Anda di halaman 1dari 21

A.

Pengertian

Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan
nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan
nafas buatanadalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses
ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi ( Brunner dan Suddarth, 2002).

Beberapa keadaan seperti asidosis dan alkalosis membuat keadaan tubuh membuat
kompensasi dengan berbagai cara untuk menyeimbangkan keadaan PH darah mendekati
normal 7,35-7,45 dan kadar PO2 dalam darah mendekati 80-100 mmHg. Kompensai dapat
berupa hyperventilasi jika keadaan hipoksemia, atau pemenjangan waktu ekspirasi jika terjadi
hyperkarbia (peningkatan kadar CO2 dalam darah). Tetapi kompensasi alamiah tidak
sepenuhnya dapat mengembalikan kadar asam basa dalam darah menjadi normal, tetapi dapat
mengakibatkan kelelahan otot-otot nafas dan pasien pada akhirnya menjadi hipoventilasio
dan terjadi apneu.

Ventilator memberikan bantuan dengan mengambil alih pernafasan pasien yang dapat di set
menjadi mode bantuan sepenuhnya atau bantuan sebagian. Mode Bantuan sepenuhnya
diantaranya VC (Volume Control) PC (Pressure Control), CMV (Control Minute Volume).

B. Tujuan Pemasangan Ventilator Mekanik

Ada beberapa tujuan pemasangan ventilator mekanik, yaitu:

1. Mengurangi kerja pernapasan

2. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien

3. Pemberian MV yang akurat

4. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi

5. Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat

C. Indikasi Pemasangan Ventilator Mekanik

1. Pasien dengan gagal nafas.

Pasien dengan distres pernafasan gagal nafas, henti nafas (apnu) maupun hipoksemia yang
tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilasi mekanik. Idealnya
pasien telah mendapat intubasi dan pemasangan ventilasi mekanik sebelum terjadi gagal
nafas yang sebenarnya. Distres pernafasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan atau
oksigenasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan paru (seperti pada pneumonia) maupun karena
kelemahan otot pernafasan dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
2. Insufisiensi jantung.

Tidak semua pasien dengan ventilasi mekanik memiliki kelainan pernafasan primer. Pada
pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah pada sistem
pernafasan (sebagai akibat peningkatan kerja nafas dan konsumsi oksigen) dapat
mengakibatkan jantung kolaps. Pemberian ventilasi mekanik untuk mengurangi beban kerja
sistem pernafasan sehingga beban kerja jantung juga berkurang.

3. Disfungsi neurologist

Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresiko mengalami apnu berulang juga
mendapatkan ventilasi mekanik. Selain itu ventilasi mekanik juga berfungsi untuk menjaga
jalan nafas pasien serta memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien dengan
peningkatan tekanan intra cranial.

4. Tindakan operasi

Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat terbantu
dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi akibat pengaruh
obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilasi mekanik.

D. Klasifikasi

Ventilator mekanik dibedakan atas beberapa klasifikasi, yaitu:

1. Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung


ventilasi, dua kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan tekanan positif.

a. Ventilator Tekanan Negatif

Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal. Dengan
mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara mengalir ke dalam
paru-paru sehingga memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal
nafas kronik yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi
muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis. Saat ini sudah jarang di
pergunakan lagi karena tidak bias melawan resistensi dan conplience paru, disamping itu
ventla tor tekanan negative ini digunakan pada awal awal penggunaan ventilator.

b. Ventilator Tekanan Positif

Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan tekanan positif


pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi.
Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini
secara luas digunakan pada klien dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator
tekanan positif yaitu tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume bersiklus.
2. Berdasarkan mekanisme kerjanya ventilator mekanik tekanan positif dapat dibagi
menjadi empat jenis yaitu : Volume Cycled, Pressure Cycled, Time Cycled, Flow Cycle.

a. Volume Cycled Ventilator.

Volume cycled merupakan jenis ventilator yang paling sering digunakan di ruangan unit
perawatan kritis. Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan.
Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap
memberikan volume tidal yang konsisten. Jenis ventilator ini banyak digunakan bagi pasien
dewasa dengan gangguan paru secara umum. Akan tetapi jenis ini tidak dianjurkan bagi
pasien dengan gangguan pernapasan yang diakibatkan penyempitan lapang paru (atelektasis,
edema paru). Hal ini dikarenakan pada volume cycled pemberian tekanan pada paru-paru
tidak terkontrol, sehingga dikhawatirkan jika tekanannya berlebih maka akan terjadi
volutrauma. Sedangkan penggunaan pada bayi tidak dianjurkan, karena alveoli bayi masih
sangat rentan terhadap tekanan, sehingga memiliki resiko tinggi untuk terjadinya volutrauma.

b. Pressure Cycled Ventilator

Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti
bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik
tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini
bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah.
Sehingga pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak
dianjurkan, sedangkan pada pasien anak-anak atau dewasa mengalami gangguan pada luas
lapang paru (atelektasis, edema paru) jenis ini sangat dianjurkan.

c. Time Cycled Ventilator

Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu ekspirasi atau waktu
inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan
inspirasi (jumlah napas permenit). Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2.

d. Berbasis aliran (Flow Cycle)

Memberikan napas/ menghantarkan oksigen berdasarkan kecepatan aliran yang sudah diset.

