Anda di halaman 1dari 17

Askep klien dengan ventilasi mekanik

VENTILASI MEKANIK

A. PENDAHULUAN

Ventilasi mekanik merupakan terapi defenitif pada klien kritis yang mengalami
hipoksemia dan hiperkapnia. Memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan ventilasi
mekanik dilakukan antara lain pada unit perawatan kritis, medikal bedah umum, bahkan di
rumah.
Perawat, dokter dan ahli terapi pernafasan harus mengerti kabutuhan pernafasan
spesifik klien. Rumusan penting untuk hasil klien yang positif termasuk memahami prinsipprinsip ventilasi mekanik dan perawatan yang dibutuhkan klien, komunikasi terbuka antara
tim kesehatan, rencana penyapihan dan toleransi klien terhadap perubahan pengaturan
ventilasi mekanik.

B. PENGERTIAN

Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama. (Brunner dan
Suddarth, 1996).

C. FISIOLOGI PERNAPASAN VENTILASI MEKANIK

Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis
berkontrkasi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara
masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif.
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan
memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan sselama inspirasi adalah positif dan
menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga
thorax paling positif.

D. KLASIFIKASI

Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung


ventilasi, dua kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan ventilator tekanan
positif.

1. Ventilator Tekanan Negatif


Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal.
Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara mengalir ke
dalam paru-paru sehingga memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama
pada

gagal

nafas

kronik

yang

berhubungn

dengan

kondisi

neurovaskular

seperti

poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis. Penggunaan
tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan
perubahan ventilasi sering.

2. Ventilator Tekanan Positif


Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan
tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk mengembang
selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi.
Ventilator ini secara luas digunakan pada klien dengan penyakit paru primer.
Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu tekanan bersiklus (Pressure
Cycled Ventilator), waktu bersiklus (Time Cycled Ventilator), dan volume bersiklus
(Volume Cycled Ventilator).

a. Volume Cycled Ventilator.


Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja
dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan volume
cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan volume
tidal yang konsisten.

b. Pressure Cycled Ventilator


Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti
bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik
tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type

ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah.
Sehingga pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak
dianjurkan.

c. Time Cycled Ventilator


Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu ekspirasi atau
waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan
inspirasi (jumlah napas permenit)
Normal ratio => I (Inspirasi) : E (Ekspirasi ) = 1 : 2

E. MODE OPERASIONAL VENTILATOR

Mode operasional ventilator, yaitu:


-

Mode Control

Mode Alarm

1. Mode Control.
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan pasien. Ini
diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali atau bahkan
apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada
frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya
pasien untuk mengawali inspirasi.
Bila

pasien

sadar,

mode

ini

dapat

menimbulkan

ansietas

tinggi

dan

ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas sendiri, bisa terjadi fighting (tabrakan
antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat
alveoli pecah dan terjadi pneumothorax.

Contoh mode control adalah:

a. CR (Controlled Respiration / Controlled Ventilation),


b. CMV (Controlled Mandatory Ventilation),

c. IPPV (Intermitten Positive Pressure Ventilation),

d. PEEP (Positive End-Expiratory pressure)


Mode yang digunakan dengan menahan tekanan akhir ekspirasi positif dengan tujuan
untuk mencegah Atelektasis. Sewaktu akhir expiratory, airway pressure tidak kembali ke
titik nol. Dengan terbukanya jalan nafas oleh karena tekanan yang tinggi, atelektasis akan
dapat dihindari. PEEP biasanya digunakan bersamaan dengan mode lain seperti SIMV, ACV
atau PS. Indikasi pada klien yang menederita ARDS dan gagal jantung kongestif yang
massif dan pneumonia difus. Efek samping dapat menyebabkan venous return menurun,
barotrauma dan penurunan curah jantung.

e. Mode IMV (Intermitten Mandatory Ventilation) dan SIMV (Sincronized Intermitten


Mandatory Ventilation)
Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling dengan nafas
pasien itu sendiri. Model ini digunakan pada pernafasan asinkron dalam penggunaan model
kontrol, klien dengan hiperventilasi. Klien yang bernafas spontan dilengkapi dengan mesin
dan sewaktu-waktu diambil alih oleh ventilador. Pada mode IMV pernafasan mandatory
diberikan pada frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada saat inspirasi
atau ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan segala akibatnya.
Oleh karena itu pada ventilator generasi terakhir mode IMVnya disinkronisasi (SIMV).
Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV
diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal sehingga masih
memerlukan bantuan. SIMV dapat digunakan untuk ventilasi dengan tekanan udara rendah,
otot tidak begitu lelah dan efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas spontan
biasanya tergantung pada aktivasi klien. Indikasi pada pernafasan spontan tapi tidal volume
dan/atau frekuensi nafas kurang adekuat

f. Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport)


Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang masih
bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena nafasnya dangkal. Pada mode ini
pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu
trigger maka udara pernafasan tidak diberikan.

g. CPAP : (Continous Positive Air Pressure)


Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien
yang

sudah

bisa

bernafas

dengan

adekuat.

