Anda di halaman 1dari 24

Pemeriksaan Klinis Neurologi

Saraf Kranial

Saraf Otak (Nervus Kranialis)

1. Nervus I 2. Nervus II 3. Nervus III 4. Nervus IV 5. Nervus V 6. Nervus VI 7. Nervus VII 8. Nervus VIII 9. Nervus IX 10. 11. 12. Nervus X Nervus XI Nervus XII

: Nervus Olfactorius : Nervus Optikus : Nervus Okulomotorius : Nervus Troklearis : Nervus Trigeminus : Nervus Abdusen : Nervus Fasialis : Nervus Vestibulokoklearis : Nervus Glosofaringeus : Nervus Vagus : Nervus Aksesorius : NervusHipoglosus

Nervus I (Nervus Olfactorius) Fungsi: penghidu o Zat: bau-bauan yang tidak asik (ex. kopi, tembakau) o Caranya: pasien tutup mata salah satu lubang hidung ditutup dengan jari pemeriksa

Penilaian

lubang hidung yg tidak ditutup menghirup salah satu zat tanyakan zat apa yang dihirup lakukan hal yg sama pada lubang hidung lainnya

Normosmia: kemampuan menghidu normal Hiposmia: kemampuan menghidu menurun Hiperosmia: meningkatnya kemampuan menghidu. Biasanya pd penderita hiperemis gravidarum, migren.

Anosmia: hilangnya penciuman Kakosmia: mempersepsi adanya bau busuk, padahal tidak ada

Penyebab Gangguan Menghidu Penyakit inflamasi akut atau kronis di hidung perokok berat Trauma kepala : mungkin disebabkan oleh robeknya filament olfactorius

1. Nervus II (Nervus Optikus)

Pemeriksaan terdiri dari: A. B. C. Ketajaman Penglihatan (visual acuity) Lapangan Pandang (visual field) Funduskopi (pemeriksaan oftalmoskopik)

Cara Melakukan Tes Nervus II A. Ketajaman Penglihatan

o Pemeriksaan kasar: pasien diminta untuk mengenali benda yang letaknya jauh. Ex: jam dinding, Tanya jam berapa, membaca buku/Koran o Pemeriksaan yg teliti: dgn menggunakan gambar snellen (optic

snellen) seperti kalau mau pakai kaca mata. Penderita disuruh membaca gambar snellen pada jarak 6 meter. Tentukan baris ke berapa sampai penderita tidak mampu lagi membacanya.

B. Lapangan Pandang Caranya (metode konfrontasi Donder): o Penderita duduk/berdiri berha-dapan dengan pemeriksa o Penderita & pemeriksa masing-masing menutup salah satu mata yang berhadapan (ex. penderita tutup mata kiri, sedangkan pemeriksa tutup mata kanan, atau sebaliknya). o Mata penderita & pemeriksa yang tidak tertutup harus saling bertatapan (menghadap ke depan), jgn melirik o Pemeriksa lalu menggerakkan jari tangannya di bidang pertengahan antara pemeriksa & penderita. Gerakan dilakukan dari luar ke dalam. Gangguan lapangan pandang - Lapangan pandang menyempit - Hemianopsia C. Funduskopi (Pemeriksaan Oftalmoskopik) o Menilai keadaan N.II, terutama papil nya. Papil adalah tempat serabut N.II memasuki mata o Penilaian terhadap papil:

- Papil normal: bentuk lonjong, warna jingga muda, di bagian temporal sedikit pucat, batas dengan retina jelas, pembuluh darah muncul di tengah, bercabang ke atas & bawah - Papil atrofi primer: warna papil pucat, batas tegas, pembuluh darah berkurang. - Sembab papil: disebabkan oleh radang aktif / bendungan,disertai

perburukan visus yang hebat. Pada sembab papil perlu ditentukan besarnya penonjolan, dinyatakan dalam dioptri. Penyebab Gangguan Nervus II:

o Neuritis optika o Neuritis retrobulbar o Papilitis o Neuropati optic iskemik (ex. pada hiper-tensi dan arthritis) o Neuropati karena tekanan (ex. tumor, anerisma, gangguan hormonal tiroid) o Neuropati optic o/ infiltrasi (ex. karsinoma) o Defisiensi/intoksikasi (ex. def. vitamin B12, B1, intoksikasi etambutol, kloramfenikol)

3.

