Disusun Oleh :
Rifyal Lamani
NIM.G3A018023
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.S (P)
No.RM : C747709
Tgl lahir : 02-09-1968 ( 50 thn)
Pendidikan Terakhir : SLTA
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : IRT
Alamat : Tlugo Bayem, Mugassari, Semarang
Terapi :
Infus :
NaCl 0,9% 20 tpm IV
D5% 6 tpm IV
Novorapid 10-10-10 SC
Lantus 20 unit SC
B. Diagnosa Keperawatan
Analisa Data
Data (DS dan DO) Problem (P) Etiologi (E)
DS : Nyeri akut Agen cedera biologis
Klien mengatakan nyeri (peradangan)
pada telinga
P: Nyeri tambah
dirasakan saat efek obat
anti nyeri habis
Q : Seperti tertusuk-
tusuk
R : Di area kepala
bagian kiri (telinga)
menjalar sampai ke leher
S: Skala 5 dari 0-10
T : Terus menerus
DO :
- Pasien terlihat
menyeringai saat
kesakitan
- Pasien terlihat
melindungi area nyeri
- TTV
TD : 140/90 mmHg, S:
36,7º C, N: 84 x/menit,
R: 20 x/menit
Penurunan glukosa
(Soegondo, 2009)
F. Landasan Teori
Sirkulasi darah adalah aliran darah yang dipompakan jantung ke pembuluh
darah dan dialirkan oleh arteri ke seluruh organ-organ tubuh (Hayens, 2003) salah
satunya pada organ kaki. Normal sirkulasi darah pada kaki menurut (Vowden,
2001) adalah 1,0 yang diperoleh dari rumus ABPI(An ankle Brachial Pressure
Index). Sedangkan keadaan yang tidak normal dapat diperoleh bila nilai APBI <
0,9 diindikasikan ada resiko tinggi luka di kaki, APBI > 0,5 dan < 0,9 pasien perlu
perawatan tindak lanjut, dan APBI < 0,5 diindikasikan kaki sudah mengalami kaki
nekrotik, gangren, ulkus, borok yang perlu penanganan dokter ahli bedah Vaskular.
Dasar terjadinya luka atau kelainan pada kaki pasien penderita diabetes
adalah adanya suatu kelainan pada saraf, kelainan pembuluh darah dan kemudian
adanya infeksi. Dari ketiga hal tersebut, yang paling berperan adalah kelainan pada
saraf, sedangkan kelainan pembuluh darah lebih berperan nyata pada penyembuhan
luka sehingga menentukan nasib kaki. Keadaan kelainan saraf dapat mengenai
saraf sensorik, saraf motorik, dan saraf otonom (Prabowo, 2007).
Bila mengenai saraf sensoris akan terjadi hilang rasa yang menyebabkan
penderita tidak dapat merasakan rangsang nyeri sehingga kehilangan daya
kewaspadaan proteksi kaki terhadap rangsang dari luar. Akibatnya, kaki lebih
rentan terhadap luka meskipun terhadap benturan kecil. Bila sudah terjadi luka,
akan memudahkan kuman masuk yang menyebabkan infeksi. Bila infeksi ini tidak
diatasi dengan baik, hal itu akan berlanjut menjadi pembusukan (gangren) bahkan
dapat diamputasi (Prabowo, 2007).
Gangguan pada serabut saraf motorik (serabut saraf yang menuju otot)
dapat mengakibatkan pengecilan atrofi otot interosseus pada kaki. Akibat lanjut
dari keadaan ini terjadi ketidakseimbangan otot kaki, terjadi perubahan bentuk
deformitas pada kaki seperti jari menekuk cock up toes, bergesernya sendi luksasi
pada sendi kaki depan metatarsofalangeal dan terjadi penipisan bantalan lemak di
bawah daerah pangkal jari kaki kaput metatarsal. Hal ini menyebabkan adanya
perluasan daerah yang mengalami penekanan, terutama di bawah kaput metatarsal
(Prabowo,2007).
Selain itu, terjadi perubahan daya membesar-mengecil pembuluh darah
vasodilatasi-vasokonstriksi di daerah tungkai bawah, akibatnya sendi menjadi
kaku. Keadaan lebih lanjut terjadi perubahan bentuk kaki Charchot, yang
menyebabkan perubahan daerah tekanan kaki yang baru dan berisiko terjadinya
luka (Prabowo, 2007). Kelainan pembuluh darah berakibat tersumbatnya pembuluh
darah sehingga menghambat aliran darah, mengganggu suplai oksigen, bahan
makanan atau obat antibiotika yang dapat menggagu proses penyembuhan luka.
