Anda di halaman 1dari 29

APLIKASI EFEKTIFITAS KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN

INTENSITAS NYERI DENGAN FRAKTUR FEMUR DEXTRA

Oleh :

SULASTRI WAHYUNI UMASUGI

G3A019193

Dosen Pembimbing

Ns. Yunie Armiyati,M.Kep.,Sp.KMB

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang disebabkan
oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada
fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan
hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion
wityh Internal Fixation).
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus
pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan ikat
yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%.
Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-jaringan
khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya yang terdiri
atas hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan mineral terutama
calsium kurang lebih 67 % dan bahan seluler 33%.
Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah
tulang). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnya disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka,
yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar,
dan fraktur tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar.
Secara umum, fraktur terbuka bisa diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk
kulit dari dalam, biasanya disertai perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui
dengan melihat bagian yang dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat kelainan
bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke samping, depan, atau belakang.
Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan, dan perpendekan tulang. Dalam
kenyataan sehari-hari, fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas dan fraktur
vertebra. Fraktur ekstremitas mencakup fraktur pada tulang lengan atas, lengan bawah,
tangan, tungkai atas, tungkai bawah, dan kaki. Dari semua jenis fraktur, fraktur tungkai
atas atau lazimnya disebut fraktur femur (tulang paha) memiliki insiden yang cukup
tinggi. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Supaya mahasiswa dapat memahami konsep keperawatan medikal bedah
tentang konsep fraktur dan cara pemberian asuhan keperawatan fraktur.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi fraktur.
2. Untuk mengetahui etiologi fraktur.
3. Untuk memahami patofisiologi fraktur.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis fraktur.
5. Untuk mengetahui penatalaksanan fraktur.
6. Untuk mengetahui konsep fraktur

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa definisi fraktur ?
2. Apa etiologi fraktur ?
3. Bagaimana patofisiologi fraktur ?
4. Bagaimana manifestasi klinis fraktur ?
5. Bagaimana penatalaksanan fraktur ?
6. Bagaimana konsep keperawatan pada fraktur ?

1.4 Metode Penulisan


1. Tulisan menggunakan font Time New Roman
2. Tulisan menggunakan size 12 dengan spasi 1,5

1.5 Sistematika Penulisan


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan penulisan
1.3 Rumusan masalah
1.4 Metode penulisan
1.5 Sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 pengertian fraktur
2.2 Etiologi fraktur
2.3 Patofisiologi fraktur
2.4 Manifestasi klinik fraktur
2.5 Penatalaksanaan fraktur
2.6 Pemeriksaan penunjang
2.7 Konsep keperawatan fraktur
BAB III RESUME ASKEP
3.1 Skenario Kasus
3.2 Pengkajian focus
3.3 Diagnosa keperawatan
3.4 Pathways keperawatan kasus
3.5 Fokus intervensi
BAB IV PENUTUP
4.1 kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi Fraktur
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Syamsuhidayat. 2004: 840).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
(Brunner & Suddarth. 2005).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, jaringan lunak disekitar tulang
akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. ( price &
wilson 2006 ).
Patah tulang adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan
yang disebabkan oleh kekerasan.(Oswari, 2000 : 144).

2.2 Etiologi Fraktur


Penyebab fraktur bisa karena Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya
meremuk, gerakan punter mendadak, kontraksi otot ekstrim. Letih karena otot tidak dapat
mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh. Kelemahan tulang akibat penyakit
kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.
Adapun Penyebab Fraktur adalah :
a. Kekerasan langsung: Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis
patah melintang atau miring.
b. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang
ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.
Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi
dari ketiganya, dan penarikan.

