Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN HASIL KEGIATAN TOURING

RUANG ICU (INTENSIVE CARE UNIT) SMC RS TELOGOREJO


SEMARANG

Oleh :

Aola Isnadiya

(114010)

PROGRAM STUDI S.1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO
SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ruang Perawatan Intensif atau Intensive Care Unit (ICU) adalah bagian dari
bangunan rumah sakit dengan kategori pelayanan kritis, selain instalasi bedah dan
instalasi gawat darurat. Pelayanan kesehatan kritis diberikan kepada pasien yang
sedang mengalami keadaan penyakit yang kritis selama masa kedaruratan medis
dan masa krisis (Depkes RI 2012).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU
di rumah sakit, ICU digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan observasi,
perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau
penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa
dengan prognosis dubia yang diharapkan masih reversible (Kemenkes RI, 2010).

Pelayanan intensif adalah pelayanan spesialis untuk pasien yang sedang


mengalami keadaan yang mengancam jiwanya dan membutuhkan pelayanan yang
komprehensif dan pemantauan terus-menerus serta membutuhkan alat yang
spesifik. Salah satu alat yang lazim berada di rusng ICU adalah ventilator
mekanik.Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif
atau negatif yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan nafas pasien
sehingga mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka
waktu lama. (Pranggono, 2011, ¶6)

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari laporan touring ruang ICU ini adalah:
1. Apakah pengertian ICU?
2. Apa pengertian ventilator mekanik?
3. Apa saja bagian dari ventilator mekanik?
4. Apa saja mode ventilator mekanik?
5. Bagaimana setting dari ventilator mekanik?
6. Bagaimana sirkuit ventilator mekanik?
7. Bagaimana cara monitoring ventilator mekanik?
8. Bagaimana cara melakukan weaning ventilator mekanik?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Adapun tujuan dari disusunnya laporan touring ini adalah untuk memberikan
gambaran tentang ruang ICU dan macam-macam alat yang terdapat di ruang
ICU di SMC RS Telogorejo semarang.

2. Tujuan khusus
Mengetahui dan memahami tentang:
a. Pengertian ICU?
b. Pengertian ventilator mekanik?
c. Bagian dari ventilator mekanik?
d. Mode ventilator mekanik?
e. Setting dari ventilator mekanik?
f. Sirkuit ventilator mekanik?
g. Cara monitoring ventilator mekanik?
h. Cara melakukan weaning ventilator mekanik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian ICU
Ruang Perawatan Intensif atau Intensive Care Unit (ICU) adalah bagian dari
bangunan rumah sakit dengan kategori pelayanan kritis, selain instalasi bedah dan
instalasi gawat darurat Pelayanan kesehatan kritis diberikan kepada pasien yang
sedang mengalami keadaan penyakit yang kritis selama masa kedaruratan medis
dan masa krisis (Depkes RI 2012). Salah satu peralatan dasar yang terdapat di
ruang ICU adalah ventilator mekanik.

B. Pengertian Ventilator Mekanik


Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif atau
negatif yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan nafas pasien
sehingga mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka
waktu lama. Tujuan pemasangan ventilator mekanik adalah untuk
mempertahankan ventilasi alveolar secara optimal dalam rangka memenuhi
kebutuhan metabolik, memperbaiki hipoksemia, dan memaksimalkan transpor
oksigen (Pranggono, 2011, ¶6).

C. Bagian Ventilator Mekanik


Kusuma & Atmajaya (2015, ¶8) menyebutkan bahwa bagian dari ventilator
adalah sebagai berikut:
1. Udara Tekan (Air Compress) dan Oksigen Sebagai sumber gas dari ventilator,
bisa menggunakkan Tabung dan Kompressor Medis ataupun Gas Medis pada
Wall Outlet. Dengan standart tekanan 2-10 bar.
2. Humidifier (sebagai pelembab udara yang masuk ke pasien)
3. Circuit Patient (Neonatus/Pediatric dan Adult).
4. Test Slang (Bag untuk coba sebelum ke pasien).
5. Nebulizer (Optional untuk pasien tertentu).
Sedangkan bagian yang terdapat dari unit yaitu:
1. Water trap dan bakteri filter gas Supply
2. Bakteri Filter inhalation (Inspirasi dan Expirasi)
3. Battery unit backup Power Supply
4. Audible Sound/Alarm indikator.
5. Grafik display dengan monitor atau Pressure Graph
6. O2 cell dan Exhalasi Flow sensor.
7. Exhalasi Valve Adapter (Inspirasi/Expirasi)
8. Heater pada Exhalasi
9. Standart Mode (Circuit cek,O2 dan Flow sensor calibrate,self test).