Ventilator

ini

berkemampuan

untuk

meningkatakan FRC. Biasanya digunakan untuk penyapihan ventilator. Tujuan pemberian


mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum
pasien dilepas dari ventilator.

2. Sistem Alarm
Ventilator

digunakan

untuk

mendukung

hidup.

Sistem

alarm

perlu

untuk

mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah menandakan


adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm tekanan
tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk, cubing tertekuk,
terjadi fighting, dll. Alarm volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah
diabaikan tidak dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap.

F. PELEMBABAN DAN SUHU

Ventilasi mekanis yang melewati jalan nafas buatan meniadakan mekanisme


pertahanan tubuh untuk pelembaban dan penghangatan. Dua proses ini harus digantikan
dengan suatu alat yang disebut humidifier.
Semua udara yang dialirkan dari ventilator melalui air dalam humidifier dihangatkan
dan dijenuhkan. Suhu udara diatur kurang lebih sama dengan suhu tubuh. Pada kasus
hipotermi berat, pengaturan suhu udara dapat ditingkatkan. Suhu yang terlalu itnggi dapat
menyebabkan luka bakar pada trachea dan bila suhu terlalu rendah bisa mengakibatkan
kekeringan jalan nafas dan sekresi menjadi kental sehingga sulit dilakukan penghisapan.

G. INDIKASI PEMASANGAN VENTILASI MEKANIK

1. Kegagalan Ventilasi

Neuromuscular Disease

Central Nervous System disease

Depresi system saraf pusat

Musculosceletal disease

Ketidakmampuan thoraks untuk ventilasi

2. Kegagalan pertukaran gas

Gagal napas / Respiratory failure akut maupun kronik

Penyakit paru-gangguan difusi

Penyakit paru-ventilasi / perfusi mismatch

Penyebab Gagal Napas


v

Penyebab sentral;

Trauma kepala

Contusio cerebri.

Radang otak

Encepalitis.

Gangguan vaskuler

Perdarahan otak, infark otak.

Obat-obatan

Narkotika, Obat anestesi.

Penyebab perifer;

1.

Kelainan Neuromuskuler:

2.

Guillian Bare syndrom

3.

Tetanus

4.

Trauma servikal.

5.

Obat pelemas otot.

6.

Kelainan jalan napas.

7.

Obstruksi jalan napas.

8.

Asma broncheal.

9.

Kelainan di paru.

10. Edema paru, atelektasis, ARDS


11. Kelainan tulang iga / thorak.
12. Fraktur costae, pneumothorak, haemathorak.
13. Kelainan jantung.
14. Kegagalan jantung kiri.

KRITERIA PEMASANGAN VENTILATOR

Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.

Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.

PaCO2 lebih dari 60 mmHg

AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.

Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.

H. VARIABEL DALAM VENTILASI MEKANIK

Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat empat parameter yang


diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, 4 variabel penting
dalam ventilasi mekanik tersebut yaitu :

Frekuensi pernafasan permenit, yaitu jumlah berapa kali inspirasi di berikan


ventilator dalam 1 menit (10 12 bpm)

Tidal volume, yaitu jumlah gas/udara yang di berikan ventilator selama inspirasi
dalam satuan ml/cc atau liter (5-10cc/kgbb)

Konsentrasi oksigen (FiO2) yang diberikan pada inspirasi (21-100%)

Positive end respiratory pressure / flow rate, yaitu kecepatan aliran gas atau voleme
gas yang dihantarkan permenit (liter/menit)
Pada klien dewasa, frekuensi ventilator diatur antara 12-15 x / menit. Tidal volume

istirahat 7 ml / kg BB, dengan ventilasi mekanik tidal volume yang digunakan adalah 10-15
ml / kg BB. Untuk mengkompensasi dead space dan untuk meminimalkan atelektase (Way,
1994 dikutip dari LeMone and Burke, 1996).
Jumlah oksigen ditentukan berdasarkan perubahan persentasi oksigen dalam gas.
Karena resiko keracunan oksigen dan fibrosis pulmonal maka FiO2 diatur dengan level
rendah. PO2 dan saturasi oksigen arteri digunakan untuk menentukan konsentrasi oksigen.
PEEP

digunakan

untuk

mencegah

kolaps

alveoli

dan

untuk

meningkatkan

difusi

alveolikapiler.

