Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat serta nikmat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan
makalah kami yang berjudul “VENTILASI MEKANIK” dengan lancar dan tanpa
halangan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Orangtua kami tercinta serta
rekan-rekan 2B Ilmu Keperawatan serta semua pihak yang telah membantu dan
memotivasi kami agar penyusunan karya ini dengan cepat dan baik.
Mahasiswa dianjurkan membaca buku perpustakaan, jurnal ilmiah dan
referensi lainnya lebih banyak sebagai bahan perbandingan dan melengkapi kebutuhan
ilmu dan praktek dalam bidang sistem kardiovaskuler. Pada penulisan makalah ini,
kami berusaha menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti sehingga
dapat dengan mudah dicerna dan diambil intisari dari materi kami. Semoga karya ini
dapat dipergunakan dan membantu mahasiswa, terutama mahasiswa kesehatan dalam
memperluas wawasan dan memperdalam pengetahuan.
Kami menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang
maksimal untuk mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki, karya ini
masih banyak kekurangan dan kelemahannya baik dari segi bahasa, pengolahan,
maupun dalam penyusunannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dan memotivasi demi tercapainya suatu kesempurnaan
dalam memenuhi kebutuhan mahasiswa, terutama mahasiswa kesehatan.

Bekasi, April 2018

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB 1 : PENDAHULUAN 3
1.1. Latar Belakang 3
1.2. Perumusan Masalah 4
1.3. Tujuan Penelitian 5
1.4. Manfaat Penelitian 5
BAB 2 : PEMBAHASAN 6
2.1. Pengertian 6
2.2. Indikasi Pemasangan Ventilator 6
2.3. Penyebab Gagal Napas 6
2.4. Kriteria Pemasangan Ventilator 6
2.5. Macam-Macam Ventilator 7
2.6. Mode-Mode Ventilator 7
2.7. Sistem Alarm 8
2.8. Pelembaban dan Suhu 8
2.9. Fisiologi Pernapasan Ventilasi Mekanik 9
2.10. Efek Ventilasi Mekanik 9
2.11. Komplikasi Ventilasi Mekanik (Ventilator) 10
2.12. Prosedur Pemberian Ventilator 11
2.13. Kriteria Penyapihan 11
2.14. Terapi Oksigen 11
BAB 3 : ASUHAN KEPERAWATAN 12
BAB 4 : PENUTUP 25
4.1. Kesimpulan 25
DAFTAR PUSTAKA 27

