Anda di halaman 1dari 110

MODUL PROFESI PROSTODONSIA

PANDUAN MODUL PROFESI PROSTODONSIA


1
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN
GIGI TIRUAN LENGKAP
GIGI TIRUAN JEMBATAN

THE BEST PREPARATION FOR TOMOROW IS


DOING YOUR BEST TODAY

Fakultas Kedokteran gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata


Alamat: JL. KH. Wahid Hasyim No. 65 Kediri

Koordinator :

2
drg. Nino Mayangsari, Sp.Pros

Anggota :
drg. Anindita Apsari, Sp.Pros
drg. Hanoem Eka Hidajati, MS., Sp.Pros (K)
drg. Maretaningtias Dwi Ariani, M.Kes., Ph.D., Sp.Pros
drg. Rudy S, Sp.Pros
drg. Catur Septommy, MDSc
drg. Eka Resti Efrata, MDSc
drg. Mara Gustina, MDSc
drg. Priesta Honeste
drg. Elok Nafilah Fitri
drg. Dyah Noviana
drg. Riesky Sharastiti

3
GAMBARAN UMUM MODUL

Modul profesi prostodonsia dibuat untuk membantu mahasiswa profesi


dalam melaksanakan pendidikan profesi Kedokteran Gigi. Mahasiswa profesi
diharapkan mampu menegakkan diagnosa, merencanakan dan melakukan
perawatan pada pasien edentoulus ridge.
Modul profesi prostodonsia berisi panduan bagi mahasiswa profesi dalam
penanganan kasus gigi tiruan. Pada kasus perawatan edentoulus ridge
mahasiswa profesi mampu untuk membuat desain gigi tiruan yang tepat untuk
mengembalikan fungsi stogmatognati pasien. Modul ini juga mengajarkan pada
mahasiswa cara komunikasi, informasi, dan edukasi ke pasien setelah perawatan
gigi tiruan dalam menunjang keberhasilan pemulihan fungsi stomatognatik.

4
AREA KOMPETENSI

Domain I : Profesionalisme
Melakukan praktik di bidang kedokteran gigi sesuai dengan keahlian, tanggung
jawab, kesejawatan, etika dan hukum yang relevan.

Domain II : Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran dan Kedokteran Gigi


Memahami ilmu Kedokteran dasar dan klinik, Kedokteran gigi dasar dan klinik
yang relevan sebagai dasar profesionalisme serta pengembangan Ilmu
Kedokteran Gigi yang terkait dengan gigi tiruan.

Domain III : Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem Stomatognatik


Melakukan pemeriksaan, mendiagnosis dan menyusun rencana perawatan untuk
mencapai kesehatan gigi mulut yang prima melalui tindakan rehabilitatif gigi
tiruan.

Domain IV : Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik


Melakukan tindakan pemulihan fungsi sistem Stomatognatik melalui
penatalaksanaan klinik dalam bidang Prosthodonsia.

Domain V : Manajemen Praktik Kedokteran Gigi


1. Melakukan prosedur perawatan gigi yang tepat bersama-sama dengan tenaga
medis lainnya dalam melakukan perawatan pendahuluan untuk menunjang
keberhasilan gigi tiruan.
2. Melakukan komunikasi secara efektif dan bertanggung jawab secara lisan
maupun tulisan dengan tenaga kesehatan, dan pasien untuk menunjang
keberhasilan gigi tiruan.

5
TUJUAN PEMBELAJARAN

Modul ini dibuat untuk memberikan materi kepada mahasiswa di bidang


prostodonsia yang bertujuan untuk :
1. Memberi pengetahuan kepada mahasiswa tentang ilmu Kedokteran gigi dasar
yang terkait bidang Prostodonsia.

2. Mahasiswa mampu menjalankan etika profesi dalam kegiatan di klinik sesuai


dengan janji profesi yang telah dilafalkan.

6
TINGKAT KOMPETENSI

Tingkat kemampuan 1
Dapat mengenali dan menjelaskan gambaran klinis suatu penyakit dan
mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut
tentang penyakit tersebut.
Tingkat kemampuan 2
Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang paling tepat untuk
penatalaksanaannya atau merujuk kepada spesialis yang sesuai.
Tingkat kemampuan 3A
Darurat KG . Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri
berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang paling tepat,
serta dapat menentukan dan melakukan penatalaksanaan awal sebelum pasien
dirujuk kepada spesialis yang sesuai pada kasus–kasus darurat tidak mengancam
jiwa/non emergensi.
Tingkat kemampuan 3B
Gawat darurat KG yang mengancam jiwa dan/atau memperparah kondisi
sistemiK. Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang paling tepat, serta dapat
menentukan dan melakukan penatalaksanaan awal, termasuk Basic Life Support,
sebelum pasien dirujuk kepada spesialis yang sesuai pada kasus– kasus gawat
darurat.
Tingkat kemampuan 4
Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang paling tepat, serta dapat
menentukan dan melakukan penatalaksanaan secara lengkap sesuai dengan
kompetensinya.

7
SUMBER BELAJAR WAJIB

No Literatur
Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)
1 Carr AB, Brown DT. 2011. Mc Cracken’s Removable Partial
Prosthodontics. 12 th Ed. Mosby, Inc. St. Louis,Missouri.
Gigi tiruan lengkap (GTL)
1 Zarb G, Hobkirk JA, Eckert SE, Jacob RF, Fenton AH, Finer Y, Chang
TL, Koka S. 2013. Prosthodontic Treatment for Edentulous
Patients(Complete Denture and Implant- Supported Prosthesis). 13 th Ed.
St. Louis,Missouri
2 Johnson T, Wood DJ. 2012. Techniques in Complete Denture
Technology. 1 st Ed. Willey-Blackwell. UK
3 Basker RM, Davenport JC. 2002. Prosthetic Treatment of the Edentolous
Patient. 4 th Ed. Blackwell Munksgaard. UK
Gigi tiruan jembatan (GTJ)
1 Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. 2016. Contemporary Fixed
Prosthodontics. 5 th Ed. Elsevier. St. Louis Missouri.
2 Shilingburg HT, Sather DA, Cain JR, Mitchell DL, Blanco LJ, Kessler JC.
2012. Fundamental of Fixed Prosthodontics. 4 th Ed. Quintessence
Publishing Co. USA

8
TAHAPAN KERJA

A. Ggi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)


1. Persiapan Pasien

Tujuan Mampu melakukan persiapan pasien sebelum memulai


perawatan
Ruang Lingkup Prostodonsia
Uraian Umum -
Prosedur Mendudukkan pasien pada dental chair :
1. Pasien didudukkan pada dental chair bersandar pada
back rest dengan posisi rileks.
2. Memasang alas dada pada pasien
3. Operator / mahsiswa / drg duduk pada dental stool
dengan posisi di sebelah kanan depan pasien.
4. Posisi pasien pada dental chair, tinggi mulut pasien
setinggi siku operator.
5. Selama perawatan pasien harus mengenakan alas
dada dan alat periksa standart harus selalu disiapkan.

Pemeriksaan rongga mulut pasien :


1. Kaca mulut, sonde,excavator, pinset
2. Kapas, cotton roll
3. Chlor etil
4. Gelas + air

Pemeriksaan dalam mulut :


1. Secara visual : semua gigi yang ada dalam mulut dan
semua jaringan lunak sekitar gigi dalam mulut.
2. Secara radiologi : dilakukan bila kita perlu atau kita
menemui adanya kelainan yang tidak bisa dilihat secara
visual. Dapat berupa radiografi periapical, occlusal,
panoramic, sefalometri, dll.

Perawatan pendahuluan pada pasien sebelum


pembuatan GTSL yang perlu, misalnya perawatan
9
konservasi, periodontology, bedah mulut (pencabutan,
alveolectomy, dll), occlusal adjustment.

2. Mencetak Anatomis Rahang Bergigi Sebagian

Tujuan Mampu melakukan mencetak anatomis pada pasien


dengan kehilangan gigi sebagian
Ruang Lingkup GTSL
Uraian Umum Pencetakan untuk pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan
(GTSL) berbeda dari pencetakan untuk gigi tiruan lengkap.
Pada kasus GTSL ada dua jenis jaringan yang harus
dicetak. Pertama mukosa yang merupakan jaringan lunak,
lalu gigi-gigi yang merupakan jaringan keras.
Prosedur 1. Alat dan bahan yang diperlukan : alat periksa standart,
sendok cetak bersudut dan berlubang, bowl, spatula,
takaran air dan takaran alginate, bahan cetak alginat.
2. Tentukan ukuran sendok cetak RA dan RB yang akan
digunakan untuk mencetak, sesuai dengan besar
lengkung rahang pasien, yaitu jarak antara gigi dan tepi
sendok cetak ± 4 mm, ini bertujuan untuk memberi
ketebalan pada bahan cetak alginat supaya tidak
patah/robek (baik pada RA/RB).
3. Posisi penderita waktu di cetak :
Rahang atas : duduk tegak atau oklusal gigi RA sejajar
lantai.
Rahang bawah : Oklusal gigi RB sejajar lantai.
Tujuan posisi ini adalah untuk mencegah bahan cetak
mengalir ke distal sehingga mengakibatkan pasien
muntah.
4. Instruksi pada pasien saat mencetak RA : yaitu
bernafas melalui hidung sehingga refleks untuk muntah
berkurang. Saat mencetak RB pasien diinstruksikan
untuk lidah dijulurkan, gerakkan kekanan dan kiri,
kemudian mengangkat lidahnya dijulurkan kedepan.
5. Mengaduk bahan cetak alginat
a. Mengambil air dengan takaran air sesuai aturan
pabrik dimasukkan ke bowl
b. Mengambil powder alginate sesuai aturan pabrik
tuangkan kedalam bowl yang sudah diberi air
tersebut.
c. Diaduk pelan-pelan dan tekankan masa alginate
10
tersebut pada dinding bowl menggunakan spatula
yang kita pergunakan untuk mengaduk.
Catatan : bila kita menginginkan adonan tidak
segera mengeras gunakan air es (untuk
memperlambat proses pengerasan alginate).
d. Meletakkan adonan alginate tersebut pada sendok
cetak RA dan RB.

6. Mencetak rahang atas


a. Meletakkan adonan alginat secukupnya pada
sendok cetak
b. Posisi operator waktu memasukkan sendok cetak
ada disebelah kanan depan penderita.
c. Ambil bahan cetak secukupnya, kemudian
masukkan pada bagian palatum dan bukal regio
tuber maxilla kanan dan kiri.
d. Posisikan garis median sendok cetak sesuai garis
median pasien.
e. Tekan sedikit sendok cetak bagian belakang,
setelah itu posisi operator pindah ke sebelah kanan
belakang pasien. Bebaskan pipi dan bibir pasien
menggunakan telunjuk jari operator, Tarik bibir
pasien, kemudian tekan bagian depan sendok cetak
kearah atas dan katupkan bibir penderita didepan
sendok cetak, selanjutnya fixir posisi tersebut
sampai setting.
f. Tindakan ini untuk menghindari adanya udara yang
terjebak serta menghindari ikut tercetaknya bibir
penderita.
7. Mencetak rahang bawah
a. Meletakkan adonan alginat secukupnya pada
sendok cetak
b. Posisi operator ada disebelah kanan depan pasien.
c. Ambil bahan cetak secukupnya, masukkan pada
regio retromylohyoid kanan dan kiri (dengan
mengangkat lidah pasien menggunakan kaca
mulut).
d. Memasukkan sendok cetak beserta adonan alginat
pada mulut pasien, atur posisi sendok cetak, garis
median sendok cetak sesuai garis median pasien.
e. Atur posisi lidah supaya tidak tercetak dan tekan
sedikit pada bagian posterior sendok cetak.
f. Bebaskan pipi dan bibir menggunakan telunjuk jari
operator.
g. Tekan bagian anterior dan posterior sendok cetak
kebawah.

11
h. Instruksikan pasien untuk mengangkat lidah keatas
kemudian menjulurkan kedepan.
i. Katupkan bibir bawah kedepan sendok cetak.
j. Fixir sampai setting.
8. Melepas cetakan dari dalam mulut pasien
a. Rahang atas : pipi dan labial pasien diretraksi agar
udara masuk, ungkit sendok cetak bagian lateral
keatas dan kebawah, kemudian ungkit bagian
depan ke atas dan kebawah agar bagian belakang
kemasukan udara. Kemudian cetakan ditekan
kebawah Bersama-sama, supaya cetakan terlepas
dari mulut pasien. Cuci cetakan dibawah air
mengalir, simpan cetakan pada suasana yang
lembab untuk menghindari mengeringnya
permukaan cetakan yang akan mengakibatkan
perubahan bentuk.
b. Rahang bawah : pipi dan labial pasien diretraksi
agar udara masuk, ungkit sendok cetak bagian
lateral keatas dan kebawah, kemudian ungkit
bagian depan kebawah dan keatas agar bagian
sendok cetak posterior terlepas dari mukosa
(kemasukan udara), kemudian angkat keatas
posterior dan anterior Bersama-sama dan keluarkan
dari mulut pasien. Cuci cetakan dibawah air
mengalir dan kemudian simpan cetakan pada
suasana yang lembab untuk menghindari
mengeringnya permukaan cetakan.
9. Hasil cetakan yang betul :
a. Seluruh regio tercetak
b. Tidak cacat
c. Tidak porus
d. Tidak terlepas dari sendok cetak
10. Cara mendapatkan suasana yang lembab
Taruh hasil cetakan alginat didalam plastik tertutup.
Apabila cetakan alginat belum langsung diisi, maka
dimasukkan didalam plastik tertutup yang
dikembungkan lalu dibungkus dengan kain yang
dibasahi air tetapi kain basah tersebut tidak boleh
menempel dengan cetakan alginat.
11. Mengisi cetakan untuk model pembahasan
a. Pada bagian yang bergigi di isi dengan gips tipe III,
sedangkan basis dengan menggunakan gips tipe II
(plaster of paris).
b. Merapikan model RA dan RB
c. Model pembahasan harus dapat mewakili keadaan
dalam mulut pasien.

12
3. Indikasi Perawatan dan Persetujuan Perawatan

Tujuan Mampu melakukan indikasi dan persetujuan perawatan


Ruang Lingkup GTSL
Uraian Umum -
Prosedur 1. Pengisian kartu status pasien dimulai dari data
demografi,anamnesis, keadaan dalam mulut, perawatan
pendahuluan, diagnosis, desain denture yang akan
dibuat.
Catatan : dalam menentukan desain GTSL, model studi
harus dilakukan survei pendahuluan terlebih dahulu.
2. Persetujuan perawatan : merupakan persetujuan
tindakan perawatan yang akan dilakukan, serta
kesanggupan pasien untuk dirawat sampai selesai.
Melunasi pembayaran perawatan.
3. Persiapan dalam mulut meliputi : perawatan konservasi,
periodonsia, bedah mulut, penyeimbangan oklusi,
pembuatan oklusal rest seat.

4. Mencetak Model Kerja GTSL

Tujuan Mampu melakukan mencetak fungsional / model kerja pada


pasien dengan kehilangan sebagian gigi
Ruang Lingkup GTSL
Uraian Umum -
Prosedur Mencetak pasien dengan bahan alginat untuk
pembuatan model kerja :
Dilakukan pada pasien dengan kehilangan gigi tidak banyak
atau saddle pendek dan bukan free end. Pemilihan sendok
cetak seperti pada pemilihan sendok cetak untuk mencetak
dalam pembuatan studi model atau model pembahasan.
Teknik mencetaknya sama seperti mencetak dalam
pembuatan model pembahasan.
Bagian occlusal rest seat diisi lebih dulu.
13
Pengisian cetakan untuk model kerja :
a. Isi cetakan menggunakan gigi gips tipe III dan dibasis
dengan gips tipe III.
b. Rapikan model dengan menggunakan trimmer.
Perhatikan batas mukosa.
c. Usahakan oklusi model tetap dapat terjaga dengan gigi
antagonis masih terpelihara.
d. Model kerja harus dapat mewakili keadaan mulut pasien.

Mencetak untuk model kerja saddle Panjang dan free


end :
Yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah menyiapkan
individual tray. Cara menyiapkan individual tray :
Pembuatan outline individual tray pada model pembahasan
dilakukan pada saddle Panjang dan free end.
a. Batas mukosa bergerak dan tidak bergerak
b. Outline individual tray minimal 2 mm lebih pendek
(underextended) dari batas mukosa bergerak dan tidak
bergerak.
c. Menentukan letak stopper individual tray.
d. Tebal spacer malam satu lapis malam model merah.
e. Individual tray dibuat dari bahan akrilik self cured
f. Rapikan dan haluskan individual tray serta sesuaikan
dengan outline individual tray.

