adalah jumlah oksigen yg dihantarkan/diberikan oleh ventilator ke
pasien. Konsentrasi berkisar 21-100%. Rekomendasi untuk setting FiO2
pada awal pemasangan ventilator adalah 100%. Namun pemberian 100%
tidak boleh terlalu lama sebab rersiko oxygen toxicity (keracunan
oksigen) akan meningkat. Keracunan O2 menyebabkan perubahan
struktur membrane alveolar-capillary, edema paru, atelektasis, dan
penurunan PaO2 yg refrakter (ARDS). Setelah pasien stabil, FiO2 dapat
di weaning bertahap berdasarkan pulse oksimetri dan Astrup. Catatan;
setiap tindakan suctioning (terutama pd pasien hipoksemia berat),
bronkoskopi, chest fisioterapi, atau prosedur berat (stres) dan waktu
transport (CT scan dll) FiO2 harus 100% selama 15 menit serta
menambahkan 20-30% dari pressure atau TV sebelumnya, sebelum
prosedur dilakukan. Namun pada pasien-pasien dengan hipoksemia berat
karena ARDS skor tinggi, atau atelektasis berat yang sedang
menggunakan PEEP tinggi sebaiknya jangan di suction atau dilakukan
prosedur bronkoskopi dahulu, sebab pada saat PEEP dilepas maka paru
akan segera kolaps kembali dan sulit mengembangkannya lagi.
d) Frekuensi nafas (RR) adalah jumlah nafas yang diberikan ke pasien
setiap menitnya. Setting RR tergantung dari TV, jenis kelainan paru
pasien, dan target PaCO2 pasien. Parameter alarm RR di set diatas dan di
bawah nilai RR yang diset. Misalnya jika set RR 10 kali/menit, maka set
alarm sebaiknya diatas 12x/menit dan di bawah 8 x/menit. Sehingga
cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi atau hipoventilasi.
Pada pasien2 dengan asma (obstruktif), RR sebaiknya diset antara 6-8
x/menit, agar tidak terjadi auto-PEEP dan dynamic-hyperinflation. Selain
itu pasien2 PPOK memang sudah terbiasa dengan PaCO2 tinggi,
sehingga PaCO2 jangan terlalu rendah /normal.
Pada pasien2 dengan PPOK (resktriktif) biasanya tolerate dengan RR 12-
20 x/menit. Sedangkan untuk pasien normal RR biasanya 8-12 x/menit.
Waktu (time) merupakan variabel yg mengatur siklus respirasi. Contoh:
Setting RR 10 x/menit, maka siklus respirasi (Ttotal) adalah 60/10 = 6
detik. Berarti siklus respirasi (inspirasi + ekspirasi) harus berlangsung
dibawah 6 detik.
Kelebihan dari SIMV ini membantu paisen secara bertahap untuk melakukan
pernafasan spontan dari waktu ke waktu sehingga bisa benar-benar menyapih
ventilasi. Maka adapun resiko yang akan dialami yaitu, mengalami takipnea
hiperventilasi menjadi alkalosis pernapasan. Jika ventilasi kecil saja tidak
cukup. Lalu mereka mempertahankan co2 akan menyebabkan asidosis
pernafasan.
6. Positive end-expiratory pressure (PEEP) Tekanan jalan napas preset lebih besar
dari normal preset dipertahankan pada akhir ekshalasi.
7. Continuous positive airway pressure (CPAP) Pemasangan PEEP selama
inspirasi dan ekspirasi pada pernapasan pasien secara spontan.
8. Pressure support ventilation (PSV) Pressure support ini kita yang mengatur dan
mengontrol volume pernapasan yang diperoleh oleh pasien dengan cara nafas
spontan. Jadi pada mode ini kita hanya akan mengatur FiO2, PEEP dan
pressure support, Tekanan dukungan melakukan percobaan pernapasan spontan
ini kami biasanya menetapkan pada 10/5 yang merupakan 10 pressure support
dan PEEP atau untuk jangka waktu yang sangat singkat terkadang
menjalankannya 5 diatas 5 atau untuk jangka waktu yang sangat singkat.Pasien
bernapas secara spontan; dengan tambahan inspirasi melalui susunan tekanan
positif sebelumnya dari ventilator. (Laura A. Talbot, 2012) .