2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ventilator mekanik merupakan alat yang digunakan untuk membantu
fungsi pernapasan. Penggunaannya diindikasikan untuk pasien dengan
hipoksemia, hiperkapnia berat dan gagal napas. Ventilator mekanik merupakan
salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang
kritis di Intensive Care Unit (ICU), dengan penggunaan di Amerika Serikat
mencapai 1,5 juta per tahun.1 Pasien yang dirawat di ICU berisiko tinggi terkena
infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial yang cukup sering diderita pasien adalah
pneumonia.
Berdasarkan penelitian Yin-Yin Chen, dkk., pada tahun 2000-2008 di
Taiwan, VAP menempati urutan kedua terbanyak kejadian Device Associted
Infection (DAI) di ICU. Dari penelitian tersebut diperoleh angka kejadian VAP
sebanyak 3,18 kejadian per 1000 ventilator per hari. Angka ini berada dibawah.
Infeksi Saluran Kemih(ISK) akibat penggunaan kateter dengan angka kejadian
3,76 per 1000 kateter urin per hari.
Delapan puluh tujuh persen kejadian pneumonia di ICU terkait dengan
penggunaan dan asuhan keperawatan ventilator mekanik yang tidak tepat
sehingga menimbulkan kolonisasi kuman di orofaring yang berisiko terjadinya
pneumonia terkait ventilator/Ventilator Associated Pneumonia (VAP).VAP
adalah pneumonia yang merupakan infeksi nosokomial yang terjadi setelah 48
jam pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanik, baik melalui pipa
endotrakeal maupun pipa trakeostomi. VAP menjadi perhatian utama di ICU
karena merupakankejadian yang cukup sering dijumpai, sulit untuk di diagnosis
secara akurat dan memerlukan biaya yang cukup besar untuk pengobatannya.
Kejadian VAP memperpanjang lama perawatan pasien di ICU dan berhubungan
erat dengan tingginya angka morbiditas dan mortalitas pasien di ICU, dengan
angka kematian mencapai 40-50% dari total penderita.
Secara umum, VAP dapat didiagnosis jika ditemukan tanda diagnosis
standar seperti demam, takikardi, leukositosis, sputum yang purulen dan
konsolidasi pada gambaran radiografi thoraks. Namun, diagnosis VAP agak sulit
dilakukan jika hanya melihat tampilan klinis pasien. Oleh sebab itu, diagnosis
VAP dapat dibantu dengan Critical Pulmonary Infection Score (CPIS).
3
Penentuan CPIS didasarkan pada 6 variabel, yaitu: suhu tubuh pasien, jumlah
leukosit dalam darah, volume dan tingkat kekentalan sekret trakea, indeks
oksigenasi, pemeriksaan radiologi paru dan kultur semikuantitatif dari aspirasi
trakea. Jika diperoleh skor lebih dari 6, maka diagnosis VAP dapat ditegakkan.
Beberapa faktor risiko dicurigai dapat memicu terjadinya VAP, antara
lain: usia lebih dari 60 tahun, derajat keparahan penyakit, penyakit paru akut atau
kronik, sedasi yang berlebihan, nutrisi enteral, luka bakar yang berat, posisi
tubuh yang supine, Glasgow Coma Scale (GCS) kurang dari 9, penggunaan obat
pelumpuh otot, perokok dan lama pemakaian ventilator. Pemakaian ventilator
mekanik dengan pipa yang diintubasikan ke tubuh pasien akan mempermudah
masuknya kuman dan menyebabkan kontaminasi ujung pipa endotrakeal pada
penderita dengan posisi terlentang.
Lama penggunaan ventilator mekanik diduga merupakan salah satu
faktor risiko penting yang terkait dengan kejadian VAP. Philippe Vanhems, dkk.,
dalam penelitiannya pada tahun 2001-2009 di 11 ICU di Perancis, menemukan
367 (10.8%) dari 3.387 pasien dihitung dalam 45.760 hari pemakaian ventilator
mekanik yang mengalami kejadian VAP dalam 9 hari pertama. Berdasarkan hasil
perhitungan, diprediksikan angka kejadian VAP pada hari pertama dan kedua (<
48 jam) adalah 5,3 dan 8,3 kejadian. Penelitian dilakukan pada pasien dengan
usia rata-rata 54,3 tahun dan angka kematian 21.7%. Perbedaan angka kejadian
VAP di hari pertama dan kedua mengindikasikan adanya pengaruh lama
pemakaian ventilator dalam kasus ini, walaupun faktor-faktor risiko lain masih
ikut berpengaruh.
Penelitian tentang VAP juga sudah cukup banyak dilakukan di
Indonesia, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Nur Imama
Pranita R. disebuah rumah sakit di Surabaya. Penelitian ini mengkaji beberapa
faktor risiko yang terkait dengan kejadian VAP, seperti metode suction, umur,
riwayat penyakit paru, diabetes mellitus dan merokok, termasuk lama pemakaian
ventilator.9 Namun penelitian ini lebih menitikberatkan pada hubungan metode
suction pada pasien yang terpasang ventilator mekanik dengan kejadian VAP.
Pengaruh lama pemakaian ventilator tidak dibahas secara khusus sehingga
hubungannya belum jelas dan masih membingungkan.

4
1.2. Perumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara lama penggunaan ventilator mekanik
dengan kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP) pada pasien
nonsepsis.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara lama penggunaan ventilator
mekanik dengan kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP) pada
pasien nonsepsis di ICU.
1.3.2. Tujuan Khusus
Menganalisa kejadian VAP yang terkait ventilator mekanik yang terjadi
di ICU, dengan ,endapatkan data mengenai lama penggunaan ventilator,
ada tidaknya VAP, dan mendeskripsikan ada tidaknya hubungan antara
lamanya penggunaan ventilator mekanik dengan kejadian VAP pada
pasien nonsepsis di ICU.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam upaya
mengurangi dan mencegah kejadian VAP pada pasien yang menggunakan
ventilator mekanik di ICU, yang dapat digunakan sebagai masukan bagi dokter
dan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar dan tepat pada
pasien yang menggunakan ventilator mekanik agar tidak terjadi VAP; dan
dijadikan sebagai sumbangan teori dalam mengungkapkan hubungan antara
lamanya penggunaan ventilator mekanik dengan kejadian VAP pada pasien
nonsepsis di ICU.