Border moulding :
Alat yang diperlukan : diagnostic set, spirtus brander, pisau
model, green stick compound.
Urutan kerja :
a. Mencobakan individual tray dalam mulut penderita, yang
diperhatikan / dikoreksi adalah tepi individual tray,
panjangnya 2 mm lebih pendek dari batas mukosa
bergerak dan tidak bergerak.
b. Memotong tepi spacer malam minimal 2 mm untuk
tempat bahan border moulding.
c. Melunakkan green stick compon sebagai bahan border
moulding dan meletakkannya pada tepi individual tray
dan daerah spacer yang tadi dipotong.
d. Masukkan individual tray kedalam bowl berisi air hangat.
e. Masukkan individual tray beserta green stick compound
yang telah dilunakkan dalam mulut dan lakukan tindakan
muscle trimming agar batas mukosa bergerak dan tidak
bergerak terbentuk dengan jelas. Ini dilakukan pada
daerah yang tidak bergigi dengan saddle Panjang atau
pada sisi free end (daerah yang perlu di moulding)
f. Bagian lingual, lidah digerakkan kanan dan kiri, keatas
dan kedepan. Bagian rahang atas posterior pasien
diinstruksikan mengucap AH.
14
Mencetak fungsional
Bahan yang digunakan : bahan cetak elastomer (medium
body).
Alat yang digunakan : individual tray, mixing pad, spatula.
Caranya :
a. Lepas spacer malam yang ada pada individual tray.
b. Membuat lubang (perforated) pada individual tray pada
daerah yang memungkinkan udara dapat terjebak
(diameter 2-3 mm dan jarak lubang ±8 mm).
c. Mengaduk bahan cetak elastomer pada mixing pad.
d. Meletakkan adonan bahan cetak elastomer pada sendok
cetak dengan tebal secukupnya.
e. Memasukkan sendok cetak beserta adonan kedalam
mulut pasien
f. Atur posisi sendok cetak dan lakukan penekanan sendok
cetak dalam mulut pasien seperti waktu mencetak
dengan bahan alginate. Tekan perlahan sampai stopper
menempel mukosa.
g. Lakukan muscle trimming dan fixasi sampai bahan cetak
setting.
h. Melepas cetakan dari dalam mulut pasien seperti
melepas cetakan alginate.
i. Hasil cetakan yang betul :
1) Seluruh regio tercetak
2) Tidak cacat
3) Tidak porous
4) Tidak terlepas dari sendok cetak
5) Semua permukaan moulding dan stopper dilapisi
bahan cetak setipis mungkin.
j. Bersihkan hasil cetakan, kemudian disemprot dengan
cairan disinfektan.
k. Pengisian cetakan dilakukan 30 menit setelah cetakan
dilepas dari dalam mulut, tujuannya untuk menunggu
waktu recovery dari bahan cetak akibat adanya tekanan
waktu melepas dari dalam mulut.
l. Memberi tanda dengan spidol pada tepi cetakan  2 mm
dari peripheral border.

Mengisi cetakan fungsional :


a. Isi cetakan menggunakan gips tipe III baik pada daerah
bergigi maupun basis model.
b. Pengisian cetakan sampai batas garis yang dibuat
dengan spidol pada peripheral border sampai pada
lengkung terbesar, ini bertujuan supaya peripheral
border yang terbentuk tidak rusak dan model gips dapat
dilepas dari cetakan tanpa merusak peripheral border.
c. Melepas model dari cetakan, usahakan peripheral border
tidak rusak.
15
d. Merapikan basis model dengan trimmer.

Melakukan survei dan block out pada model kerja :


a. Alat yang digunakan adalah surveyor
b. Survei dilakukan dengan panduan survei pendahuluan
pada model pembahasan dan guiding plane yang telah
dibuat.
Caranya : letakkan model pada survei table, atur posisi
daerah undercut model kerja sesuai dengan undercut
pada survei pendahuluan. (tahapan yang lebih lengkap
ada pada materi pendukung modul dihalaman belakang).
c. Lakukan block out pada dinding aksial model kerja yang
menghadap ke saddle menggunakan gips tipe II (plaster
of paris).
d. Rapikan block out tersebut menggunakan chisel.

Pembuatan lempeng dan galangan gigit :


a. Lempeng gigit dibuat dari malam model
b. Galengan gigit terbuat dari malam model (merah) yang
digulung
c. Tinggi setinggi gigi sebelah apabila tidak ada gigi
antagonis. Semisal ada gigi antagonism aka tinggi
galangan gigit lebih tinggi ±2mm dari gigi sebelahnya.
d. Lebar galangan gigit mengikuti lebar gigi sebelahnya.

5. Penetapan Gigit GTSL

Tujuan Agar gigi tiruan sebagian lepasan dapat berfungsi secara


optimal dan nyaman, dengan upaya merekam hubungan
mandibula terhadap maksila, sehingga hubungan ini dapat
dipindahkan ke artikulator. Artikulator adalah suatu alat
yang dipakai untuk meniru sebanyak mungkin gerak
rahang bawah, dan mampu mempertahankan hubungan
model atas dan bawah yang akan dilakukan proses
laboratorium. Artikulator dapat digolongkan dalam
beberapa jenis, umumnya yang sering dipakai adalah
artikulator engsel sederhana dan artikulator sendi
sederhana.
Ruang Lingkup GTSL
Uraian Umum Suatu hubungan oklusi dikatakan tetap bila ada tiga kontak
oklusi, yaitu satu di anterior dan dua di posterior (satu di
posterior kiri dan satu di posterior kanan). Pada keadaan
rahang hanya ada satu atau dua kontak oklusi, diperlukan
penentuan hubungan berpedoman kontak gigi yang ada.
kemudian direkatkan pada Artikulator engsel sederhana.
16
Bila tidak ada sama sekali gigi yang berkontak, penentuan
hubungan rahang dilakukan secara fisiologis.
Penentuannya dengan mencari relasi vertikal oklusi yang
sering disebut dimensi vertikal oklusi dan relasi horizontal
posisi sentrik / relasi sentrik. Kedua relasi ini ditentukan
agar model rahang atas dan rahang bawah dapat
dipasang pada artikulator sendi sederhana sesuai dengan
relasi rahang dari pasien. Pencatatan relasi rahang ini
dilakukan dengan bantuan galengan gigit RA dan RB.
Pada penyusunan anasir gigi disusun dalam oklusi sentrik
sesuai dengan relasi sentriknya.
Prosedur Dapat dibedakan menjadi 3 macam :
a. Pasien masih mempunyai pedoman tinggi gigit dengan
gigitan terfixir (terfixir didalam dan diluar mulut)
b. Pasien masih mempunyai pedoman tinggi gigit tetapi
gigitan tidak terfixir (terfixir didalam mulut, tetapi diluar
mulut tidak terfixir)
c. Pasien tidak mempunyai pedoman tinggi gigit (didalam
dan luar mulut tidak terfixir).

Posisi duduk pasien : duduk tegak tapi rileks.

Pasien masih mempunyai pedoman tinggi gigit


dengan gigitan terfixir :
Penetapan gigit pada pasien yang masih mempunyai
pedoman tinggi gigit dengan gigitan terfixir.
Minimal mempunyai tiga titik oklusi (kontak) yang
menjamin oklusi tersebut terfiksir.
Caranya :
a. Lunakkan galengan gigit pada salah satu rahang
dengan menggunakan pisau malam yang dipanaskan
dengan Teknik memotong-motong galengan gigit
tersebut sampai lunak (posisi pisau malam tegak)
b. Masukkan lempeng dan galengan gigit dalam mulut
pasien, instruksikan pasien untuk menggigit sampai
gigi-gigi asli yang ada RA dan RB kontak oklusi.
c. Lunakkan galengan gigit rahang antagonis
menggunakan pisau malam panas seperti sebelumnya.
d. Masukkan lempeng dan galengan gigit tersebut yang
telah dilunakkan kedalam mulut pasien.
e. Instruksikan pasien untuk menggigit sampai gigi-gigi
asli yang ada pada RA dan RB kontak oklusi.
f. Tunggu sampai malam mengeras.
g. Keluarkan galangan gigit RA dan RB, masukkan pada
model kerja.
a. Mengoklusikan model kerja RA dan RB kemudian
mencocokkan pada pasien.
17
b. Memberi tanda garis pada gigi yang mempunyai oklusi
menggunakan pensil dari gigi atas silang menuju gigi
bawah.

Penetapan gigit pada pasien yang masih mempunyai


tinggi gigit tetapi gigitan tidak terfiksir :
a. Lunakkan galengan gigit pada salah satu rahang
dengan menggunakan pisau malam yang dipanaskan
dengan Teknik memotong-motong galengan gigit
tersebut sampai lunak.
b. Masukkan lempeng dan galengan gigit dalam mulut
pasien, instruksikan pasien untuk menggigit sampai
gigi-gigi asli yang ada RA dan RB kontak oklusi.
c. Sesuaikan dalam model kerja.
d. Lunakkan galengan gigit rahang antagonis
menggunakan pisau malam panas seperti sebelumnya.
e. Masukkan lempeng dan galengan gigit tersebut yang
telah dilunakkan kedalam mulut pasien.
f. Instruksikan pasien untuk menggigit sampai gigi-gigi
asli yang ada pada RA dan RB kontak oklusi.
g. Tunggu sampai malam mengeras.
h. Membuat garis median dan garis senyum bila perlu
i. Instruksikan pasien membuka mulut dan ambil semua
lempeng dan galengan gigit dalam mulut pasien.
j. Cuci lempeng dan galengan gigit tersebut dibawah air
mengalir untuk menghilangkan saliva pasien yang
menempel pada galengan gigit.
k. Kembalikan lempeng dan galengan gigit pada model
kerja.
l. Cek posisi oklusi galengan gigit pada model kerja
dengan oklusi pada pasien.
m. Bila terjadi ketidaksamaan ulangi penetapan gigit lagi.
n. Kondisi ini mungkin disebabkan cara melunakkan
galangan gigit kurang lunak, sehingga terjadi
penekanan pada mukosa sewaktu pasien menggigit.
o. Fiksir model gigit atas dan bawah menggunakan stik
yang ditempelkan pada model kerja RA dan RB dengan
malam perekat.
p. Buat garis median pada model sesuai dengan garis
median pasien (bila perlu).

Penetapan gigit pada pasien yang tidak mempunyai


pedoman tinggi gigit :
a. Penetapan gigit ini dilakukan dengan pedoman seperti
melakukan penetapan gigit pada full denture
b. Mendapatkan rest posisi pasien dengan cara : pasien
diminta mengucapkan “mmmmm” bibir atas dan bawah
menempel ringan.
c. Bila perlu dilakukan kesejajaran garis Camper.
18
d. Pasien diukur rest posisi menggunakan jangka sorong,
caranya buat titik pada ujung hidung yang paling
menonjol dan ujung dagu yang paling menonjol ke
depan.
e. Dudukkan pasien pada dental chair dengan posisi
tegak tanpa sandar.
f. Instruksikan pasien untuk rileks dan cek jangan sampai
kelihatan tegang.
g. Ukur jarak kedua titik tersebut 3 kali dan cari rata-
ratanya.
Catatan :
Cara pengecekkan dilakukan dengan menyentuh dagu
pasien pelan-pelan ada tidaknya aktivitas otot pada saat
itu, sebab dalam rest posisi aktivitas otot pembuka dan
penutup mulut harus pada posisi minimal.
a. Tentukan free way space (±2-4 mm)
b. Tinggi gigit yang kita tentukan menggunakan rumus
rest posisi dikurangi free way space.
c. Pemilihan gigi, yang perlu diperhatikan : warna gigi,
besar gigi, dan bentuk gigi.

Cara mengurangi galangan gigit : kapi dipanaskan,


kemudian letakkan pada permukaan galangan gigit yang
akan dikurangi.

6. Pemasangan Model Kerja Beserta Hasil Penetapan Gigit pada


Artikulator

Tujuan Mampu melakukan pemasangan model kerja pada


artikulator
Ruang Lingkup GTSL
Uraian Umum -
Prosedur a. Garis median model sebidang dengan garis median
articulator.
b. Bidang horizontal model sebidang dengan garis
horizontal articulator
c. Pin horizontal terletak pada pertemuan bidang horizontal
dengan garis median pasien atau terletak pada titik
kontak incisive pertama RB.

7. Pembuatan Klamer

Tujuan Mampu melakukan pembuatan klamer


Ruang Lingkup GTSL
19
Uraian Umum -
Prosedur a. Ujung lengan klamer terletak pada daerah undercut pada
bagian bukal dan lingual gigi atau ujung lengan klamer
terletak pada daerah undercut garis survei.
b. Ujung lengan klamer tidak boleh menekan atau
menyentuh gigi sebelahnya.
c. Lengan klamer tidak boleh menyentuh gingival.
d. Ujung lengan klamer dibulatkan.

8. Penyusunan Anasir Gigi Basis Malam GTSL

Tujuan Mampu melakukan Penyusunan dan pasang coba anasir


gigi basis malam pada pasien
Ruang Lingkup GTSL
Uraian Umum -
Prosedur a. Gigi disusun diatas ridge
b. Gigi disusun harus kontak dengan gigi sebelahnya dan
kontak dengan gigi antagonis
c. Susunan gigi harus kontak bersama-sama dengan kontur
gingival gigi asli.
d. Konturing gingival disesuaikan dengan kontur gingival
gigi asli
e. Permukaan malam dari basis gigi tiruan harus halus dan
mengkilap.

Percobaan susunan gigi malam pada pasien :


Yang perlu diperhatikan : estetik pasien, oklusi sentrik dan
eksentrik.

Kontur akhir :
Alat yang digunakan : lampu spiritus, pisau malam, pisau
model.
a. Kontur gingiva sama seperti gigi sebelah
b. Permukaan malam halus dan kilap
c. Tidak boleh ada malam tipis yang menempel pada
permukaan anasir
d. Buat bentukan rugae bila diperlukan

9. Pasang Coba GTSL akrilik

Tujuan Percobaan terakhir untuk menghilangkan keraguan


operator, tekniker gigi maupun pasien sendiri dengan
melakukan pemeriksaan dan perbaikan semua kesalahan

20
estetik, oklusi, retensi, stabilitas serta relasi rahang secara
vertikal maupun horisontal akibat kesalahan prosedur kerja
sebelumnya, dan memperbaiki kekurangan yang dirasakan
oleh pasien, sehingga diperoleh GTSL yang memenuhi
estetik, retensi, stabilitas dan dukungan yang baik
Ruang Lingkup GTSL
Uraian Umum 1. Pemeriksaan retensi dan stabilisasi
2. Pemeriksaan kecermatan kontak basis GTSL, apabila
kontak tidak baik, lakukan relining.
3. Melakukan penilaian estetik
4. Pemeriksaan oklusi sentrik dan eksentrik menggunakan
articulating paper
5. Gigi tiruan posterior RB tidak boleh ditempatkan Iebih
distal daripada tepi anterior retromolar pad.
6. Ketepatan klamer pada gigi pendukung
7. Pembentukan permukaan poles yang memberi retensi
tambahan GT
Prosedur Alat yang digunakan : kaca mulut, sonde, pinset, articulating
paper, pensil tinta.
a. Siapkan GTSL yang telah dibersihkan / dicuci
b. Cobakan dalam mulut pasien
c. Seluruh basis GTSL menempel pada mukosa mulut dan
tidak overextended.
d. Oklusal rest pada tempatnya
e. Klamer menempel pada gigi
f. Lengan retentive klamer pada bagian undercut gigi
penyangga
g. Gigi tiruan dipadang dan dilepas dengan mudah oleh
pasien.

10. Hasil Processing Akrilik

Tujuan Mampu melakukan penilaian hasil processing akrilik


Ruang Lingkup GTSL
Uraian Umum -
Prosedur a. Hasil tidak porus
b. Tidak ada buble pada bagian gigi tiruan yang
menghadap mukosa
c. Permukaan gigi tiruan harus bersih dari gips.

Akrilik kasar pada model dan remounting I


a. Setelah prosesing akrilik, model dikeluarkan dari kuvet
21
beserta model akriliknya. Bersihkan dari gips putih yang
menempel.
b. Dilakukan selective grinding pada artikulator. Model
dikembalikan pada artikulator dengan bantuan kunci 3
cekungan.

11. Selective Grinding I, Pemulasan Awal, Selective Grinding Dalam


Mulut, Pemulasan Akhir

Tujuan Mampu melakukan selective grinding I


Ruang Lingkup GTSL
Uraian Umum -
Prosedur Selective grinding I :
Yang dilakukan hanya centric oklusi, bertujuan untuk
menghilangkan kesalahan waktu prosesing akrilik.

Pemulasan awal :
a. Tepi denture tidak boleh tajam
b. Bagian denture yang menghadap mukosa tidak boleh
ada bubble.
c. Permukaan denture halus, kilap, bersih dari sisa gips dan
bahan pulas.