Nervus

III

(Nervus

Okulomotorius), Nervus

IV

(Nervus

Troklearis), Nervus VI (Nervus Abdusen) a. Fungsi N.III, IV, dan VI saling berkaitan dan diperiksa bersama-sama. Fungsinya ialah menggerakkan otot mata ekstraokuler dan mengangkat kelopak mata. Srabut N.III mengatur otot pupil b. Otot bola mata yg dipersarafi N. III, IV, VI:

o N.III : menginervasi m. rektus internus (medialis), m. rektus superior, m. rektus inferior, m. levator palpebrae; serabut visero-motoriknya mengurus m. sfingter pupile (yaitu mengurus kontraksi pupil) dan m. siliare (mengatur lensa mata) o N.IV : menginervasi m. oblikus superior. Kerja otot ini menyebabkan mata dapat dilirikkanke bawah dan nasal. o N.VI : menginervasi m. rektus eksternus (lateralis). Kerja otot ini

menyebabkan lirik matakea rah temporal.

Bagan Gerak Bola Mata c. 1) Cara Pemeriksaan Ptosis

o Ptosis adlh kelopak mata terjatuh, mata tertutup, tdk dapat dibuka, akibat kelumpuhan N.III (otot m. levator palpebrae) o Untuk menilai tenaga m. levator pal-pebrae pasien diminta pejamkan mata, kemudian disuruh membuka matanya. Waktu pasien membuka mata, pemeriksa menahan gerakan ini dengan jalan memegang (menekan enteng) pada kelopak mata. Dengan demikian dapat dinilai kekuatan mengangkat kelopak mata.

2)

Pupil

o Perhatikan besarnya pupil pada mata kiri dan kanan. Bila sama : isokor ; bila tidak sama : anisokor o Perhatikan bentuk pupil, apakah bundar dan rata tepinya (normal) atau tidak. o Miosis : pupil mengecil, dipersarafi oleh serabut parasimpatis dari N.III. Dapat dijumpai pada waktu tidur, tingkat tertentu dari koma, iritasi N.III, dan kelumpuhan saraf simpatis (sindrom Horner). o Midriasis : pupil melebar, dipersarafi oleh serabut simpatis (torakolumbal). Dijumpai pada kelumpuhan N.III, misalx oleh desakan tumor atau hematom, pd fraktur dasar tulang tengkorak. 3) Refleks Pupil (Reaksi Cahaya Pupil)

o Terdiri atas: 1. Refleks Cahaya Langsung (RCL) 2. Refleks Cahaya Tak Langsung (RCTL) o Caranya: Pasien disuruh melihat benda yang jauh. Mata disenter (diberi cahaya) dan lihat apa ada reaksi pupil. Pada keadaannormal, pupil akan mengecil : RCL (+); bila pupil mata yang TIDAK disinari ikut juga mengecil : RCTL (+). 4) Apabila RCL (-) dan RCTL (+) : kerusakan pada N.II Apabila RCL (-) dan RCTL (-) : kelumpuhan N.III. Refleks Akomodasi

o Penderita diminta melihat jauh, kemudian diminta melihat dekat.

