Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PENATALAKSANAAN OPERASI MULTIPLE IMPAKSI


DENGAN ODONTEKTOMI KAMAR OPERASI 14 RSUD
Dr.MOEWARDI

DI SUSUN OLEH :
DANANG RIYANTO

PELATIHAN PERAWAT BEDAH ANGKATAN XXIV INSTALANSI


BEDAH SENTRAL RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

2019
LAPORAN PENDAHULUAN
PENATALAKSANAAN OPERASI MULTIPLE IMPAKSI DENGAN
ODONTEKTOMI KAMAR OPERASI 14 RSUD Dr.MOEWARDI

TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Impaksi gigi adalah suatu keadaan dimana benih gigi atau calon gigi
yang akan tumbuh terhalang jalan pertumbuhannya hingga  mengakibatkan
gigi tidak dapat keluar atau tumbuh secara normal. Impaksi gigi adalah
kegagalan gigi untuk erupsi secara sempurna pada posisinya akibat terhalang
oleh gigi pada anteriornya maupun jaringan lunak atau padat di sekitarnya.
(Peterson, 2015). Gigi yang sering mengalami impaksi gigi adalah gigi molar 3
rahang bawah, dan gigi kaninus rahang atas.
Odontektomi adalah metode pengambilan gigi dari soketnya setelah
pembuatan flap dan mengurangi sebagian tulang yang mengelilingi gigi
tersebut (Fragiskos, 2007).
B. ETIOLOGI
Berikut merupakan sebagian besar penyebab kelainan pada gigi menurut
(Fragiskos, 2007) :
1. Malposisi gigi lawan.
2. Densitas jaringan keras di sekitarnya.
3. Inflamasi Kronis yang meyebabkan fibrosis mukosa di sekitarnya.
4. Ruangan yang tidak cukup karena perkembangan rahang yang tidak
sempurna atau karena retensi geligi sulung.
5. Premature loss gigi sulung.
6. Nekrosis karena adanya infeksi.
7. Inflamasi pada tulang karena penyakit seperti parotitis.
C. MANIFESTASI KLINIS
Berikut merupakan beberapa tanda dan gejala kelainan pada gigi menurut
(Fragiskos, 2007) :
1. Inflamasi, yaitu pembengkakan di sekitar rahang dan warna kemerahan
pada gusi disekitar gigi yang diduga impaksi.
2. Resorbsi gigi tetangga karena letak benih gigi yang abnormal
3. Rasa sakit atau perih disekitar gusi atau rahang dan sakit kepala yang lama
(neuralgia).
4. Rasa sakit atau perih di sekitar gusi
5. Pembengkakan di sekitar rahang
6. Pembengkakan dan berwarna kemerahan pada gusi di sekitar gigi yang
tersangka impaksi
7. Rahang sakit dan bau mulut
8. Rasa tidak nyaman ketika mengunyah sesuatu di sekitar daerah tersangka
impaksi tersebut.
9. Sakit kepala yang lama atau sakit rahang
D. PATOFISIOLOGI
Gigi yang paling sering mengalami impaksi adalah gigi molar ketiga,
atau dalam bahasa umumnya gigi geraham yang paling belakang, geraham
ketiga. Manusia normal akan memiliki empat gigi geraham ketiga, yaitu di
setiap sisi rahang, atas kanan, atas kiri, bawah kanan, bawah kiri. Gigi geraham
ketiga ini adalah gigi yang paling terakhir muncul. Normalnya gigi ini sudah
muncul ketika berumur 15-21 tahun.
Namun, seringkali gigi geraham ketiga ini tidak berhasil muncul dan
malah terjebak di dalam tulang rahang. Dengan memahami kasus gigi impaksi
akan membantu anda mengambil tindakan yang tepat dan mencegah
komplikasi yang mungkin terjadi dengan adanya gigi impaksi.
Gigi geraham ketiga berkembang sama dengan gigi-gigi lainnya. Tapi
geraham ketiga butuh waktu yang lebih lama untuk terbentuk dan muncul ke
permukaan. Semua jenis gigi sebetulnya bisa mengalami impaksi. Tapi, karena
gigi geraham ketiga berada di paling belakang dan harus berjuang sendiri untuk
menemukan ruang tumbuhnya (gigi lain biasanya sudah memiliki penuntun
untuk tumbuhnya) maka geraham ketigalah yang paling sering mengalami
impaksi.
Ketika berumur 8-9 tahun mahkota gigi geraham ketiga sudah mulai
terbentuk di dalam kantung kecil yang berada di dalam rahang. Seiring waktu
berjalan, gigi ini tumbuh lebih besar dan akarnya lebih menancap kuat ke