Selective grinding dalam mulut :


Alat yang digunakan : kaca mulut, sonde, pinset, kertas
artikulasi, stone.
a. Cek oklusi dengan gigi antagonis menggunakan
articulating paper, bila ada spot lebih tebal, berarti
daerah tersebut premature kontak.
b. Lakukan grinding dengan stone pada daerah yang ada
spot tebal. Lakukan oklusi ulang dengan articulating
paper sampai terdapat spot yang sama tebal baik gigi
asli maupun anasir gigi tiruan.
c. Lakukan dalam gerakan oklusi dan artikulasi
d. Melapor pada instruktur

Pemulasan akhir :
a. Permukaan denture harus halus dan mengkilap
b. Tepi denture tidak boleh ada yang tajam
c. Textur dari anasir gigi jangan sampai hilang terpoles.
22
12. Insersi GTSL

Tujuan Memulihkan fungsi estetik, mastikasi, fonetik dan menjaga


jaringan gigi serta jaringan lunak yang ada agar tetap sehat.
Ruang Lingkup GTSL
Uraian Umum Pada saat pemasangan GTSL, belum tentu geligi tiruan
tersebut langsung terasa nyaman bagi pasien yang sudah
kehilangan gigi giginya dalam waktu yang cukup lama dan
belum pernah memakai gigi tiruan. Beberapa masalah yang
mungkin terjadi pada proses insersi GTSL yaitu: hambatan
pada permukaan gigi atau jaringan (dapat dihilangkan
dengan pengasahan), gigi tiruan kurang / tidak cekat, aspek
oklusi pada posisi sentrik, lateral dan antero posterior,
melihat faktor estetik menyangkut gigi anterior dan adanya
rasa mual, perubahan suara saat bicara (cadel). Agar
penderita dapat beradaptasi dengan GTSL nya pada waktu
bicara dan mastikasi, maka sebaiknya operator memberikan
saran-saran mengenai hal yang mungkin terjadi setelah
pemakaian dan penanggulangannya, serta bagaimana cara
membersihkan GTSL nya.
Prosedur Alat yang digunakan : kaca mulut, sonde, pinset.
1. Bila pasien telah memakai GTSL, dianjurkan untuk
dilepas dan tidak dipakai minimal 24jam.
2. Siapkan GTSL yang telah dibersihkan
3. Persilahkan pasien untuk kumur-kumur
4. Insersikan GTSL akrilik pada rongga mulut pasien
5. Lakukan pemeriksaan dan evaluasi :
a. Kondisi intraoral pasien : tidak boleh ada luka,
stomatitis yang dapat mengganggu proses
pemasangan GTSL.
b. Bagi penderita yang telah memakai gigi tiruan, GTSL
yang lama harus dilepas minimal 24 jam sebelum
insersi.
c. Periksa retensi, stabilitas GTSL, oklusi sentrik dan
eksentrik.
d. Tanyakan adanya keluhan rasa sakit pada pasien,
lakukan perbaikan apabila diperlukan.
23
e. Psikologis : adaptasi dan penerimaan pasien
terhadap GTSL nya (kenyamanan pasien, estetik,
bicara, mastikasi)
f. Ajarkan pasien memasang dan melepas GTSL
sendiri.
6. Berikan instruksi pemakaian dan pemeliharaan GTSL
resin akrilik, yaitu :
a. Setelah insersi, pasien diminta untuk memakai GTSL
nya selama 24 jam / sehari semalam, kecuali saat
makan GTSL harus dilepas. Setelah makan GTL
dipakai lagi
b. GTSL belum boleh dipakai untuk makan, hanya untuk
minum dan bicara, bertujuan untuk adaptasi.
c. Belajar dipakai bicara dengan disuarakan
d. Menjaga kebersihan GTSL.
Ada 2 cara pembersihan GTSL :
Cara mekanis, yaitu di sikat dengan sikat lembut
pada bagian permukaan gigi, pada bagian plat
menggunakan spoon / dengan tangan menggunakan
sabun yang tidak mengandung detergent dan soda
(sabun cuci piring/sabun antibakteri) kemudian cuci di
bawah air mengalir.
Cara kimia yaitu dengan denture cleanser. Di rendam
dalam larutan (1 tablet untuk merendam RA dan RB
selama 15 - 30 menit).
e. Waktu pembersihan GTSL : pagi, setelah makan, dan
sebelum tidur
f. Setelah 24 jam GTSL dilepas pada waktu tidur,
dibersihkan seperti instruksi diatas, lalu dikeringkan
menggunakan tissue / kain lap dan disimpan dalam
wadah kering terbuka / tertutup dengan perforated
udara.
g. Apabila ada gangguan fonetik, mastikasi dan sakit,
dianjurkan untuk segera kontrol
h. Kontrol sesuai waktu yang telah ditentukan guna
mengecek kembali lebih lanjut, jika tidak ada
gangguan pasien terus dapat memakai GTSL.

13. Pasca Pemasangan GTSL

Tujuan Perawatan prostodontik merupakan pelayanan


berkelanjutan yang tidak berakhir pada saat pemasangan
dalam mulut. Pasien harus kembali secara periodik untuk
evaluasi respon jaringan mulut terhadap GT dan
menanggulangi masalah pada pasien akibat pemakaian GT.
Ruang Lingkup GTSL
24
Uraian Umum Setelah GTSL dipasang, bukan berarti sudah selesai
perawatan yang kita berikan. Masalah baru bahkan masalah
yang sudah dapat kita tanggulangi pada waktu pemasangan
GTSL mungkin akan terjadi. Masalah-masalah ini dapat
dirasakan pasien setelah beberapa hari, bahkan dapat pula
terjadi beberapa jam setelah pemasangan karena menurut
penelitian pemakai GTSL mempunyai potensi dalam
mengakibatkan perubahan-perubahan patologik dalam
mulut. Keluhan pasien akibat pemasangan sebaiknya
segera ditangani agar tidak menimbulkan kerusakan pada
jaringan keras maupun lunak pendukung GTSL, atau
bahkan justru mengganggu sistem stomatognati. Masalah
ini dapat serupa dengan masalah yang terjadi saat
pemasangan atau masalah baru akibat kurangnya efisiensi
GTSL saat berfungsi. Kontrol periodik hendaknya dilakukan
satu sampai dua kali setahun. Pasien diinstruksikan untuk
penyikatan GT dengan sabun untuk mencapai kebersihan
dan khususnya pembersihan dan stimulasi di sekeliling gigi
penyangga dan gigi yang masih tinggal merupakan hal yang
utama. GT perluasan distal harus dicek secara periodik
untuk mengevaluasi resorbsi lingir, stabilitas, oklusi. Bila
dijumpai salah satu kelainan keadaan ini harus segera
diperbaiki.
Prosedur Kontrol I :
Alat yang digunakan : kaca mulut, sonde, pinset, articulating
paper, stone.
a. Persilahkan pasien duduk dikursi unit/dental chair
b. Tanyakan apa keluhannya. Dengarkan dan perkirakan
penyebabnya.
c. Cek retensi dan stabilisasi GTSL
d. Periksa GTSLnya yang ada kaitan dengan penyebab
keluhannya. Mungkin overextended, oklusi dicek apakah
ada premature kontak (lakukan dengan bantuan
articulating paper).
e. Lepas GTSLnya dan periksa kemungkinan ada bagian
yang tajam atau ada bintil pada permukaan anatomisnya.
f. Periksa mukosa mulut apakah ada bagian yang
kemerahan.
g. Tentukan diagnosisnya berdasar keluhan pasien,
keadaan mukosa, dan keadaan GTSLnya.
h. Tentukan rencana terapinya
i. Instruksi pada pasien :
1. GTSL sudah mulai boleh digunakan untuk makan,
25
dimulai dengan makanan yang lunak.
2. GTSL dibersihkan setiap habis makan, akan tidur,
dan bangun tidur.
3. Cara membersihkan seperti yang telah diajarkan
4. Datang untuk kontrol berikutnya

Kontrol II
Alat yang digunakan : kaca mulut, sonde, pinset, kertas
artikulasi.
a. Urutan seperti pada kontrol I
b. Instruksi pada penderita :
1. Gunakan untuk makan dan mengunyah pada kedua
sisi rahang
2. Hindari makan yang keras
3. Cara membersihkan sama seperti instruksi
sebelumnya
4. Bila ada keluhan, harus datang untuk kontrol
5. Dianjurkan untuk kontrol 6 bulan sekali.

NB :
a. Bahan pembersih gigi tiruan denture cleaner
b. Cara pemakaian ikuti petunjuk pabrik

26
B. Gigi Tiruan Lengkap (GTL)
1. Persiapan Pasien

Tujuan Mampu melakukan persiapan pasien sebelum memulai


perawatan
Ruang Lingkup Prostodonsia
Uraian Umum -
Prosedur Mendudukkan pasien pada dental chair :
1. Pasien didudukkan pada dental chair bersandar pada
back rest dengan posisi rileks.
2. Memasang alas dada pada pasien
3. Operator / mahsiswa / drg duduk pada dental stool
dengan posisi di sebelah kanan depan pasien.
4. Posisi pasien pada dental chair, tinggi mulut pasien
setinggi siku operator.
5. Selama perawatan pasien harus mengenakan alas
dada dan alat periksa standart harus selalu disiapkan.

Pemeriksaan rongga mulut pasien :


1. Kaca mulut, sonde,excavator, pinset
2. Kapas, cotton roll
3. Chlor etil
4. Gelas + air

Pemeriksaan dalam mulut :


1. Secara visual : semua gigi yang ada dalam mulut dan
semua jaringan lunak sekitar gigi dalam mulut.
2. Secara radiologi : dilakukan bila kita perlu atau kita
menemui adanya kelainan yang tidak bida dilihat
secara visual. Dapat berupa foto periapical, occlusal,
panoramic, sefalometri, dll.

Perawatan pendahuluan pada pasien sebelum


pembuatan GTL, misalnya periodontologi dan bedah mulut
(pencabutan, alveolectomy, dll).

27
2. Mencetak Anatomis Rahang Tidak Bergigi

Tujuan Mampu melakukan pencetakan anatomis rahang tidak


bergigi
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur Siapkan peralatan untuk mencetak (sendok cetak perforated
yang tidak bersudut, bahan cetak alginate, bowl, spatula,
pengukur air dan bubuk).
Mendudukkan penderita dalam posisi yang benar (RA
duduk tegak, RB garis oklusi sejajar lantai).
Sebelum memulai proses mencetak penderita diinstruksikan
untuk berkumur terlebih dahulu.
Persyaratan hasil cetakan harus terlihat seluruh anatomical
landmark RA dan RB.

Tahapan mencetak rahang bawah (RB) dan rahang atas


(RA) :
1. Saat mencetak RB, instruksikan pasien untuk
mengangkat lidahnya dan menyentuhkan ujung lidah
pada palatum sesaat setelah sendok cetak dimasukkan
dalam mulut. Kemudian pasien diminta untuk
menjulurkan lidahnya. Hal ini dilakukan agar didapatkan
hasil cetakan yang meluas di daerah lingual hingga ke
retromylohyoid dan menentukan posisi frenulum lingualis
pasien.
2. Instruksi pada pasien saat mencetak RA : yaitu bernafas
melalui hidung sehingga refleks untuk muntah berkurang.
3. Instruksikan juga pada pasien jangan melakukan
gerakan tiba-tiba ketika dalam proses mencetak.
4. Tentukan ukuran sendok cetak RA dan RB yang akan
digunakan untuk mencetak, sesuai dengan besar
lengkung rahang pasien
5. Manipulasi material cetak dengan cara mencampur
bubuk bahan cetak alginat (takaran bubuk sesuai
ketentuan pabrik) tersebut ke dalam mangkuk karet berisi
air (takaran liquid sesuai ketentuan pabrik) dan adonan
tersebut diaduk sambil ditekan ke tepi mangkuk karet
hingga homogen. Perhatikan working time dan setting
time bahan cetak (sesuai aturan pabrik)
28
6. Letakkan adonan bahan cetak ke dalam sendok cetak
lalu lakukan pencetakan pada RA/RB. Gunakan kaca
mulut untuk meretraksi bibir dan pipi model rahang.
7. Setelah adonan mengeras, lepaskan sendok cetak dari
mulut pasien. Cuci bersih pada air mengalir untuk
menghilangkan kotoran / saliva yang menempel.
8. Amati hasil cetakan anatomis, lihat porositas, robekan,
dan detail cetakan, apakah ada landmark anatomi yang
tidak tercetak (terutama pada denture-bearing area).
Detail hasil cetakan haruslah akurat dan tidak robek.

3. Membuat Model Kerja dan Basis

Tujuan Mampu membuat model kerja dan basis


Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur Tahapan Pengisian Gipsum pada hasil cetakan
1. Manipulasi bubuk gips tipe III (warna biru) dengan air
(sesuai takaran pabrik) pada mangkuk karet lalu letakkan
mangkuk karet tersebut di atas vibrator / diketok-ketok
supaya gelembung udara yang terperangkap terlepas
sehingga mencegah hasil cetakan tidak porus.
2. Isi hasil cetakan dengan adonan gips tipe III sesegera
mungkin setelah cetakan dilepas dari rongga mulut
pasien untuk menghindari penyusutan cetakan agar
didapatkan modell kerja yang detail dan akurat.
3. Pengisian gips pada RA diawali dari palatum mengarah
ke residual ridge, sedangkan pada RB diawali dari
residual ridge anterior menuju posterior. Pengisian hasil
cetakan dilakukan secara bertahap dan tidak sekaligus,
terperangkapnya gelembung udara pada undercut
cetakan.
4. Tunggu hingga gips mengeras (setting) selama kurang
lebih 30 menit.

Tahapan membuat basis model


1. Siapkan lempeng kaca (glass lab), gips keras tipe II,
mangkuk karet, spatula dan air untuk membuat basis
model studi
2. Manipulasi gips tipe II dan air (sesuai takaran) dalam
mangkuk karet hingga homogen lalu letakkan adonan
gips pada lempeng kaca
3. Letakkan model gips RA yang masih menempel pada
sendok cetaknya di atas adonan gips tipe II tersebut.
Rapikan dan bentuk tepian gips menjadi basis model
29
kerja dengan menggunakan spatula saat gips tipe II
masih lunak. Perlu diperhatikan : adonan gips tipe II tidak
boleh menutupi bagian tepi sendok cetak agar saat
mengeras, model kerja mudah dilepas dari sendok
cetaknya.
4. Model kerja dirapikan dan dipotong kelebihan gipsumnya
menggunakan mesin trimmer. Pastikan bahwa model
studi dalam kondisi basah agar debris dari pemotongan
tidak melekat pada model studi. Ketebalan basis model
kerja kurang lebih 15-16 mm.
5. Tulislah keterangan pada model dengan spidol, meliputi :
Nama pasien, jenis kelamin dan umur pasien, nama
operator dan NIM.

4. Membuat Individual Tray

Tujuan Mampu membuat individual tray


Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur 1. Gambar outline batas mukosa bergerak dan tidak
bergerak pada model pembahasan, outline individual
tray 2 mm under garis outline yang telah saudara buat,
kecuali bagian fibrating line RA harus tepat / tidak under.
2. Gambar stopper pada model pembahasan berbentuk
persegi pada daerah caninus dan molar pertama dengan
lebar 4 mm (RA lebih ke bukal, RB lebih ke lingual).
3. Apabila telah disetujui pembimbing, buatlah spacer
malam menggunakan selapis malam model yang telah
dilunakkan dan dipotong sesuai batas outline individual
tray.
4. Kemudian buatlah individual tray memakai self curing
acrylic.
5. Rapikan individual tray dengan menggunakan bur (stone,
fraser).

5. Border Moulding

Tujuan Mampu melakukan border moulding


Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur 1. Sesuaikan individual tray dengan kondisi di dalam mulut
penderita (under 2 mm dari batas mukosa bergerak dan
tidak bergerak, kecuali bagian fibrating line RA harus
tepat /tidak under, bebaskan dari frenulum, koreksi
30
daerah tuber maksila dan retromylohyoid).
2. Tunjukkan kepada pembimbing, apabila telah disetujui,
siapkan peralatan untuk border moulding (green stick,
brunder spiritus, air panas, vaselin).
3. Kurangi spacer malam bagian pinggir individual tray
minimal 2 mm dari batas individual tray untuk tempat
bahan border moulding (green stick).
4. Tempatkan green stick yang telah dilunakkan pada
bagian tersebut, masukkan dalam mulut, sampai terasa
stopper menyentuh mukosa.
5. Lakukan gerakan border moulding secara aktif (dilakukan
pasien) dan secara pasif (dilakukan operator, dengan
cara menarik otot pipi / bibir kebawah / keatas dan lipat
kedalam) untuk mengaktivasi otot-otot pengunyahan,
otot pembuka dan penutup mulut (muscle trimming).
6. Moulding bagian fibrating line dengan cara pasien
disuruh mengucapkan AH berulang-ulang.
7. Tunjukkan pada pembiming, apabila hasil moulding telah
memenuhi persyaratan (bentuk border moulding
membulat sesuai ruangan border seal, green stick tidak
menutupi malam malam spacer, tidak over / under
extended, permukaan halus, retentive).
8. Setelah border moulding selesai spacer malam dilepas,
dilanjutkan mencetak fungsional.