o Mis. jari pemeriksa atau benda (ex. pulpen) yang ditempatkan di dekat matanya. o Refleks Akomodasi (+) bila pupil mengecil : NORMAL o Refleks Akomodasi (-) bila terdapat kelumpuhan N.III. 5) Kedudukan (Posisi) Bola Mata

o Eksoftalmus: mata menonjol Eksoftalmus bilateral dijumpai pada tirotoksikosis. o Enoftalmus: bola mata seolah-olah masuk ke dalam Enoftalmus bisa dijumpai pd Sindrom Horner (yang disebabkan oleh kerusa-kan serabut simpatis leher) o Strabismus: posisi bola mata tidak simetris akibat adanya kontraksi atau tarikan yang berlebihan dari otot mata. Disebut juga juling/jereng. Strabismus konvergen: lirikan ke medial disebabkan oleh ke-lumpuhan m. rectus eksternus yang dipersarafi N.VI Strabismus divergen: lirikan ke lateral disebabkan oleh kelum-puhan m. rectus internus yang dipersarafi N. III. 6) Gerakan Bola Mata

o Penderita disuruh mengikuti jari pe-meriksa yang digerakkan kea rah lateral, medial-atas, bawah, dan kea rah yang miring. o Perhatikan apakah mata pasien bias mengikutinya dan perhatikan bagaimana gerakan bola mata. o Pada pemeriksaan gerakan bola mata juga diperhatikan

adanya diplopia (melihat kembar). Diplopia dijumpai pada kelumpuhan otot penggerak bola mata.

o Perhatikan pula adanya nistagmus. Nistagmus adalah gerak bolak-balik bola mata yang involunter dan ritmik. Caranya: penderita disuruh terus melirik ke satu arah (ex. ke kanan/kiri/ atas/bawah) selama 5-6 detik. Jika ada nistagmus, akan terlihat dalam jangka waktu tersebut.

4. Nervus V (Nervus Trigeminus) a. Bagian Motorik

o Mengurus otot-otot u/ mengunyah, yaitu m. masseter, m. temporalis; m. pterigoid medialis (bfx u/ menutup mulut); m. pterigoid lateralis (bfx u/ menggerakkan rahang bawah ke samping) o Cara pemeriksaan Pasien disuruh merapatkan giginya sekuat mungkin dan kita raba m. masseter dan m. temporalisnya. Kemudian pasien disuruh membuka mulut dan diperhatikan apakah ada deviasi dari rahang bawah, lalu mulut ditutup rapat (untuk menilai m. pterigoid medialis) Pasien diminta untuk menggerakkan rahang bawahnya kiri dan kanan (untuk menilai m. pterigoideus lateralis) Bila terdapat parese di sebelah kanan, rahang bawah tidak dapat digerakkan ke samping kiri. Begitu pula sebaliknya. b. Bagian Sensorik 1. Mengurus sensibilitas wajah melalui 3 cabang: Cabang (ramus) oftalmik : mengurus sensibilitas dahi, mata, hidung, kening, selaput otak, sinus paranasalis dan sebagian mukosa hidung

Cabang (ramus) maksilaris : mengurus sensibilitas rahang atas, gigi atas, bibir atas, pipi, palatum durum, sinus maksilaris dan mukosa hidung.

Cabang (ramus) mandibularis : mengurus sensibilitas rahang bawah, gigi bawah, bibir bawah, mukosa pipi, 2/3 bag. Depan lidah, sebagian dari telinga (eksternal), meatus, dan selaput otak.

2. -

Cara Pemeriksaan: Bagian sensorik N.V diperiksa dengan menyelidiki rasa raba, rasa nyeri, dan suhu pada daerah yang dipersarafinya (wajah). Cara melakukannya akan dibahas pada BAB SISTEM SENSORIK.

Waktu memeriksa sensibilitas N.V juga periksa refleks kornea yang akan dibahas padaBAB SISTEM REFLEKS.

Daerah Sensibilitas N.V, cabang I, II, III (I) (II) Ramus Oftalmik Ramus Maksilaris

(III)

Ramus Mandibularis 5. Nervus VII (Nervus Fasialis)

a.