I. EFEK VENTILASI MEKANIK

Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke jantung
terhambat, venous return menurun, maka cardiac output juga menurun. Bila kondisi
penurunan respon simpatis (misalnya karena hipovolemia, obat dan usia lanjut), maka bisa

mengakibatkan hipotensi. Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi
microvaskuler akibat tekanan positif sehingga darah yang menuju atrium kiri berkurang,
akibatnya cardiac output juga berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa terjadi gangguan
oksigenasi. Selain itu bila volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari 10-12 ml/kg BB dan
tekanan lebih besar dari 40 CmH2O, tidak hanya mempengaruhi cardiac output (curah
jantung) tetapi juga resiko terjadinya pneumothorax.
Efek pada organ lain: Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-organ
lainpun menurun seperti hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat tekanan positif di
rongga thorax darah yang kembali dari otak terhambat sehingga tekanan intrakranial
meningkat.

J. KOMPLIKASI VENTILASI MEKANIK

Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya
tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:

Pada paru

Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara vaskuler.
Atelektasis/ kolaps alveoli diffuse

Infeksi paru

Keracunan oksigen

Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.

Aspirasi cairan lambung

Tidak berfungsinya penggunaan ventilator

Kerusakan jalan nafas bagian atas

Pada sistem kardiovaskuler


Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran balik vena
akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ventilasi mekanik dengan
tekanan tinggi.

Pada sistem saraf pusat

Vasokonstriksi cerebral

Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal akibat dari
hiperventilasi.

Oedema cerebral

Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari
hipoventilasi.

Peningkatan tekanan intra kranial

Gangguan kesadaran

Gangguan tidur.

Pada sistem gastrointestinal

Distensi lambung dan illeus

Perdarahan lambung.

K. PROSEDUR PEMBERIAN VENTILATOR

Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada ventilator untuk
memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan awal adalah
sebagai berikut:

Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%

Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB

Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit

Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik

PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi: 0-5
Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru dan untuk mencegah
atelektasis.

Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan perubahan pengesetan
ditentukan oleh respon pasien yang ditujunkan oleh hasil analisa gas darah (Blood Gas)
.
KRITERIA PENYAPIHAN
Pasien yang mendapat bantuan ventilasi mekanik dapat dilakukan penyapihan bila
memenuhi kriteria sebagai berikut:

Kapasitas vital 10-15 ml/kg BB

Volume tidal 4-5 ml/kg BB

Kekuatan inspirasi 20 cm H2O atau lebih besar

Frekwensi pernafasan kurang dari 20 kali/menit.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN VENTILASI MEKANIK

1. Pengkajian

Perawat mempunyai peranan penting mengkaji status pasien dan fungsi ventilator.
Dalam mengkaji klien, perawat mengevaluasi hal-hal berikut :

Tanda-tanda vital

Bukti adanya hipoksia

Frekuensi dan pola pernafasan

Bunyi nafas

Status neurologis

Volume tidal, ventilasi semenit , kapasitas vital kuat

Kebutuhan pengisapan

Upaya ventilasi spontan klien

Status nutrisi

Status psikologis

Pengkajian Kardiovaskuler
Perubahan dalam curah jantung dapat terjadi sebagai akibat ventilator tekanan
positif. Tekanan intratoraks positif selama inspirasi menekan jantung dan pembuluh darah
besar dengan demikian mengurangi arus balik vena dan curah jantung. Tekanan positif yang
berlebihan dapat menyebabkan pneumotoraks spontan akibat trauma pada alveoli. Kondisi
ini dapat cepat berkembang menjadi pneumotoraks tension, yang lebih jauh lagi
mengganggu arus balik vena, curah jantung dan tekanan darah.
Untuk mengevaluasi fungsi jantung perawat terutama harus memperhatikan tanda
dan gejala hipoksemia dan hipoksia (gelisah,gugup, kelam fakir, takikardi, takipnoe, pucat
yang berkembang menjadi sianosis, berkeringat dan penurunan haluaran urin).

Pengkajian Peralatan
Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa ventilator pengaturannya
telah dibuat dengan tepat. Dalam memantau ventilator, perawat harus memperhatikan halhal berikut :

1. Jenis ventilator
2.

Cara pengendalain (Controlled, Assist Control, dll)

3.

Pengaturan volume tidal dan frekunsi

4.

Pengaturan FIO2 (fraksi oksigen yang diinspirasi)

5.

Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan.

6.