6. Mencetak Fungsional (Model Kerja) Rahang Tidak Bergigi

Tujuan Mampu melakukan pencetakan fungsional / model kerja


rahang tidak bergigi
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur 1. Lepaskan spacer malam pada individual tray, jangan
sampai merusak hasil border moulding.
2. Bahan cetak menggunakan Polivinil Siloxane (elastomer
tipe medium body / monophase).
3. Mencetak menggunakan metode mukodinamik.
Tahapannya :
a. Aduk bahan cetak elastomer dengan perbandingan
sesuai petunjuk pabrik.
b. Masukkan bahan cetak kedalam sendok cetak kira-
kira setebal spacer malam.
c. Masukkan ke dalam mulut pasien dengan
memperhatikan posisi individual tray (garis median
individual tray harus sesuai dengan garis median
wajah).
31
d. Tekan bagian posterior terlebih dahulu sambal
digetarkan, tekan sampai terasa stopper menyentuh
mukosa.
e. Lakukan muscle trimming dan setelah itu pasien
diinstruksikan untuk :
1) Rahang atas :
Membuat AH-line (vibrating line).
Caranya : pasien disuruh mengatakan “AH”
berkali-kali, pada batas antara palatum durum dan
palatum molle tampak gerakan yang jelas.
a) Mengucapkan huruf “O” agar frenulum bukalis
superior tercetak.
b) Mengucapkan huruf “U” agar frenulum labialis
tercetak
c) Menggerakkan rahang bawah ke kanan dan
kiri agar daerah disekitar tuberositas
maxillaris tercetak.
2) Rahang bawah:
a) Mengucapkan kata “O” agar frenulum bukalis
inferior tercetak.
b) Mengucapkan kata “U” agar frenulum labialis
tercetak
c) Menggerakkan lidah ke atas, ke kanan dan kiri
agar daerah disekitar Mylohyoid line tercetak.
f. Tunggu sampai bahan cetak setting, keluarkan dari
mulut pasien. Bersihkan dari saliva dan tunjukkan
pada pembimbing.
Note : sebelum menggunakan bahan elastomer,
sebaiknya latihan dahulu dengan menggunakan
bahan alginate. Diaduk menggunakan air es dengan
konsistensi agak encer (seperti konsistensi
elastomer).
Hasil cetakan yang benar :
1) Seluruh permukaan green stick dan stopper
masih tertutup dengan bahan cetak tipis.
2) Seluruh rahang tercetak dengan baik dan
lengkap.
3) Tidak ada porous.
g. Apabila telah disetujui, simpan hasil cetakan di
tempat kering selama 30 menit untuk recovery time,
selanjutnya diisi dengan gips keras tipe III dan diberi
basis setebal ± 1,5 cm.

32
h. Mengisi hasil cetakan :
1) Buat garis dengan spidol pada kontur terbesar
pinggir cetakan (atau minimal 2 mm dari pinggir).
2) Isi hasil cetakan dengan adonan gips keras
sampai penuh / datar.
3) Sisa adonan disiapkan untuk basis.
4) Telungkupkan cetakan yang telah diisi gips diatas
adonan basis.
5) Atur sampai gips menutupi pinggir cetakan
sampai batas garis spidol.
6) Setelah gips setting, buka cetakan dengan hati-
hati.
7) Diperoleh model kerja.
i. Rapikan dan trimming basis model kerja. Buatlah
garis median model dari frenulum labialis melewati
papilla insisiva ke posterior sampai ke tengah-tengah
fovea palatina, garis puncak ridge dari caninus ke
tengah tengah tuber untuk rahang atas dan tengah-
tengah retromolar pada untuk rahang bawah, tiga
cekungan pada bagian tertebal model kerja.

7. Membuat Post Dam dan Relief Chamber

Tujuan Mampu melakukan pembuatan post dam dan relief chamber


Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur Membuat post dam dengan cara meradir batas yang telah
tergambar oleh pensil tinta (daerah AH line) pada model
kerja dengan kedalaman sesuai kompresibilitas mukosa di
anterior fovea palatina dari hamular notch kiri sampai
hamular notch kanan.
Membuat relief chamber menggunakan aluminium foil pada
daerah papilla insisivus (yang berfungsi sebagai relief of
pain, karena pada papilla insisivus terdapat foramen
insisivus tempat keluarnya saraf nasopalatinus) dan daerah
torus palatinus (yang berfungsi mencegah ungkitan pada
GTL, karena ketebalan mukosa pada torus palatinus lebih
tipis daripada mukosa sekitarnya sehingga dapat menjadi
titik ungkit yang mengganggu stabilitas GTL)

33
8. Membuat Galengan Gigit / Bite Rim Rahang Atas dan Rahang Bawah

Tujuan Mampu melakukan pembuatan galengan gigit RA dan RB


Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur Pembuatan galengan gigit harus memperhatikan estetis,
tinggi, lebar, dan kesejajaran dataran oklusal.
Galengan gigit, berbentuk tapal kuda dan trapezium
diletakkan di atas base plate sesuai dengan residual ridge,
untuk memperoleh tinggi gigitan pada keadaan relasi sentrik
yang nantinya akan dipindahkan ke artikulator.
Syarat galengan gigit :
a. Ukuran lebar galengan gigit :
RA anterior  5-7 mm, posterior  10 mm
RB anterior  4-6 mm, posterior  10 mm
Galengan gigit RA bagian anterior lebih menonjol
(protrusi)  2 mm dari RB (overjet)
b. Galengan gigit posterior RA dan RB sebidang (dilihat dari
depan/anterior)
Tinggi galengan gigit RA diukur dari dasar vestibulum
labialis ke bidang oklusal ± 22 mm.
Tinggi galengan gigit RB diukur dari dasar vestibulum
labialis ke bidang oklusal ± 18 mm.

Patokan galengan gigit rahang atas adalah tinggi dibuat 2


mm di bawah bibir atas saat rest position dan dilihat profil
pasien.
Batas posterior galengan gigit RA sampai distal molar
pertama, RB sampai retromolar pad.

34
9. Penetapan Gigit (Maxillo Mandibular Relation / MMR) Rahang Tidak
Bergigi

Tujuan Mampu melakukan penetapan gigit (maxillo mandibular


relation / MMR) rahang tidak bergigi
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur Metode Niswonger
1. Penyesuaian lempeng dan galangan gigit RA
a. Pemeriksaan dukungan bibir (lip support) dengan
cara melihat dukungan galangan gigit RA pada bibir
atas dari arah depan dan samping sampai pantas
bagi pasien kalau bergigi.
b. Pemeriksaan panjang galangan gigit terhadap bibir
atas.
Sesuaikan tinggi galangan gigit anterior terlihat kira-
kira 2mm saat bibir rest.
2. Menentukan kesejajaran bidang insisal dan oklusal
galangan gigit RA terhadap bidang insisal dan oklusal
RA pasien.
Siapkan alat-alat yang diperlukan seperti pisau malam,
pisau model, brunder spiritus, kapi, isolasi, benang wol,
bite plate, jangka, dan penggaris.
Posisikan pasien pada dental chair untuk duduk tegak,
lekatkan benang wol pada daerah tragus ala nasi.
Masukkan galengan gigit RA pada mulut pasien,
perhatikan profil (dilihat lip support), Panjang galengan
gigit 2 mm dibawah garis bibir atas. Sesuaikan bidang
oklusal galengan gigit dengan garis Camper
menggunakan bite plate.
Lakukan observasi dan pemeriksaan kesejajaran
galangan gigit atau bite plate tersebut
a. Dilihat dari anterior, bite plate sejajar dengan garis
interpupil
b. Dilihat dari sagital, bite plate sejajar dengan bidang
Camper.
Apabila terjadi ketidaksejajaran, maka lakukan
pengurangan atau penambahan pada permukaan
oklusal galangan gigit hingga tercapai kesejajaran
bidang.
3. Menentukan relasi vertical (vertical jaw relation)
Pasang galengan gigit RB sesuaikan dengan galengan
35
gigit RA sampai mencapai kontak seimbang. Buatlah titik
pada nasion dan gnation pada pasien. Ukurlah jarak
pada kedua titik tersebut (pasien dalam kondisi rest
posisi / bibir atas dan bibir bawah kontak ringan, dan
pasien diinstruksikan mengucapkan ‘mmmm”)
menggunakan jangka beberapa kali (2-3 kali) untuk
mendapatkan nilai rata-rata yang merupakan rest posisi
pasien. Tinggi gigit pasien adalah rest posisi dikurangi
free way space (2-4 mm).
4. Menentukan relasi horizontal / letak gigit (horizontal jaw
relation)
Pasang galengan gigit RA dan RB, ukurlah jarak antara
titik nasion dan gnation yang telah saudara buat
sehingga jaraknya sesuai dengan tinggi gigit penderita.
Perhatikan galengan gigit harus tetap dalam kondidi
kontak seimbang.
Buatlah Nukleus Walkhof (bulatan malam sebesar biji
jagung yang ditempelkan pada basis galangan gigit RA
pada daerah fibrating line) pada galengan gigit RA paling
posterior. Dengan galengan gigit atas dan bawah
terpasang carilah letak gigit pasien. Instruksikan pasien
untuk membuka mulut kemudian menutup mulut secara
perlahan dengan lidah menyentuh Nukleus Walkhof
sampai galangan gigit RA dan RB menempel untuk
mendapatkan relasi sentrik pasien.
Selain menggunakan cara Nukleus Walkhof, bisa
menggunakan cara dorsal flexi (ini dilakukan apabila
lidah pasien tidak bisa menyentuh palatum posterior
dikarenakan menempelnya lidah dengan frenulum
lingualis), caranya pasien diposisikan menengadah /
posisi tiduran. Posisi RB paling posterior.
Dalam posisi sentrik tersebut :
a. Bidang galangan gigit RA da RB menempel rata
b. Galangan gigit RA dan RB bagian posterior kanan
dan kiri dibuat sebidang.
c. Galangan gigit RB anterior lebih ke posterior,
sesuaikan dengan dukungan bibir RB.
Buatlah garis pada daerah caninus dan premolar pada
saat galengen gigit dalam kondisi kontak seimbang.
Instruksikan pasien untuk membuka dan menutup mulut
dengan cara seperti diatas berulang-ulang sampai garis
caninus dan premolar berimpit dalam posisi yang sama.
(check a bite).
Buatlah keratan selebar 1 cm pada daerah posterior
kanan dan kiri galengan gigit kemudian letakkan utility
wax, pasang galengan pada mulut pasien dan
instruksikan untuk melakukan gerakan membuka dan
menutup mulut sesuai dengan letak gigit yang telah
saudara dapatkan.
36
Buatlah garis median sesuai median wajah pasien, garis
caninus (garis vertical melewati sudut mulut kanan dan
kiri pasien saat rest posisi) dan garis senyum pasien
(garis yang melewati batas bibir bawah saat tersenyum,
mengucapkan “Cis”.
Fiksasi galengan gigit menggunakan staples pada regio
belakang C kiri dan kanan, masing-masing pada 2
tempat dan keluarkan dari mulut pasien dengan posisi
galengan terfiksir. Cuci dan letakkan galengan pada
model kerja kemudian tunjukkan pada pembimbing.

10. Pemasangan Model Pada Artikulator

Tujuan Mampu melakukan orientasi rahang (pemasangan model


pada artikulator)
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur Periksa artikulator yang akan saudara gunakan, pastikan
posisi pin horizontal sesuai dengan garis median articulator,
pin vertical menyentuh incisal table, gerakkan sendi
artikulator berfungsi dengan baik.
Ulasi artikulator dan model kerja dengan vaselin. Letakkan
model dengan galengan gigit terpasang pada artikulator.
Pastikan garis median artikulator berimpit dengan garis
median model kerja, bidang olusal artikulator sebidang
dengan bidang oklusal galengan gigit (menggunakan
bantuan karet gelang) pin horizontal articulator menyentuh
titik kontak insisivus pertama rahang bawah.

11. Penyusunan Anasir Gigi

Tujuan Mampu melakukan penyusunan gigi


Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur Tahapan penyusunan anasir gigi anterior
Perhatikan :
1. Gigi harus terletak di puncak residual alveolar ridge dan
bidang labial galangan gigit merupakan bidang labial
gigi.
2. Sumbu masing-masing gigi dari aspek labial dan
proksimal dan relasi gigi-gigi anterior rahang atas
dengan rahang bawah
3. Urutan penyusunan dari : 11, 21, 12, 22, 13, 23
37
dilanjutkan dengan 31, 41, 32, 42, 33, 43

Penyusunan gigi insisivus sentral (I1) RA


1. Posisi garis median harus sejajar dengan median wajah
2. Incisal edge paralel dan menyentuh bidang oklusi atau
galangan gigit RB nya (dicek dengan bite plane table
artikulator)
3. Bila dilihat dari aspek labial : sumbu gigi 90 derajat
dengan bidang oklusal dan bagian servikal gigi sedikit
miring ke distal, sumbu gigi hampir paralel dengan garis
median.
4. Permukaan labial I1 diposisikan berada 5-9 mm lebih
anterior dari bagian tengah papilla, karena pola resorbsi
residual ridge RA umumnya mengarah ke atas dan ke
belakang, sehingga posisi anasir gigi anterior RA
diletakkan lebih ke anterior dan inferior residual ridge
untuk mengisi posisi gigi aslinya.
5. Dilihat dari aspek proksimal : gigi deviasi 8 derajat
terhadap bidang vertikal (protrusi) dan permukaan labial
gigi sama dengan permukaan labial galangan gigit.

Penyusunan gigi insisivus lateral (I2) RA


1. Incisal edge paralel dengan bidang oklusal tetapi
permukaannya ± 0,5-1 mm di atas bidang oklusi
2. Aspek labial terlihat deviasi 10 derajat terhadap garis
median, bagian servikal sedikit miring ke arah palatal
3. Aspek proksimal ada deviasi 12 derajat terhadap garis
median.

Penyusunan gigi kaninus (C) RA


1. Incisal edge menyentuh bidang oklusi
2. Aspek labial tampak sumbu gigi bervariasi pada bagian
servikalnya, dari tegak hingga sedikit miring ke arah
distal. Sisi mesiolabial terlihat dari aspek labial dengan
38
cara memiringkan servikal gigi ke arah distal
3. Aspek proksimal tampak sumbu gigi tegak dengan 2/3
bagian servikal lebih menonjol ke labial untuk
memperlihatkan tonjolan kaninus.

Penyusunan gigi insisivus sentral (I1) RB


1. Incisal edge berada 1 mm di atas bidang oklusi
2. Aspek labial terlihat sumbu gigi pararel dengan garis
median
3. Aspek proksimal terlihat sumbu gigi condong 5 derajat ke
lateral dan terletak di puncak residual alveolar ridge

Penyusunan gigi insisivus lateral (I2) RB


1. Incisal edge disesuaikan dengan incisal edge gigi 31 dan
41
2. Aspek labial tampak sumbu gigi pararel dengan garis
median
3. Aspek proksimal tampak gigi tegak atau condong sedikit
ke labial

Penyusunan gigi kaninus (C) RB


1. Incisal edge sebidang dengan gigi insisivus sentral dan
39
lateral
2. Aspek labial tampak sumbu gigi sedikit miring
3. Aspek proksimal tampak sumbu gigi tegak atau condong
ke lingual dan bagian servikal sedikit menonjol

Penyusunan gigi anterior harus memperhatikan jarak


overbite dan overjet.
overbite : 1 mm
overjet : 1-2 mm
atau ketika dilakukan gerakan protrusive pada articulator,
gigi anterior RA dan RB kontak, pin vertical tidak terangkat.

Tahapan penyusunan anasir gigi posterior


Perhatikan :
1. Gigi harus terletak di puncak residual alveolar ridge dan
bidang bukal galangan gigit merupakan bidang bukal gigi
2. Sumbu masing-masing gigi dari aspek bukal dan
proksimal serta relasi gigi-gigi posterior rahang atas
dengan rahang bawah.
3. Urutan penyusunan gigi : pada RA dimulai dari P1 – P2 –
M1 – M2 sisi kanan kemudian berlanjut pada sisi kirinya,
sedangkan pada RB dimulai dari gigi M1 – M2 – P2 – P1
pada sisi kanan dan kiri

Penyusunan gigi premolar pertama (P1) RA


Cusp bukal menyentuh bidang oklusi. Cusp palatinal berada
± 0,5 mm di atas bidang oklusi. Aspek bukal dan proksimal
terlihat sumbu gigi tegak lurus

Penyusunan gigi premolar kedua (P2) RA


Cusp bukal dan palatinal menyentuh bidang oklusi. Aspek
bukal dan proksimal terlihat sumbu gigi tegak lurus

40
Penyusunan gigi molar pertama (M1) RA
Cusp mesio palatinal menyentuh bidang oklusi. Cusp mesio
bukal ± 0,5 mm di atas bidang oklusi. Cusp disto bukal ± 1
mm di atas bidang oklusi. Cusp disto palatinal ± 0,5 mm di
atas bidang oklusi. Aspek bukal dan proksimal terlihat
kemiringan sumbu gigi 5 derajat terhadap garis vertikal.