Saraf otak N.VII mengandung 4 macam serabut: Serabut somato-motorik : mempersarafi otot-otot wajah kecuali m.

levator palpebrae (N.III), otot platisma, stilohioid, digastrikus bagian posterior dan stapedius di telinga tengah. b. Serabut visero-motorik (parasimpatis) : datang dari nucleus salivatorius superior. Serabut saraf ini mengurus glandula dan mukosa faring, palatum, rongga hidung, sinus paranasal, dan glandula submaksilar serta sublingual dan lakrimalis. c. Serabut visero-sensorik : menghantar impuls dari alat pengecap di 2/3 bagian depan lidah (bersama-sama dengan N.V cab. Ramus mandibularis; sedangkan 1/3 bagian posterior oleh N.IX). d. Serabut somato-sensorik : rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan raba) dari sebagian daerah kulit dan mukosa yang disarafi oleh N.V. Secara anatomis, bagian motorik saraf ini terpisah dari bagian yang menghantar sensasi dan serabut parasimpatis, yaitu: a. b. Motorik: inervasi otot wajah Sensasi: sensasi eksteroseptif dari gendang telinga, sensasi pengecapan 2/3 bagian anterior lidah c. a. Parasimpatis: kelenjar ludah dan air mata Pemeriksaan Fungsi Motorik (sering dilakukan di klinik)

o Suruh penderita mengangkat alis dan kerutkan dahi.

Pada kelumpuhan jenis supranuklir sesisi, penderita dapat mengangkat alis dan mengerutkan dahi

Pada kelumpuhan jenis perifer tampak adanya asimetri

o Suruh penderita pejamkan mata Lumpuh berat : tidak dapat pejamkan mata Lumpuh ringan : tenaga pejaman kurang kuat Hal ini dapat dinilai dengan jalan mengangkat kelopak mata dengan tangan pemeriksa, sedangkan pasien disuruh memejamkan mata o Suruh penderita menyeringai, senyum, menunjukkan gigi geligi,

memonyong-kan bibir, menggembungkan pipi o Gejala Chovstek b. Dibangkitkan dgn jalan mengetok N.VII di bagian depan telinga Bila positif : kontraksi otot yang dipersarafinya Pada tetani gejala Chovstek (+) Fungsi Pengecapan

o Suruh penderita julurkan lidah, letakkan bubuk gula/garam/kina (dilakukan secara bergantian dan diselingi istirahat) pada 2/3 lidah bagian depan o Penderita disuruh menyebutkan apa yang ia rasakan o Ageusi : hilangnya rasa pengecapan (pada 2/3 lidah anterior) akibat kerusakan N.VII sebelum percabangan korda timpani Gangguan N. VII Kerusakan sesisi pada UMN N.VII (lesi pada traktus piramidalis atau korteks bagian motorik) akan mengakibatkan kelumpuhan otot-otot wajah mengangkat sudut mulut, menyeringai,

bawah (kurang

dapat

perlihatkan gigi, tersenyum). Pada wajah bagian atas tidak mengalami

kelumpuhan (penderita masih dapat mengangkat alis, mengerutkan dahi, dan menutup mata). Pada lesi LMN : semua gerakan otot wajah (baik yang volunteer maupun involunter) semuanya lumpuh. Pada Bells Palsy : kelumpuhan N.VII jenis perifer yang timbul secara akut, tanpa adanya kelainan neurologik lain. Pada Sindrom Guillain Barre : kelumpuhan N.VII perifer yang bilateral, muka tampak simetris. Perlu dicurigai bila pasien tidak dapat memejamkan kedua matanya. Beberapa penyebab gangguan N.VII

o Strok (kebanyakan menyebabkan gangguan jenis sentral o Gangguan jenis perifer: Paralisis idiopatis (Bells palsy) Tumor di sudut serebelopontin Otitis media Meningitis karsinomatosa Tumor parotis Fraktur dasar tulang tengkorak Beberapa penyebab gangguan pengecapan (N.VII, N.IX) Meningitis viral Pasca influenza Merokok Mulut kering Penyakit sistemik Defisiensi vitamin B12 dan A

Obat-obatan (amitriptilin, ACE- inhibitor)

6. Nervus VIII (Nervus Vestibulokoklearis) Terdiri dari Saraf Vestibularis & Saraf Koklearis a. Saraf Vestibularis Berhubungan dengan:

o Batang otak : serabut dari inti vestibularis mengadakan hubungan dengan inti saraf otak III, IV, dan VI (yg mengurus otot ekstraokuler). Sistem vestibuler memainkan peranan dalam mengurus gerak terkonjugasi bola mata yang reflektoris terhadap gerakan serta posisi kepala. o Medulla Spinalis : hubungan dengan medulla spinalis terjadi melalui traktus vestibulo-spinalis lateralis dan medialis. Berperan mengatur tonus otot ekstensor badan dan anggota gerak terhadap gravitasi, dan

mempertahankan sikap tegak. o Serebelum : bagian vestibuler dari serebellum (archicerebellum) berperan dalam mempertahankan keseimbangan. o Serebrum : hubungannya dengan korteks serebri masih belum berhasil dibuktikan. Gangguan saraf vestibularis:

o Vertigo, terbagi atas 2 tipe Perifer: sekeliling berputar, nistagmus horizontal, lebih berat Sentral: orangnya yang seperti berputar, nistagmus vertikal, lebih ringan

o Nistagmus : gerak infolunter yang bersifat ritmik dari bola mata (gejala objektif vertigo) o Salah tunjuk, kehilangan keseimbangan

Pemeriksaan saraf vestibularis

o Cara khusus untuk menimbulkan nistagmus: Manuver Nylen-Barany atau Manuver Hallpike Tes kalori Elektronistagmografi

o Tes untuk menilai keseimbangan: Tes Romberg yang dipertajam : penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yg lain (tandem); tumit kaki yang satu berada di depan jari kaki lainnya. Lengan dilipat pada dada dan mata lalu ditutup untuk menilai adanya disfungsi vestibular. Pada orang normal mampu berdiri dalam sikap Romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih. Tes melangkah di tempat (strepping test) : penderita disuruh jalan di tempat dengan mata tertutup, sebanyak 50 langkah dengan kecepatan seperti berjalan biasa. Tes ini dapat mendeteksi gangguan sistem vestibular. Hasil tes dianggap abnormal bila kedudukan akhir penderita beranjak lebih dari 1 m dari tempatnya semula, atau badan berputar lebih 30. Salah tunjuk : penderita disuruh menyentuh telunjuk pemeriksa dengan menggunakan telunjuknya. Pada gangguan vestibular didapatkan salah tunjuk, demikian juga dengan gangguan serebellar. Penyebab gangguan sistem vestibular:

o Gangguan jenis perifer Neuritis vestibular Vertigo posisional benigna Mabuk kendaraan Trauma

Obat-obatan (ex. streptomisin) Labirintis Penyakit meniere Tumor di fossa posterior

o Gangguan jenis sentral Strok atau iskemia batang otak Migren basilar Trauma Perdarahan atau lesi di serebellum Lesi lobus temporalis Neoplasma

b. Saraf Koklearis Gangguan Saraf Koklearis

o Gangguan ada saraf koklearis dapat menyebabkan tuli, tinnitus, atau hiperakusis. Ada 2 macam ketulian, yaitu: 1. Tuli perseptif atau tuli saraf

- Dapat disebabkan oleh lesi di: a. reseptor di telinga dalam b.nervus koklearis c. inti serta serabut pendengaran di batang otak d.korteks auditif - Pada tuli saraf, konduksi udara dan konduksi tulang sama - sama berkurang, sehingga perbandingan hantarannya biasanya tidak berubah (Tes

Rinne

(+)).