D. Mode Ventilator
Pranggono (2011, ¶9) menyebutkan bahwa mode ventilator adalah sebagai
berikut:
1. Controlled Minute Ventilation (CMV)
Mode ventilasi ini sangat mirip dengan mode yang dipakai diruang operasi
dimana laju nafas dan volume tidal ditentukan oleh klinisi. CMV digunakan
bila nafas spontan tidak ada atau minimal, misalnya pada penderita dengan
hipoksia yang berat.
2. Pressure Controlled Ventilation (PCV)
Klinisi mengatur laju nafas dan rasio inspirasi dan ekspirasi. PCV digunakan
untuk melimitasi tekanan pada jalan nafas pada paru-paru dengan komplians
yang rendah atau resistensi yang tinggi untuk mencegah risiko barotrauma.
Dengan demikian akan diperoleh volume tidal dan minute volume yang
bervariasi sesuai dengan perubahan komplians dan resistensi.

3. Assist-Control Ventilation (ACV)


Bila penderita sudah mempunyai nafas spontan maka CMV atau PCV akan
menjadl ACV. Pada saat ini berisiko untuk terjadinya hiperventilasi.
Synchronised intermittent mandatory ventilation (SIMV) Bila ada upaya
nafas, maka mesin ventilator akan memberikan volume tidal, atau jika tak ada
upaya nafas maka mesin ventilator akan memberikan laju nafas. Dengan
demikian minute volume akan selalu terjamin keberadaannya. Selanjutnya
setiap nafas spontan tidak dibantu lagi, akan tetapi sirkuit akan mengalirkan
oksigen.
Pada SIMV, pengaturan volume tidal disesuaikan dg usaha nafas spontan
penderita atau jika tdk ada nafas spontan volume tidal yg dikeluarkan oleh
ventilator akan disesuaikan dengan nengaturan frekwensi nafas (preset
rate).sehingga volume minimal terpenuhi. Bila pasien bernafas spontan maka
bantuan ventilator untuk memberikan volume tidal tidak ada, akan tetapi
mesin akan tetap mengalirkan oksigen. Dengan demikian dapat dihasilkan
volume semenit yang lebih tinggi. SIMV digunakan untuk menyapih pasien
dari CMV dengan mengurangi secara bertahap frekwensi nafas sehingga
merangsang ventilasi spontan. Pressure support dapat ditambahkan pada
penderita yang sudah bernafas spontan.
4. Ventilasi dengan rasio terbalik (Inverse ratio ventilation)
Siklus respirasi adalah satuan waktu yang diperlukan untuk memasukkan dan
mengeluarkan udara pada setiap tarikan nafas yang dihasilkan oleh ventilator.
Siklus ini dibagi menjadi waktu inspirasi dan ekspirasi .Rasio inspirasi dan
ekspirasi yang normal adalah 1:2-3.Pemanjangan relatif waktu inspirasi
(invers rasio ventilasi) sering digunakan untuk memperbaiki pertukaran gas
pada pasen dengan oksigenasi kurang. Umumnya dipakai ratio 1:1. Cara ini
digunakan baik pada mode pressure control maupun volume control
ventilation.

5. Pressure Support (PS)


Pada keadaan ini terdapat nafas spontan pasien dan tidak ada pengaturan
frekuensi nafas. Ventilator akan memberikan tekanan positif pada jalan nafas
sebagai respon terhadap upaya pernafasan. Volume tidal bervariasi sesuai
dengan komplain rongga dada dan resistensi jalan nafas . Biasanya dimulai
dengan tekanan 20-30 cm H2O dan diturunkan bila gerakan respirasi pasen
membaik. Kadang dapat dikombinasikan dengan SIMV untuk membantu
frekuensi pernafasan spontan. Sesuai dengan usaha inspirasi pasen, maka
ventilator akan memberikan bantuan tekanan inspirasi. Volume assured
pressure support adalah suatu modifikasi alternatif dimana ventilator secara
otomatis dapat mpngatur tekanan inspirasi yang harus diberikan untuk
mencapai tidal volume minimal yang diinginkan.
6. Positive End Expiratory Pressure (PEEP) dan Continous Positive Airway
Pressure (CPAP)
Pada mode ini tekanan jalan nafas dibuat selalu lebih tinggi dari based line
baik pada saat ventilasi mekanik (PEEP) maupun saat ventilasi spontan
(CPAP). Dengan cara ini oksigenasi dan pergerakan nafas dinding dada akan
tetap baik karena volume alveolus pada akhir expirasi tetap dipertahankan.
Hal ini akan memperbaiki volume paru yang tadinya berkurang pada saat
akhir expirasi menjadi normal kembali.