Penyusunan gigi molar kedua (M2) RA


Cusp mesio palatinal ± 1 mm di atas bidang oklusi. Cusp
mesio bukal ± 1,5 mm di atas bidang oklusi. Cusp disto
bukal ± 2 mm di atas bidang oklusi. Cusp disto palatinal ±
1,5 mm di atas bidang oklusi. Aspek bukal dan proksimal
terlihat kemiringan sumbu gigi 15 derajat terhadap garis
vertikal.

Setelah semua gigi posterior RA disusun dilakukan


pemeriksaan menggunakan template pada bagian bukal.
Gigi caninus, premolar 1, premolar 2, dan bagian cups
mesio bukal molar 1 RA menyentuh bidang templete.
Sedangkan bagian cups disto bukal molar 1 RA tidak
menyentuh bidang templete.

41
Setelah itu dilakukan pemeriksaan pada bagian bukal gigi
molar 1 dan 2 RA, semua permukaan bukal gigi molar 1 dan
2 menyentuh bidang templete, sedangkan gigi premolar 1
dan 2 tidak menyentuh bidang templete.

Penyusunan gigi posterior RB perlu diperhatikan :


1. Aspek bukal : relasi molar kelas 1 yaitu cusp mesio bukal
M1 RA terletak pada fissura bukal (mesio bukal –
developmental groove) M1 RB
2. Aspek proksimal : cusp palatinal gigi RA terletak pada
fissura gigi RB
3. Tinggi gigi RA akan semakin tinggi (mendekati puncak
ridge) ke arah posterior sedangkan pada RB mengikuti
lengkung RA
4. Garis retromolar pad hingga ke distal gigi kaninus RB
merupakan tempat kesandaran fissura gigi RB
5. Penyusunan gigi-gigi posterior harus mengikuti garis
anteroposterior curve/ curve of spee/ garis kompensasi
sagital untuk tercapai stabilitas gigi tiruan ; garis lateral
curve / curve of wilson / garis kompensasi lateral untuk
mengikuti gerakan mandibula saat mengunyah (cusp
palatinal menyentuh bidang oklusi).
Curve of spee merupakan curve imajiner pada RA yang
melalui incisal incisive central – incisal C – cusp bukal P1
– cusp bukal P2 – cusp mesiopalatal M1 – cusp
mesiopalatal M2.

42
6. Kurva monson melalui tonjol mesio-palatinal gigi molar
pertama RA kanan-kiri dan berbentuk melengkung
keatas.

7. Kurva anti monson melalui tonjol bukal dari gigi premolar


pertama RA kanan-kiri dan berbentuk melengkung
kebawah, jadi kebalikan dengan kurve monson.

8. Kurva transisional yaitu kurva yang berupa garis lurus,


dapat dilihat pada gigi premolar kedua

12. Percobaan GTL Malam

Tujuan Mampu melakukan percobaan GTL Malam


Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
43
Prosedur 1. Pasang coba malam untuk susunan gigi anterior terlebih
dahulu.
2. Pastikan garis median GTL sesuai dengan garis median
wajah pasien.
3. Sesuaikan overjet dan overbite dengan posisi di dalam
artikulator.
4. Periksa dukungan bibir atas dan bawah.
5. Lanjutkan dengan penyusunan gigi posterior.
6. Susunan gigi pada pasien sesuai dengan keadaan pada
artikulator.
7. Dengan bantuan spatula semen, periksa kontak geligi
RA dan RB. Masukkan spatula semen diantara kontak
gigi RA dan RB, lalu putar pelan-pelan.

13. Remounting 1, Selective Grinding 1, Remount Jig, Pemulasan Awal,


Percobaan GTL Akrilik.

Tujuan Mampu melakukan remounting 1, selective grinding 1,


remount jig, pemulasan awal, dan percobaan GTL akrilik
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur Setelah hasil proses akrilik yang baik (tidak porous, model
kerja tidak pecah, susunan anasir gigi lengkap).
Remounting 1
1. Pasang model kerja pada articulator sesuai 3 cekungan.
2. Pastikan model terpasang sesuai dengan tiga cekungan
yang ada.
3. Lekatkan model dengan malam perekat.

Selective grinding 1
1. Dilakukan setelah remounting 1, bila pin vertical tidak
kontak dengan incisal table articulator. Bila pin vertical
sudah kontak dengan table, tidak dilakukan.
2. Dengan menggunakan artikulating paper, stone
berbentuk fissure, flame dan round.
3. Gerakkan lengan articulator buka tutup. Yang dikurangi
bagian yang premature kontak (warna lebih tebal dari
yang lain)
4. Memperdalam sulkus, mengurangi incline plane / sisi
miring (fossa) sampai pin vertical menyentuh incisal table
articulator.
5. Pada saat melakukan grinding pastikan cusp anasir gigi
tidak terasah.
6. Selective grinding 1 dilakukan sampai pin vertical
articulator menempel pada incisal table articulator.

Remount Jig
44
1. Lepaskan model rahang bawah dari articulator.
2. Ulasi anasir gigi rahang atas dengan vaselin.
3. Aduk gips lunak tipe II letakkan pada articulator rahang
bawah.
4. Katupkan articulator sampai gips lunak menyentuh
permukaan cusp anasir rahang atas.
5. Pastikan seluruh bidang oklusal dan incisal anasir gigi
masuk ke dalam gips lunak sedalam 1 – 2 mm.
6. Pin vertical kontak dengan table.

Pemulasan awal
1. Membuang / memotong akrilik yang bukan bagian dari
GTL
2. Membersihkan interdental dari sisa gypsum
3. Menghaluskan seluruh bagian permukaan GTL, kecuali
bagian yang melekat dengan mukosa.

Percobaan GTL akrilik


1. Pasang GTL pada pasien
2. Pastikan retensi dan estetik GTL baik.

14. Interocclusal Record (IMR)

Tujuan Mampu melakukan interocclusal record


Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum Interocclusal record merupakan catatan relasi antara
permukaan oklusal gigi tiruan RA dan RB dalam keadaan
relasi sentris, yang dibuat saat tahapan pasang coba (try –
in) gigi tiruan. Material yang digunakan putty atau material
khusus untuk bite registration. Tujuannya untuk melihat
apakah terjadi permasalahan oklusi terutama pada oklusi
eksentrik
Prosedur 1. Latih pasien menggunakan GTL untuk mendapatkan
kedudukan relasi horizontal rahang atas dan rahang
bawah.
2. Siapkan bahan bite registration / putty, lalu campur
bahan putty menggunakan tangan.
3. Letakkan pada daerah premolar sampai molar RB kanan
dan kiri. Bentuk lempengan ± lebar 1 cm, tebal 2 mm
4. Instruksikan pasien untuk menutup mulut perlahan-
lahansesuai dengan relasi horizontal yang sudah
didapatkan.
5. Pastikan kondisi GTL dalam keadaan kontak minimal
6. Tunggu sampai bahan setting, periksa dan pastikan tidak
ada lubang pada hasil record.
7. Harus ada bagian bekas kontak oklusal gigi yang setipis
45
mungkin, tetapi tidak lubang.

15. Remounting II

Tujuan Mampu melakukan remounting II


Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur 1. Posisikan GTL rahang atas pada remount jig yang telah
dibuat dan pastikan dalam kondisi terfiksir dengan baik.
2. Ulasi bagian dalam GTL rahang atas dengan vaselin,
apabila diperlukan tutup bagian undercut dengan kapas
yang telah dibasahi untuk memudahkan proses melepas
GTL.
3. Aduk gips lunak dan tuangkan pada ruang antara GTL
dan articulator.
4. Rapikan adonan gips lunak sambil menunggu setting.
5. Lepas GTL rahang atas, pasang hasil record sehingga
GTL rahang atas dan rahang bawah dalam posisi terfiksir
dengan baik. Fixir menggunakan malam perekat.
6. Balik articulator, ulasi bagian dalam GTL RB dengan
vaselin.
7. Aduk gips lunak dan letakkan pada ruang antara GTL RB
dan articulator.

16. Selective Grinding II

Tujuan Mampu melakukan selective grinding II


Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur Pada tahap ini dilakukan koreksi artikulasi :
1. Gerakan oklusi sentrik, tidak boleh mengurangi tinggi
cusp, hanya again fossa (lereng / sentral).
2. Sisi kerja / working side
Pengasahan dilakukan menurut hukum BULL (buccal
upper, lingual lower) artinya bagian yang boleh dikurangi
untuk RA hanya cusp bukal, untuk RB hanya cusp
lingual.
Letakkan articulating paper dan lakukan gerakan
artikulasi pada articulator.
46
Pengasahan dilakukan pada spot yang ada.
3. Sisi keseimbangan / balancing side
Pengasahan dilakukan apabila spot terjadi pada sisi
bukal rahang bawah atau sisi palatal rahang atas atau
kombinasi.
4. Koreksi protrusi mandibula
Pengasahan dilakukan pada bagian incisal rahang
bawah atau palatal rahang atas.

Selective grinding dikatakan selesai apabila :


Warna spot bekas articulating paper merata pada daerah-
daerah yang kontak.

Pemulasan akhir :
Haluskan dan kilapkan seluruh permukaan GTL (bagian
oklusal juga) kecuali bagian yang melekat dengan mukosa.
Pastikan tidak ada daerah yang tajam dan tepi GTL
membulat.

17. Insersi Gigi Tiruan Lengkap

Tujuan Mampu melakukan insersi gigi tiruan lengkap


Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum -
Prosedur 1. Insersikan GTL akrilik pada rongga mulut pasien
2. Lakukan pemeriksaan dan evaluasi :
a. Kondisi intraoral pasien : tidak boleh ada luka,
stomatitis yang dapat mengganggu proses
pemasangan GTL.
b. Bagi penderita yang telah memakai gigi tiruan, GTL
yang lama harus dilepas minimal 24 jam sebelum
insersi.
c. Periksa retensi, stabilitas GTL, oklusi sentrik dan
eksentrik.
d. Tanyakan adanya keluhan rasa sakit pada pasien,
lakukan perbaikan apabila diperlukan.
e. Psikologis : adaptasi dan penerimaan pasien
terhadap GTL nya (kenyamanan pasien, estetik,
bicara, mastikasi)
f. Ajarkan pasien memasang dan melepas GTL sendiri.
3. Berikan instruksi pemakaian dan pemeliharaan GTL
resin akrilik, yaitu :
a. Setelah insersi, pasien diminta untuk memakai GTL
nya selama 24 jam / sehari semalam, kecuali saat
makan GTL harus dilepas. Setelah makan GTL
dipakai lagi
47
b. GTL belum boleh dipakai untuk makan, hanya untuk
minum dan bicara, bertujuan untuk adaptasi.
c. Belajar dipakai bicara dengan disuarakan
d. Menjaga kebersihan GTL.
Ada 2 cara pembersihan GTL :
Cara mekanis, yaitu di sikat dengan sikat lembut
pada bagian permukaan gigi, pada bagian plat
menggunakan spoon / dengan tangan menggunakan
sabun yang tidak mengandung detergent dan soda
(sabun cuci piring/sabun antibakteri) kemudian cuci di
bawah air mengalir.
Cara kimia yaitu dengan denture cleanser. Di rendam
dalam larutan (1 tablet untuk merendam RA dan RB
selama 15 - 30 menit).
e. Waktu pembersihan GTL : pagi, setelah makan, dan
sebelum tidur
f. Setelah 24 jam GT dilepas pada waktu tidur,
dibersihkan seperti instruksi diatas, lalu dikeringkan
menggunakan tissue / kain lap dan disimpan dalam
wadah kering terbuka / tertutup dengan perforated
udara.
g. Apabila ada gangguan fonetik, mastikasi dan sakit,
dianjurkan untuk segera kontrol
h. Kontrol sesuai waktu yang telah ditentukan guna
mengecek kembali lebih lanjut, jika tidak ada
gangguan pasien terus dapat memakai GTSL.

i. Pasca Pemasangan Geligi Tiruan Lengkap

Tujuan Penangguangan masalah pada pesien akibat pemakaian


GTL.
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum 1. Setelah GTL dipasang, bukan berarti sudah selesai
perawatan yang kita berikan.
2. Masalah baru bahkan masalah yang sudah dapat kita
tanggulangi pada waktu pemasangan GTL mungkin akan
terjadi. Masalah-masalah ini dapat dirasakan pasien
setelah beberapa hari bahkan dapat pula terjadi
beberapa jam setelah pemasangan.
3. Keluhan pasien akibat pemasangan GTL ini sebaiknya
segera ditangani agar tidak menimbulkan kerusakan
pada jaringan pendukung GTL atau bahkan justru
mengganggu sistem stomatognatik. Masalah ini dapat
serupa dengan masalah yang terjadi saat pemasangan

48
GTL atau masalah baru akibat kurangnya efisiensi GTL
saat berfungsi.
Prosedur 1. Penanggulangan rasa sakit (jika ada)
2. Penanggulangan masalah retensi (jika ada)
3. Penanggulangan masalah stabilitas (jika ada)
4. Penanggulangan masalah kenyamanan (jika ada)
5. Penangguangan masalah efisiensi mastikasi (jika ada)
6. Penanggulangan masalah efisiensi saat bicara (jika ada)
Kontrol I :
1. Tanyakan keluhan penderita dan lakukan perbaikan
apabila diperlukan.
2. Periksa kondisi intra oral : daerah yang kemerahan, luka,
stomatitis, lakukan grinding pada daerah yang
diperlukan.
Apabila ada kemerahan atau luka pada daerah :
a) Puncak ridge : premature kontak, tajam/berbintil
b) Lereng ridge : tajam / berbintil
c) Batas bergerak dan tidak bergerak : over extended
3. GTL sudah boleh digunakan untuk makanan yang lunak.
4. Cek oklusi dan artikulasi menggunakan articulating paper

Kontrol II
1. Periksa fungsi bicara pasien (huruf s, m, v, r), lakukan
perbaikan apabila diperlukan.
2. Periksa kondisi intraoral : daerah yang kemerahan, luka,
stomatitis, lakukan grinding pada daerah yang
diperlukan.
Apabila ada kemerahan atau luka pada daerah :
d) Puncak ridge : premature kontak, tajam/berbintil
e) Lereng ridge : tajam / berbintil
Batas bergerak dan tidak bergerak : over extended
3. GTL sudah boleh digunakan untuk makan seperti biasa.
4. Hindari makan-makanan lengket.
5. Cek oklusi dan artikulasi menggunakan articulating
paper.

Kontrol III
Lakukan prosedur pemeriksaan seperti pada kontrol I dan II
dan buatlah perbaikan apabila diperlukan.
Instruksi untuk kontrol periodik 6 bulan sekali.

49
j. Relining dan Rebasing Geligi Tiruan Lengkap

Tujuan Penanggulangan kurangnya retensi GTL, sehingga dapat


memperpanjang daya guna
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Lengkap
Uraian Umum 1. Relining yaitu menambah bahan akrilik pada
permukaan cetak dan basis GTL.
2. Rebasing yaitu mengganti basis GTL dengan bahan
akrilik yang baru.
3. Kurang nya retensi dan suatu GTL dapat disebabkan
akibat tahap pekerjaan yang kurang teliti atau akibat
proses polimerisasi pada waktu GTL dilakukan
prosesing akrilik. Selain itu, dapat pula terjadi akibat
adanya proses resorbsi tulang alveolar baik secara
fisiologis maupun patologis yang terjadi setelah GTL
dipasang.
4. Relining dapat dilakukan secara langsung dan tidak
Iangsung.
Secara langsung digunakan bahan akrilik cold curing
sedangkan secara tidak Iangsung digunakan bahan
akrilik heat curing.
5. Akibat kurangnya retensi akan menyebabkan GTL tidak
dapat berfungsi secara nyaman dan efisien.
Prosedur 1. Mengasah permukaan cetak dan basis GTL kira-kira
1mm sebagai retensi dan tempat bahan cetak
2. Pencetakan rahang dengan menggunakan GTL
sebagai sendok cetaknya
3. Relining secara langsung digunakan akrilik cold curing
sebagai bahan cetaknya
4. Relining secara tidak langsung dan rebasing dapat
digunakan rubber base, ZnO, stik compound sebagai
bahan cetaknya
5. Hal yang perlu diperhatikan saat pencetakan:
Penempatan GTL pada jaringan pendukung saat
melakukan pencetakan

50
C. Gigi Tiruan Jembatan (GTJ)
1. Persiapan Pasien

Tujuan Mampu melakukan persiapan pasien sebelum memulai


perawatan
Ruang Lingkup Prostodonsia
Uraian Umum -
Prosedur Mendudukkan pasien pada dental chair :
1. Pasien didudukkan pada dental chair bersandar pada
back rest dengan posisi rileks.
2. Memasang alas dada pada pasien
3. Operator duduk pada dental stool dengan posisi di
sebelah kanan depan pasien.
4. Posisi pasien pada dental chair, tinggi mulut pasien
setinggi siku operator.
5. Selama perawatan pasien harus mengenakan alas
dada dan alat periksa standart harus selalu disiapkan.