Akan

tetapi, Tes

Swabach

memendek dan Tes

Weber didapatkan lateralisasi ke arah yang sehat. - Terdapat kehilangan pendengaran, terutama untuk nada yang tinggi dan huruf mati yg tajam, seperti s & t 2. Tuli Konduktif (Tuli Obstruktif, Tuli Transmisi)

- Disebabkan oleh gangguan telinga luar dan telinga tengah - Dapat pula disebabkan oleh sum-batan liang telinga luar, missalnya oleh serumen, air, darah, dll. - Gangguan di nasofaring yg menga-kibatkan obstruksi pada tuba Eustachii dapat menyebabkan tuli konduktif. - Gangguan terutama pada konduksi udara, sedang konduksi tulang tidak berubah, malah dapat bertambah, karenanya Tes Rinne (-). Disamping itu Tes Swabach memendek dan pada Tes Weber didapatkan lateralisasi ke sisi yang tuli. - Terdapat gangguan pendengaran, terutama pada nada yang rendah. o Tinitus : bunyi berdenging di telinga yang disebabkan oleh eksitasi atau iritasi alat pendengaran, sarafnya, inti serta pusat yang lebih tinggi. Obatoabatan seperti kina, salisilat, dan streptomisin dapat menyebabkan tinnitus. 1. Pemeriksaan Saraf Koklearis Tes Swabach Pada tes ini, pendengaran penderita dibandingkan dengan pendengaran pemeriksa (yg normal). Garpu tala dibunyikan lalu ditempatkan di dekat telinga penderita. Setelah penderita tak medengar bunyi lagi, garpu tala tersebut diletakkan di dekat telinga pemeriksa.

Bila masih terdengar bunyi oleh pemeriksa : swabach memendek (untuk konduksi udara).

Kemudian garpu tala dibunyikan lagi dan pangkalnya ditekankan pada tulang mastoid penderita.

Bila penderita sudah tidak mendengar bunyi lagi, maka garpu tala ditempatkan pada tulang mastoid pemeriksa.

Bila pemeriksa masih mendengar bunyinya swabach memendek (untuk konduksi tulang).

2. Tes Rinne Pada pemeriksaan ini dibandingkan konduksi tulang dgn konduksi udara. Pada telinga normal, konduksi udara lebih baik daripada konduksi tulang. Pada pemeriksaan, biasanya digunakan garpu tala frekuensi 128, 256 a/ 512 Hz. Garpu tala dibunyikan pada pangkalnya ditekan pada pada tulang mastoid penderita. Bila penderita sudah tidak mendengar lagi, garpu tala didekatkan pada telinga penderita. Jika masih terdengar bunyi, maka konduksi udara lebih baik dari konduksi tulang RINNE (+) Bila tidak terdengar lagi bunyinya segera setelah garpu tala dipindahkan dari tulang mastoid ke dekat telinga RINNE (-) 3. Tes Weber Garpu tala yang dibunyikan ditekankan pangkalnya pada dahi penderita tepat di tengah. Penderita disuruh mendengarkan bunyinya dan menentukan pada telinga mana bunyi lebih keras terdengar.

Pada orang normal, kerasnya bunyi sama pada telinga kiri dan kanan. Pada tuli saraf, bunyi lebih keras terdengar pada telinga yang sehat. Pada tuli konduktif, bunyi lebih keras terdengar pada telinga yg tuli. TES WEBER BERLATERALISASI ke kiri (atau ke kanan), bil bunyi lebih keras terdengar di telinga kiri (atau kanan)

Tuli Perseptif (Tuli Saraf) : pendengaran berkurang, Rinne (+), weber lateralisasi ke telinga yang sehat

Tuli Konduktif : pendengaran berkurang, Rinne (-), weber lateralisasi ke telinga yang tuli.