5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian
atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.
2.2. Indikasi Pemasangan Ventilator
a. Pasien dengan respiratory failure (gagal napas)
b. Pasien dengan operasi teknik hemodilusi.
c. Post Trepanasi dengan black out.
d. Respiratory Arrest.
2.3. Penyebab Gagal Napas
a. Penyebab Sentral
Trauma kepala : Contusio cerebri
Radang otak : Encepalitis
Gangguan vaskuler : Perdarahan otak, infark otak
Obat-obatan : Narkotika, Obat anestesi
b. Penyebab Perifer
Kelaian Neuromuskuler : Guillian Bare Syndrom, tetanus, trauma servikal,
obat pelemas otot.
Kelainan jalan napas : Obstruksi jalan napas, asma bronkhial.
Kelainan di paru : Edema paru, atlektasis, ARDS
Kelainan thoraks : Fraktur costae, pneumothoraks, haemathoraks.
Kelainan jantung : Kegagalan jantung kiri.
2.4. Kriteria Pemasangan Ventilator
Menurut Pontopidan seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi
mekanik (ventilator) bila :
a. Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
b. Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
c. PaCO2 lebih dari 60 mmHg
d. AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
e. Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.

6
2.5. Macam-Macam Ventilator
Menurut sifatnya ventilator dibagi tiga type yaitu:
a. Volume Cycled Ventilator, dengan prinsip siklusnya berdasarkan volume.
Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang
ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada
komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
b. Pressure Cycled Ventilator, prinsip siklusnya menggunakan tekanan. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah
ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi
dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru, maka
volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang
setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan.
c. Time Cycled Ventilator, prinsip siklusnya berdasarkan wamtu ekspirasi atau
waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu
dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit) Normal ratio I : E
(inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2
2.6. Mode-Mode Ventilator.
Pasien yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanik dengan
menggunakan ventilator tidak selalu dibantu sepenuhnya oleh mesin ventilator,
tetapi tergantung dari mode yang kita setting. Mode mode tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Mode Control : Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu
pernafasan pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat
jelek, lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol
pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada frekwensi dan volume yang telah
ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk
mengawali inspirasi. Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas
tinggi dan ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi
fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam paru
meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi pneumothorax. Contoh
mode control ini adalah: CR (Controlled Respiration), CMV (Controlled
Mandatory Ventilation), IPPV (Intermitten Positive Pressure Ventilation)