Pemeriksaan rongga mulut pasien :


1. Kaca mulut, sonde,excavator, pinset
2. Kapas, cotton roll
3. Chlor etil
4. Gelas + air

Pemeriksaan dalam mulut :


1. Secara visual : semua gigi yang ada dalam mulut dan
semua jaringan lunak sekitar gigi dalam mulut.
2. Secara radiologi : dilakukan bila kita perlu atau kita
menemui adanya kelainan yang tidak bida dilihat
secara visual. Dapat berupa foto periapical, occlusal,
panoramic, sefalometri, dll.

Perawatan pendahuluan pada pasien sebelum


pembuatan GTJ yang perlu, misalnya perawatan
konservasi, periodontology, bedah mulut (pencabutan,
alveolectomy, dll), occlusal adjustment.

51
2. Preparasi Gigi Penyangga

Tujuan Mampu melakukan preparasi gigi penyangga untuk gigi


tiruan jembatan
Ruang Lingkup Gigi Tiruan Jembatan
Uraian Umum -
Prosedur Preparasi atau pengasahan gigi penyangga dilakukan untuk
memperoleh ruang bagi restorasi gigi tiruan jembatan yang
akan dipasang.
1. Operator memakai sarung tangan karet dan masker
2. Pasien memakai penutup dada
3. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde,
pinset, dan mata bur)
4. Dudukkan pasien di dental chair, dengan posisi yang
tepat
5. Membuat alur panduan untuk pengurangan bidang
oklusal (guiding grooves for occlusal reduction).
a. Buatlah alur dengan kedalaman 1-1,5 mm dengan
menggunakan round-end tapered fissure diamond
bur pada fossa sentral, mesial dan distal bidang
oklusal dan hubungkan sehingga membentuk
saluran (channel) di sepanjang alur bagian tengah
oklusal (central groove) yang meluas ke distal dan
mesial marginal ridge.
b. Buatlah alur dengan kedalaman 1-1,5 mm dengan
menggunakan round-end tapered diamond bur pada
developmental groove bukal dan lingual gigi, serta
pada tiap triangular ridge diawali dari puncak cusp
(cusp tip) hingga ke dasar cusp.
c. Pada area yang permukaan oklusalnya kontak
dengan permukaan oklusal gigi antagonis, buatlah
alur dengan kedalaman 1,5 mm, menggunakan
round-end tapered diamond bur dengan
memposisikan mata bur pada angulasi 45° terhadap
sumbu gigi sehingga terbentuk bevel pada functional
cusp.
6. Melakukan pengurangan pada bidang oklusal (occlusal
reduction)
a. Lakukan pengurangan bidang oklusal secara
bertahap. Bidang oklusal pada sisi mesial dikurangi
terlebih dahulu, sisi distalnya sebagai panduan
52
ataupun sebaliknya. Apabila sisi mesial bidang
oklusal telah selesai dikurangi, maka pengurangan
sisi distal bidang oklusal dapat dilakukan begitupun
sebaliknya.
b. Lakukan cek oklusi sentrik dengan menggunakan
kertas artikulasi (articulating paper). Apabila masih
terdapat area yang terkena spot (dark spot area),
maka dilakukan pengurangan kembali pada area
tersebut hingga spot tidak tampak saat cek oklusi
sentrik.
7. Preparasi bidang aksial.
Buatlah 3 buah alur panduan pada bidang bukal dan
lingual gigi yang sejajar dengan sumbu gigi,
menggunakan round-end tapered diamond bur
8. Melakukan pengurangan pada bidang aksial (axial
reduction) dan pembuatan finishing line berbentuk
chamfer (bahu liku)
a. Lakukan pengurangan bidang aksial secara
bertahap. Bidang aksial pada sisi mesial dikurangi
terlebih dahulu, sisi distalnya sebagai panduan
ataupun sebaliknya. Apabila sisi mesial bidang
aksial telah selesai dikurangi, maka pengurangan
sisi distal bidang aksial dapat dilakukan begitupun
sebaliknya
b. Buatlah finishing line berbentuk chamfer bersamaan
dengan pengurangan bidang aksial, mengelilingi
seluruh permukaan bidang aksial (sisi bukal-lingual
dan mesial-distal). Chamfer dibuat dengan lebar ±
0,5-1 mm agar ketebalan logam pada area tersebut
cukup. Preparasi chamfer menggunakan round-end
fissured diamond bur atau round-end tapered
diamond bur
9. Penghalusan (finishing)
a. Gunakan torpedo fine-finishing bur atau torpedo
white stone untuk menghaluskan permukaan gigi
yang telah dipreparasi dan margin chamfer
b. Cek permukaan gigi yang telah dipreparasi dan
margin chamfer menggunakan sonde, permukaan
tersebut harus halus.

Secara keseluruhan hasil preparasi masih memberikan


gambaran anatomis dari gigi tersebut sebelum diasah.
Selama proses preparasi perhatikan proses pendinginan
dengan semburan air pada high speed berfungsi secara
sempurna.
Apabila pasien mengeluh tidak tahan rasa ngilu
pertimbangkan melakukan proses anestesi.
Berikan jeda preparasi dengan meminta pasien kumur-
kumur agar pasien tidak terlalu lelah.
53
3. Mencetak Model Kerja Gigi Tiruan Jembatan

Tujuan Mampu mencetak untuk pembuatan model kerja pada


kasus gigi tiruan jembatan
Ruang Lingkup Geilgi Tiruan Jembatan.
Uraian Umum -
Prosedur 1. Operator memakai sarung tangan karet dan masker
2. Pasien memakai penutup dada
3. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde,
pinset, sendok cetak yang sudah dipersiapkan)
4. Dudukkan pasien pada di dental chair dengan posisi
tegak (bidang camfer pasien / tragus ala nasi sejajar
lantai untuk mencetak RA)
5. Mintalah pasien untuk berkumur dan cobakan sendok
cetak
6. Bersihkan gigi yang telah dipreparasi dengan air dalam
syringe (water spray), dan keringkan dengan udara (air
spray three way syringe). Pasang benang retraksi
(retraction cord) dengan bantuan pinset dan retraction
cord instrument / plastic filling pada sulkus interproksimal
mengelilingi margin chamfer. Sebelumnya benang
retraksi dicelupkan pada larutan aluminium klorida 25%
atau epinephrine / hemostatic agent. Pertama-tama
bentuklah benang retraksi menyerupai huruf “ U’ dan
lingkarkan mengelilingi gigi yang telah dipreparasi, lalu
tekan benang ke arah apikal (subgingiva).
7. Kemudian perlahan-lahan selipkan benang di antara gigi
dan gingiva bagian mesial interproksimal dengan
bantuan pinset dan retraction cord instrument / plastic
filling, setelah terpasang dengan baik, lanjutkan
memasang pada sisi distal interproksimal. Lanjutkan
pemasangan pada permukaan lingual yang diawali dari
sudut mesiolingual menuju sudut distolingual.
8. Lakukan pencetakan hasil preparasi menggunakan
sendok cetak untuk rahang bergigi dan bahan cetak
elastomer (putty dan light body) dengan teknik single
phase (one step) / double phase (two step). Setelah
cetakan mengeras, lepaskan dari model gigi.
Catatan : Apabila dilakukan pencetakan dalam rongga
mulut pasien, cucilah hasil cetakan dibawah air yang

54
mengalir atau dalam larutan desinfeksi lalu keringkan
dengan udara.
9. Cetak gigi antagonisnya dengan menggunakan sendok
cetak untuk rahang bergigi dan bahan cetak alginat
10. Periksalah hasil cetakan elastomer terutama daerah gigi
penyangga (yang telah dipreparasi). Kriteria hasil
cetakan :
a. Semua area anatomi tercetak
b. Tidak ada rongga udara yang terperangkap
c. Daerah gigi penyangga tercetak sempurna tampak
dengan jelas bentuk gigi yang telah dipreparasi
secara detail.
11. Apabila hasil cetakan elastomer memenuhi kriteria,
lanjutkan kepengisian, tetapi apabila hasil cetakan
elastomer tidak memenuhi kriteria maka lakukan
pencetakan ulang.

4. Pembuatan Catatan Gigit Gigi Tiruan Jembatan

Tujuan Mampu melakukan catatan gigit untuk gigi tiruan jembatan


dengan tujuan sebagai panduan relasi model rahang atas
dan bawah dalam proses pemasangan model kerja dalam
artikulator.
Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan
Uraian Umum -
Prosedur 1. Operator memakai sarung tangan karet dan masker
2. Lakukan sterilisasi alat
3. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde,
pinset)
4. Dudukkan pasien di dental chair pada posisi tegak
5. Mintalah pasien untuk berkumur.
6. Pandu pasien untuk menutup mulut mengatupkan
rahang atas dan bawah pada posisi oklusi sentrik
dengan benar, bila perlu ulang proses tersebut sampai
pasien benar-benar bisa memposisikan rahangnya
dengan tepat.
7. Persiapkan bahan bite registration (elastomer) atau
selembar malam merah dibagi menjadi 2 (dua),
kemudian letakkan selembar kain kasa diantara malam
merah tersebut. Lunakkan di atas bunsen brander.
8. Letakkan bahan catatan gigit yang telah dipersiapkan
tadi pada posisi yang benar diantara rahang pasien,
pada kedua sisi rahang, kemudian pandu pasien untuk
menutup mulut atau menggigit pada posisi oklusi sentrik

55
dengan benar.
9. Tunggu sampai bahan catatan gigit mengeras sempurna.
10. Lepaskan catatan gigi dari mulut pasien.
11. Cobakan memposisikan model kerja RA dan RB dengan
bantuan catatan gigit yang telah dibuat dan periksa
apakah telah sesuai dan sama dengan relasi rahang
pasien.
Catatan gigit harus benar-benar dapat menduplikasi posisi
rahang pasien pada model kerja.

5. Penanaman Artikulator Gigi Tiruan Jembatan

Tujuan Mampu melakukan penanaman artikulator


Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan
Uraian Umum -
Prosedur 1. Memasang magnet
2. Buatlah bentukan 3 (tiga) cekungan atau sesuaikan
dengan tonjolan pada permukaan split cast plate pada
dasar model kerja RA dan RB dengan menggunakan
bantuan pisau gips dan pisau malam.
3. Model kerja difiksasi menggunakan batang korek api dan
malam perekat yang dilunakkan di atas nyala api bunsen
brander.
4. Tentukan posisi model kerja pada artikulator dengan
bantuan karet gelang. Perhatikan garis median model
harus sebidang garis median pada articulator, dan
bidang oklusi model sebidang dengan horisontal
articulator . Periksa kesejajarannya menggunakan karet
gelang yang ditarik dari pin horisontal menuju ke
horisontal artikulator.
5. Siapkan adonan gips putih untuk memasang model
dalam artikulator. Letakkan adonan gips putih di bagian
atas artikulator hingga menutupi split cast plate dan
model locking pin, tunggu hingga gips mengeras,
gunanya untuk memfiksasi split cast plate dan model
locking pin (Untuk artikulator handy IIA Shofu).
6. Ulasi model plate dan split cast plate dengan vaselin.
Letakkan adonan gips putih pada model RA yang sudah
diulasi vaselin .
7. Letakkan adonan gips putih pada model plate RA hingga
menutupi bagian-bagian undercut model plate
8. Katupkan bagian atas artikulator sehingga menekan
model kerja RA. Rapikan kelebihan gips putih yang
melekat pada artikulator lalu tunggu sampai gips
mengeras. Perhatikan pin vertikal harus menempel pada
incisor guide table dan pin horisontal harus tetap pada
titik kontak gigi insisif pertama RB.
56
9. Apabila gips untuk model kerja RA dalam artikulator telah
mengeras, baliklah artikulator sehingga bagian bawah
artikulator menjadi bagian atas. Lakukan tahapan
pemasangan model dalam artikulator RB (tahapan sama
dengan pemasangan model kerja dalam artikulator RA).
10. Cek garis median model kerja yang telah dipasang
dalam artikulator harus sebidang dengan garis median
artikulator.
6. Membuat Gigi Tiruan Tetap Sementara (GTTS)

Tujuan Mampu melakukan pembuatan GTTS untuk melindungi gigi


yang telah selesai dipreparasi
Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan
Uraian Umum Ada dua acara pembuatan GTTS:
1. Secara langsung /direct (dalam mulut pasien)
2. Secara tidak langsung/indirect (pada model)
Prosedur Secara langsung / direct :
1. Siapkan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde,
pinset, sendok cetak)
2. Siapkan bahan untuk membuat GTTS, misalnya : self
cure acrylic (tempron, protemp)
3. Operator memakai sarung tangan karet dan masker
4. Pasien memakai penutup dada
5. Dudukkan pasien di dental chair dengan posisi yang
tepat
6. Sebelum gigi pasien dipreparasi, pada daerah yang akan
dibuat GTJ, diletakkan anasir gigi pada daerah gigi yang
hilang, kemudian dicetak dengan sendok cetak sebagian
dengan bahan cetak alginate atau putty.
7. Kemudian gigi pasien dipreparasi untuk GTJ
8. Buat adonan bahan untuk GTTS, misalnya tempron
dengan perbandingan bubuk akrilik self curing dan liquid
monomer sesuai aturan pabrik.
9. Aduk campuran tersebut, kemudian masukkan kedalam
cetakan gigi pasien yang terbuat dari putty / alginate.
10. Kemudian cetakkan / masukkan dalam mulut
kebagian/daerah yang telah dipreparasi untuk GTJ.
Sebelumnya gigi-gigi yang telah dipreparasi diolesi
vaselin untuk melindungi dari suhu panas dari bahan
GTTS yang berpolimerisasi.
11. Setelah agak mengeras, keluarkan dari mulut pasien,
rapikan, masukkan kembali dalam mulut pasien, tunggu
sampai setting, kemudian dilepas dari mulut pasien.
12. Rapikan dan pulas GTTS tersebut
13. Masukkan dalam mulut pasien untuk diperiksa oklusi dan
artikulasi serta ketepatan di daerah marginal, bila telah
sesuai GTTS dilepas dari dalam mulut pasien.
14. Siapkan semen sementara, misalnya freegenol
57
15. Keringka gigi-gigi yang telah dipreparasi, isolasi dari
saliva.
16. Aduk semen sementara sesuai aturan pabrik, kemudian
adonan semen tersebut taruh pada GTTS, pasang pada
gigi yang telah di preparasi, tunggu sampai semen
mengeras, bersihkan sisa-sisa semen yang masih
melekat pada gigi.

7. Form Pengiriman Model Kerja ke Laboratorium

Tujuan Mampu membuat surat pengantar ke laboratorium


Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan
Uraian Umum -
Prosedur Isi form surat pengiriman model kerja yang meliputi :
1. Kepala surat
2. Tempat dan tanggal
3. Kepada dental laboratorium mana
4. Pendahuluan
5. Isi : meliputi
a. Bahan GTJ yang akan digunakan
b. Desain GTJ (seperti macam pontik, macam retainer,
dan macam GTJ)
c. Warna GTJ
6. Penutup
7. Mengetahui (nama beserta nomor telpon yang bisa
dihubungi)

8. Coba Coping GTJ

Tujuan Mampu melakukan coba coping gigi tiruan jembatan untuk


melihat apakah coping tepat letaknya pada gigi penyangga
Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan
Uraian Umum -
Prosedur 1. Coping pada model kerja articulator dilihat :
a. Ketepatan marginal
b. Oklusi dan jarak oklusal dengan gigi antagonis.
c. Posisi dengan gigi sebelahnya
2. Bila pada articulator posisinya sesuai, maka di cek pada
pasien
3. Coping diambil dari model di articulator dan dipasang
pada mulut pasien pada daerah gigi penyangga
4. Cek :
a. Oklusinya dan jarak oklusal dengan gigi antagonisnya
b. Ketepatan tepi marginal, apakah daerah marginal
terbuka atau overhanging
c. Posisinya apakah tepat (fit, tidak longgar)
58
5. Bila semua sudah selesai dengan desain GTT, maka
coping dikirim kembali ke laboratorium yang membuat
coping untuk diselesaikan GTJ-nya.

9. Pemasangan Gigi Tiruan Jembatan Dengan Semen Sementara (try in)

Tujuan Mampu melakukan try in gigi tiruan jembatan untuk evaluasi


biologis GTJ
Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan
Uraian Umum -
Prosedur Harus diperiksa :
1. Ketepatan marginal
2. Oklusi dan artikulasi
3. Ketepatan kedudukannya (fit)
4. Warna gigi

Tahapan pekerjaan :
1. Operator memakai sarung tangan karet dan masker
2. Pasien memakai penutup dada
3. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde,
pinset, spatula semen, excavator, plastic filling)
4. GTTS pada pasien dilepas dengan crown retractor
5. Kemudian gigi penyangga dibersihkan
6. GTJ dipasang pada gigi penyangga kemudian di cek
ketepatan marginal, oklusi dan artikulasi, ketepatan
kedudukan (fit), warna gigi.
7. Untuk melihat oklusi dan artikulasi memakai articulating
paper
8. Untuk ketepatan marginal di cek dengan menggunakan
sonde di sekitar tepi preparasi gigi, apakah ada step,
atau akhiran preparasi terbuka.
9. Bila ada traumatic oklusi dikurangi, kemudian
dikembalikan ke lab untuk dilakukan glazing.
10. Setelah semua telah memenuhi syarat, maka dilakukan
penyemenan sementara dengan menggunakan
freegenol.
11. Gigi penyangga di isolasi dari saliva dan dikeringkan
dengan cotton roll/kapas.
12. Aduk semen sementara freegenol dan taruh pada GTJ
pasang pada gigi penyangga.
13. Tunggu sampai setting, kemudian kelebihan semen
sementara dibersihkan, cek oklusi dan artikulasi lagi.