2.3 Patofisiologi Fraktur


Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma Baik itu karena
trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak langsung
misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa karena
trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot trisep
dan bisep mendadak berkontraksi.
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit.
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke
dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami
kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih
dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darahketempat tersebut.
Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin
(hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru.
Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus.
Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk
membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299)

2.4 Manifestasi Klinik


2.4.1 Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang
dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2.4.2 Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas
dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas
tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melengketnya obat.
2.4.3 Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5
cm.
2.4.4 Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
2.4.5 Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam
atau beberapa hari setelah cedera.
2.5 Penatalaksanaan fraktur
2.5.1 Penatalaksanaan konservatif
Merupakan penatalaksanaan non pembedahan agar immobilisasi pada patah
tulang dapat terpenuhi.
2.5.1.1 Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk
mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada
anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.
2.5.1.2 Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan
plaster of paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic
atau metal. Metode ini digunakan pada fraktur yang perlu dipertahankan
posisinya dalam proses penyembuhan.
2.5.1.3 Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang
menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan
dengan pembiusan umum dan local. Reposisi yang dilakukan melawan
kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan
alat utama pada teknik ini.
2.5.1.4 Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini
mempunyai dua tujuan utama, yaitu berupa reduksi yang bertahap dan
imobilisasi.
2.5.2 Penatalaksanaan pembedahan
2.5.2.1 Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-
Wire (kawat kirschner), misalnya pada fraktur jari.
2.5.2.2 Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal
Fixation). Merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi
pada derah fraktur, kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods,
plates dan protesa pada tulang yang patah.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges ( 2000) ada beberapa pemeriksaan penunjang pada pasien fraktur
antara lain:
1. Pemeriksaan roentgen : untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur

2. Scan tulang, tomogram, CT- scan/ MRI : memperlihatkan fraktur dan


mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3. Pemeriksaan darah lengkap : Ht mungkkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma
multiple). Peningkatan sel darah putih adalah respon stress normal setelah trauma.
4. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
5. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple,
atau cedera hati.

2.7 Konsep Keperawatan Fraktur


2.7.1 Pengkajian Fokus
Pada pengkajian fokus yang perlu di perhatikan pada pasien fraktur merujuk
pada teori menurut Doenges (2002) dan Muttaqin (2008) ada berbagai macam
meliputi:
a. Riwayat penyakit sekarang
Kaji kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang
kruris, pertolongan apa yang di dapatkan, apakah sudah berobat ke dukun
patah tulang. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya
kecelakaan, perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang lainya. Adanya
trauma lutut berindikasi pada fraktur tibia proksimal. Adanya trauma angulasi
akan menimbulkan fraktur tipe konversal atau oblik pendek, sedangkan
trauma rotasi akan menimbulkan tipe spiral. Penyebab utama fraktur adalah
kecelakaan lalu lintas darat.
b. Riwayat penyakit dahulu
Pada beberapa keadaan, klien yang pernah berobat ke dukun patah
tulang sebelumnya sering mengalami mal-union. Penyakit tertentu seperti
kanker tulang atau menyebabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit
menyambung. Selain itu, klien diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko
mengalami osteomielitis akut dan kronik serta penyakit diabetes
menghambat penyembuhan tulang.
c. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang cruris
adalah salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis
yang sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang
cenderung diturunkan secara genetik.
d. Pola kesehatan fungsional
1) Aktifitas/ Istirahat
Keterbatasan/ kehilangan pada fungsi di bagian yang terkena (mungkin
segera, fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan
jaringan, nyeri)
2) Sirkulasi
a) Hipertensi ( kadang – kadang terlihat sebagai respon nyeri atau
ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah)
b) Takikardia (respon stresss, hipovolemi)
c) Penurunan / tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera,pengisian
kapiler lambat, pusat pada bagian yang terkena.
d) Pembangkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera.
3) Neurosensori
a) Hilangnya gerakan / sensasi, spasme otot
b) Kebas/ kesemutan (parestesia)
c) Deformitas local: angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi
(bunyi berderit) Spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang fungsi.
d) Angitasi (mungkin badan nyeri/ ansietas atau trauma lain)
4) Nyeri / kenyamanan
a) Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan / kerusakan tulang pada imobilisasi ), tidak ada nyeri akibat
kerusakan syaraf .
b) Spasme / kram otot (setelah imobilisasi)
5) Keamanan
a) Laserasi kulit, avulse jaringan, pendarahan, perubahan warna
b) Pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-
tiba).
6) Pola hubungan dan peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat
karena klien harus menjalani rawat inap.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Dampak yang timbul dari klien fraktur adalah timbul ketakutan dan
kecacatan akibat fraktur yang dialaminya, rasa cemas, rasa ketidak
mampuan untuk melakukan aktifitasnya secara normal dan pandangan
terhadap dirinya yang salah.
8) Pola sensori dan kognitif
Daya raba pasien fraktur berkurang terutama pada bagian distal fraktur,
sedangkan indra yang lain dan kognitif tidak mengalami gangguan. Selain
itu juga timbul nyeri akibat fraktur.
9) Pola nilai dan keyakinan
Klien fraktur tidak dapat beribadah dengan baik, terutama frekuensi
dan konsentrasi dalam ibadah. Hal ini disebabkan oel nyeri dan
keterbatasan gerak yang di alami klien.
2.7.2 Pathways Keperawatan