Bila pengobatan infeksi ini tidak sempurna dapat menyebabkan pembusukan
gangren. Gangren yang luas dapat pula terjadi akibat sumbatan pembuluh darah
yang luas sehingga kemungkinannya dilakukan amputasi kaki di atas lutut (Igra,
2009).
Dari beberapa kasus di atas pasien Diabetes Melitus perlu melakukan
senam ini untuk membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki,
memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil, mencegah terjadinya
kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot betis dan paha, dan mengatasi
keterbatasan gerak sendi. Peran kita sebagai perawat adalah membimbing pasien
untuk melakukan senam kaki agar pasien dapat melakukan senam kaki secara
mandiri .
BAB V
PEMBAHASAN
A. Justifikasi
Pengelolaan penyakit DM dikenal dengan empat pilar utama yaitu
penyuluhan atau edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani atau aktivitas fisik dan
intervensi farmakologis. Keempat pilar pengelolaan tersebut dapat diterapkan pada
semua jenis tipe DM termasuk DM tipe II. Untuk mencapai fokus pengelolaan DM
yang optimal maka perlu adanya keteraturan terhadap keempat pilar utama tersebut
(PERKENI, 2015).
Komponen latihan jasmani atau olahraga sangat penting dalam
penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah
dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin (Smeltzer & Brenda, 2002). Latihan jasmani akan menyebabkan terjadinya
peningkatan aliran darah, maka akan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka
sehingga lebih banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor menjadi aktif yang
akan berpengaruh terhadap penurunan glukosa darah pada pasien diabetes
(Soegondo, 2013).
Latihan jasmani atau olahraga yang dianjurkan salah satunya adalah senam
kaki diabetes melitus. Senam kaki bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi darah
sehingga nutrisi ke jaringan lebih lancar, memperkuat otot-otot kecil, otot betis dan
otot paha, menurunkan kadar gula darah serta mengatasi keterbatasan gerak sendi
yang dialami oleh penderita diabetes mellitus (Sutedjo, 2010).
Dalam menerapkan EBN Pengaruh Senam Kaki Terhadap Kadar Gula
Darah Sewaktu, pertama-tama penulis menyesuaikan kriteria inklusi dan eksklusi
yang ada pada jurnal dengan kondisi pasien penulis. Adapun kriteria inklusi dan
eksklusi yang ada pada jurnal. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah penderita
DM tipe II, berumur tidak lebih dari 65 tahun, bersedia menjadi responden.
Sedangkan kriteria eksklusinya adalah penderita DM yang mempunyai luka
diabetik, mengalami kelumpuhan anggota gerak, komplikasi penglihatan serta
penderita DM yang mengalami asma atau nyeri dada, depresi, khawatir atau cemas.
Berdasarkan kriteri inklusi dan eksklusi tersebut, maka pasien kelolaan penulis
sesuai dengan kriteria-kriteri tersebut.
Itulah sebabnya, mengapa penulis memilih Evidance Based Nursing
Practice Pengaruh Senam Kaki Terhadap Kadar Gula Darah Sewaktu Pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe II sebagai salah satu intervensi dalam mengatasi
masalah keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa pada Ny.S.
B. Mekanisme Penerapan EBN
Alat yang dipersiapkan :
1. GCU
2. Kursi
Langkah-langkah pelaksanaan :
1. Persiapkan pasien mulai dari kontrak topik, waktu, tempat dan tujuan
dilaksanakan senam kaki
2. Sebelum dilakukan senam kaki, terlebih dahulu ukur gula darah pasien terlebih
dahulu
3. Posisikan pasien dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak diatas
bangku dengan kaki menyentuh lantai
4. Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke atas
lalu dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.
5. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas.
Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki
diangkatkan ke atas. Dilakukan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan
diulangi sebanyak 10 kali.
6. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat
gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
7. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar
dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali
8. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki, tuliskan
pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian
(Akhtyo, 2004).
9. Setelah selesai melakukan senam kaki, ukur kembali gula darah pasien. Dan
bandingkan dengan gula darah sebelumnya.