D. Indikasi Pemasangan Ventilasi Mekanik


Ada beberapa indikasi untuk pemasangan ventilasi mekanik, yaitu:
1. Ketika ventilasi non invasif gagal meningkatkan oksigenasi atau ventilasi.
Ventilasi mekanik didasarkan pada kemampuan pasien sendiri untuk
memberikan oksigen secara efektif. Pada dasarnya mereka mengalami
hipoksemia/ hiperkapnia, gagal napas atau keduanya.
2. Gangguan fisiologis dasar
a) Apneu: terindikasi neurologis/neuromuskular dengan GCS < 8 dan
melalukan intubasi jika pasien tidak sadarkan diri
b) Ketidakstabilan hemodinamik/Kolaps Kardiovaskular
c) Kegagalan ventilasi akut: Pasien yang mengalami kegagalan ventilasi akut
disebut hiperkapnia dimana keadaan PaCo2 > 50mmHg atau disebut
asidosis respiratorik dengan Ph < 7,25 atau bisa dilihat dari peningkatan
Co2 karena adanya asidosis tesebut.
d) Kegagalan ventilasi yang akan datang: Pasien yang mengalami kegagalan
ventilasi dilakukan intubasi jika keadaan pasien terus menurun, dan AGD
mengalami penururunan sehingga terjadi peningkatan kerja pernapasan.
e) Kegagalan Hipoksemia refrakter: Pasien yang mengalami kegagalan
hipoksemia refrakter melakukan intubasi jika PaO2 < 60mmHg atau P/F
rasio <300.
f) Kelemahan Otot Pernapasan: Pasien yang mengalami kelemahan otot
pernapasan melakukan intubasi, karena kelamahan otot ini bisa
menyebabkan PaCo2 meningkat dapat dilihat dari volume <5
mililiter/kilogram dan normalnya 5-7 mililiter/kilogram dengan tingkat
pernapasan yang < 10 atau > 35.
g) Obstruksi