Trauma tidak langsung • Osteoporosis


• Jatuh • Osteomilitis
• Hantaman • Kegasan
Tekanan pada tulang
• Kecelakaan • Dll.
• Dll.
Tidak mampu meredam
Kondisi patologis
energy yang terlalu besar

Tidak mampu menahan


FRAKTUR Tulang rapuh
berat badan

Pergeseran fragmen tulang


Merusak jaringan sekitar

Menenbus kulit Pelepasan mediator nyeri Pelepasan mediator Trauma arteri/vena


(Fraktur terbuka) inflmasi

Ditangkap nyeri reseptor Perdarahan tidak


Luka perifer Deformitas terkontrol

Kerusakan pertahanan Gangguan fungsi Kehilangan volume


Implus ke otak
primer cairan berlebihan

Jalan masuknya kuman Persepsi nyeri MK : GANGGUAN


MK : RISIKO SYOK
MOBILITAS FISIK

MK : RISIKO INFEKSI MK : NYERI AKUT


Proses pembedahan

Post Operasi

Efek anastesi mulai Adanya luka pasca operasi Penurunan pertahanan


menghilang utama tubuh

Pelepasan mediator Aktivitas terganggu Jalan masuknya kuman


nyeri

MK : GANGGUAN
Implus ke otak MK : RESIKO INFEKSI
MOBILITAS FISIK

Presepsi nyeri

MK : NYERI AKUT
2.7.3 Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan
intestinal oleh inflamasi)
2. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
4. Risiko hypovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
b. Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