E. Setting Ventilator
Sundana, K. (2014, hlm. 73) menyebutkan bahwa hal yang paling penting dalam
setting ventilator yaitu memahami jenis ventilator yang digunakan karena ada
beberapa produk menggunakan setting yang berbeda.
Cara setting ventilator:
1. Frekuensi pernafasan permenit
2. Besarnya volume tidal (VCMV)/tekanan atau pressure (PCMV)
3. Perbandingan antara waktu inspirasi dan waktu ekspirasi
4. FiO2
Fraksi oksigen yang dihirup (FiO2) adalah persentase oksigen yang
dihantarkan dengan range antara 21%-100% untuk mengoptimalkan
pertukaran gas pada pasien. Fraksi dituliskan dalam bentuk decimal.
Efek FiO2 dapat ditingkatkan dengan manipulasi volume per menit dan PEEP.
5. PEEP (positive end expiratory pressure)
Adalah tekanan positif akhir ekspirasi yang digunakan untuk mempertahankan
tekanan paru positif pada akhir ekspirasi untuk mencegah terjadinya kolaps
paru dan meningkatkan pertukaran gas dalam alveoli. Nilai PEEP biasanya
antara 5-15 mmHg, maksimal 12 untuk anak.
6. I:E (Inspirasi : ekspirasi)
Merupakan ratio Perbandingan antara waktu inspirasi dan ekspirasi. Nilai
normalnya yaitu 1:2
7. Volume Tidal/ Tidal Volume
Merupakan jumlah udara yang keluar masuk paru dalam satu kali nafas, atau
sama dengan jumlah udara yang diberikan ventilator dalam satu kali nafas.
Nilai normal 10 –15 ml per kgBB untuk dewasa dan 6-8 ml per kgBB untuk
anak
8. Minute Volume
Merupakan jumlah udara yang keluar masuk dalam satu menit, atau jumlah
udara yang diberikan ventilator dalam satu menit. Nilainya = volume tidal x
RR
9. Pressure atau Volume Limit
Batas atas tekanan atau volume yang diberikan pada pasien. Volume limit
yang terlalu tinggi dapat berakibat trauma paru.

Pada klien dewasa, frekuensi ventilator diatur antara 12-15 x / menit. Tidal
volume istirahat 7 ml / kg BB, dengan ventilasi mekanik tidal volume yang
digunakan adalah 10-15 ml / kg BB. Untuk mengkompensasi dead space dan
untuk meminimalkan atelektase. Jumlah oksigen ditentukan berdasarkan
perubahan persentasi oksigen dalam gas. Karena resiko keracunan oksigen dan
fibrosis pulmonal maka FiO2 diatur dengan level rendah. PO2 dan saturasi
oksigen arteri digunakan untuk menentukan konsentrasi oksigen. PEEP digunakan
untuk mencegah kolaps alveoli dan untuk meningkatkan difusi alveoli-kapiler.

Macam-macam setting ventilator, (Pranggono, 2011,¶19). menurut sifatnya dibagi


menjadi 3 yaitu:
1. Volume Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang
ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada
komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
2. Pressure Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator tipe ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan.
Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang
ditentukan. Pada titik trkanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi
dengan pasof. Kerugian pada tipe ini bila ada perubahan complain paru, maka
volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang status
parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan.
3. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator tipe ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu
ekspirasi atau waktu ekspirasi yang ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan
oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah nafas permenit) normal ratio I : E
(inspirasi : ekspirasi) adalah 1:2.