E. Prinsip Dasar Ventilasi Mekanik


Prinsip dasar ventilasi mekanik, ada 5 diantaranya:
1. Kita bisa ambil alih sebagian atau sepenuhnya vantilasi pada pasien.
2. Ventilasi hanya alat pendukung untuk memecahkan masalah yang
mendasari pasien, bukan obat. Ventilasi tidak akan sangat membantu
melainkan memberi mereka waktu untuk bertahan sampai mereka dapat
pulih dari maslah ini.
3. Support terbagi menjadi 2:
a) Ventilasi Invasife, membutuhkan intubasi dengan tabung ET /
trakeostomi
b) Ventilasi Non Invasife
4. Ventilasi terdiri dari 2 kategori utama, diantaranya:
a) Tekanan Negative
Jarang ada yang bisa mengelola gagal napas akut di Rumah Sakit. Tetapi
memberikan pemahaman tentang bagaimana prinsip ini bekerja. Untuk
membantu menjelaskan perbedaan dari keduanya saya gambarkan pasien
yang memiliki shell di sekitar dada pasien dan cangkang yang
sebenarnya menciptakan tekanan negativ di luar tubuh pasien yang
menurunkan tekanan ekstra toraks dan menyebabkan masuknya udara ke
paru-paru pasien
b) Tekanan Positive
Ventilasi yang akan memberikan tekanan ke paru-paru pasien selama
inspirasi dan udara yang masuk menyebabkan paru-paru mengembang
disana.risiko yang terkait dengan metode ini dan benar-benar semua
bentuk ventilasi mekanik yang digunakan semacam varian ventilasi
bertekanan positif.
1. Manfaat Terapeutik pada ventilasi ada 3, diantaranya:
a) Jaminan pengiriman O2 yang tinggi
b) Memberikan tekanan positive dengan menurunkan shunting
intrapulmonal, contoh: atelektasis, ARDS (Acute Respiratory
Distress Syndrome), pneumonia, edema paru yang memiliki tekanan
positive untuk menjaga alveoli tetap terbuka dan memberi tekanan
pada cairan dan hal-hal yang mungkin ada dalam alveoli tersebut
untuk mencoba dan membuka mereka yang juga akan bermanfaat
c) Menyediakan WOB (Work Of Breathing)
d) Cara kerja ventilator
Pertama dan yang terpenting adalah kita memiliki sirkuit tertutup
yang terpasang untuk pasien. Jalan napas buatan kami pertahankan
sirkuit tertutup ini dan memastikan bahwa kami mendapat
pengiriman gas yang kami inginkan sebaik mungkin untuk
mencegah komplikasi, contohnya pneumonia ventilasi.
Dasar dari ventilasi pada saat inspirasi kita akan mendapatkan gas
yang berasal dari diri kita sendiri, melampiaskan dan turun ke
dalam apa yang kita sebut HME (Heat and Moisture Exchanger)
alat yang digunakan pada pasien ventilasi mekanik yang panas dan
lembab untuk mencegah komplikasi akibat pengeringan mukosa
pernapasan seperti sumbatan lendir dan oklusi tabung endotrakeal
yang panas dan lembab.
F. Komplikasi
1. Kompromi hemodinamik
Perubahan tekanan intratoraks normal dibandingkan dengan yang bernapas
spontan internal dengan rentang -8 cm air pada inspirasi dan ditambah 5 cm
pada pernafasan dan saat penurunan inspirasi yang benar-benar memfasilitasi
ekspansi paru-paru dan aliran darah vena dan sebagainya. Menurunnya
tekanan ini akan mengurangi tekanan pada vena kembali ke jantung yang
memungkinkan darah kembali lebih banyak. Tekanan positif sama dengan
tekanan yang lebih tinggi. Saat meningkatnya inspirasi maka menurunnya
aliran balik vena yang akan menyebabkan penurunan curah jantung.
Penurunan curah jantung bisa signifikan mengarah ke hal-hal seperti
peningkatan detak jantung, penurunan tekanan darah dan penurunan perfusi
yang merupakan respon kardiovaskular. PEEP (Positive end-expiratory
pressure) meninggi akan menyebabkan penurunan status kardiovaskular yang
meningkatkan preload atau menyesuaikan pengaturan ventilator.
2. VAP
Pneumonia terkait ventilator (VAP)
Ini adalah komplikasi yang akan dialami pasien saat masuk RS dalam
perawatan yang memiliki peningkatan morbiditas dan kematian.
Beberapa tips untuk mencegah hal ini:
a. Meninggikan tempat tidur 30 – 45o untuk membantu mencegah aspirasi
b. Pengisapan subglotic terutama sebelum manset mengempis dari tabung
ET
c. Memastikan dan menjaga tekanan manset tabung ET
d. Memastikan bahwa kami memiliki protokol perawatan mulut setiap 2-4
jam
e. Chlorexidine gluconat harian
f. Obat penenang harian dan menilai kesiapan pasien untuk melakukan
extubasi
g. Memastikan bahwa perawat memberikan nutrisi yang tepat untuk pasien
serta sering menilai penempatan selang makanan itu
h. Yang paling mendasar adalah menjaga kebersihan tangan dan
meminimalkan sirkuit terputus
3. Barotrauma dan Volutrauma
Barotrauma adalah kerusakan paru-paru dimana alveolar mengalami ruptur
yang disebabkan oleh tekanan yang berlebihan atau distensi yang berlebihan.
KOndisi pecahnya alveoli ini bisa menyebabkan terjadinya kondisi seperti
pneumothorax, pnumomediastinum, pnumoperitoneum, emfisema subkutan
dan akibatnya pneumo dapat berkembang menjadi ketegangan dan akhirnya
menyebabkan kolaps kardiovaskuler pada pasien. Kondisi ini harus dicegah
dengan menhindari peningkatan heart rate atau takikardia, mengawasi PEEP,
menghindari peningkatan tekanan pada jalan napas.
Volutrauma adalah kondisi dimana pasien mengalami ruptur pada alveolar
yang cukup tinggi keparahannya. Meningkatnya tekanan pada saat besarnya
volume ventilasi dan disertasi ARDS atau sindrom gawat napas akut
menyebabkan kerusakan alveolar sehingga terjadi ruptur disertai adanya
cairan. Ini yang mbedakan pecahannya tidaksam dengan barotrauma. Dan
upaya mencegahnya dapat dilakukan dengan mengatur volume tidal yang
lebih kecil.
4. Kerusakan pada ventilator
Hal ini terjadi karena adanya kerusakan pada peralatan ventilatornya sehingga
menyebabkan beberapa komplikasi pada pasien. Biasannya kejadian ini
disebabkan oleh pengaturan selama penggunaan yang tidak sesuasi. Oleh
sebab itu, pastikan alarm sudah terpasang. Jika masalah muncul, bisa segera
dialihkan pada ventilasi mekanik sacara manual yang dengan ambu bag
sampai masalah teratasi.