7. Nervus IX (Nervus Glosofaringeus), Nervus X (Nervus Vagus) Pendahuluan N.IX dan X diperiksa bersamaan, karena kedua saraf ini berhubungan erat satu sama lain, sehingga gangguan fungsinya jarang tersendiri, kecuali pada bagian yang perifer sekali. Pembentukan suara (fonasi) dilakukan oleh pita suara, yang dipersarafi oleh N. laringeus rekurens (cabang dari N.X). Pengucapan (artikulasi) kata-kata diurus oleh otot-otot mulut (masseter, pterigoideus lateralis, orbikularis oris), otot lidah, otot laring dan faring. Jadi, artikulasi merupakan kerja sama antara saraf otak V, VII, IX, X dan XII. Kelumpuhan nervus-nervus tersebut dapat mengakibatkan disartria Gangguan N.IX dan X Disartria (cadel, pelo) : gangguan pengucapan akibat kelumpuhan N.V, VII, IX, X Disfagia (salah telan) : akibat kelumpuhan N.IX, X

Disfonia (suara serak) : akibat kerusakan N. Laringeus rekurens (cabang N.X)

Afonia : suara tidak ada sama sekali Pemeriksaan N.IX, X Fungsi Motorik

o Perhatikan kualitas suara pasien. Apakah suara normal/disfonia/afonia. o Minta pasien menyebutkan: AAAAAA.. pembentukan suara dilakukan oleh pita suara yang dipersarafi cabang N.X (N. Laringeus Rekurens), apabila lumpuh disfonia o Artikulasi yang kurang baik (cadel) akibat adanya kelumpuahan N.V, VII, IX, X disartria. o Pada kelumpuhan N.IX, X, palatum molle tidak sanggup menutup jalan ke hidung waktu bicara : suara hidung (bindeng/ sengau) o Kelumpuhan N.IX, X : disfagia (salah telan/ keselek) o Sekukan (hiccup, singultus) : kontraksi diafragma yang menyebabkan udara diinspirasi dengan kuat, dan bersamaan dengan itu, terdapat pula spasme faing dan berhentinya inspirasi karena menutupnya glottis. o Pengecapan : tesnya sulit dilakukan karena N.IX mempersarafi 1/3 bagian posterior lidah (sedangkan 2/3 anterior lidah dipersarafi oleh N.V dan N.VII) Fungsi Autonom

N.X merupakan inhibitor dari jantung; paralysis menyebabkan takikardi, iritasi menyebabkan bradikardi. Oleh karena itu, pada pemeriksaan N.X perlu diperiksa frekuensi nadi. Beberapa Penyebab Gangguan N.IX dan X Anerisma a. vertebralis

Strok bilateral (hemiparese dupleks) Idiopatis Hal yang menyebabkan gangguan pada m. Laringeus rekurens: anerisma aorta, tumor di mediastinum, tumor di bronkus

8. Nervus XI (Nervus Aksesorius) Pendahuluan Saraf otak ini hanya terdiri dari serabut motorik (somatomotorik). Saraf XI menginervasi otot sternokleidomastoi-deus dan otot trapezius. Otot sternokleidomastoideus menyebabkan gerakan menoleh (rotasi) pada kepala. Otot trapezius menarik kepala ke sisi yang sama. Ia juga mengangkat, menarik dan memutar scapula, serta membantu mengangkat lengan dari posisi horizontal ke atas. Pemeriksaan Pemeriksaan Otot Sternokleidomastoideus

o Pasien disuruh menggerakkan bagian badan (persendian) yang digerakkan oleh otot yang ingin kita periksa, dan kita tahan gerakan ini o Untuk mengukur tenaga otot sternokleido-mastoideus dapat dilakukan dengan hal berikut: kita suruh pasien menoleh misalnya ke kanan. Gerakan ini kita tahan dengan tangan kita yang ditempatkan di dagu. Bandingkan kekuatan otot kiri dan kanan.