E. Mode Ventilator Mekanik

Secara keseluruhan, mode ventilator terbagi menjadi 2 bagian besar yaitu mode bantuan
sepenuhnya dan mode bantuan sebagian.

1. Mode bantuan penuh terdiri dari mode volume control (VC) dan pressure control
(PC). Baik VC ataupun PC, masing-masing memenuhi target Tidal Volume (VT) sesuai
kebutuhan pasien (10-12 ml/kgBB/breath).
a. Volume Control (VC)

Pada mode ini, frekwensi nafas (f) dan jumlah tidal volume (TV) yang diberikan kepada
pasien secara total diatur oleh mesin. Mode ini digunakan jika pasien tidak sanggup lagi
memenuhi kebutuhan TV sendiri dengan frekwensi nafas normal. Karena pada setiap mode
control, jumlah nafas dan TV mutlak diatur oleh ventilator, maka pada pasien-pasien yang
sadar atau inkoopratif akan mengakibatkan benturan nafas (fighting) anatara pasien dengan
mesin ventilator saat insfirasi atau ekspirasi. Sehingga pasien harus diberikan obat-obat
sedatif dan pelumpuh otot pernafasan sampai pola nafas kembali efektif. Pemberian muscle
relaksan harus benar-benar dipertimbangkan terhadap efek merugikan berupa hipotensive.

b. Pressure Control (PC)

Jika pada mode VC, sasaran mesin adalah memenuhi kebutuhan TV atau MV melalui
pemberian volume, maka pada mode PC target mesin adalah memenuhi kebutuhan TV atau
MV melalui pemberian tekanan. Mode ini efektif digunakan pada pasien-pasien dengan kasus
edema paru akut.

2. Mode bantuan sebagian terdiri dari SIMV (Sincronous Intermitten Minute Volume),
Pressure Support (PS), atau gabungan volume dan tekanan SIMV-PS.

a. SIMV (Sincronous Intermitten Minute Volume)

Jika VC adalah bantuan penuh maka SIMV adalah bantuan sebagian dengan targetnya
volume. SIMV memberikan bantuan ketika usaha nafas spontan pasien mentriger mesin
ventilator. Tapi jika usaha nafas tidak sanggup mentriger mesin, maka ventilator akan
memberikan bantuan sesuai dengan jumlah frekwensi yang sudah diatur. Untuk memudahkan
bantuan, maka trigger dibuat mendekati standar atau dibuat lebih tinggi. Tetapi jika kekuatan
untuk mengawali inspirasi belum kuat dan frekwensi nafas terlalu cepat, pemakaian mode ini
akan mengakibatkan tingginya WOB (Work Of Breathing ) yang akan dialami pasien. Mode
ini memberikan keamanan jika terjadi apneu. Pada pasien jatuh apneu maka mesin tetap akan
memberikan frekwensi nafas sesuai dengn jumlah nafas yang di set pada mesin. Tetapi jika
keampuan inspirasi pasien belum cukup kuat, maka bias terjadi fighting antara mesin dengan
pasien. Beberapa pengaturan (setting) yang harus di buat pada mode SIMV diantaranya: TV,
MV, Frekwensi nafas, Trigger, PEEP, FiO2 dan alarm batas atas dan bawah MV.

b. Pressure Support (PS)

Jika PC merupakan bantuan penuh, maka PS merupakan mode bantuan sebagian dengan
target TV melalui pemberian tekanan. Mode ini tidak perlu mengatur frekwensi nafas mesin
karena jumlah nafas akan dibantu mesin sesuai dengan jumlah trigger yang dihasilkan dari
nafas spontan pasien. Semakin tinggi trigger yang diberikan akan semakin mudah mesin
ventilator memberikan bantuan. Demikian pula dengan IPL, semaikin tinggi IPL yang
diberikan akan semakin mudah TV pasien terpenuhi. Tapi untuk tahap weaning, pemberian
trigger yang tinggi atau IPL yang tinggi akan mengakibatkan ketergantungan pasien terhadap
mesin dan ini akan mengakibatkan kesulitan pasien untuk segera lepas dari mesin ventilator.
Beberapa pengaturan (setting) yang harus di buat pada mode VC diantaranya: IPL, Triger,
PEEP, FiO2, alarm batas atas dan bawah MV serta Upper Pressure Level. Jika pemberian IPL
sudah dapat diturunkan mendekati 6 cm H2O, dan TV atau MV yang dihasilkan sudah
terpenuhi, maka pasien dapat segera untuk diweaning ke mode CPAP (Continuous Positive
Air Way Pressure).

c. SIMV + PS

Mode ini merupakan gabungan dari mode SIMV dan mode PS. Umumnya digunakan untuk
perpindahan dari mode kontrol. Bantuan yang diberikan berupa volume dan tekanan. Jika
dengan mode ini IPL dibuat 0 cmH2O, maka sama dengan mode SIMV saja. SIMV + PS
memberikan kenyamanan pada pasien dengan kekuatan inspirasi yang masih lemah.
Beberapa pengaturan (setting) yang harus di buat pada mode VC diantaranya: TV, MV,
Frekwensi nafas, Trigger, IPL, PEEP, FiO2, alarm batas atas dan bawah dari MV serta Upper
Pressure Limit.

d. CPAP (Continous Positif Airway Pressure)Mode ini digunakan pada pasien dengan daya
inspirasi sudah cukup kuat atau jika dengan mode PS dengan IPL rendah sudah cukup
menghasilkan TV yang adekuat. Bantuan yang di berikan melalui mode ini berupa PEEP dan
FiO2 saja. Dengan demikian penggunaan mode ini cocok pada pasien yang siap ekstubasi.

F. Setting Ventilator Mekanik

Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat beberapa parameter yang


diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :

1. Frekuensi pernafasan permenit

Frekwensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator dalam satu menit.
Setting normal pada pasien dewasa adalah 10-20 x/mnt. Parameter alarm RR diseting diatas
dan dibawah nilai RR yang diset. Misalnya set RR sebesar 10x/menit, maka setingan alarm
sebaliknya diatas 12x/menit dan dibawah 8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya
hiperventilasi atau hipoventilasi.

2. Tidal volume

Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien setiap kali
bernapas. Umumnya disetting antara 8 - 10 cc/kgBB, tergantung dari compliance, resistance,
dan jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal mampu mentolerir volume tidal 10-15
cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK cukup dengan 5-8 cc/kgBB. Parameter alarm tidal
volume diseting diatas dan dibawah nilai yang kita seting. Monitoring volume tidal sangat
perlu jika pasien menggunakan time cycled.

3. Konsentrasi oksigen (FiO2)

FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang diberikan oleh ventilator
ke pasien. Konsentrasinya berkisar 21-100%. Settingan FiO2 pada awal pemasangan
ventilator direkomendasikan sebesar 100%. Untuk memenuhi kebutuhan FiO2 yang
sebenarnya, 15 menit pertama setelah pemasangan ventilator dilakukan pemeriksaan analisa
gas darah. Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut maka dapat dilakukan penghitungan FiO2
yang tepat bagi pasien.

4. Rasio inspirasi : ekspirasi

Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi

Waktu Inspirasi + Waktu Istirahat

Waktu Ekspirasi

Keterangan :

a. Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk memberikan volume tidal atau
mempertahankan tekanan.

b. Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan ekspirasi

c. Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan udara


pernapasan

d. Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai normal fisiologis
inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan fase inspirasi yang sama atau lebih
lama dibandingkan ekspirasi untuk menaikan PaO2.

5. Limit pressure / inspiration pressure

Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari ventilator volume cycled.
Tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma.

6. Flow rate/peak flow

Flow rate merupakan kecepatan ventilator dalam memberikan volume tidal pernapasan yang
telah disetting permenitnya.

7. Sensitifity/trigger

Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang diperlukan pasien dalam
memulai inspirasi dai ventilator. Pressure sensitivity memiliki nilai sensivitas antara 2 sampai
-20 cmH2O, sedangkan untuk flow sensitivity adalah antara 2-20 L/menit. Semakin tinggi
nilai pressure sentivity maka semakin mudah seseorang melakukan pernapasan. Kondisi ini
biasanya digunakan pada pasien yang diharapkan untuk memulai bernapas spontan, dimana
sensitivitas ventilator disetting -2 cmH2O. Sebaliknya semakin rendah pressure sensitivity
maka semakin susah atau berat pasien untuk bernapas spontan. Settingan ini biasanya
diterapkan pada pasien yang tidak diharapkan untuk bernaps spontan.

8. Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk mewaspadakan
perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah menandakan adanya pemutusan dari
pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya
peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dan lain-lain.
Alarm volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak
dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap.

9. Positive end respiratory pressure (PEEP)

PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli diakhir ekspirasi.
PEEP mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting untuk
meningkatkan penyerapan O2 oleh kapiler paru.

G. Kriteria Pemasangan Ventilator Mekanik

Menurut Pontopidan (2003), seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik (ventilator)
bila :

1. Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.

2. Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.

3. PaCO2 lebih dari 60 mmHg

4. AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.

5. Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.

H. Komplikasi

Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya tidak tepat
bisa, menimbulkan komplikasi seperti:

1. Pada paru

a. Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara vaskuler.

b. Atelektasis/kolaps alveoli diffuse

c. Infeksi paru

d. Keracunan oksigen

e. Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.

f. Aspirasi cairan lambung


g. Tidak berfungsinya penggunaan ventilator

h. Kerusakan jalan nafas bagian atas

2. Pada sistem kardiovaskuler

Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran balik vena akibat
meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi.

3. Pada sistem saraf pusat

a. Vasokonstriksi cerebral

Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal akibat dari
hiperventilasi.

b. Oedema cerebral

Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari hipoventilasi.

c. Peningkatan tekanan intra kranial

d. Gangguan kesadaran

e. Gangguan tidur.

4. Pada sistem gastrointestinal

a. Distensi lambung, ileus

b. Perdarahan lambung

5. Gangguan lainnya

a. Obstruksi jalan nafas

b. Hipertensi

c. Tension pneumotoraks

d. Atelektase

e. Infeksi pulmonal

f. Kelainan fungsi gastrointestinal ; dilatasi lambung, perdarahan

g. Gastrointestinal.

h. Kelainan fungsi ginjal

i. Kelainan fungsi susunan saraf pusat


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan
nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan
nafas buatanadalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses
ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi

Ada beberapa tujuan pemasangan ventilator mekanik, yaitu:

1. Mengurangi kerja pernapasan

2. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien

3. Pemberian MV yang akurat

4. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi

5. Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat

Indikasi Pemasangan Ventilator Mekanik

1. Pasien dengan gagal nafas

2. Insufisiensi jantung.

3. Disfungsi neurologist

4. Tindakan operasi

Menurut Pontopidan (2003), seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik (ventilator)
bila :

1. Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.

2. Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.

3. PaCO2 lebih dari 60 mmHg

4. AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.

5. Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB


B. Saran

Dengan dibuatnya makalah ini semoga pengetahuan masyarakat khususnya mahasiswa


tentang materi Ventilator Mekanik dapat meningkat. Dari yang belum tahu menjadi tahu, dan
dari yang sudah tahu menjadi semakin mengerti.

Dan demi kesempurnaan makalah ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi semakin lama semakin pesat dan menyentuh hampir semua
bidang kehidupan manusia. Pada akhirnya setiap individu harus mempunyai pengetahuan dan
keterampilan untuk menggunakan teknologi, agar dapat beradaptasi terhadap perkembangan
tersebut. Hal ini juga berlaku untuk profesi keperawatan, khususnya area keperawatan kritis
di ruang perawatan intensif (intensif care unit/ICU).

Di ruang perawatan kritis, pasien yang dirawat disana adalah pasien-pasien yang memerlukan
mesin-mesin yang dapat menyokong kelangsungan hidup mereka, diantaranya mesin
ventilator, monitoring, infus pump, syringe pump, dll. Dengan adanya keadaan tersebut maka
tenaga kesehatan terutama perawat yang ada di ruang perawatan kritis, seharusnya menguasai
dan mampu menggunakan teknologi yang sesuai dengan mesin-mesin tersebut, karena
perawat yang akan selalu ada di sisi pasien selama 24 jam.

Pemanfaatan teknologi di area perawatan kritis terjadi dengan dua proses yaitu transfer
dan transform teknologi dari teknologi medis menjadi teknologi keperawatan. Tranfer
teknologi adalah pengalihan teknologi yang mengacu pada tugas, peran atau penggunaan
peralatan yang sebelumnya dilakukan oleh satu kelompok profesional kepada kelompok yang
lain. Sedangkan transform (perubahan) teknologi mengacu pada penggunaan teknologi medis
menjadi bagian dari teknologi keperawatan untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang
diberikan dan hasil yang akan dicapai oleh pasien. Ventilasi mekanik yang lebih dikenal
dengat ventilator merupakan teknologi medis yang ditransfer oleh dokter kepada perawat dan
kemudian ditransform oleh keperawatan sehingga menjadi bagian dari keperawatan. Perawat
pemula yang pengetahuan dan pengalaman teknologinya masih kurang akan menganggap
ventilator sebagai beban kerja tambahan, karena mereka hanya bisa melakukan monitoring
dan merekam hasil observasi pasien. Sedangkan pada perawat yang sudah berpengalaman
akan memanfaatkan dan menggunakan ventilator sebagai bagian dari keperawatan untuk
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan kepada pasien di ruang kritis dan akan
berdampak positif terhadap profesi keperawatan.

Penguasaan terhadap teknologi akan menjadi modal bagi perawat untuk mengontrol
pekerjaannya (Alasad, 2002). Perawat sebagai ujung tombak pelayanan di rumah sakit
khususnya perawat ICU (Intensive Care Unit) perlu memiliki pemahaman dasar mengenai
penggunaan ventilator mekanik. Pemahaman yang tepat sangat membantu perawat dalam
memberikan pelayanan secara optimal.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum


Mahasiswa mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Alat
Bantu Ventilasi.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mengetahui definisi bantuan ventilasi.

b. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis bantuan ventilasi.

c. Mahasiswa mengetahui setting ventilator.

d. Mahasiswa mengetahui indikasi klien yang mendapat bantuan ventilator.

e. Mahasiswa mengetahui komplikasi klien yang terpasang ventilasi.

f. Mahasiswa mengetahui peran perawat pada klien dengan ventilator.

1.3 Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu


dengan penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari
literatur yang ada, baik di perpustakaan maupun di internet.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Teori

2.1.1 Pengertian

Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama. (Brunner dan
Suddarth, 1996).

Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses
ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. (Carpenito, Lynda Juall 2000)

Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik adalah suatu alat bantu
mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan
udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan. Ventilator mekanik merupakan
peralatan wajib pada unit perawatan intensif atau ICU. ( Corwin, Elizabeth J, 2001)

Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk menggantikan atau
menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama pemberian dukungan ventilator
mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal pertukaran udara dan memperbaiki
fungsi pernapasan kembali ke keadaan normal. (Bambang Setiyohadi, 2006)

Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif atau negative yang
menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas pasien sehingga mampu
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu lama. Tujuan
pemasangan ventilator mekanik adalah untuk mempertahankan ventilasi alveolar secara
optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan metabolic pasien, memperbaiki hipoksemia, dan
memaksimalkan transport oksigen. ( Iwan Purnawan, 2010).

2.1.2 Klasifikasi

Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator diklasifikasikan berdasarkan cara alat


tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum adalah ventilator tekanan-negatif dan
tekanan-positif.

Sampai sekarang kategori yang paling umum digunakan adalah ventilator tekanan-positif.
Ventilator tekanan-positif juga termasuk klasifikasi metoda fase inspirasi akhir (tekanan-
bersiklus, waktu-bersiklus dan volume-bersiklus).

a. Ventilator Tekanan Negatif

Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal. Dengan
mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara untuk mengalir ke
dalam paru-paru, sehingga memenuhi volumenya. Secara fisiologis, jenis ventilasi terbaru ini
serupa dengan ventilasi spontan. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas
kronik yang berhubungan dengan kondisi neurovaskular seperti poliomielitis,
distrofimuskular, sklerosis lateral amiotrofik, dan miasteniagravis. Penggunaannya tidak
sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan
ventilatori sering.

Ventilator tekanan negatif adalah alat yang mudah digunakan dan tidak membutuhkan
intubasi jalan nafas pasien. Ventilator ini digunakan paling sering untuk pasien dengan fungsi
pernafasan borderline akibat penyakit neuromuskular. Akibatnya, ventilator ini sangat baik
untuk digunakan di lingkungan rumah. Terdapat beberapa jenis ventilator tekanan negatif:
iron lung, body wrap, dan chest cuirass.

Drinker Respirator Tank (Iron Lung). Iron Lung adalah bilik tekanan negatif yang digunakan
untuk ventilasi. Alat ini pernah digunakan secara luas selama epidemik polio pada masa lalu
dan sekarang digunakan oleh pasien-pasien yang selamat dari penyakit polio dan kerusakan
neuromuskular lainnya.
Body Wrap (Pneumowrap) dan Chest Cuirass (Tortoise Shell). Kedua alat portabel ini
membutuhkan sangkar atau shell yang kaku untuk menciptakan bilik tekanan negatif disekitar
toraks dan abdomen. Karena masalah-masalah dengan ketepatan ukuran dan kebocoran
sistem, jenis ventilator ini hanya digunakan dengan hati-hati pada pasien tertentu.

b. Ventilator Tekanan Positif

Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan tekanan positif


pada jalan nafas, serupa dengan mekanisme di bawah, dan dengan demikian mendorong
alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Ekspirasi terjadi secara pasif.

Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakea atau trakeostomi. Ventilator ini secara
luas digunakan di lingkungan rumah sakit dan meningkat penggunaannya di rumah untuk
pasien dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif, yaitu:

1. Ventilator Tekanan-Bersiklus.

Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan positif yang mengakhiri inspirasi
ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan kata lain, siklus ventilator hidup, mengantarkan
aliran udara sampai tekanan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai, dan
kemudian siklus mati. Keterbatasan utama dengan ventilator jenis ini adalah bahwa volume
udara atau oksigen dapat beagam sejalan dengan perubahan tahanan atau kompliens jalan
napas pasien. Akibatnya adalah suatu ketidakkonsistensian dalam jumlah volume tidal yang
dikirimkan dan kemungkinan mengganggu ventilasi. Konsekuensinya, pada orang dewasa,
ventilator tekanan-bersiklus dimaksudkan hanya untuk penggunaan jangka pendek di ruang
pemulihan. Jenis yang paling umum dari ventilator jenis ini adalah mesin IPPB.

2. Ventilator Waktu-Bersiklus

Ventilator waktu-bersiklus mengakhiri atau mengendalikan inspirasi setelah waktu yang


ditentukan. Volume udara yang diterima pasien diatur oleh kepanjangan inspirasi dan
frekuensi aliran udara. Sebagian besar ventilator mempunyai frekuensi kontrol yang
menentukan frekuensi pernapasan, tetapi waktu-pensiklus murni jarang digunakn untuk orang
dewasa. Ventilator ini digunakan pada neonatus dan bayi.

3. Ventilator Volume-Bersiklus

Ventilator volume bersiklus sejauh ini adalah ventilator tekanan-positif yang paling banyak
digunakan sekarang. Dengan ventilator jenis ini, volume udara yang akan dikirimkan pada
setiap inspirasi telah ditentukan. Mana kala volume preset ini telah dikirimkan pada pasien,
siklus ventilator mati dan ekshalasi terjadi secara pasif. Dari satu nafas ke nafas lainnya,
volume udara yang dikirimkan oleh ventilator secara relatif konstan, sehingga memastikan
pernapasan yang konsisten, adekuat meski tekanan jalan nafas beragam.

2.1.3 Gambaran dan Pengesetan Volume Vetilator

Berbagai gambaran digunakan dalam penatalaksanaan pasien pada ventilator mekanis.


Ventilator disesuaikan sehingga pasien merasa nyaman dan dalam harmoni dengan mesin.
Perubahan yang minimal dari dinamik kardiovaskuler dan paru diharapkan. Jika volume
ventilator disesuaikan dengan tepat, kadar gas darah arteri pasien akan terpenuhi dan akan
ada sedikit atau tidak ada sama sekali gangguan kardiovaskuler.

Pengesetan awal ventilator setting :

1. Atur mesin untuk memberikan volume tidal yang dibutuhkan (10-15 ml/kg).

2. Sesuaikan mesin untuk memberikan konsentrasi oksigen terendah untuk


mempertahankan PaO2 normal (80-100 mmHg). Pengesetan ini dapat diatur tinggi dan secara
bertahap dikurangi berdasarkan pada hasil pemeriksaan gas darah arteri.

3. Catat tekanan inspiratori puncak.

4. Atur cara (bantu-kontrol atau ventilasi mandatori intermiten) dan frekuwensi sesuai
dengan program medik dokter.

5. Jika ventilator diatur pada cara bantu kontrol, sesuaikan sensivitasnya sehingga pasien
dapat merangsang ventilator dengan upaya minimal (biasanya 2 mmHg dorongan inspirasi
negatif).

6. Catat volume 1 menit dan ukur tekanan parsial karbondioksida (PCO2) dan PO2,
setelah 20 menit ventilasi mekanis kontinu.

7. Sesuaikan pengesetan (FO2 dan frekuwensi) sesuai dengan hasil pemeriksaan gas darah
arteri atau sesuai dengan yang ditentukan oleh dokter.

8. Jika pasien menjadi bingung atau agitasi atau mulai Bucking ventilator karena alasan
yang tidak jelas, kaji terhadap hipoksemia dan ventilasikan manual pada oksigen 100%
dengan bag resusitasi.

2.1.4 Indikasi Ventilasi Mekanis

Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO2), peningkatan kadar


karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis persistem (penurunan pH), maka ventilasi
mekanis kemungkinan diperlukan. Selain itu pada kondisi kondisi di bawah ini diindikasikan
menggunakan ventilator mekanis.

1) Gagal Napas

Pasien dengan distres pernapasan gagal napas (apnue) maupun hipoksemia yang
tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilator mekanik. Idealnya
pasien telah mendapat intubasi dan pemasangan ventilator mekanik sebelum terjadi gagal
napas yang sebenarnya. Distress pernapasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan atau
oksigenisasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan (seperti pada pneumonia) maupun karena
kelemahan otot pernapasan dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
2) Insufisiensi Jantung

Tidak semua pasien dengan ventilator mekanik memiliki kelainan pernapasan primer. Pada
pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah pada system
pernapasan (system pernapasan sebagai akibat peningkatana kerja napas dan konsumsi
oksigen) dapat mengakibatkan kolaps. Pemberian ventilator untuk mengurangi beban kerja
system pernapasan sehingga beban kerja jantung juga berkurang.

3) Disfungsi Neurologis

Pasien dengan GCS 8 atau kurang, beresiko mengalami apnoe berulang juga mendapatkan
ventilator mekanik. Selain itu ventilator mekanik berfungsi untuk menjaga jalan napas pasien.
Ventilator mekanik juga memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien dengan
peningkatan tekanan intra cranial.

4) Tindakan operasi

Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat


terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi akibat
pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilator mekanik.

2.1.5 Setting Ventilator

Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat beberapa parameter yang


diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :

a. Frekuensi pernafasan permenit

Frekuensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator dalam satu menit.
Setting normal pada pasien dewasa adalah 10-20 x/mnt. Parameter alarm RR diseting diatas
dan dibawah nilai RR yang diset. Misalnya set RR sebesar 10x/menit, maka setingan alarm
sebaliknya diatas 12x/menit dan dibawah 8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya
hiperventilasi atau hipoventilasi.

b. Tidal volume

Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien setiap kali
bernapas. Umumnya disetting antara 8 - 10 cc/kgBB, tergantung dari compliance, resistance,
dan jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal mampu mentolerir volume tidal 10-15
cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK cukup dengan 5-8 cc/kgBB. Parameter alarm tidal
volume diseting diatas dan dibawah nilai yang kita seting. Monitoring volume tidal sangat
perlu jika pasien menggunakan time cycled.

c. Konsentrasi oksigen (FiO2)

FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang diberikan oleh ventilator
ke pasien. Konsentrasinya berkisar 21-100%. Settingan FiO2 pada awal pemasangan
ventilator direkomendasikan sebesar 100%. Untuk memenuhi kebutuhan FiO2 yang
sebenarnya, 15 menit pertama setelah pemasangan ventilator dilakukan pemeriksaan analisa
gas darah. Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut maka dapat dilakukan penghitungan FiO2
yang tepat bagi pasien.

d. Rasio inspirasi : ekspirasi

Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi

Waktu inspirasi + waktu istirahat

Waktu ekspirasi

Keterangan :

1) Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk memberikan volume tidal
atau mempertahankan tekanan.

2) Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan ekspirasi

3) Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan udara


pernapasan

4) Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai normal fisiologis
inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan fase inspirasi yang sama atau lebih
lama dibandingkan ekspirasi untuk menaikan PaO2.

e. Limit pressure / inspiration pressure

Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari ventilator volume cycled.
Tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma.

f. Flow rate/peak flow

Flow rate merupakan kecepatan ventilator dalam memberikan volume tidal pernapasan yang
telah disetting permenitnya.

g. Sensitifity/trigger

Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang diperlukan pasien dalam
memulai inspirasi dai ventilator. Pressure sensitivity memiliki nilai sensivitas antara 2 sampai
-20 cmH2O, sedangkan untuk flow sensitivity adalah antara 2-20 L/menit. Semakin tinggi
nilai pressure sentivity maka semakin mudah seseorang melakukan pernapasan. Kondisi ini
biasanya digunakan pada pasien yang diharapkan untuk memulai bernapas spontan, dimana
sensitivitas ventilator disetting -2 cmH2O. Sebaliknya semakin rendah pressure sensitivity
maka semakin susah atau berat pasien untuk bernapas spontan. Settingan ini biasanya
diterapkan pada pasien yang tidak diharapkan untuk bernaps spontan.

h. Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk mewaspadakan
perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah menandakan adanya pemutusan dari
pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya
peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dan lain-lain.
Alarm volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak
dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap.

i. Positive end respiratory pressure (PEEP)

PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli diakhir ekspirasi.
PEEP mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting untuk
meningkatkan penyerapan O2 oleh kapiler paru.

2.1.6 Fisiologi Pernafasan Ventilasi Mekanis

Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis
berkontrkasi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara
masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif.

Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan


memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan sselama inspirasi adalah positif dan
menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga
thorax paling positif.

Efek Ventilasi mekanik

Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke jantung terhambat,
venous return menurun, maka cardiac output juga menurun. Bila kondisi penurunan respon
simpatis (misalnya karena hipovolemia, obat dan usia lanjut), maka bisa mengakibatkan
hipotensi. Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi microvaskuler akibat
tekanan positif sehingga darah yang menuju atrium kiri berkurang, akibatnya cardiac output
juga berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu bila
volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari 10-12 ml/kg BB dan tekanan lebih besar dari 40
CmH2O, tidak hanya mempengaruhi cardiac output (curah jantung) tetapi juga resiko
terjadinya pneumothorax.

Efek pada organ lain:Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-organ lainpun
menurun seperti hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat tekanan positif di rongga
thorax darah yang kembali dari otak terhambat sehingga tekanan intrakranial meningkat.

2.1.7 Komplikasi

Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, Pasien dengan ventilator mekanis
memerlukan observasi, keterampilan dan asuhan keperawatan berulangtapi bila perawatannya
tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
1. Komplikasi pada jalan nafas

Aspirasi dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah intubasi. Kita dapat
meminimalkan resiko aspirasi setelah intubasi dengan mengamankan selang,
mempertahankan manset mengembang, dan melakukan penghisapan oral dan selang kontinu
secara adekuat. Bila resusitasi diperpanjang dan distensi gastrik terjadi, jalan nafas harus
diamankan sebelum memasang selang nasogastrik untuk dekompresi lambung. Bila aspirasi
terjadi potensial untuk terjadinya SDPA meningkat.

Kebanyakan pasien dengan ventilator perlu dilakukan restrein pada kedua tangan,
karena ekstubasi tanpa disengaja oleh pasien sendiri dengan aspirasi adalah komplikasi yang
pernah terjadi. Selain itu self-extubation dengan manset masih mengembang dapat
menimbulkan kerusakan pita suara.

Prosedur intubasi itu sendiri merupakan resiko tinggi. Contoh komplikasi intubasi
meliputi:

a. Intubasi lama dan rumit meningkatkan hipoksia dan trauma trakea.

b. Intubasi batang utama (biasanya kanan) ventilasi tak seimbang, meningkatkan laju
mortalitas.

c. Intubasi sinus piriformis (jarang) abses faringeal.

Pnemonia Pseudomonas sering terjadi pada kasus intubasi lama dan selalu
kemungkinan potensial dari alat terkontaminasi.

2. Masalah Selang Endotrakeal

Bila selang diletakkan secara nasotrakeal, infeksi sinus berat dapat terjadi.
Alternatifnya, karena posisi selang pada faring, orifisium ke telinga tengah dapat tersumbat,
menyebabkan otitis media berat, kapanpun pasien mengeluh nyeri sinus atau telinga atau
terjadi demam dengan etiologi yang tidak diketahui, sinus dan telinga harus diperiksa untuk
kemungkinan sumber infeksi.

Beberapa derajat kerusakan trakeal disebabkan oleh intubasi lama. Stenosis trakeal
dan malasia dapat diminimalkan bila tekanan manset diminimalkan. Sirkulasi arteri dihambat
oleh tekanan manset kurang lebih 30 mm/Hg. Penurunan insiden stenosis dan malasia telah
dilaporkan dimana tekanan manset dipertahankan kurang lebih 20 mm/Hg. Bila edema laring
terjadi, maka ancaman kehidupan paskaekstubasi dapat terjadi.