G. Tujuan Perawatan Bagi Pasien Yang Diberi Ventilasi Mekanik


Hal yang perlu kita lakukan untuk mengatasi kegagalan napas yang dialami
pasien, sebagai berikut.
1. Lindungi paru-paru pasien dari cedera iatrogenik sehingga kita tidak
membuat atau menambah kerusakan pada paru-paru pasien
2. Cepat dan tanggap dalam menangani gangguan gagal napas
3. Memberikan nutrisi sesuai yang dibutuhkan pasien
4. Segera lakukan mobilisasi pada saat pasien pulih. Hal ini dilakukan untuk
menilai kesiapan mereka untuk ekstubasi setiap hari.
5. Bersabar, karena pada kondisi pasien pada saaat terpasang ventilator
akan memakan waktu hingga kondisi pulih.
6. Dukungan jangka panjang sangat diperlukan terutama pada pasien yang
terpasang trakheostomi
7. Dan yang terakhir ingatlah bahwa pasien adalah manusia lain seperti diri
kita.
REFERENSI

Andika Mahendra. 2019. Apa itu Ventilator?? Tersedia [online]: https://www.yout


ube.com/watch?v=X9rEZ6NABFM&feature=youtu.be
Arifin. (2019). Mode dan Setting Dasar Ventilator. Prinsip Dasar Ventilasi
Mekanik.
Galo, H. &. (2010). Keperawatan Kritis (Monica Ester (ed.); 6th ed.). EGC.
ICU Advantadge. 2020. What is Mechanical Ventilation? - Ventilators EXPL
AINE
D Tersedia[online]: https://www.youtube.com/watch?v=40Shfx1 QqTc
ICU Advantadge. 2020. Basic Vent Modes MADE EASY - Ventilator Settings Re
viewed Tersedia[online]: https://www.youtube.com/watch?v=E5uLM41UR
mE
Kamayani, made O. A. (2016). Asuhan keperawatan pasien dengan ventilasi
mekanik. Udayana University, 1–17.
Kasiani. (2014). Prosedur Praktik Keperawatan Jilid 1. Salemba Media0, 71(10),
733–736.
Laura A. Talbot, M. M. M. (2012). Pengkajian Keperawatan Kritis (A.
Maryunani (ed.)). EGC.
Novrina, R. (2015). Jurnal Perawat. 1–5.

Anda mungkin juga menyukai