F. Sirkuit Ventilator
Dalam Sudana, K (2014, hlm. 157) Humidifier yang terletak pada bagian
inspiratory sirkuit dibutuhkan untuk dua alasan. Pertama, adanya artificial airway
memungkinkan udara memasuki paru-paru tanpa harus melalui proses
pelembaban udara pada jalan napas atas yang normal. Kedua, aliran gas yang
cepat dan volume yang besar yang diberikan melalui ventilator mekanik
memerlukan alat pelembab untuk menghindari kekeringan membrane dalam paru.
Tekanan dalam tubing circuit harus dipantau agar tidak terlalu tinggi atau terlalu
rendah. Tekanan airway secara dinamik akan ditampilkan pada kontrol panel
ventilator.

Tubing circuit pada ventilator tradisional dilengkapi dengan cup pengumpul air
untuk mencegah penyumbatan oleh gas lembab yang mengalami kondensasi.
Akan tetapi sekarang ini pada umumnya digunakan kawat panas yang berjalan
pada bagian ekspirator dan bagian inspiratory sirkuit. Kawat-kawat tersebut akan
mempertahankan suhu gas agar agar sama dengan atau mendekati suhu tubuh
sehingga menurunkan kondensasi gas yang lembab dan mencegah terbentuknya
air. Obat-obatan tertentu misalnya bronkodilator atau steroid juga dapat dialirkan
ke paru-paru melalui alat pembentuk aerosol yang terletak pada bagian inspiratory
sirkuit. Tubing sirkuit pada ventilator dipertahankan agar rangkaiannya tetap
tertutup sehingga ventilasi dan oksigenasi pasien tidak terputus-putus dan juga
untuk mencegah pneumonia nosokomial.

G. Monitoring Ventilator
Menurut Sundana, K. (2014, hlm. 158) monitoring pasien yang menggunakan
ventilator meliputi:
1. Periksa analisa gas darah tiap 6 jam, kecuali ada perubahan seting, analisa gas
darah diperiksa 20 menit setelah ada perubahan seting.
Nilai standar : PCO2 = 35 – 45 mmHg
Saturasi O2 = 96 – 97 %
PaO2 = 80 – 100 mmHg
Bila PaO2 lebih dari 100 mmHg, maka FiO2 diturunkan bertahap 10 %.
Bila PCO2 lebih besar dari 45 mmHg, maka M.V dinaikkan.
Bila PCO2 lebih kecil dari 35 mmHg, maka M.V diturunkan.
2. Buat foto torax setiap hari untuk melihat perkembangan klinis, letak ETT dan
komplikasi yang terjadi akibat pemasangan Ventilator.
3. Observasi keadaan kardiovaskuler pasien : denyut jantung, tekanan darah,
sianosis, temperatur.
4. Auskultasi paru untuk mengetahui :
a. letak tube
b. perkembangan paru-paru yang simetris
c. panjang tube
5. Periksa keseimbangan cairan setiap hari
6. Periksa elektrolit setiap hari
7. “Air Way Pressure” tidak boleh lebih dari 40 mmHg
8. “Expired Minute Volume” diperiksa tiap 2 jam
9. Usahakan selang nasogastrik tetap berfungsi
10. Perhatikan ada tidaknya “tension pneumothorax” dengan melihat tanda-tanda
sebagai berikut :
a. Gelisah, kesadaran menurun
b. Sianosis
c. Distensi vena leher
d. Trachea terdorong menjauh lokasi “tension pneumothorax”
e. Salah satu dinding torak jadi mengembang
f. Pada perkusi terdapat timpani.

H. Weaning Ventilator
Asih dan Effendy (2008, hlm. 153) menuliskan beberapa hal tentang penyapihan
ventilator. Penyapihan dari ventilator mekanik dapat didefinisikan sebagai proses
pelepasan ventilator baik secara langsung maupun bertahap. Tindakan ini
biasanya mengandung dua hal yang terpisah tapi memiliki hubungan erat yaitu
pemutusan ventilator dan pelepasan jalan nafas buatan.