Pemeriksaan N.XI (otot sternokleidomastoideus) Pasien disuruh menolehkan kepala dan pemeriksa menahannya untuk menilai tenaganya

Pemeriksaan Otot Trapezius

o Tenaga otot diperiksa sebagai berikut: tempatkan tangan kita di atas bahu penderita. Kemudian penderita disuruh mengangkat bahunya, dan kita tahan. Dengan demikian dapat dinilai kekuatan ototnya. o Untuk memeriksa kedua otot trapezius, pasien disuruh mengekstensikan kepalanya, dan gerakan ini kita tahan. Jika terdapat kelumpuhan otot trapezius satu sisi, , kepala tidak dapat ditarik ke sisi tersebut, bahu tidak dapat diangkat dan lengan tidak dapat dielevasi ke atas dari posisi horizontal.

Pemeriksaan N.XI (otot trapezius)

Pasien disuruh mengangkat bahu dan kita tahan, untuk menilai tenaganya

Gangguan pada N XI dan Penyebabnya Gangguan N XI dapat terjadi karena lesi supra-nuklir, nuklir atau infranuklir.

Lesi

supranuklir (sentral,upper

motor

neuron)

dapat

terjadi

karena

kerusakan di korteks, atau traktus piramidalis (di kapsula interna dan batang otak), misalnya oleh gangguan peredaran darah (strok). Lesi nuklir (perifer) didapatkan pada siringobulbi, dan ALS (amiotrofik lateral sclerosis). Pada lesi nuklir ini, selain parese, juga didapatkan atrofi dan fasikulasi pada otot. Lesi infranulkir (perifer, lower motor neuron) dapat terjadi karena

kerusakan di ekstrameduler (di dalam tengkorak, di foramen jugulare, dan di leher. Hal ini menyebabkan paralysis dengan atrofi

9. Nervus XII (Nervus Hipoglosus) Pendahuluan Saraf XII mengandung serabut somato-motorik yang menginervasi otot ekstrinsik dan otot intrinsic lidah. Fungsi otot ekstrinsik lidah ialah menggerakkan lidah, dan otot intrinsik mengubah-ubah bentuk lidah Inti saraf ini menerima serabut dari korteks traktus piramidalis dari satu sisi, yaitu sisikontralateral. Dengan demikian ia sering terkena pada gangguan peredaran darah di otak (strok) Pemeriksaan

Inspeksi: suruh penderita membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan istirahat dan bergerak

Minta pasien menjulurkan lidahnya, perhatikan apakah posisi lidah simetris atau mencong

Pada parese satu sisi, lidah dijulurkan mencong ke sisi yang lumpuh Jika terdapat kelumpuhan pada dua sisi, lidah tidak dapat digerakkan atau dijulurkan. Terdapat disartria (cadel, pelo) dan kesukaran menelan. Selain itu juga didapatkan kesukaran bernapas, karena lidah dapat terjatuh ke belakang, sehingga menghalangi jalan napas.

Untuk menilai tenaga lidah kita suruh pasien menggerakkan lidahnya ke segala jurusan dan perhatikan kekuatan geraknya. Kemudian pasien disuruh menekankan lidahnya pada pipinya. Kita nilai daya tekannya ini dengan jalan menekankan jari kita pada pipi sebelah luar. Jika terdapat parese lidah bagian kiri, lidah tidak dapat ditekankan ke pipi sebelah kanan, tetapi ke sebelah kiri dapat.

N.XII kiri lumpuh Gangguan Pada N.XII Dan Penyebabnya

Lesi N.XII dapat bersifat supranuklir, misalnya pada lesi di korteks atau kapsula interna, yang dapat disebabkan oleh misalnya pada strok. Dalam hal ini didaptkan kelumpuhan otot lidah tanpa adanya atrofi dan fasikulasi.

Pada lesi nuklir, didapatkan atrofi dan fasikulasi. Hal ini dapat disebabkan oleh siringobulbi, ALS, radang, gangguan peredaran darah dan neoplasma

Pada lesi infranuklir didapatkan atrofi. Hal ini disebabkan oleh proses di luar medulla oblongata, tetapi masih di dalam tengkorak, misalnya trauma, fraktur dasar tulang tengkorak, meningitis, dll

Anda mungkin juga menyukai