3. Masalah Mekanis

Malfungsi ventilator adalah potensial masalah serius. Tiap 2-4 jam ventilator
diperiksa oleh staf keperawatan atau pernafasan. VT tidak adekuat disebabkan oleh
kebocoran dalam sirkuit atau manset, selang atau ventilator terlepas, atau obstruksi aliran.
Selanjutnya disebabkan oleh terlipatnya selang, tahanan sekresi, bronkospasme berat, spasme
batuk, atau tergigitnya selang endotrakeal.
Secara latrogenik menimbulkan komplikasi melampaui kelebihan ventilasi
mekanis yang menyebabkan alkalosis respiratori dan karena ventilasi mekanis menyebabkan
asidosis respiratori atau hipoksemia. Penilaian GDA menentukan efektivitas ventilasi
mekanis. Perhatikan, bahwa pasien PPOM diventilasi pada nilai GDA normal mereka, yang
dapat melibatkan kadar karbondioksida tinggi.

4. Barotrauma

Ventilasi mekanis melibatkan pemompaan udara kedalam dada, menciptakan


tekanan positif selama inspirasi. Bila TEAP ditambahkan, tekanan ditingkatkan dan
dilanjutkan melalui ekspirasi. Tekanan positif ini dapat menyebabkan robekan alveolus atau
emfisema. Udara kemudian masuk ke area pleural, menimbulkan tekanan pneumotorak-
situasi darurat. Pasien dapat mengembangkan dispnea berat tiba-tiba dan keluhan nyeri pada
daerah yang sakit. Tekanan ventilator menggambarkan peningkatan tajam pada ukuran,
dengan terdengarnya bunyi alarm tekanan. Pada auskultasi, bunyi nafas pada area yang sakit
menurun atau tidak ada. Observasi pasien dapat menunjukkan penyimpangan trakeal.
Kemungkinan paling menonjol menyebabkan hipotensi dan bradikardi yang menimbulkan
henti jantung tanpa intervensi medis. Sampai dokter datang untuk dekompresi dada dengan
jarum, intervensi keperawatannya adalah memindahkan pasien dari sumber tekanan positif
dan memberi ventilasi dengan resusitator manual, memberikan pasien pernafasan cepat.

5. Penurunan Curah Jantung.

Penurunan curah jantung ditunjukkan oleh hipotensi bila pasien pertama kali
dihubungkan ke ventilator ditandai adanya kekurangan tonus simpatis dan menurunnya aliran
balik vena. Selain itu hipotensi adalah tanda lain dan gejala dapat meliputi gelisah yang tidak
dapat dijelaskan, penurunan tingkat kesadaran, penurunan haluarana urine, nadi perifer
lemah, pengisian kapiler lambat, pucat, lemah, dan nyeri dada. Hipotensi biasanya diperbaiki
dengan meningkatkan cairan untuk memperbaiki hipovolemia.

6. Keseimbangan air positif

Penurunan aliran balik vena ke jantung dirangsang oleh regangan reseptor vagal
pada atrium kanan. Manfaat hipovolemia ini merangsang pengeluaran hormon antidiuretik
dari hipofise posterior. Penurunan curah jantung menimbulkan penurunan haluaran urine
melengkapi masalah dengan merangsang respons aldosteron renin-angiotensin. Pasien yang
bernafas secara mekanis, hemodinamik tidak stabil, dan yang memerlukan jumlah besar
resusitasi cairan dapat mengalami edema luas, meliputi edema sakral dan fasial.
BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang lama (Brunner and
Suddarth, 2001).

Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator diklasifikasikan berdasarkan cara


alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum adalah ventilator tekanan-negatif dan
tekanan-positif.Sampai sekarang kategori yang paling umum digunakan adalah ventilator
tekanan-positif.

Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO2), peningkatan kadar


karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis persisten (penurunan pH), maka ventilasi
mekanis kemungkinan diperlukan. Kondisi seperti pascaoperatif bedah toraks atau abdomen,
takar lajak obat, penyakit neuromuskular, cedera inhalasi, PPOM, trauma multipel, syok,
kegagalan multisistem, dan koma semuanya dapat mengarah pada gagal nafas dan perlunya
ventilasi mekanis

3.2 Saran.

Perawat yang bekerja di ruang kritis hendaknya adalah perawat yang berpengalaman
atau perawat yang mau belajar untuk meningkatkan pengetahuannya mengenai teknologi di
ruang kritis terkait penggunaan mesin-mesin penunjang kehidupan yang digunakan oleh
pasien-pasiennya.

Perawat diharapkan harus mampu untuk menganalisa manfaat transfer dan


transform teknologi dari teknologi medis menjadi teknologi keperawatan, tidak hanya di area
keperawatan kritis tapi juga di area-area keperawatan lainnya. Hal ini sebenarnya akan
meningkatkan kualitas praktek dan profesi keperawatan. Namun sayangnya masih ada
perawat yang beranggapan bahwa teknologi di suatu area keperawatan merupakan suatu
tambahan pekerjaan bagi perawat.

Anda mungkin juga menyukai