Indikasi penyapihan ventilator:


No. Kriteria
1. Proses penyakit yang menyebabkan pasien membutuhkan ventilator
mekanik sudah tertangani
2. PaO2/FiO2> 200
PEEP < 5
FiO2< 0,5
pH > 7,25
Hb > 8 g%
3. Pasien sadar, dan afebril (suhu tubuh normal)
4. Fungsi jantung stabil:
-HR < 140/min
-Tidak terdapat iskemi otot jantung (myokardial Ischemia)
-Bebas dari obat-obatan vasopresor atau hanya menggunakan obatobatan
inotropik dosis rendah
5. Fungsi paru stabil:
- Kapasitas vital 10-15 cc/kg
- Volume tidal 4-5 cc/kg
- Ventilasi menit 6-10l
- Frekuensi < 20 permenit
6. Kondisi selang ET/TT:
- Posisi diatas karina pada foto Rontgen
- Ukuran : diameter 8,5 mm
7. Terbebas dari asidosis respiratorik
8. Nutrisi :
- Kalori perhari 2000-2500 kal
- Waktu : 1 jam sebelum makan
9. Jalan Nafas :
- Sekresi : antibiotik bila terjadi perubahan warna, penghisapan (suction)
- Bronkospasme : kontrol dengan Beta Adrenergik, Tiofilin atau Steroid
- Posisi : duduk, semifowler
10. Obat-obatan :
- Agen sedatif : dihentikan lebih dari 24 jam
- Agen paralisis: dihentikan lebih dari 24 jam
11. Psikologi pasien:
- Mempersiapkan kondisi emosi/psikologi pasien untuk tindakan
penyapihan
BAB III
KEGIATAN TOURING

A. Jadwal Kegiatan
Touring di ruang Intensive Care Unit (ICU) dilakukan pada hari Senin, tanggal 25
September 2017 pukul 08.00-10.00 WIB dengan rangkaian jadwal sebagai berikut:
Jam Kegiatan
08.00 WIB Datang ke Ruang ICU SMC RS Telogorejo Semarang
08.10 WIB Melihat keseluruhan ruangan intensive (ICU, PICU)
Dipandu dan dijelaskan masing-masing ruang intensive (ICU,
08.20 WIB
PICU) beserta alat yang terdapat didalamnya
Terdapat alarm Code Blue dan ada pasien yang mengalami gagal
08.45 WIB
nafas di ruang ICU
Memperhatikan proses persiapan alat intubasi dan melihat macam-
08.45 WIB
macam alat yang diperlukan untuk intubasi
Memperhatikan proses pemasangan ETT dan pemberian bantuan
09.00 WIB
nafas menggunakan ambu bag
Memperhatikan proses persiapan ventilator (pemasangan selang
09.15 WIB
inspirasi dan ekspirasi serta cara melakukan kalibrasi mesin)
Memperhatikan proses setting ventilator dan pemilihan mode
09.30 WIB
ventilator
09.40 WIB Dipersilahkan untuk dokumentasi ruangan dan alat di ruang ICU
09.50 WIB Ditunjukkan ruangan NICU beserta alat yang terdapat didalamnya
10.00 WIB Selesai touring ruang intensive (ICU, NICU, PICU)
Dokumentasi

Gambaran monitor
mesin ventilator

Selang ekspirasi

Selang inspirasi

Humidifier

Bedsite monitor yang


terdapat di dekat
pasien

Bedsite monitor ini dapat


memberikan gambaran
frekuensi nadi, frekuensi
nafas, Tekanan darah, Suhu
tubuh dan CVP pada pasien
Alat pengukur CVP
secara otomatis

Infused pump yang


digunakan untuk
mengatur tetesan infus

Syringe pump yg
digunakan untuk
memberikan obat sesuai
dosis cc/jam
DAFTAR PUSTAKA

Asih, N G Y dan Effendy, C. (2008). Keperawatan medikal bedah: klien dengan


gangguan sistem pernafasan. Jakarta: EGC.

Kusuma, P W B dan Atmajaya, I N K. (2015). Penyapihan ventilasi mekanik: http://


download.portalgaruda.org/article.php?
article=151062&val=970&title=SEPARATION%20OF%20MECHANICAL
%20VENTILATION. Bagian/SMF Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/ RSUP Sanglah Denpasar. Diunduh tanggal 29 September 2017.

Pranggono, E H. (2014). Ventilasi mekanik. http://repository.unpad.ac.id/8382/1/


ventilasi_mekanik.pdf. Diunduh tanggal 28 September 2017.

Sundana, K. (2014). Ventilator:pendekatan praktis di unit perawatan kritis. Bandung:


Penerbit CICU.

Anda mungkin juga menyukai