59
10. Insersi Gigi Tiruan Jembatan

Tujuan Mampu melakukan insersi gigi tiruan jembatan


Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan
Uraian Umum -
Prosedur Setelah 7-10 hari pemasangan GTJ dengan semen
sementara, maka tahap selanjutnya adalah pemasangan
GTJ dengan semen tetap.
Tahap pekerjaan :
1. Siapkan alat-alat yang sudah sudah steril (kaca mulut,
sonde, pinset, spatula semen, plastic filling, excavator,
crown retraction.
2. Operator memakai sarung tangan karet dan masker
3. Pasien memakai penutup dada
4. Siapkan semen tetap, misalnya dari bahan GIC, paper
pad untuk tempat mengaduh semen tetap.
5. GTJ pada pasien dilepas dari mulut pasien dengan
crown retractor.
6. Bila tidak ada radang, kegoyangan gigi, rasa sakit pada
daerah yang akan dipasang GTJ, maka GTJ dapat
dipasang dengan semen tetap.
7. Gigi penyangga dibersihkan dari sisa-sisa semen
sementara dan dikeringkan serta kemudian di isolasi dari
saliva.
8. Aduk semen tetap (GIC) dengan perbandingan bubuk
dan liquid sesuai petunjuk pabrik pembuatnya.
9. Letakkan adonan tersebut pada GTJ yang telah
dibersihkan secara tipis dan merata.
10. Taruh/pasang GTJ tersebut pada gigi penyangga, tekan
pada posisinya, pasien disuruh oklusi sentris dengan
diberi cotton roll diantara GTT dan gigi antagonisnya,
tunggu sampai semen tetap setting.
11. Kelebihan semen tetap dibersihkan dan cek ulang oklusi
dan artikulasi.

11. Kontrol GTJ

Tujuan Mampu melakukan evaluasi setelah insersi GTJ


Ruang Lingkup Geligi Tiruan Jembatan
Uraian Umum kontrol I : satu minggu setelah insersi tetap
kontrol 2 : satu minggu setelah kontrol 1
60
Prosedur 1. Cek artikulasi dan oklusi dengan articulating paper
2. Pasien ditanya apakah ada keluhan rasa sakit.
3. Apakah ada sisa makanan/debris disekitar GTJ, ada
keradangan, ada traumatik oklusi dicek dengan
articulating paper.

TEORI PENDUKUNG MODUL

A. Kartu status dan rencana perawatan


1. Kolom / kotak sebelah kiri atas : diisi huruf depan dari nama penderita.
2. Kolom / kotak sebelah kanan atas : bulatan diwarnai sesuai dengan warna
menurut kode yang tersedia
3. Nomor kamar terima : diisi sesuai nomor kamar terima yang tercantum
pada map-kuning penderita.
4. Nomor klinik prosto : diisi sesuai nomor registrasi penderita di klinik
prostodonsia.
5. Tanggal : sudah jelas
6. Mahasiswa : diisi nama mahasiswa yang melakukan pengisian kartu
status, lengkap dengan NIM.
7. Nama penderita : diisi nama penderita lengkap dengan identitas (Ny, Bpk,
Tn, Sdr, Nn) dan gelar bila ada.
Untuk mengetahui asal suku/ras, berhubungan dengan penyusunan gigi
depan. Contoh : eropa (profil lurus ), asia (cembung).
8. Nama instruktur : Nama instruktur klinik yang membimbing pengisian dan
diskusi kartu status tersebut.
9. Alamat Rumah : untuk mengetahui status sosial, keadaan lingkungan
pasien, cara berkomunikasi antara dokter dengan pasien.
10. Telepon : agar mudah dihubungi
11. Pekerjaan : berhubungan dengan status ekonomi (rencana perawatan
dan pembiayaan), sosial pendidikan, intelektual, dan juga fungsi untuk gigi
tiruan.
12. Jenis Kelamin : berhubungan dengan aspek psikologis (wanita lebih
menuntut estetik daripada pria), penyakit (wanita lebih besar terkena

61
osteoporosis (resorbsi tulang cepat), pria lebih besar terkena hemofolia.
Bentuk gigi (wanita : ovoid, pria : tapering).
13. Usia : berhubungan dengan kemampuan
Semakin muda umur pasien, maka prognosa semakin baik. Semakin
bertambah usia pasien, maka semakin menurun kemampuan pasien
dalam dalam hal adaptasi terhadap gigi tiruan, regenerasi jaringan
kesehatan mulut , koordinasi otot, mengalirnya saliva, kemampuan
mencerna benda asing, dan penyakit sistemik.
14. Anamnesa
Untuk mengetahui keinginan, kebutuhan, sifat, karakter pasien, status
ekonomi, sosial, pengetahuan, pengalaman, dan data demografi pasien.
a) Keluhan atau keinginan : berhubungan dengan keinginan, kebutuhan,
motivasi. Diisi maksud / tujuan datang ke klinik prostodonsia serta atas
kemauan siapa. Contoh : pasien datang ingin dibuatkan gigi tiruan atas
kemauan pasien sendiri dan untuk mengembalikan fungsi kunyah dan
estetik.
b) Riwayat geligi : untuk mengetahui proses penyembuhan setelah proses
pencabutan terakhir dan untuk rencana perawatan. Berisi antara lain
sebab kehilangan gigi (karena karies, goyang, trauma, dll), pencabutan
terakhir (regio mana dan kapan).
c) Pengalaman dengan gigi tiruan
1) Sudah pengalaman, maka lebih mudah dan cepat beradaptasi
dengan gigi tiruan yang baru, sudah paham prosedur pembuatan,
tapi cenderung membandingkan gigi tiruan yang lama dan yang
baru.
2) Belum pengalaman : membutuhkan adaptasi yang lama dan
panjang, harus memberikan penjelasan tentang tahap pembuatan
gigi tiruan, adaptasi terhadap benda asing (gigi tiruan), dan cara
menjaga kesehatan RM selamam pemakainan gigi tiruan.

Harus dilengkapi dengan : macam GT, pada rahang mana, sekarang


masih dipakai atau tidak, bila tidak dipakai lagi, karena apa dan sejak
kapan tidak dipakai.

62
d) Pembiayaan : nama yang membiayai perawatan dan pekerjaannya
(bekerja dimana).
Bila mahasiswa terlibat dalam pembiayaan, harus dicantumkan berapa
biaya yang harus ditanggung oleh masing-masing.
e) Lain-lain : diisi hal-hal yang belum termasuk dalam kolom-kolom di
atas, misalnya : konsul / kiriman dari rumah sakit. Penderita masih
dalam perawatan rumah sakit / dokter.
f) Data kesehatan umum
1) Penyakit yang pernah / sedang diderita
Anemia - Mukosa pucat, gusi kadang berdarah
- Lidah berwarna merah
- Bila pakai gigi tiruan sering merasa tidak enak/sakit
walaupun kedudukan GT baik
Diabetes - Mulut kering, sering haus
Melitus - Polidipsi, polyuria dan polifagia
- Nafas bau keton
- Gigi goyang/lepas
- Resorpsi tulang cepat → GT cepat longgar, jadi
harus sering control

Untuk itu, desain jangan dibuat paradental, tapi


gingival karena gigi geligi tidak kuat
TBC - Bahaya penularan → harus meningkatkan control
infeksi
- Resorpsi tulang cepat → GT cepat longgar, jd
harus sering kontrol
Jantung Cepat lelah → waktu perawatan jangan terlalu lama
Hipertensi Harus konsul dulu kalau ada pencabutan/operasi (ex:
alveolektomi)
Alergi Terhadap resin akrilik → minimalkan penggunaan
akrilik dan kontak mukosa pendukung dengan akrilik
→ buatkan metal frame
2) Obat-obatan yang dikonsumsi
3) Kebiasaan pasien mengontrol kesehatannya → untuk lihat motivasi
pasien

g) Data kesehatan gigi dan mulut


1) Riwayat hilangnya gigi
a. Goyang

63
b. Benturan
Cek dengan radiografik apakah masih ada sisa akar gigi yang
tertinggal atau tilang yang tajam
c. Karies
 Berarti OH pasien burk → DHE
 Waktu pencabutan terakhir → memperkirakan kecepatan
resorpsi tulang
2) Riwayat perawatan gigi dan frekuensi kunjungan ke dokter gigi →
untuk melihat motivasi pasien
3) Riwayat penggunaan GT → Sedapat mungkin hal-hal yang disukai
dipindahkan ke GT baru dan yang tdk disukai ditinggalkan. Selain
itu sesuaikan dengan kondisi & perubahan yang telah terjadi dalam
mulut pasien (tidak bertentangan dengan prinsip dasar perawatan)
4) Tujuan utama pembuatan GT
a. Estetik ( contoh : artis, guru)
b. Fungsi pengunyahan ( contoh : orang tua, penderita sakit
lambung)
c. Fungsi bicara ( contoh : penyiar, imam)
d. Memenuhi permintaan orang lain
5) Kebiasaan buruk
Berkeretak gigi - Melihat adanya faset tajam pada gigi
(bruxism) atau elenching - Menyebabkan GT cepat aus & tidak
stabil
- Merupakan etiologi TMD
Menggigit bibir/benda - Berhubungan dengan pemilihan
keras bahan GTC gigi anterior
Mendorong lidah dan Stabilitas GT berkurang dan
mengunyah satu sisi mengunyah satu sisi dapat
menyebabkan TMD
Hipermobilitas rahang Menyulitkan saat penentuan relasi
sentrik

B. Pemeriksaan klinis
1. Pemeriksaan Ekstraoral : diisi kelainan yang ada. Bila tidak ada
kelainan ditulis T.A.K
a. Wajah
Ditulis kelainan yang ada , ditulis juga bentuk wajah penderita.
 Warna kulit → untuk pilih warna gigi
 Bentuk → persegi, lonjong, segitiga → sesuai bentuk insisif 1

64
 Asimetris wajah  Genetik Dapat
Patologis disembunyikan
Penyimpangan dengan variasi
fungsi rahang penyusunan gigi
yang dentogenik
 Profil
b. Mata : ditulis kelainan yang ada, misalnya : asimetris, juling, dll.
Pupil → garis inter pupil → kesejajaran galengan gigit anterior
c. Tragus → garis champer → kesejajaran galengan gigit posterior
(tragus-basis hidung)
d. Hidung : ditulis kelainan yang ada, missal bentuknya simetris /
asimetris, dll).
Pernafasan → tidak lancar → menyulitkan pencetakan (rasa ingin
muntah)
e. Mulut
 Rima oris → sempit → susah masukin & keluarin sendok cetak
 Bibir Tonus Berhubungan dengan inklinasi
Tebal/tipis labio-lingual gigi interior
Panjang/pendek  Menentukan letak bidang
Insisal & garis senyum
Asimetris  Penyusunan gigi secara dentogenik agar
tampak simetris
 Garis celah mulut
f. Otot-otot wajah
 Terlalu kendor  untuk menghilangkan kerut-kerut wajah
tersebut dapat mengganggu retensi GTL.
 Terlalu kaku  masalah dalam pembentukan perluasan sayap
GT
g. Sendi rahang (TMJ)
 Misalnya clicking joint, mudah terjadi dislokasi, dll.
 Letakan jari pada garis eye-ear line (tragus ke sudut mata), kira-
kira 11-12 mm dari tragus, atau dimasukan ke lubang telinga dan
sedikit ditekan ke dinding anteriornya. Kemudian pasien diminta
membuka dan menutup mulut berkali- kali & perlahan-lahan →
ada/tidak bunyi klik (kalau bunyi tidak keras → dapat
menggunakan stetoskop).

65
Teraba gerakan kondilus yang sedikit melompat → karena oklusi
gigi tidak seimbang → perbaiki kontak oklusi dengan
pengesahan selektif
 Ada/tidak deviasi dan trismus
h. Kelenjar
 Saliva  bengkak dan nyeri
 Kelenjar limfe  bengkak dan nyeri  infeksi
2. Pemeriksaan intraoral
a. Status umum : ditulis semua keadaan yang terlihat dalam rongga
mulut, tanpa menyebutkan lokasi atau geligi mana.
Cara penulisan : gigi hilang, gigi karies, gigi goyang, gigi abrasi, gigi
supraposisi, karang gigi, sisa akar, dll.
b. Jaringan lunak : ditulis kelainan yang ada tanpa menyebutkan
lokasinya. Cara penulisan : gingivitis, resesi gingiva, dll. Bila tidak
ada kelainan, cukup ditulis T.A.K.
c. Saliva
1) Kuantitas
Terlalu sedikit  tidak cukup membasahi seluruh permukaan
basis GT.
Terlalu banyak  seolah-olah GT terendam dan meningkatkan
keinginan untuk terus melakukan gerakan menelan.
2) Kualitas
Encer  Dapat membentuk lapisan film tipis sehingga kontak
basis & mukosa lebih rapat, daya pembebasan lebih baik karena
lebih mudah menyebar keseluruh basis GT.
Kental  kurang mampu membasahi seluruh permukaan basis
GT dan tidak dapat membentuk lapisan film tipis.
d. Lidah
Ukuran  terlalu besar  ruang untuk lidah semput  gangguan
kestabilan protesa dan menyulitkan pencetakan.
Posisi wright :

66
 Kelas I  lidah bersandar relaks didasar mulut dan ujungnya
bersandar pada permukaan lingual gigi anterior bawah / tulang
alveolar.
 Kelas II  ujung lidah terangkat sedikit sehingga sebagian dasar
mulut terlihat.
 Kelas III  lidah menggulung kebelakang sehingga terlihat
frenulum lingualis.
Mobilitas  lidah yang aktif mengganggu kestabilan GT.

e. Mukosa mulut
 Denture stomatitis  akibat gigi tiruan longgar dan kotor 
peradangan oleh jamur dan bakteri.
 Trauma GT yang longgar :
Jaringan flabby menutupi puncak alveolar.
Lipatan jaringan pada dasar vestibulum (denture fissuratum) 
biasanya mengecil/hilang setelah beberapa hari GT dilepas. Bila
mengganggu retensi  bedah.
 Frenulum
Perlekatan otot pada tulang alveolar.
Tinggi  bila mendekati puncak processus alveolaris.
Sedang  berada diantara puncak processus alveolaris dan
dasar vestibulum.
Rendah  mendekati dasar vestibulum.
Frenulum tinggi akan mengganggu sayap GT  menurangi
retensi GTL.
 Perlekatan dasar mulut  tinggi  mengurangi Panjang sayap
lingual GT  mengurangi retensi dan stabilisasi.
f. Gigi geligi
 Karies/restorasi yang kurang baik  hendaknya diperbaiki dulu.
 Kegoyangan gigi-geligi, curigai :
- Oklusi traumatic

67
- Goyang menyeluruh  kelainan sistemik (DM, penyakit
darah).
 Posisi
- Terlalu miring  GTL (perhatikan lintasan pemasangan GT),
GTC (perhatikan tekanan-tekanan gigit yang jatuh, bila
memperburuk posisi gigi tersebut/merugikan restorasi 
pertimbangkan pencabutan).
- Ekstrusi  pertimbangkan pengasahan.

 Oklusi
- Oklusi statis : ditulis gigi yang terkait dengan nomenklatur
WHO. Contoh : hubungan gigi posterior (cusp to marginal
ridge) sisi kiri : 15,16,17 dengan 45,46,47. Sisi kanan : ……
- Stabil  bila model dapat dikatupkan dengan baik dan 3 titik
bertemu (1 dianterior, 2 diposterior  1 kiri, 1 kanan).
- Tidak stabil  bila banyak gigi aus dan kontak RA dan RB
kurang meyakinkan.
- Relasi ridge / gigi transversal : cara memeriksa pada
penderita : bila penderita masih ada oklusi  dioklusikan.
Bila penderita edentulous  menutup mulut kira-kira seperti
posisi tinggi gigit atau rest.
Yang dilihat adalah sudut dalam yang terbentuk oleh garis
yang menghubungkan puncak ridge atau central fossa gigi
pada rahang atas danrahang bawah dengan garis horizontal
(garis tegak lurus median wajah).
 Overbite (tumpeng gigit)  overlap vertical
Overjet (jarak gigit)  overlap horizontal
Gigitan terbuka dan gigitan silang
 Artikulasi

68
- Mutually protected occlusion (MPO) / Cuspid protected
occlusion (canine guidance)  kontak hanya pada gigi C
saat gerakan lateral/protrusive dan disklusi gigi posterior.
Namun saat ini interkuspasi maksimum gigi posterior
mendukung oklusi sehingga tidak terdapat beban pada gigi
anterior.
- Unilateral balance occlusion (UBO) / group function  saat
gerakan lateral, gigi posterior berkontak hanya pada 1 sisi
(working side / sisi kerja), balancing side / sisi keseimbangan
tidak kontak)
- Bilateral balance occlusion (BBO) / balance occlusion 
saat gerakan lateral, gigi posterior berkontak pada 2 sisi
(working side dan balancing side)
 Premature kontak / blocking  cek dengan articulating paper 
occlusal adjustment.
Bila premature kontak pada gigi C  jangan buru-buru diasah,
dapat jadi MPO yang harus dipertahankan.
 Daya kunyah besar  banyak gigi atrisi, faset tidak tajam,
mengkilap. Selain itu lihat juga otot mastikasi (masseter dan
temporalis)
g. Tulang alveolar
 Bentuk :
- Square  sangat baik menahan tekanan horizontal, tapi
menyulitkan pemasangan GT
- Ovoid  paling menguntungkan
- Tapering  puncaknya meruncing  rasa sakit pada
pemakaian GT
 Ukuran  tinggi, rendah  pemeriksaan pakai kaca mulut
nomor 4  apabila lebih dari setengah diameter kaca mulut
maka tinggi, apabila pas setengah dari diameter kaca mulut
maka sedang, apabila kurang dari setengah diameter kaca mulut
maka rendah.