Adanya air dalam selang,terlepas sambungan atau terlipatnya selang.

7.

Humidifikasi

8.

Alarm

9. PEEP
Catatan:
Jika terjadi malfungsi system ventilator, dan jika masalah tidak dapat diidentifikasi dan
diperbaiki dengan cepat, perawat harus siap memberikan ventilasi kepada klien dengan
menggunakan Bag Resuscitation Manual.

Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan ventilasi mekanik
yaitu :
1. Pemeriksaan fungsi paru
2. Analisa gas darah arteri
3. Kapasitas vital paru
4. Kapasitas vital kuat
5. Volume tidal
6. Inspirasi negative kuat
7. Ventilasi semenit
8. Tekanan inspirasi
9. Volume ekspirasi kuat
10. Aliran-volume
11. Sinar X dada
12. Status nutrisi / elaktrolit.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan mayor klien dapat mencakup :

1. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan penyakit yang mendasari, atau
penyesuaian pengaturan ventilator selama stabilisasi atau penyapihan (pengesetan
ventilator tak tepat) .

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan pembentukan lendir


yang berkaitan dengan ventilasi mekanik tekanan positif .

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan


kebutuhan metabolisme tubuh berkaitan dengan penyakit kritis, kurang kemampuan
untuk makan peroral.

4. Risiko terhadap trauma dan infeksi yang berhubungan dengan intubasi endotrakea
dan trakeostomi.

5. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan ketergantungan ventilator.


6. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan tekanan selang endotrakea
dan pemasangan pada ventilator.

7. Koping individu tidak efektif dan ketidakberdayaan yang berhubungan dengan


ketergantungan pada ventilator.

Masalah kolaboratif /Komplikasi Potensial

1. Melawan kerja ventilator


2. Masalah-masalah ventilator peningkatan dalam tekanan jalan nafas nafas puncak ;
penurunan tekanan ; kehilangan volume

3. Gangguan kardiovaskuler
4. Barotrauma dan pneumothoraks
5. Infeksi paru

3. Penatalaksanaan

1). Meningkatkan pertukaran gas


Tujuan menyeluruh ventilasi mekanik adalah untuk mengoptimalkan pertukaran gas
dengan mempertahankan ventilasi alveolar dan pengiriman oksigen.
Perubahan dalam pertukaran gas dapat dikarenakan penyakit yang mendasari atau
factor mekanis yang berhubungan dengan penyesuaian dari mesin dengan pasien. Tim
perawatan kesehatan, termasuk perawat , dokter, dan ahli terapi pernafasan , secara

kontinu mengkaji pasien terhadap pertukaran gas yang adekuat , tanda dan gejala hipoksia,
dan respon terhadap tindakan .
Pertukaran gas yang tidak adekuat dapat berhubungan dengan faktor-faktor yang
sangat beragam; tingkat kesadaran, atelektasis, kelebihan cairan, nyeri insisi, atau penyakit
primer seperti pneumonia. Pengisapan jalan nafas bawah disertai fisioterapi dada (perkusi,
fibrasi) adalah strategi lain untuk membersihkan jalan nafas dari kelebihan sekresi karena
cukup bukti tentang kerusakan intima pohon trakeobronkial.
Intervensi keperawatan yang penting pada klien yang mendapat ventilasi mekanik
yaitu auskultasi paru dan interpretasi gas darah arteri. Perawat sering menjadi orang
pertama yang mengetahui perubahan dalam temuan pengkajian fisik atau kecenderungan
signifikan

dalam

gas

darah

yang

menandakan

terjadinya

masalah

(pneumotoraks,

perubahan letak selang, emboli pulmonal).

2). Penatalaksanaan jalan nafas


Ventilasi tekanan positif yang kontinyu dapat meningkatkan pembentukan sekresi,
dengan apapun kondisi pasien yang mendasari. Perawat harus mengidentifikasi adanya
sekresi dengan auskultasi paru sedikitnya 2-4 jam. Tindakan untuk membersihakan jalan
nafas

termasuk

pengisapan,

fisioterapi

dada,

perubahan

posisi

yang

sering,

dan

peningkatan mobilitas secepat mungkin.


Humidifikasi dengan cara ventilator dipertahankan untuk membantu pengenceran
sekresi sehingga sekresi lebih mudah dikeluarkan. Bronkodilator baik intravena maupun
inhalasi, diberikan sesuai dengan resep untuk mendilatasi bronkiolus.

3). Mencegah trauma dan infeksi


Penatalaksanaan jalan nafas harus mencakup pemeliharaan selang endotrakea atau
trakeostomi.