2.7.4 Intervensi Keperawatan


a. Pre Operasi
No LUARAN INTERVENSI
1. L.08066 : Tingkat nyeri I.08238 : Manajemen nyeri
1. Keluhan nyeri menurun Observasi
2. Meringis menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
3. Sikap protektif frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
menurun - Identifikasi skala nyeri
4. Frekuensi nadi - Identifikasi respon nyeri non verbal
membaik - Identifikasi factor yang memperberat
5. Pola nafs membaik dan memperingan nyeri
6. Tekanan darah - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
membaik tentang nyeri
L.14135 : Control nyeri - Monitar efek samping penggunaan
1. Melaporkan nyeri analgetik
terkontrol meningkat Terapeutik
2. Kemampuan mengenali - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
onset nyeri meningkat mengurangi rasa nyeri
3. Kemampuan mengenali - Kompres hangat/dingin
penyebab nyeri - Fasilitas istirahat dan tidur
meningkat Edukasi
4. Kemampuan - Jelaskan penyebab, periode, dan
menggunakan Teknik pemicu nyeri
non-farmakologis - Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
2. - L.14137 : Tingkat infeksi I.14539 : Pencegahan infeksi
1. Kebersihan tangan Observasi
meningkat - Monitor tanda dan gejala infeksi local
2. Kebersihan badan dan sistemik
meningkat Terapeutik
3. Nyeri menurun - Batasi jumlah pengunjung
4. Bengkak menurun - Berikan perawatan kulit pada area edema
- L.14125 : Integritas kulit - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dan jaringan dengan pasien dan lingkungan pasien
1. Elasitas meningkat - Pertahankan Teknik aseptic pada pasien
2. Perfusi jaringan beresiko tinggi
meningkat Edukasi
3. Kerusakan jaringan - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
menurun - Ajarkan cara mencuci tangan dengan
4. Kerusakan lapisan kulit benar
menurun - Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
5. Nyeri menurun - Anjurkan meningkatkan asupan cairan
6. Suhu kulit membaik Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisas
I.02060 Pemantauan Tanda Vital
Observasi
- Monitor tekanan darah
- Monitor nadi (frekuensi, kekuatan,
irama)
- Monitor pernafasan (frekuensi,
kedalaman)
- Monitor suhu tubuh
- Identifikasi penyebab perubahan tanda
vital
Terapeutik
- Atur interval pemantauan sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,jika
perlu
3. - L.05042 : Mobilitas fisik I.05173 : Dukungan mobilisasi
1. Pergerakan ekstremitas Observasi
meningkat - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
2. Kekuatan otot fisik lainnya
meningkat - Identifikasi toleransi fisik melakukan
3. Nyeri menurun pergerakan
4. Kelemahan fisik - Monitor kondisi umum selama
menurun melakukan mobilasasi
- L.0504:Koordinasi Terapeutik
pergerakan - Libatkan keluarga untuk membantu
1. Control meningkat pasien dalam meningkatkan pergerakan
2. Keseimbangan Gerakan Edukasi
meningkat - Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
3. Kecepatan Gerakan - Anjurkan mobilisasi dini
membaik - Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan
4. - L.03028 : Status cairan I.03116 : Manajemen hypovolemia
1. Kekuatan nadi Observasi
meningkat - Periksa tanda dan gejala hypovolemia
2. Turgor kulit meingkat - Monitor intake dan output cairan
3. Output urine meningkat Terapeutik
4. Pengisian vena - Hitung kebutuhan cairan
meningkat - Berikan asupan cairan oral
- L.05020:Keseimangan Edukasi
cairan - Anjurkan memperbanyak asupan cairan
1. Asupan cairan oral
meningkat - Anjurkan menghindari perubahan posisi
2. Keluaran uirine mendadak
meningkat Kolaborasi
3. Asupan makanan - Kolaborasi pembeian cairan IV isotonis
meningkat - Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis
- Kolaborasi pemberian cairan koloid
- Kolaborasi pemberian produk darah
I.02060 Pemantauan Tanda Vital
Observasi
- Monitor tekanan darah
- Monitor nadi (frekuensi, kekuatan,
irama)
- Monitor pernafasan (frekuensi,
kedalaman)
- Monitor suhu tubuh
- Identifikasi penyebab perubahan tanda
vital
Terapeutik
- Atur interval pemantauan sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,jika
perlu
b. Post Operasi
No LUARAN INTERVENSI
1. L.08066 : Tingkat nyeri I.08238 : Manajemen nyeri
1. Keluhan nyeri menurun Observasi
2. Meringis menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik,
3. Sikap protektif menurun durasi, frekuensi, kualitas,
4. Frekuensi nadi membaik intensitas nyeri
5. Pola nafs membaik - Identifikasi skala nyeri
6. Tekanan darah membaik - Identifikasi respon nyeri non
L.14135 : Control nyeri verbal
1. Melaporkan nyeri - Identifikasi factor yang
terkontrol meningkat memperberat dan memperingan
2. Kemampuan mengenali nyeri
onset nyeri meningkat - Identifikasi pengetahuan dan
3. Kemampuan mengenali keyakinan tentang nyeri
penyebab nyeri meningkat - Monitar efek samping penggunaan
4. Kemampuan menggunakan analgetik
Teknik non-farmakologis Terapeutik
L.14130 : Penyembuhan luka - Berikan teknik nonfarmakologis
1. Penyatuan kulit meningkat untuk mengurangi rasa nyeri
2. Penyatuan tepi luka - Kompres hangat/dingin
meningkat - Fasilitas istirahat dan tidur
3. Jaringan granulasi Edukasi
meningkat - Jelaskan penyebab, periode, dan
4. Pembentukan jaringan parut pemicu nyeri
meningkat - Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Ajarkan Teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik

2. L.14137 : Tingkat infeksi I.14539 : Pencegahan infeksi


1. Kebersihan tangan Observasi
meningkat - Monitor tanda dan gejala infeksi
2. Kebersihan badan local dan sistemik
meningkat Terapeutik
3. Nyeri menurun - Batasi jumlah pengunjung
4. Bengkak menurun - Berikan perawatan kulit pada area
L.14125 : Integritas kulit dan edema
jaringan - Cuci tangan sebelum dan sesudah
1. Elasitas meningkat kontak dengan pasien dan
2. Perfusi jaringan meningkat lingkungan pasien
3. Kerusakan jaringan - Pertahankan Teknik aseptic pada
menurun pasien beresiko tinggi
4. Kerusakan lapisan kulit Edukasi
menurun - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Nyeri menurun - Ajarkan cara mencuci tangan dengan
6. Suhu kulit membaik benar
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisas
I.02060 Pemantauan Tanda Vital
Observasi
- Monitor tekanan darah
- Monitor nadi (frekuensi, kekuatan,
irama)
- Monitor pernafasan (frekuensi,
kedalaman)
- Monitor suhu tubuh
- Identifikasi penyebab perubahan
tanda vital
Terapeutik
- Atur interval pemantauan sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,jika
perlu
3. L.05042 : Mobilitas fisik I.05173 : Dukungan mobilisasi
1. Pergerakan ekstremitas Observasi
meningkat - Identifikasi adanya nyeri atau
2. Kekuatan otot meningkat keluhan fisik lainnya
3. Nyeri menurun - Identifikasi toleransi fisik
4. Kelemahan fisik menurun melakukan pergerakan
L.0504:Koordinasi pergerakan - Monitor kondisi umum selama
1. Control meningkat melakukan mobilasasi
2. Keseimbangan Gerakan Terapeutik
meningkat - Libatkan keluarga untuk membantu
3. Kecepatan Gerakan pasien dalam meningkatkan
membaik pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
- Anjurkan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan
BAB III

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 SKENARIO KASUS


Seorang laki-laki usia 35 tahun dirawat di RS dengan diagnosis medis Fraktur Femur
Dextra. Pasien telah menjalani operasi ORIF dua hari yang lalu. Hasil pengkajian
didapatkan pasien mengeluh nyeri tak tertahankan, kesadaran komposmentis, tekanan
darah 110/70 mmHg, denyut nadi 98x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu 36,70C. Hasil
pemeriksaan foto rontgen regio femur dextra AP lateral didapatkan fraktur os femur
dekstra 1/3 tengah soft tissue swelling disekitarnya.Pasien mendapat terapi Tramal 3x100
mg, Transamin 3x1 amp
3.2 PENGKAJIAN FOKUS

Nama Mahasiswa : Sulastri Wahyuni Umasugi


NIM : G3A019193
Tanggal : Senin,10 Agustus 2020
IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama :- (Laki-laki)
Tempat & Tgl Lahir : 35 Tahun
Diagnosa Medik : Fraktur Femur Dextra
STATUS KESEHATAN
1. Status Kesehatan Saat ini
a. Alasan masuk Rumah Sakit/Keluhan utama : klien mengeluh nyeri tak
tertahankan. Klien telah menjalani operasi ORIF dua hari yang lalu.
PENGKAJIAN POLA FUNGSI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. PERSEPSI DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
a. Gejala (Subyektif) : -
b. Tanda (Obyektif) : -
2. UTRISI, CAIRAN DAN METABOLIK
a. Gejala (Subyektif): -
b. Tanda (obyektif):
1) Suhu tubuh: 36,7oC
3. PERNAPASAN, AKTIFITAS DAN LATIHAN PERNAPASAN
a. Gejala (Subyektif) : -
b. Tanda (Obyektif) : RR 24x/menit
4. AKTIFITAS (TERMASUK KEBERSIHAN DIRI) DAN LATIHAN
a. Gejala (Subyektif) : -
b. Tanda (Obyektif): -
5. ISTIRAHAT
a. Gejala (Subyektif): -
b. Tanda (obyektif): -
6. SIRKULASI
a. Gejala (Subyektif):
b. Tanda (obyektif):
1) Tekanan Darah (TD): 110/70 mmHg
2) Tekanan nadi : denyut nadi teratur 98 x/menit
7. ELIMINASI
a. Gejala (subyektif):
b. Tanda (obyektif):
8. NEUROSENSORI DAN KOGNITIF
a. Gejala (subyektif)
1) Adanya nyeri : Klien mengeluh nyeri taktertahankan
P=-
Q=-
R=-
S=-
T=-
b. Tanda (Objyektif) : -
9. KEAMANAN
a. Gejala (Subyektif) : -
b. Tanda (Obyektif) :
1) Suhu tubuh : 38oC
2) Adanya luka : terdapat luka operasi fraktur os femur dekstra 1/3 tengah soft
tissue swelling disekitarnya
10. SEKSUAL DAN REPRODUKSI
a. Gejala (Subyektif) : -
b. Tanda (Obyektif) : -
11. PERSEPSI DIRI, KONSEP DIRI DAN MEKANISME KOPING
a. Gejala (Subyektif) : -
a. Tanda (Obyektif)
TTV tekanan darah 110/70 mmHg, suhu tubuh 36,7oC, denyut nadi 98 x/menit,
RR 24 x/menit
12. POLA NILAI KEPERCAYAAN DAN SPIRITUAL
a. Gejala (Subyektif) : -
b. Tanda (Obyektif) : -

DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan foto rontgen regio femur dextra AP lateral didapatkan fraktur os femur
dekstra 1/3 tengah soft tissue swelling disekitarnya.
2. Terapi Tramal 3x100 mg, Transamin 3x1 amp
NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
1. DS : Nyeri Akut Agen pencedera
- Klien mengeluh nyeri tak tertahankan fisik (luka operasi)

DO :
- TD 110/70 mmHg
- Nadi 98x/menit
- Terdapat luka post operasi
MORE INFO
- P,Q,R,S,T

2. DS :- Resiko Ketidakadekuatan
DO : Infeksi pertahanan tubuh
primer (kerusakan
- Suhu : 36,7C
- Terdapat luka post operasi jaringan)

MORE INFO
- Kondisi luka

3. DS :- Gangguan Nyeri
DO : mobilitas
fisik
- Klien mengeluh nyeri
- Klien post ORIF Fraktur Femur Dextra
MORE INFO
- Kekuatan otot
- Rentang gerak ROM

3.1 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan pencedera fisik (Luka operasi)
2. D.0142 Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer
3. D.0054 Gangguan mobilitas fisik berhubungan nyeri
3.1 PATHWAYS KEPERAWATAN KASUS
Trauma tidak langsung • Osteoporosis
• Jatuh • Osteomilitis
• Hantaman • Kegasan
Tekanan pada tulang
• Kecelakaan • Dll.
• Dll.
Tidak mampu meredam
Kondisi patologis
energy yang terlalu besar

Tidak mampu menahan


FRAKTUR Tulang rapuh
berat badan

Pergeseran fragmen tulang

Proses pembedahan

Post Operasi

Efek anastesi mulai Adanya luka pasca operasi Perawatan luka kurang
menghilang steril

Pelepasan mediator Aktivitas terganggu Jalan masuknya kuman


nyeri

MK : GANGGUAN
Implus ke otak MK : RESIKO INFEKSI
MOBILITAS FISIK

Presepsi nyeri

MK : NYERI AKUT
3.2 FOKUS INTERVENSI

No LUARAN INTERVENSI
1. L.08066 : Tingkat nyeri menurun Intervensi Utama
dengan kriteria hasil : I.08238 : Manajemen nyeri
1. Keluhan nyeri menurun Observasi
2. Meringis menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
3. Sikap protektif menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
4. Frekuensi nadi membaik - Identifikasi skala nyeri
5. Pola nafs membaik - Identifikasi respon nyeri non verbal
6. Tekanan darah membaik - Identifikasi factor yang memperberat dan
L.14135 : Control nyeri memperingan nyeri
meningkat dengan kriteria hasil : - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
1. Melaporkan nyeri terkontrol tentang nyeri
meningkat - Monitar efek samping penggunaan
2. Kemampuan mengenali onset analgetik
nyeri meningkat Terapeutik
3. Kemampuan mengenali - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
penyebab nyeri meningkat mengurangi rasa nyeri
4. Kemampuan menggunakan - Kompres hangat/dingin
Teknik non-farmakologis - Fasilitas istirahat dan tidur
L.14130 : Penyembuhan luka Edukasi
membaik dengan kriteria hasil : - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
1. Penyatuan kulit meningkat nyeri
2. Penyatuan tepi luka - Jelaskan strategi meredakan nyeri
meningkat - Ajurkan memonitor nyeri secara mandiri
3. Jaringan granulasi meningkat - Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk
4. Pembentukan jaringan parut mengurangi rasa nyeri
meningkat Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik

2. L.14137 : Tingkat infeksi Intervensi Utama


1. Kebersihan tangan I.14539 : Pencegahan infeksi
meningkat Observasi
2. Kebersihan badan meningkat - Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
3. Nyeri menurun sistemik
4. Bengkak menurun Terapeutik
L.14125 : Integritas kulit dan - Batasi jumlah pengunjung
jaringan - Berikan perawatan kulit pada area edema
1. Elasitas meningkat - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
2. Perfusi jaringan meningkat dengan pasien dan lingkungan pasien
3. Kerusakan jaringan - Pertahankan Teknik aseptic pada pasien
menurun beresiko tinggi
4. Kerusakan lapisan kulit Edukasi
menurun - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Nyeri menurun - Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
6. Suhu kulit membaik - Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisas
Intervensi Tambahan
I.02060 Pemantauan Tanda Vital
Observasi
- Monitor tekanan darah
- Monitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)
- Monitor pernafasan (frekuensi, kedalaman)
- Monitor suhu tubuh
- Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
Terapeutik
- Atur interval pemantauan sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan,jika perlu
3. L.05042 : Mobilitas fisik Intervensi Uatama
1. Pergerakan ekstremitas I.05173 : Dukungan mobilisasi
meningkat Observasi
2. Kekuatan otot meningkat - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
3. Nyeri menurun lainnya
4. Kelemahan fisik menurun - Identifikasi toleransi fisik melakukan
L.0504:Koordinasi pergerakan pergerakan
1. Control meningkat - Monitor kondisi umum selama melakukan
2. Keseimbangan Gerakan mobilasasi
meningkat Terapeutik
3. Kecepatan Gerakan - Libatkan keluarga untuk membantu pasien
membaik dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan mobilisasi dini
Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan
BAB IV
APLIKASI EVIDENCE BASED NURSING RISET

4.1 IDENTITAS PASIEN


Nama lengkap : Tn.
No. Registrasi :-
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosa Medis : Fraktur femur dextra

4.2 DATA FOKUS


Ds : - Klien mengatakan nyeri tak tertahankan
- P: -
- Q: -
- R: -
- S: -
- T: -

Do :

- Tekanan Darah : 110/70 mmHg


- Nadi : 98x/Menit
- Pernafasan : 24x/Menit
- Foto rontgen regio femur dextra AP : Fraktur os femur dekstra 1/3 tengah soft
tissue swelling disekitarnya post operasi ORIF hari-ke 2

4.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (luka operasi ORIF)

4.4 EVIDANCE BASED NURSING PRACTICE YANG DITERAPKAN KEPADA


PASIEN
Efektifitas kompres dingin terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur
4.5 ANALISA SINTESA JUSTIFIKASI / ALASAN PENERAPAN EVIDANCE
BASED NURSING PRACTICE
Trauma tidak langsung

Fraktur femur

Pergeseran fragmen tulang

Operasi ORIF

Kerusakan integitas jaringan: agen pencedera fisik

Nyeri Akut

Pemberian kompres dingin

Edema berkurang Implus nyeri terhalangi

Nyeri berkurang

4.6 LANDASAN TEORI TERKAIT PENERAPAN EVIDANCE BASED NURSING


PRACTICE
Kompres dingin merupakan metode yang menggunakan cairan atau alat yang dapat
menimbulkan sensasi dingin pada bagian tubuh yang memerlukan, (Asmadi, 2008).
Tujuan dari kompres dingin, yaitu mengurangi rasa sakit pada suatu daerah setempat.
Kompres dingin bekerja dengan menstimulasi permukaan kulit untuk mengontrol
nyeri Terapi dingin yang diberikan akan mempengaruhi impuls yang dibawa oleh serabut
taktil A-Beta untuk lebih mendominasi sehingga “gerbang” akan menutup dan impuls
nyeri akan terhalangi. Nyeri yang dirasakan akan berkurang atau hilang untuk sementara
waktu (Prasetyo, 2010).
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 JUSTIFIKASI PEMILIHAN TINDAKAN EVIDANCE BASED NURSING