tulang rahang. Ketika usia 20 tahunan, sebenarnya sudah waktunya untuk si
gigi geraham keluar dari rahang dan gusi, muncul ke permukaan. Ketika
usia 40 tahun, akar gigi geraham ketiga ini sudah menancap kokoh dan tidak
tergoyahkan di tulang rahang.
Pada beberapa orang, pertumbuhan gigi geraham ketiga ini tidak
mengikuti proses normal yang kita ketahui. Apalagi, jika si pasien memiliki
rahang yang kecil, akibatnya gigi-gigi tidak memiliki cukup ruang lagi untuk
bergeser dan memberi tempat pada si geraham ketiga. Akibatnya, gigi geraham
ketiga akan mengalami impaksi (tertahan).
Gigi geraham ketiga yang terus berusaha untuk tumbuh dan muncul ke
permukaan mencari jalan lain. Akhirnya mereka memanjang atau tumbuh
dalam arah yang tidak benar, bisa miring, bahkan kadang rebah total secara
horizontal. Adakalanya juga gigi geraham ketiga muncul hanya sebagian saja.
Tapi yang tersering adalah tidak muncul sama sekali.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Ekstra Oral, yaitu dengan melihat adanya pembengkakan.
2. Pemeriksaan Intra Oral,
a. Keadaan gigi, erupsi atau tidak
b. Adanya karies
c. Warna mukosa
d. Adanya abses
e. Posisi gigi tetangga, hubungan dengan gigi tetangga
3. Pemeriksaan Ro-Foto
a. Dental foto (intra oral)
b. Oblique, yaitu sebuah teknik gambar paraline yang menggunakan suatu
permukaan horizontal atau vertikal dari bidang dasar.
c. Occlusal foto, yaitu salah satu teknik radiografi dental.
F. PENATALAKSANAAN
Sebelum melakukan suatu tindakan pembedahan pada gigi impaksi, perlu
dilakukan beberapa hal untuk menghindari komplikasi seminimal mungkin.
Tindakan yang perlu dilakukan sebelum pembedahan :
1. Pemeriksaan keadaan umum penderita, dengan anamnesa dan pemeriksaan
klinis.
2. Pemeriksaan penunjang dengan foto rontgen, sehingga dapat mengevaluasi
dan mengetahui kepadatan dari tulang yang mengelilingi gigi, sebaiknya
didasarkan pada pertimbangan usia penderita, hubungan atau kontak dengan
gigi molar kedua, hubungan antara akar gigi impaksi dengan kanalis
mandibula, dan morfologi akar gigi impaksi, serta keadaan jaringan yang
menutupi gigi impaksi, apakah terletak pada jaringan lunak saja atau
terpendam didalam tulang.
3. Menentukan tahapan perencanaan pembedahan yang meliputi perencanaan
bentuk, besarnya dan tipe flap, menentukan cara mengeluarkan gigi
impaksi, perkiraan banyaknya tulang akan dibuang untuk mendapatkan
ruang yang cukup untuk mengeluarkan gigi impaksi, perencanaan
penggunaan instrumen yang tepat, menentukan arah yang tepat untuk
pengungkitan gigi dan menyebabkan trauma yang seminimal mungkin.
4. Dilakukannya Odontektomi yaitu pengambilan gigi dengan prosedur bedah
dengan pengangkatan mukoperiosteal flap dan membuang  tulang  yang ada
diatas gigi dengan chisel, bur, atau rongeurs.
G. Komplikasi Operasi
Berikut merupakan beberapa komplikasi pasca operasi odontektomi
menurut (Julia, 2007) :
1. Nyeri berlebihan pasca operasi karena aktivitas sehari-hari
2. Pembengkakan
3. Adanya rasa baal
4. Perdarahan
H. Teknik Instrument Pada Operasi Odontektomi
a. Pengertian
Suatu cara mengelola instrumen selama proses operasi odontektomi.
b. Tujuan
1. Mengatur alat secara sisternatis di meja instrument
2. Memperlancar handling instrument
3. Mempertahankan kesterilan alat-alat instrumen
c. Petugas
Catat nama petugas
d. Persiapan Alat
1. Alat tidak Steril
1) Meja operasi
2) Meja instrumen
3) Lampu operasi
4) Mesin diatermi
5) Mesin suction
6) Neon box
7) Standart infus
8) Tempat sampah
2. Set alat steril
1) Linen set
2) Set gigi
3) Mouthhack
4) Handlamp
5) Kom besar
6) Kom kecil
7) Bengkok
8) Kassa
9) Hand piece
3. Bahan habis pakai
1) Handscoen
2) Underpet
3) Mess no 15
4) Betadine
5) Nacl 0,9 %
6) Alkohol 70%
7) Pehacain
8) Spuit 5cc, 10cc
9) Aquades
10) Negatif plate
11) Selang suction
12) Sufratule
13) Transofik
14) Benang multifilamen absorsible 4.0 cutting (T-VIO)
15) Hipafix
4. Persiapan pasien
1) Persetujuan operasi
2) Alat-alat dan obat-obatan
3) Puasa
4) Lavement
5) Profilaksis
6) Mengatur posisi supinasi (terlentang)
5. Alat-alat steril
Set gigi (basic set instrument)
1) Respatorium 1
2) Minisota 1
3) Bean 2
4) Tang Gigi 3
5) Tongue Spatel 2
6) Benofile / kikir gigi 1
7) Mouth mirror/kaca gigi 1
8) Round bor 1
9) Kuret 2
10) Langen back 2
11) Handlee no.3 1
12) Nasal dresing forceps 1
13) Pinset anatomis panjang 1
14) Pinset sirugis panjang 1
15) Gunting jaringan 1
16) Gunting benang 1
17) Klem bengkok 2
18) Doek klem 2
19) Needle holder panjang 1
20) Needle holder pendek 1
21) Sponge holder forceps 1
22) Kanul suction 1
6. Prosedur jalannya operasi
1) Posisiskan pasien dengan posisi supinasi
2) Dilakukan sign in sebelum pasien di anestesi
3) Dilakukan general anastesi oleh tim anastesi
4) Team melakukan cuci tangan dan dilanjutkan dengan growning dan
gloving sesuai prosedur
5) Perawat instrumen menyiapkan instrumen operasi yang akan
digunakan sedangkan asisten melakukan tindakan aseptik
menggunakan betadine dan Nacl 0,9 %
6) Setelah itu melakukan penutupan area operasi menggunakan duk
sedang, duk kecil dan duk besar. Berikan pada operator pinset chirugis
untuk menguji apakah bius atau anastesi sudah berjalan dengan baik.
Jika persiapan sudah berjalan dengan baik, maka dilakukan time out
atau konfirmasi oleh perawat sirkuler meliputi :
a. Nama pasien
b. No. RM
c. Prosedur Operasi
d. Lokasi insisi sudah benar
e. Sudahkah dilakukan pemberian profilaksis antibiotic
f. Bagaimana mencegah kejadian tidak diharapkan yang meliputi
bidang bedah dan anastesi
g. Pemeriksaan jumlah dan jenis instrument dan BHP
h. Memastikan alat-alat yang digunakan steril dan berfungsi dengan
baik
7) Sebelum insisi operator memimpin doa
8) Memasang mouthhack
9) Memasang pack pada orofaring dengan menggunakan tongsaptel dan
pinset anatomis panjang
10) Berikan pehacain kepada operator untuk injeksi yang akan diinsisi
11) Berikan mess no 15 dan pinset chirurgie pada operator dan klem
beserta kasa kering pada asisten, operator melakukan insisi kulit
12) Berikan respatorium untuk membebaskan gusi dengan gigi dan
dekatkan kassa didepan operator.
13) Berikan minaseta kepada operator dan berikan bor
14) Berikan tang gigi atau bean pada operator untuk mencabut gigi
15) Setelah gigi sudah terlepas, di suction pendarahaan dan berikan
bonefile
16) Berikan mouth mirror untuk mengevaluasi sisa akar gigi
17) Berikan betadine untuk desinfeksi bekan gusi yang dicabut giginya,
lalu bilas dengan aqua sambil disuction. Kontrol pendarahaan dan
atasi pendarahaan
18) Sign out
19) Berikan benang T-Vio 4.0 pada operator untuk menjahit dan
menutup luka
20) Luka sudah tertutup, semprot dengan betadine dan air untuk
mengevaluasi pendarahaan sambil di suction
21) Angkat kasa pack yang di orofaring dengan pinset sirurgis
22) Gigi yang tercabut masukan botol kecil
23) Angkat semua bahan untuk drapping
24) Pre cleaning instrumen dan setting kembali instrument
25) Cuci tangan
7. Evaluasi
1) Kelengkapan instrument
2) Proses operasi
3) Bahan pemeriksaan
DAFTAR PUSTAKA

Fragiskos,  Fragiskos  D.  .  Oral  Surgery.  New  York  :  Springer-Verlag  Berlin


Heidelberg, 2007.

https://www.scribd.com/doc/27547187/Bab-II-Pembahasan-Gigi-Impaksi-
Kelompok-i-Bedah-Mulut-Kedokteran-Gigi-Unsri

http://www.artikelsiana.com/2015/06/gigi-pengertian-fungsi-jenis-bagian-
bagian.html

Peterson  L.J.,2015.Contemporary  Oral  Maxillofacial  Surgery.4th   


Ed.St.Louis: Mosby

Anda mungkin juga menyukai