7
b. Mode IMV / SIMV (Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized
Intermitten Mandatory Ventilation) : Pada mode ini ventilator memberikan
bantuan nafas secara selang seling dengan nafas pasien itu sendiri. Pada mode
IMV pernafasan mandatory diberikan pada frekwensi yang di set tanpa
menghiraukan apakah pasien pada saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa
terjadi fighting dengan segala akibatnya. Oleh karena itu pada ventilator
generasi terakhir mode IMVnya disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan
mandatory diberikan sinkron dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV
diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal
sehingga masih memerlukan bantuan.
c. Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport) : Mode
ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang
masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena nafasnya
dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila
pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka udara pernafasan tidak
diberikan.
d. CPAP (Continous Positive Air Pressure) : Pada mode ini mesin hanya
memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien yang sudah bisa
bernafas dengan adekuat. Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah
atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari
ventilator.
2.7. Sistem Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu
untuk mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah
menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien),
sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan,
misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dll. Alarm volume
rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap
dan harus dipasang dalam kondisi siap.
2.8. Pelembaban dan Suhu
Ventilasi mekanis yang melewati jalan nafas buatan meniadakan
mekanisme pertahanan tubuh unmtuk pelembaban dan penghangatan. Dua proses
ini harus digantikan dengan suatu alat yang disebut humidifier. Semua udara
yang dialirkan dari ventilator melalui air dalam humidifier dihangatkan dan
8
dijenuhkan. Suhu udara diatur kurang lebih sama dengan suhu tubuh. Pada kasus
hipotermi berat, pengaturan suhu udara dapat ditingkatkan. Suhu yang terlalu
itnggi dapat menyebabkan luka bakar pada trachea dan bila suhu terlalu rendah
bisa mengakibatkan kekeringan jalan nafas dan sekresi menjadi kental sehingga
sulit dilakukan penghisapan.
2.9. Fisiologi Pernapasan Ventilasi Mekanik
Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot
intercostalis berkontrkasi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif
sehingga aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara
pasif. Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara
dengan memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan sselama inspirasi adalah
positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi
tekanan dalam rongga thorax paling positif.
Napas Spontan : diafragma dan otot intercostalis berkontraksi rongga dada
mengembang terjadi tekanan (-). Aliran udara masuk ke paru dan berhenti pada
akhir inspirasi. Fase ekspirasi berjalan secara pasif
Pernapasan dengan ventilasi mekanik : udara masuk ke dalam paru karena ditiup,
sehingga tekanan rongga thorax (+). Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga
thorax paling positif. Ekspirasi berjalan pasif.
2.10. Efek Ventilasi Mekanik
Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke
jantung terhambat, venous return menurun, maka cardiac output juga menurun.
Bila kondisi penurunan respon simpatis (misalnya karena hipovolemia, obat dan
usia lanjut), maka bisa mengakibatkan hipotensi. Darah yang lewat paru juga
berkurang karena ada kompresi microvaskuler akibat tekanan positif sehingga
darah yang menuju atrium kiri berkurang, akibatnya cardiac output juga
berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu
bila volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari 10-12 ml/kg BB dan tekanan lebih
besar dari 40 CmH2O, tidak hanya mempengaruhi cardiac output (curah jantung)
tetapi juga resiko terjadinya pneumothorax.
Efek pada organ lain akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-
organ lainpun menurun seperti hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat
tekanan positif di rongga thorax darah yang kembali dari otak terhambat
sehingga tekanan intrakranial meningkat.
9
a. Pada Kardiovaskuler
Akibat dari tekanan posistif pada rongga thorax. Darah yang kembali ke
jantung terhambat. Venous return menurun maka cardiac out put
menurun.Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi
microvaskuler akibat tekanan (+) . Sehingga darah berkurang. Cardiac output
menurun. Bila tekanan terlalu tinggi. bisa terjadi ex oksigenasi.
b. Organ lain
Akibat cardiac output menurun. Perfusi ke organ lainpun akan menurun
seperti, hepar, ginjal, otak dan segala akibatnya. Akibat tekanan (+) di rongga
thorax darah yang kembali dari otak terhambat. TIK meningkat.
2.11. Komplikasi Ventilasi Mekanik (Ventilator)
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila
perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
a. Paru
Baro trauma : tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli
udara vaskuler, atelektasis/kolaps alveoli diffuse, infeksi paru, keracunan
oksigen
Jalan nafas buatan : king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat, aspirasi
cairan lambung, tidak berfungsinya penggunaan ventilator, kerusakan jalan
nafas bagian atas
b. Sistem kardiovaskuler
Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran balik
vena akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ventilasi
mekanik dengan tekanan tinggi.
c. Sistem saraf pusat
Vasokonstriksi cerebral : terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri
(PaCO2) dibawah normal akibat dari hiperventilasi.
Oedema cerebral : terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri
diatas normal akibat dari hipoventilasi, peningkatan tekanan intra kranial,
gangguan kesadaran, gangguan tidur.
d. Sistem gastrointestinal
Distensi lambung, illeus, perdarahan lambung.
e. Gangguan psikologi

10
2.12. Prosedur Pemberian Ventilator
Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada
ventilator untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan
pengesetan awal adalah sebagai berikut:
a. Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%
b. Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB
c. Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit
d. Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik
e. PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi:
0-5 Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru dan untuk
mencegah atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi
dan perubahan pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang ditujunkan
oleh hasil analisa gas darah (Blood Gas)
2.13. Kriteria Penyapihan
Pasien yang mendapat bantuan ventilasi mekanik dapat dilakukan
penyapihan bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Kapasitas vital 10-15 ml/kg BB
b. Volume tidal 4-5 ml/kg BB
c. Kekuatan inspirasi 20 cm H2O atau lebih besar
d. Frekuensi pernafasan kurang dari 20 kali/menit.
2.14. Terapi Oksigen
Setelah jalan nafas bebas, maka selanjutnya tergantung dari derajat
hipoksia atau hiperkabinya serta keadaan penderita. Pontiopidan memberi
batasan mekanik, oksigenasi dan ventilasi untuk menentukan tindakan
selanjutnya.

11
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS

Tuan H usia 50 tahun. dirawat di RS Mulya sejak sehari yang lalu, saat pasien datang ke rumah
sakit pasien megalami sesak nafas yang cukup parah. Saat diperiksa oleh perawat didapatkan
TTV TD: 90/60 mmHg, N: 97x/menit, S: 37°C RR: 37x/menit. Kondisi saat ini pasien terbaring
lemah di dalam ruang ICU. Sebelumnya pasien mengalami cidera kepala saat terjatuh di kamar
mandi sehingga pasien shock dan membuatnya mengalami gagal nafas. Pasien juga mengalami
ansietas karena pasien takut menghadapi kematian, sampai saat ini pasien terbaring lemah.

A. PENGKAJIAN
Data Pasien :

Nama : Tn. H

Usia : 50 thn

Alamat : Mari jalan

Jenis kelamin : Laki-laki

No RM : 045

Kamar : Kamboja 3

Tanggal pengkajian : 03 april 2018

Nama Penanggungjawab :

Nama : Ny. J

Usia : 27thn

Alamat : Mari jalan

Pekerjaan : PNS

Hubungan : anak kandung

12
Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan megalami sesak nafas yang cukup parah karena pasien mengalami
cidera kepala ketika jatuh di kamar mandi.
2. Keluhan sekarang
TTV pasien abnormal dan terpasang ventilator mekanik
3. Kesehatan terdahulu
Anak pasien mengatakan pasien tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu
4. Kesehatan keluarga
Anak pasien mengatakan bahwa keluarga tidak ada yang mengalami penyakit yang
sama dengan pasien.
5. Riwayat psikososial
Anak pasien mengatakan sebelum sakit pasien aktif melakukan kegiatan dan
melakukan aktifitas seperti biasanya.
6. Riwayat spiritual
Pasien juga rajin dalam melaksanakan sholat 5 waktu
Pemeriksaan Fisik :

Head to Toe

1. Kepala : bentuknya simetris,ada nodul, sakit ketika ditekan, tidak ada


massa
2. Rambut : halus, tidak ada ketombe ataupun rambut rontok, tidak
berminyak, dan berwarna hitam.
3. Wajah : berbentuk simetris, tidak ada bekas luka ataupun jahitan
pada wajah.
4. Mata : tidak tampak anemis, konjungtiva baik, dan simetris
5. Kulit : kulit keriput, berambut, tidak ada massa, warna kulit sawo
matang.
6. Lengan : jari-jari lengkap, pada daerah kuku tampak normal (berwara
pink)
7. Dada : tampak simetris, tidak ada nodul atapun massa.
8. Punggung : teraba normal, tidak ada nodul ataupun massa
9. Abdomen : normal
10. Ekstremitas Bawah : tidak terdapat oedema

13
Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif


1. Anak pasien mengatakan pasien 1. Pasien tampak sesak napas cukup parah
mengalami sesak napas 2. Pasien tampak meringis
2. Anak pasien mengatakan pasien terjatuh 3. Pasien mengalami cidera kepala
di kamar mandi 4. Pasien mengalami shock
3. Anak pasien mengatakan pasien merasa 5. Pasien mengalami ansietas
takut dengan apa yang terjadi pada 6. Pasien tampak gelisah
dirinya 7. Pasien terpasang ventilator mekanik
4. Anak pasien mengatakan pasien merasa 8. Pasien tidak dapat berkomunikasi verbal
tidak nyaman karena terpasang ventilator 9. Pasien terbaring lemah
10. TTV :
TD : 90/60 mmHg
RR : 37 x/menit
N : 97 x/menit
T : 37oC

14
Analisa Data

No Data Fokus Problem Etiologi


.
1 DS : Pola Napas Tidak Cidera Kepala
- Anak pasien mengatakan pasien Efektif (D.0005)
mengalami sesak napas
DO :
- Pasien tampak sesak napas cukup parah
- Pasien tampak meringis
- TTV :
TD : 90/60 mmHg
N : 97 x/menit
RR : 37 x/menit
T : 37oC
2 DS : Ansietas (D.0080) Ancaman
- Anak pasien mengatakan pasien terjatuh di terhadap
kamar mandi Kematian
- Anak pasien mengatakan pasien merasa
takut dengan apa yang terjadi pada dirinya
DO :
- Pasien mengalami cidera kepala
- Pasien mengalami shock
- Pasien mengalami ansietas
- Pasien tampak gelisah
3 DS : Gangguan Terpasang
- Anak pasien mengatakan pasien merasa Komunikasi Verbal Ventilator
tidak nyaman karena terpasang ventilator (D.0119) Mekanik
DO :
- Pasien terpasang ventilator mekanik
- Pasien tidak dapat berkomunikasi verbal
- Pasien terbaring lemah

15
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Cidera Kepala (D.0005)
2. Ansietas berhubungan dengan Ancaman terhadap Kematian (D.0080)
3. Gangguan Komunikasi Verbal berhubungan dengan Terpasangnya Ventilasi Mekanik
(D.0119)

C. INTERVENSI

No Dx. Kep Tujuan dan KH Intervensi


.

1 Pola Nafas Setelah dilakukan Mandiri :


Tidak Efektif asuhan keperawatan 1. Monitor kecepatan irama, kedalaman,
berhubungan selama 3x24 jam, dan kesulitan bernapas
dengan Cidera diharapkan pola napas 2. Monitor pola napas
Kepala pasien efektif, dengan 3. Auskultasi suara napas, catat area
(D.0005) KH : dimana terjadi penurunan atau tidak
1. Frekuensi adanya ventilasi dan keberadaan suara
pernapasan napas tambahan
kembali pada 4. Auskultasi suara napas setelah
kisaran normal tindakan, untuk dicatat
2. Irama pernapasan 5. Posisikan pasien miring ke samping,
kembali normal sesuai indikasi untuk mencegah
3. Apikal denyut aspirasi
jantung normal 6. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan
4. PaO2 (tekanan sistem pernapasan dengan tepat
parsial oksigen 7. Monitor irama dan tekanan jantung
dalam darah arteri) 8. Monitor nada jantung
kembali normal 9. Monitor irama dan laju pernapasan
5. PaCO2 (tekanan 10. Monitor gejala yang
parsial karbon mengidentifikasikan peningkatan kerja
dioksida dalam napas
darah arteri) 11. Monitor efektivitas ventilasi mekanik
kembali normal terhadap status fisiologis dan

16
psikologis
12. Berikan asuhan untuk menghilangkan
distress pasien
13. Sediakan alat untuk berkomunikasi
bagi pasien
14. Pastikan untuk mengganti sirkuit
ventilator setiap 24 jam
15. Monitor tekanan ventilator,
sinkronisasi pasien/ventilator, dan
suara napas pasien
16. Berikan perawatan mulut secara rutin
dengan pengusapan yang lembab dan
lembut dengan agen antiseptik dan
suction
17. Dokumentasikan semua perubahan
yang dilakukan setting ventilator,
dengan informasi mengenai
rasionalisasi perubahan
Kolaborasi :
1. Koordinasi perawatan dan membantu
pasien untuk dapat menoleransi terapi
2. Menggunakan dukungan tekanan
(PEEP) untuk meminimalkan
hipoventilasi, sesuai kebutuhan

2 Ansietas Setelah dilakukan Mandiri :


berhubungan asuhan keperawatan 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan
dengan selama 3x24 jam, meyakinkan
Ancaman diharapkan ansietas 2. Pahami situasi kritis yang terjadi dari
terhadap pasien teratasi, dengan perspektif klien
Kematian KH : 3. Berada di sisi pasien untuk
(D.0080) 1. Pasien tidak meningkatkan rasa aman dan
merasa gelisah mengurangi ketakutan
2. Pasien tidak 4. Dorong keluarga untuk mendampingi

17
mengalami klien dengan cara yang tepat
peningkatan 5. Berikan objek yang menunjukkan rasa
pernapasan aman
6. Dorong aktivitas yang tidak kompetitif
secara tepat
7. Jauhkan peralatan perawat dari
pandangan klien
8. Dengarkan klien
9. Identifikasi saat terjadi perubahan
tingkat kecemasan
10. Bantu klien mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
11. Instruksikan klien menggunakan teknik
relaksasi
12. Kaji tanda verbal dan non verbal
kecemasan
13. Minimalkan ketidaknyamanan bila
mungkin
14. Bantu dalam hal pemenuhan kebutuhan
dasar jika perlu
15. Monitor apakah terdapat kegelisahan
pada pasien

3 Gangguan Setelah dilakukan Mandiri :


Komunikasi asuhan keperawatan 1. Monitor kecepatan bicara, tekanan,
Verbal selama 3x24 jam, kuantitas, volume dan diksi
berhubungan diharapkan 2. Monitor proses kognitif, anatomis, dan
dengan komunikasi verbal fisiologis terkait dengan kemampuan
Terpasangnya pasien teratasi, dengan bicara
Ventilasi KH : 3. Monitor pasien terkait dengan perasaan
Mekanik 1. Kejelasan frustasi, kemarahan, depresi, atau
(D.0118) berbicara pasien respon lain yang disebabkan karena
dapat dipahami adanya gangguan kemampuan berbicara
2. Pasien dapat 4. Sediakan media alternatif untuk

18
menggunakan berkomunikasi dengan bicara
bahasa isyarat 5. Sediakan metode alternatif menulis atau
3. Pasien dapat membaca, dengan cara yang tepat
menggunakan 6. Sesuaikan gaya komunikasi untuk
bahasa non verbal memenuhi kebutuhan pasien
7. Ulangi apa yang disampaikan pasien
untuk menjamin akurasi
8. Instruksikan pasien untuk bicara pelan
9. Ungkapkan pertanyaan dimana pasien
menjawab dengan menggunakan
jawaban sederhana ya atau tidak
Kolaborasi :
1. Kolaborasi bersama keluarga dan
ahli/terapi bahasa patologis untuk
mengembangkan rencana agar bisa
berkomunikasi secara efektif

D. IMPLEMENTASI

Hari, No. Implementasi Respon Paraf


Tanggal, Dx.
Jam Ke
p

Selasa, 3 1 Mandiri : S: 14.00


April 1. Memonitor kecepatan irama, 1. Keluarga pasien WIB
2018 kedalaman, dan kesulitan mengatakan napas
13.30 bernapas pasien tidak
WIB 2. Memonitor pola napas tercengal lagi
3. Mengauskultasi suara napas, 2. Keluarga pasien
catat area dimana terjadi mengatakan pasien
penurunan atau tidak adanya mulai membaik
ventilasi dan keberadaan suara O :
napas tambahan 1. Napas pasien mulai
4. Mengauskultasi suara napas normal
setelah tindakan, untuk dicatat 2. Pasien mulai

19
5. Memposisikan pasien miring ke membaik
samping, sesuai indikasi untuk 3. Pola napas pasien
mencegah aspirasi mulai kembali
6. Memonitor tekanan darah, nadi, normal
suhu, dan sistem pernapasan 4. Pasien dapat
dengan tepat bernapas, walau
7. Memonitor irama dan tekanan menggunakan alat
jantung bantu napas
8. Memonitor nada jantung
9. Memonitor irama dan laju
pernapasan
10. Memonitor gejala yang
mengidentifikasikan
peningkatan kerja napas
11. Memonitor efektivitas ventilasi
mekanik terhadap status
fisiologis dan psikologis
12. Memberikan asuhan untuk
menghilangkan distress pasien
13. Menyediakan alat untuk
berkomunikasi bagi pasien
14. Memastikan untuk mengganti
sirkuit ventilator setiap 24 jam
15. Memonitor tekanan ventilator,
sinkronisasi pasien/ventilator,
dan suara napas pasien
16. Memberikan perawatan mulut
secara rutin dengan pengusapan
yang lembab dan lembut
dengan agen antiseptik dan
suction
17. Mendokumentasikan semua
perubahan yang dilakukan
setting ventilator, dengan
20
informasi mengenai
rasionalisasi perubahan
Kolaborasi :
1. Berkoordinasi perawatan dan
membantu pasien untuk dapat
menoleransi terapi
2. Menggunakan dukungan
tekanan (PEEP) untuk
meminimalkan hipoventilasi,
sesuai kebutuhan

Selasa, 3 2 Mandiri : S: 14.50


April 1. Menggunakan pendekatan yang 1. Keluarga pasien WIB
2018 tenang dan meyakinkan mengatakan pasien
14.10 2. Memahami situasi kritis yang mulai tenang
WIB terjadi dari perspektif klien 2. Keluarga pasien
3. Memposisikan diri di sisi pasien mengatakan pasien
untuk meningkatkan rasa aman mulai merasa
dan mengurangi ketakutan nyaman
4. Mendorong keluarga untuk 3. Keluarga pasien
mendampingi klien dengan cara mengatakan pasien
yang tepat tampak tidak cemas
5. Memberikan objek yang lagi
menunjukkan rasa aman O:
6. Mendorong aktivitas yang tidak 1. Pasien tampak
kompetitif secara tepat nyaman
7. Menjauhkan peralatan perawat 2. Pasien tidak tampak
dari pandangan klien cemas lagi
8. Mendengarkan klien
9. Mengidentifikasi saat terjadi
perubahan tingkat kecemasan
10. Membantu klien
mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan

21
11. Menginstruksikan klien
menggunakan teknik relaksasi
12. Mengkaji tanda verbal dan non
verbal kecemasan
13. Meminimalkan
ketidaknyamanan bila mungkin
14. Membantu dalam hal
pemenuhan kebutuhan dasar jika
perlu
15. Memonitor apakah terdapat
kegelisahan pada pasien

Selasa, 3 3 Mandiri : S: 15.50


April 1. Memonitor kecepatan bicara, 1. Keluarga pasien WIB
2018 tekanan, kuantitas, volume dan mengatakan pasien
15.00 diksi mulai bisa
WIB 2. Memonitor proses kognitif, menggunakan
anatomis, dan fisiologis terkait bahasa non verbal
dengan kemampuan bicara (isyarat)
3. Memonitor pasien terkait 2. Keluarga pasien
dengan perasaan frustasi, mengatakan pasien
kemarahan, depresi, atau respon mulai dapat
lain yang disebabkan karena berkomunikasi
adanya gangguan kemampuan O :
berbicara 1. Pasien tampak
4. Menyediakan media alternatif membaik
untuk berkomunikasi dengan 2. Pasien mulai dapat
bicara berkomunikasi
5. Menyediakan metode alternatif
menulis atau membaca, dengan
cara yang tepat
6. Menyesuaikan gaya komunikasi
untuk memenuhi kebutuhan
pasien

22
7. Mengulangi apa yang
disampaikan pasien untuk
menjamin akurasi
8. Menginstruksikan pasien untuk
bicara pelan
9. Mengungkapkan pertanyaan
dimana pasien menjawab
dengan menggunakan jawaban
sederhana ya atau tidak
Kolaborasi :
1. Berkolaborasi bersama keluarga
dan ahli/terapi bahasa patologis
untuk mengembangkan rencana
agar bisa berkomunikasi secara
efektif

23
E. EVALUASI

Hari, Dx. Kep SOAP Paraf


Tanggal,
Jam

Selasa, 3 Pola Nafas Tidak S :


April 2018 Efektif 1. Keluarga pasien mengatakan napas pasien
14.00 WIB berhubungan tidak tercengal lagi
dengan Cidera 2. Keluarga pasien mengatakan pasien mulai
Kepala (D.0005) membaik
O:
1. Napas pasien mulai normal
2. Pasien mulai membaik
3. Pola napas pasien mulai kembali normal
4. Pasien dapat bernapas, walau
menggunakan alat bantu napas
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Selasa, 3 Ansietas S:
April 2018 berhubungan 1. Keluarga pasien mengatakan pasien mulai
14.50 WIB dengan Ancaman tenang
terhadap 2. Keluarga pasien mengatakan pasien mulai
Kematian merasa nyaman
(D.0080) 3. Keluarga pasien mengatakan pasien
tampak tidak cemas lagi
O:
1. Pasien tampak nyaman
2. Pasien tidak tampak cemas lagi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Selasa, 3 Gangguan S:
April 2018 Komunikasi 3. Keluarga pasien mengatakan pasien mulai
15.50 WIB Verbal bisa menggunakan bahasa non verbal

24
berhubungan (isyarat)
dengan 4. Keluarga pasien mengatakan pasien mulai
Terpasangnya dapat berkomunikasi
Ventilasi O:
Mekanik 3. Pasien tampak membaik
(D.0118) Pasien mulai dapat berkomunikasi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

25
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian
atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.
Menurut Pontopidan seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi
mekanik (ventilator) bila :
a. Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
b. Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
c. PaCO2 lebih dari 60 mmHg
d. AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
e. Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.
Menurut sifatnya ventilator dibagi tiga type yaitu:
a. Volume Cycled Ventilator
b. Pressure Cycled Ventilator
c. Time Cycled Ventilator
Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada
ventilator untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan
pengesetan awal adalah sebagai berikut:
a. Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%
b. Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB
c. Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit
d. Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik
e. PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi:
0-5 Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru dan untuk
mencegah atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi
dan perubahan pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang ditujunkan
oleh hasil analisa gas darah (Blood Gas)

26
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M.,etall. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mc Closkey, C.J., Iet all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC)
SecondEdition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika

27

Anda mungkin juga menyukai