PRACTICE
Penelitian yang dilakukan Rohimah (2014) dengan judul “efektifitas Kompres Dingin
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Fraktur” didapatkan hasil bahwa 21
responden (100%) mengalami nyeri sedang dengan skala 4-6 sebelum diberikan
intervensi kompres dingin, sedangkan sesudah diberikan intervensi kompres dingin
diperoleh 19 responden (90,5%) mengalami nyeri ringan dengan skala 1-3 dan 2
responden (9,5%) mengatakan tidak nyeri dengan skala 0. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati tahun 2011 terhadap 20 responden dengan
nyeri sedang 12 (60%), nyeri ringan 4 (20%), dan nyeri berat 4 (20%) sebelum pemberian
kompres dingin. Setelah pemberian kompres dingin diperoleh nyeri ringan 15 (75%),
nyeri sedang 4 (20%), dan nyeri berat 1 (5%). Hasil uji wilcoxon diperoleh p= 0,05 yang
artinya ada pengaruh kompres dingin terhadap pengurangan nyeri luka perineum pada ibu
nifas.

5.2 MEKANISME PENERAPAN EVIDANCE BASED NURSING PRACTICE

1. Mempersiapkan semua peralatan


2. Menjelaskan maksud dan tujuan kepada pasien
3. Mencatat hasil pre-test (pengkajian nyeri)
4. Melakukan kompres dingin
5. Mencatat hasil post-test (Skala Nyeri)
6. Kompres dingin dilakukan 3 hari saat Shift

5.3 HASIL YANG DICAPAI


1. Intervensi

Pengukuran Pre-Test Post-Test

Skala Nyeri - -
Dari hasil didapatkan ada pengaruh kompres dingin terhadap penurunan skala nyeri
pada pasien dengan fraktur femur dextra.
5.4 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN APLIKASI EVIDANCE BASED NURSING
PRACTICE
1. Kelebihan
Tindakan kompres dingin mudah dilakukan, kemudian aplikasi kompres dingin ini
juga dapat dilakukan mandiri oleh pasien bersama keluarga jika sewaktu-waktu nyeri.
2. Kekurangan
Dalam penerapan EBN pelaksanaanya tidak teratur waktu penerapannya, jadi besar
kemungkinan nyeri yang berkurang juga dapat disebabkan karena pengaruh
pemberain analgetik.
BAB VI
PENUTUP
6.1. KESIMPULAN
Pasien dengan fraktur akan mengalami rasa nyeri dengan skala sedang sampai tinggi
dan ketidak nyamanan. Oleh karena itu dengan adanya nyeri kita perlu melakukan
tindakan non farmakologis yaitu kompres dingin.
Penelitian Elia, P (2014) didapatkan hasil bahwa dengan intervensi yaitu kompres
dingin pada pasien dengan fraktur, hasil penelitian menunjukan bahwa ada efektifitas
kompres dingin terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur
6.2. SARAN
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Memberikan asuhan keperawatan pada pasien fraktur dengan keluhan nyeri bisa
memberikan latihan kompres dingin untuk mengurangi nyeri pada pasien dengan
fraktur selama perawatan di Rumah Sakit.
2. Bagi Pasien/Masyarakat umum
Kompres dingin ini bisa diterapkan untuk menurunkan nyeri pada penderita fraktur
jika mengeluh nyeri karena pelaksanaannya yang murah, mudah dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2005. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta :
EGC
Corwin, Elizabeth J.2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta.
Elia, Purnamasari, dkk. 2014. Efektifitas Kompres Dingin Terhadap Penurunan Intensitas
Nyeri Pada Pasien Fraktur DI RSUD UNGARAN. Jurnal ilmu keperawatan dan Kebidanan.
Stikes Telorejo Semarang
Nurarif Huda Amin, Kusuma Hardhi. 2015. Nanda Nic Noc. Jogjakarta: Penerbit
Mediaction Piblishing Jogjakarta
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses – proses Penyakit, ed.6, volume 1&2. EGC. Jakarta, hal :1117-1119
Syamsuhidayat. 2004. Buku-Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai