Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN IMPAKSI GIGI

A. Pengertian
Impaksi gigi adalah suatu keadaan dimana benih gigi atau calon
gigi yang akan tumbuh terhalang jalan pertumbuhannya hingga
mengakibatkan gigi tidak dapat keluar atau tumbuh secara normal.
Impaksi gigi adalah kegagalan gigi untuk erupsi secara sempurna pada
posisinya akibat terhalang oleh gigi pada anteriornya maupun jaringan
lunak atau padat di sekitarnya. (Peterson, 2015). Gigi yang sering
mengalami impaksi gigi adalah gigi molar 3 rahang bawah, dan gigi
kaninus rahang atas.
Odontektomi adalah metode pengambilan gigi dari soketnya
setelah pembuatan flap dan mengurangi sebagian tulang yang mengelilingi
gigi tersebut (Fragiskos, 2007).

B. Etiologi
Berikut merupakan sebagian besar penyebab kelainan pada gigi
menurut (Fragiskos, 2007) :
1. Malposisi gigi lawan.
2. Densitas jaringan keras di sekitarnya.
3. Inflamasi Kronis yang meyebabkan fibrosis mukosa di sekitarnya.
4. Ruangan yang tidak cukup karena perkembangan rahang yang tidak
sempurna atau karena retensi geligi sulung.
5. Premature loss gigi sulung.
6. Nekrosis karena adanya infeksi.
7. Inflamasi pada tulang karena penyakit seperti parotitis.
C. Manifestasi klinis
Berikut merupakan beberapa tanda dan gejala kelainan pada gigi
menurut (Fragiskos, 2007) :
1. Inflamasi, yaitu pembengkakan di sekitar rahang dan warna kemerahan
pada gusi disekitar gigi yang diduga impaksi.
2. Resorbsi gigi tetangga karena letak benih gigi yang abnormal
3. Rasa sakit atau perih disekitar gusi atau rahang dan sakit kepala yang
lama (neuralgia).
4. Rasa sakit atau perih di sekitar gusi
5. Pembengkakan di sekitar rahang
6. Pembengkakan dan berwarna kemerahan pada gusi di sekitar gigi yang
tersangka impaksi
7. Rahang sakit dan bau mulut
8. Rasa tidak nyaman ketika mengunyah sesuatu di sekitar daerah
tersangka impaksi tersebut.
9. Sakit kepala yang lama atau sakit rahang

D. Patofisiologi
Gigi yang paling sering mengalami impaksi adalah gigi molar
ketiga, atau dalam bahasa umumnya gigi geraham yang paling belakang,
geraham ketiga. Manusia normal akan memiliki empat gigi geraham
ketiga, yaitu di setiap sisi rahang, atas kanan, atas kiri, bawah kanan,
bawah kiri. Gigi geraham ketiga ini adalah gigi yang paling terakhir
muncul. Normalnya gigi ini sudah muncul ketika berumur 15-21 tahun.
Namun, seringkali gigi geraham ketiga ini tidak berhasil muncul dan
malah terjebak di dalam tulang rahang. Dengan memahami kasus gigi
impaksi akan membantu anda mengambil tindakan yang tepat dan
mencegah komplikasi yang mungkin terjadi dengan adanya gigi impaksi.
Gigi geraham ketiga berkembang sama dengan gigi-gigi lainnya.
Tapi geraham ketiga butuh waktu yang lebih lama untuk terbentuk dan
muncul ke permukaan. Semua jenis gigi sebetulnya bisa mengalami
impaksi. Tapi, karena gigi geraham ketiga berada di paling belakang dan
harus berjuang sendiri untuk menemukan ruang tumbuhnya (gigi lain
biasanya sudah memiliki penuntun untuk tumbuhnya) maka geraham
ketigalah yang paling sering mengalami impaksi.
Ketika berumur 8-9 tahun mahkota gigi geraham ketiga sudah
mulai terbentuk di dalam kantung kecil yang berada di dalam
rahang. Seiring waktu berjalan, gigi ini tumbuh lebih besar dan akarnya
lebih menancap kuat ke tulang rahang. Ketika usia 20 tahunan, sebenarnya
sudah waktunya untuk si gigi geraham keluar dari rahang dan gusi,
muncul ke permukaan. Ketika usia 40 tahun, akar gigi geraham ketiga ini
sudah menancap kokoh dan tidak tergoyahkan di tulang rahang.
Pada beberapa orang, pertumbuhan gigi geraham ketiga ini tidak
mengikuti proses normal yang kita ketahui. Apalagi, jika si pasien
memiliki rahang yang kecil, akibatnya gigi-gigi tidak memiliki cukup
ruang lagi untuk bergeser dan memberi tempat pada si geraham ketiga.
Akibatnya, gigi geraham ketiga akan mengalami impaksi (tertahan).
Gigi geraham ketiga yang terus berusaha untuk tumbuh dan muncul ke
permukaan mencari jalan lain. Akhirnya mereka memanjang atau tumbuh
dalam arah yang tidak benar, bisa miring, bahkan kadang rebah total
secara horizontal. Adakalanya juga gigi geraham ketiga muncul hanya
sebagian saja. Tapi yang tersering adalah tidak muncul sama sekali.
E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Ekstra Oral, yaitu dengan melihat adanya pembengkakan.
2. Pemeriksaan Intra Oral,
a. Keadaan gigi, erupsi atau tidak
b. Adanya karies
c. Warna mukosa
d. Adanya abses
e. Posisi gigi tetangga, hubungan dengan gigi tetangga
3. Pemeriksaan Ro-Foto
a. Dental foto (intra oral)
b. Oblique, yaitu sebuah teknik gambar paraline yang menggunakan
suatu permukaan horizontal atau vertikal dari bidang dasar.
c. Occlusal foto, yaitu salah satu teknik radiografi dental.

F. Penatalaksanaan
Sebelum melakukan suatu tindakan pembedahan pada gigi impaksi,
perlu dilakukan beberapa hal untuk menghindari komplikasi seminimal
mungkin. Tindakan yang perlu dilakukan sebelum pembedahan :
1. Pemeriksaan keadaan umum penderita, dengan anamnesa dan
pemeriksaan klinis.
2. Pemeriksaan penunjang dengan foto rontgen, sehingga dapat
mengevaluasi dan mengetahui kepadatan dari tulang yang mengelilingi
gigi, sebaiknya didasarkan pada pertimbangan usia penderita, hubungan
atau kontak dengan gigi molar kedua, hubungan antara akar gigi
impaksi dengan kanalis mandibula, dan morfologi akar gigi impaksi,
serta keadaan jaringan yang menutupi gigi impaksi, apakah terletak
pada jaringan lunak saja atau terpendam didalam tulang.
3. Menentukan tahapan perencanaan pembedahan yang meliputi
perencanaan bentuk, besarnya dan tipe flap, menentukan cara
mengeluarkan gigi impaksi, perkiraan banyaknya tulang akan dibuang
untuk mendapatkan ruang yang cukup untuk mengeluarkan gigi
impaksi, perencanaan penggunaan instrumen yang tepat, menentukan
arah yang tepat untuk pengungkitan gigi dan menyebabkan trauma
yang seminimal mungkin.
4. Dilakukannya Odontektomi yaitu pengambilan gigi dengan prosedur
bedah dengan pengangkatan mukoperiosteal flap dan membuang
tulang  yang ada diatas gigi dengan chisel, bur, atau rongeurs.

G. Komplikasi Operasi
Berikut merupakan beberapa komplikasi pasca operasi odontektomi
menurut (Julia, 2007) :
1. Nyeri berlebihan pasca operasi karena aktivitas sehari-hari
2. Pembengkakan
3. Adanya rasa baal
4. Perdarahan

H. Teknik Instrument Pada Operasi Odontektomi


a. Pengertian
Suatu cara mengelola instrumen selama proses operasi odontektomi.
b. Tujuan
1. Mengatur alat secara sisternatis di meja instrument
2. Memperlancar handling instrument
3. Mempertahankan kesterilan alat-alat instrument

LAPORAN KASUS
PENATALAKSANAAN OPERASI MULTIPLE ODONTEKTOMI ATAS
INDIKASI
MULTIPLE IMPAKSI GIGI PADA Ny. D

A. IDENTITAS PASIEN
NAMA : Ny. D
ALAMAT : Sukoharjo
UMUR : 31 tahun
DIAGNOSA : Multiple Impaksi gigi
RENCANA TINDAKAN : Multiple Odontektomi
OPERATOR : drg. Eva Sutyowati P, Sp.BM

B. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN


I. Persiapan Alat
1. Alat alat steril
a. Instrument basic
No Nama alat Jumlah
.
1. Handle mess no 3 1
2. Pinset anatomis panjang 1
3. Gunting benang 1
4. Gunting mebzemboum 1
5. Towel forceps 5
6. Needle holder 1
7. Klem bengkok panjang 1

b. Instrument penunjang (steril)


No Nama alat Jumlah
.
1. Sponge holder forceps 1
2. Kanul suction 1
3. Kidney dish 1

4. Tong spatel 1

5. Tang forceps 1

6. Hand lamp 1

7. Mouthgate 1

8. Kom besar 1

9. Kom kecil 1

10. Minesota 1

11. Tang gigi Sesuai kebutuhan

12. Bein 1

13. Resparotium 1

14. Curet gigi 1

15. Irigasi 1

16. Boor gigi 2

c. Instrument penunjang (on steril)


No. Nama alat Jumlah
1. Lampu baca rontgent 1
2. Mesin anesthesia 1
3. Lampu operasi 2
4. Meja operasi + penunjang pengaman 1
5. Meja instrument 1
6. Meja mayo 1
7. Troli baskom 1
8. Tempat sampah medis 2
9. Mesin suction 1
d. Persiapan linen
No Nama alat Jumlah
.
1. Duk besar 1
2. Duk sedang 1
3. Duk kecil 4
4. Sarung meja mayo 1
5. Handuk tangan 2
6. Gaun operasi 4

e. Persiapan bahan habis pakai


No. Nama alamat Jumlah
1. Handscoon steril 6,5/7/7,5 Sesuai kebutuhan
2. Mess no. 15 1
3. Underpad 1
4. Kasa steril 20
5. Betadine 2
6. Alkohol 70% 1
7. Nacl 0,9% 500ml
8. Selang suction 1
9. Spuit 10cc 1
10. Box section disposible 1
11. Salep gentamycin 1
12. Benang multivilament, arbsorbsi no 1
4/0 taper
C. Persiapan
1. Persiapan Lingkungan:
a. Menata ruangan dan mengatur penempatan kursi,mesin couter, mesin
suction, meja instrument, troley, waskom, meja mayo.
b. Memastikan mesin suction, mesin ESU, dan lampu operasi dalam
keadaan baik.
c. Mengatur suhu ruangan.
d. Memberi alas underpad dan linen pada meja operasi.
2. Persiapan Pasien
a. Pastikan ketepatan identifikasi pasien
b. Cek informed consent pembedahan dan anestesi
c. Cek penandaan area operasi
d. Cek kelengkapan data lain sesuai checklist lembar serah terima
pasien
e. Menanggalkan semua perhiasan yang digunakan pasien (bila ada)
dan diserahkan pada keluarga pasien.
f. Persiapan psikologis pasien.

D. Setelah penderita dilakukan anesthesia


1. Mengatur posisi terlentang.
2. Memasang folley catheter (kalau perlu).

E. Prosedur/Jalannya operasi/Teknik Instrumen


1. Perawat instrumen cuci tangan
2. Perawat memakai baju operasi steril dan sarung tangan steril
3. Operator dan asisten cuci tangan
4. Memberikan baju operasi steril dan sarung tangan steril pada operator
5. Atur instrumen di meja mayo
6. Berikan sponge holder forceps dan deper desinfektan untuk desinfeksi
lapangan operasi menggunakan betadine dan NaCl
7. Melakukan draping dengan mempersempit medan operasi dengan
memasang duk sedang, duk kecil 2 dan duk lubang besar.
8. Pasang selang suction, bor dan irigasi di fiksasi menggunakan towel
forceps
9. Instrumen didekatkan dan siap dipergunakan
10. Lakukan time out
11. Berikan mouthgate untuk membuka mulut
12. Berikan tong spatel untuk menekan lidah
13. Pasang parengial pack menggunakan tang forceps dressing
14. Berikan spuit 10 cc yang berisi betadine untuk desinfeksi dalam mulut
15. Kemudian di bersihkan menggunakan suction
16. Berikan operator mess untuk insisi gingiva yang akan dicabut
17. Berikan resparatorium untuk membuka gingiva secara tumpul
memunculkan flap mucoperiosteal
18. Berikan bor untuk membelah gigi, dan irigasi bagian yang di bor dengan
steril water
19. Berikan bein atau tang gigi untuk mengangkat gigi
20. Berikan klem bengkok panjang untuk mengambil gigi
21. Setelah gigi terangkat deep menggunakan kassa untuk menghentikan
perdarahan
22. Berikan betadine dan NaCl dalam spuit 10 cc dan semprotkan didaerah
operasi
23. Kemudian bilas dengan air steril
24. Dilakukan suction
25. Operasi selesai dilakukan sign out
26. Hitung kassa, dan instrumen
27. Berikan hecting set dengan benang multifilamen absorbable (Vio 4.0)
untuk menjahit luka
28. Berikan asisten gunting benang untuk memotong benang
29. Luka sudah tertutup, semprot dengan betadine dan air untuk mengevaluasi
pendarahaan sambil di suction
30. Angkat kasa pack yang di orofaring dengan tang forceps dressing
31. Gigi yang tercabut masukan botol kecil
32. Angkat semua bahan untuk drapping
33. Pre cleaning instrumen dan setting kembali instrument
34. Cuci tangan

F. EVALUASI
1. Kelengkapan instrument
2. Proses operasi
3. Bahan pemeriksaan
DAFTAR PUSTAKA

Fragiskos,  Fragiskos  D.  .  Oral  Surgery.  New  York  :  Springer-Verlag  Berlin


Heidelberg, 2007.
https://www.scribd.com/doc/27547187/Bab-II-Pembahasan-Gigi-Impaksi-
Kelompok-i-Bedah-Mulut-Kedokteran-Gigi-Unsri
http://www.artikelsiana.com/2015/06/gigi-pengertian-fungsi-jenis-bagian-
bagian.html
Peterson  L.J.,2015.Contemporary  Oral  Maxillofacial  Surgery.4th   
Ed.St.Louis: Mosby

LAPORAN KASUS
PENATALAKSANAAN OPERASI MULTIPLE ODONTEKTOMI ATAS
INDIKASI MULTIPLE IMPAKSI GIGI PADA Ny. D DI KAMAR
OPERASI 14 IBS RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

DISUSUN OLEH :
JULIANA ANGGRAINI PERMATASARI

DIKLAT BEDAH RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA


TAHUN 2020

Anda mungkin juga menyukai