Selang ventilator

diposisikan

sedemikian

rupa sehingga

hanya sedikit

kemungkinan tertarik atau penyimpangan selang dalam trakea.


Perawatan trakeostomi dilakukan sedikitnya setiap 8 jam jika diindikasikan karena
peningkatan resiko infeksi. Higiene oral sering dilakukan karena rongga oral merupakan
sumber utama kontaminasi paru-paru pada pasien yang diintubasi pada pasien lemah.
Adanya selang nasogastrik dan penggunaan antasida pada pasien dengan ventilasi mekanik
juga telah mempredisposisikan pasien pada pneumonia nosokomial akibat aspirasi. Pasien
juga diposisikan dengan kepala dinaikkan lebih tinggi dari perut sedapat mungkin untuk
mengurangi potensial aspirasi isi lambung.

4). Peningkatan tingkat mobilitas optimal


Mobilitas pasien terbatas karena dihubungkan dengan ventilator. Mobilitas dan
aktivitas otot sangat bermanfaat karena menstimuli pernafasan dan memperbaiki mental.
Latihan rentang gerak pasif/aktif dilakukan tiap 8 jam untuk mencegah atrofi otot,
kontraktur dan statis vena.

5). Meningkatkan komunikasi optimal


Metode komunikasi alternatif harus dikembangkan untuk pasien dengan ventilasi
mekanik.

Bila

keterbatasan

pasien

diketahui,

perawat

menggunakan

pendekatan

komunikasi; membaca gerak bibir, menggunakan kertas dan pensil, bahasa gerak tubuh,
papan komunikasi, papan pengumuman. Ahli terapi bahasa dapat membantu dalam
menentuka metode yang paling sesuai untuk pasien.

6). Meningkatkan kemampuan koping.


Dengan memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
mengenai ventilator, kondisi pasien dan lingkungan secara umum sangat bermanfaat.
Memberikan penjelasan prosedur setiap kali dilakukan untuk mengurangi ansietas dan
membiasakan klien dengan rutinitas rumah sakit.
Klien mungkin menjadi menarik diri atau depresi selama ventilasi mekanik terutama
jika berkepanjangan akibatnya perawat harus menginformasikan tentang kemajuannya
pada klien, bila memungkinkan pengalihan perhatian seperti menonton TV, bermain musik
atau berjalan-jalan jika sesuai dan memungkinkan dilakukan. Teknik penurunan stress
(pijatan

punggung,

memampukan

klien

tindakan
untuk

relaksasi)

menghadapi

membantu
ansietas

dan

melepaskan
ketakutan

ketegangan
akan

kondisi

dan
dan

ketergantungan pada ventilator.

4. Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan antara lain :

1. Menunjukkan pertukaran gas, kadar gas darah arteri, tekanan arteri pulmonal dan
tanda-tanda vital yang adekuat.

2. Menunjukkan ventilasi yang adekuat dengan akumulasi lendir yang minimal.

3. Bebas dari cedera atau infeksi yang dibuktikan dengan suhu tubuh dan jumlah sel
darah putih.

4. Dapat aktif dalam keterbatasan kemampuan.


5. Berkomunikasi secara efektif melalui pesan tertulis, gerak tubuh atau alat
komunikasi lainnya.

6. Dapat mengatasi masalah secara efektif.

5. Penyapihan dari ventilasi mekanik

Kriteria dari penyapihan ventilasi mekanik :


1. Tes penyapihan

Kapasitas vital 10-15 cc / kg

Volume tidal 4-5 cc / kg

Ventilasi menit 6-10 l

Frekuensi permenit < 20 permenit

2. Pengaturan ventilator

FiO2 < 50%

Tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) : 0

3. Gas darah arteri

PaCO2 normal (< 60 mmHg)

PaO2 60-70 mmHg (normal PaO2 > 70 mmHg)

PH normal dengan semua keseimbangan elektrolit diperbaiki

4. Selang Endotrakeal

Posisi diatas karina pada foto Rontgen

Ukuran : diameter 8.5 mm

5. Nutrisi

Kalori perhari 2000-2500 kal

Waktu : 1 jam sebelum makan

6. Jalan nafas

Sekresi : antibiotik bila terjadi perubahan warna, penghisapan (suctioning)

Bronkospasme : kontrol dengan Beta Adrenergik, Tiofilin atau Steroid

Posisi : duduk, semi fowler

7. Obat-obatan

Agen sedative : dihentikan lebih dari 24 jam

Agen paralise : dihentikan lebih dari 24 jam

8. Emosi

Persiapan psikologis terhadap penyapihan

9. Fisik

Stabil, istirahat terpenuhi

Anda mungkin juga menyukai