69
 Tahanan jaringan : hanya pada regio yang tidak bergigi.
- Rendah (mukosa keras)  tekan dengan burnisher, tidak
terlalu terbenam & warna mukosa pucat
- Tinggi (mukosa lunak)  Saat ditekan burnisher terbenam.
- Flabby  Mukosa bergerak dalam arah bukolingual saat
ditekan dengan burnisher.
Berpengaruh pada saat pencetakan  tahanan jaringan rendah
(mukostatis), tahanan jaringan tinggi (mukokompresi).
Pada usia muda biasanya mukosa masih padat → tahanan
jaringan rendah.
Pada region gigi baru dicabut dan retromolar pad pada kasus
free-end → biasanya tahanan jaringan tinggi.
Pada pasien dengan GTL kurang baik → mukosa menjadi lunak
dan flabby
 Bentuk permukaan  rata / tidak rata
 Exostosis  bila sakit saat ditekan / runcing  dikoreksi secara
bedah.
 Torus palatinus  bila mengganggu kestabilan gigi tiruan 
dikoreksi secara bedah.
Besar  bila diperkirakan perlu dioperasi, bila meluas sampai
AH line, bila menonjol ber-undercut.
 Vestibulum  ruang antara mukosa bukal / labial dengan pipi /
bibir  pengukurannya sama seperti pengukuran tinggi alveolar
ridge.
 Tuberositas maksilaris :
- Kecil  < processus alveolaris
- Besar  melebar / menonjol ke oklusal / lateral
 Ruang retromilohyoid
- Cek dengan kaca mulut nomor 4, tanpa ditekan dan minta
pasien sedikit mengangkat lidah.
- Bila mudah terangkat  dangkal.
 Undercut  bila menghalangi pemasangan GT  alveolectomy.

70
Bentuk lengkung rahang  square, ovale, tapering.
Bentuk tapering  menyulitkan penyusunan elemen GTL yang
tidak mengganggu stabilisasi dan artikulasi.
 Palatum
- Bentuk :
 Penampang frontal :
Persegi dan oval  Lebih mampu bertahan terhadap
tekanan fungsional
Tapering  lereng curam  memungkinkan GT bergeser,
puncaknya mudah menimbulkan rasa sakit saat pemakaian.
 Penampang sagittal (klasifikasi House)
Kelas I  palatum molle datar dengan mukosa tidak banyak
bergerak (gerakan palatum durum paling kecil), dapat
dibuatkan post dam berbentuk kupu-kupu → efektif.
Kelas II  gerakan palatum durum membentuk sudut > 300,
mukosa tdk bergerak hanya selebar 1 – 2 mm sehingga post
dam kurang efektif ( bentuk kupu - kupu yang lebih kecil ).
Kelas III  gerakan palatum durum membentuk sudut > 600,
post dam hanya berbentuk garis yang seringkali kurang
efektif.
Palatum molle merupakan jaringan lunak di posterior palatum
durum. Daerah ini memiliki jaringan yang sangat kuat yang
disebut aponevrisis, sebagai tempat posterior palatal seal (post
dam).

h. Sikap mental pasien


Untuk memilih cara pendekatan yang tepat, menurut House (1937),
berdasarkan pandangan terhadap perawatan gigi tiruan :
1. Tipe Filosofikal : percaya dengan kemampuan drg, memahami
keterbatasan GT, motivasi terhadap perawatan baik.
2. Tipe Exacting : Motivasi baik, menurut GT sama seperti gigi
asli baik dalam fungsi / penampilan tidak muah percaya (banyak
tuntutan) kemampuan dokter gigi.
3. Tipe Histerical : takut perawatan gigi, yakin bahwa perawatan
gigi akan berakhir dengan kegagalan.

71
4. Tipe Indefferent : apatis, tidak peduli penampilan, tidak ada
motivasi perlunya pembuatan GT, biasanya dating atas
dorongan (selalu cemas) orang lain.

Selain menurut House, Sikap pasien terhadap perawatan


kesehatan secara umum (Blum,1960) :

1. Pasien reasonable : memahami keterbatasan GT, menghargai


usaha dokter gigi.
2. Pasien unreasonable :
a) Tipe psikotik : mengharapkan hal2 yg tdk mungkin dicapai
b) Tipe paranoid : semua orang memusuhinya, tdk ada orang
yg mampu membantu mengatasi masalahnya
c) Tipe manik-depresif : sikat tidak menentu, kadang puas
terhadap perwatan, kadang kecewa terhadap hasil
perwatan.

C. Anatomi landmark
Landmark adalah titik yang berfungsi sebagai petunjuk dalam pengukuran
atau konstruksi suatu bidang. Idealnya, landmark harus ditempatkan dengan
mudah dan secara nyata mempunyai keterkaitan anatomi dan tetap konstan
selama proses pertumbuhan.
Untuk membuat garis, sudut dan bidang maka digunakanlah titik-titik
landmarks yang berguna untuk pengukuran 2-D kranio-facial pasien serta
hubungan gigi- geligi.

72
D. Relasi Rahang / Oklusi
Ilmu Prostodonsia merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang
berhubungan dengan gigi tiruan dan jaringan maksilofasial yang hilang atau
tidak sempurna untuk fungsi stogmatognati. Ilmu Prostodonsia tidak hanya
menggantikan struktur yang hilang namun untuk fungsi pemeliharaan struktur
rongga mulut yang masih ada.
Syarat keberhasilan perawatan Prostodonsia tergantung dari 3 aspek yang
meliputi faktor retensi, stabilitas, dan kenyamanan pasien dalam
73
menggunakan gigi tiruan. Fungsi Perawatan Prostodonsia sangat berkaitan
dengan sistem oklusi, oleh karena fungsi perawatan Prostodonsia bertujuan
untuk mengembalikan sistem pengunyahan, sistem fonetik, dan fungsi estetik.
Oklusi gigi merupakan salah satu unsur yang penting dalam pengunyahan,
estetika dan fonetik. Definisi oklusi adalah berkontaknya gigi geligi rahang
atas dengan permukaan gigi geligi rahang bawah pada saat kedua rahang
tersebut menutup.
Oklusi dibagi menjadi :
1. Oklusi statis
Oklusi ini mengacu pada posisi dimana gigi geligi rahang atas dan rahang
bawah saling berkontak. Hubungan gigi-geligi rahang atas dan bawah
dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi-geligi tidak
berfungsi (statik).
2. Oklusi dinamis/fungsional
Oklusi ini mengacu pada hubungan antara gigi-geligi rahang atas dan
bawah pada saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral
ataupun ke depan / gerak antero-posterior dan gerak laterotrusion.

Konsep dasar oklusi :


1. Balanced occlusion
Oklusi dikatakan baik/benar, apabila hubungan kontak antara geligi pada
rahang bawah dan rahang atas memberikan tekanan yang seimbang pada
kedua sisi rahang, baik dalam keadaan sentrik maupun eksentrik.

2. Morphologic occlusion
Oklusi dikatakan baik/benar dinilai melalui hubungan antara geligi pada
rahang bawah dan rahang atas pada saat gigi tersebut berkontak. Konsep
ini menitikberatkan pada segi morfologiknya saja.
3. Dynamic/individual/functional occlusion
Efektifitas fungsional tak dapat ditentukan oleh hubungan hirroglyphics
(cusp,ridge dan groove) saja, tetapi harus ada keserasian antara

74
komponen-komponen yang berperan dalam proses terjadinya kontak antar
geligi tersebut. Komponen tersebut, meliputi :
a) Gigi dan jaringan pendukungnya
b) Otot-otot mastikasi dan sistem neuromuskulernya
c) Sendi temporomandibular

Relasi gigi anterior


1. Overjet (jarak gigit)
Jarak horizontal incisal incisive rahang atas terhadap bidang labial incisive
rahang bawah.
2. Overbite (tumpeng gigit)
Jarak vertical incisal incisive rahang atas terhadap incisal incisive rahang
bawah.

Relasi gigi posterior

1. Relasi gigi posterior cusp to marginal ridge : Cusp fungsional gigi rahang
atas dan bawah saling bersandar pada marginal ridge gigi posterior
lawannya.
2. Relasi gigi posterior cusp to fossa: Cusp fungsional gigi rahang atas dan
bawah saling bersandar pada fossa gigi posterior lawannya.

Tipe oklusi dinamik

1. Bilateral Balanced Occlusion


Bila seseorang melakukan gerakan mandibula ke lateral, maka pada sisi
kerja (working side) didapatkan keadaan yang kontak. Pada sisi
keseimbangan (balancing side) juga didapatkan keadaan yang berkontak.
2. Unilateral Balanced Occlusion
75
Bila seseorang melakukan gerakan mandibula ke lateral, maka pada sisi
kerja (working side) didapatkan keadaan yang kontak. Sedangkan pada
sisi keseimbangan (balancing side) tidak didapatkan keadaan yang
berkontak.
3. Mutually Protected Occlusion
Bila seseorang melakukan gerakan mandibula ke lateral, maka pada sisi
kerja (working side) dan sisi keseimbangan (balancing side) tidak
didapatkan keadaan yang berkontak. Kontak ringan hanya terjadi pada gigi
anterior.

Hubungan maksila dan mandibula


1. Physiological Rest Position :
Posisi istirahat dari mandibula, saat seseorang dalam keadaan rileks
dalam posisi tegak lurus dan otot-otot dalam keadaan istirahat atau posisi
rahang bawah saat kepala dalam keadaan tegak lurus, dimana otot-otot
kelompok elevator dan depresor tonus kontraksinya dalam keadaan
seimbang dan kondili dalam keadaan netral atau tidak tegang. Posisi ini
dianggap konstan untuk tiap individu.
2. Centric relation (relasi sentrik)
Hubungan mandibula terhadap maksila, dimana mandibula terletak paling
posterior dari maksila atau kondil terletak paling distal dari fossa glenoid,
dimana masih dimungkinkan adanya pergerakaan dalam arah lateral.
Pada keadaan relasi sentris ini posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih ke
belakang dari oklusi sentris.
3. Centric occlusion (oklusi sentrik/posisi intercuspal)
Posisi kontak maksimal dari gigi-geligi pada waktu mandibula dalam
keadaan sentrik, yaitu kedua kondil berada dalam posisi bilateral simetris
di dalam fossanya. Sentris atau tidaknya posisi mandibula ini sangat
ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh kontak antara gigi pada saat
pertama berkontak.

Oklusi ideal

76
1. Pada oklusi sentris hubungan kedua rahang harus stabil, dimana
condile terletak pada posisi superior-anterior dalam hubungannya
dengan fossa.
2. Freedom of movement dalam oklusi sentrik atau saat pergerakan relasi
sentris ke oklusi sentris, mandibula akan sedikit ke anterior tanpa
terjadi hambatan.
3. Pergerakan mandibula ke segala arah tidak mengalami hambatan.
4. Overjet dan overbite normal
5. Occlusal guidance harus terletak pada working side, bukan pada
balancing side.

Terminologi pemeriksaan oklusi


1. Intercuspal Contact Position (ICP). Posisi mandibula dalam hubungan
intercuspal (antar tonjol) maksimal
2. Retruded Contact Position (RCP)
3. Protrusive movement. Gerakan yang terjadi pada waktu mandibula
bergerak ke depan dari posisi ICP.
4. Laterotrusive Side/Working Side/Functional Side. Sisi yang bergerak
menjauhi garis median pada laterotrusive.

Upaya mencapai oklusi yang optimal


1. Gangguan retruded contact position
Adanya kontak prematur ataupun kontak yang berlebih, saat seseorang
melakukan gerakan menutup mulut.
2. Gangguan intercuspal contact position
Adanya kontak prematur ataupun kontak yang berlebih, saat seseorang
melakukan gerakan penelanan

3. Gangguan protrusive contact position


Adanya kontak prematur ataupun kontak yang berlebih pada saat
seseorang menggerakkan rahang awah ke depan.
4. Gangguan working side contact position
77
Adanya kontak prematur ataupun kontak yang berlebih pada workin
side (sisi kerja), saat seseorang menggerakkan rahang bawah ke
lateral.
5. Gangguan non-working side contact position
Adanya kontak prematur ataupun kontak yang berlebih pada balancing
side (sisi keseimbangan), saat seseorang menggerakkan rahang
bawah ke lateral.
6. Traumatik oklusi oleh karena restorasi
Adanya kontak prematur ataupun kontak yang berlebih pada saat
seseorang menggerakkan rahang bawah ke batas gerakan mandibula.

E. Akibat kehilangan gigi


1. Migrasi dan rotasi
Hilangnya kesinambungan lengkung gigi dapat menyebabkan pergeseran
yaitu miring atau berputarnya gigi sehingga tidak kuat menahan beban
misalnya beban pengunyahan,hal ini dapat merusak srtuktur periodontal.
2. Penurunan daya kunyah
Terutama pada kehilangan gigi posterior
3. Ganguan pada TMJ
Kehilangan gigi terutama pada posterior dapat menyebabkan berubahnya
temporo mandibula joint
4. Beban berlebih pada jaringan pendukung
Bila terjadi kehilangan gigi maka jumlah gigi akan berkurang dan
menyebabkan berkurangnya daya tahan terhadap tekanan, oleh karena itu
jaringan pendukung bebannya menjadi bertambah sehingga menyebabkan
kerusakan membran priodontal yang pada akhirnya menyebabkan gigi-gigi
tarsebut menjadi goyah.
5. Kelainan berbicara

F. Kajian radiologi
Tulis dulu elemen gigi atau rahang yang difoto, kemudian jelaskan apa yang
terlihat dalam ronsen foto tersebut.
78
Contoh : 46 : pelebaran periodontal membrane sebelah distal sampai
setengah Panjang akar.
Regio 36,37 : fracture fragmen, radiolusen diffuse, batas tidak jelas.

G. Lain-lain
Semua yang perlu dicatat selain yang telah ada. Contoh : post operasi hemi
mandibulectomy, dll.

H. Persiapan dalam mulut


Tujuan persiapan dalam mulut adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh kesehatan optimal dalam mulut
2. Menghilangkan keadaan yang dapat menghambat keberhasilan
pembuatan gigi tiruan
3. Persiapan dalam mulut secara umum :
b. Oral Surgical Preparation (persiapan tindakan bedah)
c. Periodontal Preparation (persiapan periodontal)
d. Preparation of Abutment Teeth (persiapan gigi penyangga)
Persiapan dalam mulut secara khusus :
a. Persiapan jaringan lunak
1) Gigi tiruan lama untuk sementara dilepas
2) Pemberian obat obatan
3) Mengganti basis gigi tiruan dan penggunaan tissue conditioner
4) Penyesuaian oklusi
5) Menghilangkan bagian tajam yang menggangu jaringan lunak
b. Tindakan Bedah :
1) Pencabutan gigi / sisa akar
2) Pengambilan gigi impaksi dan malposisi
3) Kista dan tumor odontogen
4) Exostosis dan torus
5) Hyperplastic tissue
6) Perlekatan jaringan dan frenulum
7) Tulang yang runcing dan knife edge ridge
8) Augmentation
79
c. Diagnosis dan Occlusal adjustment
1) Anamnesis penderita (Case history)
Contoh:
a) Penderita memakai gigi tiruan dengan desain yang kurang benar
sehingga menyebabkan lateral stress yang besar pada sisa gigi
asli.
b) Letak / Tinggi gigit gigi tiruan yg kurang benar sehingga
menyebabkan spasme otot otot dan traumatic occlusion
c) Overclosed occlusion (overclosure), akibat kehilangan gigi
posterior yang lama, atrisi gigi, erupsi tidak teratur.
2) Radiologi Foto ; Untuk mengetahui adanya sisa akar, kista, impaksi
gigi
3) Pemasangan model pada articulator, diperlukan bila ada beda jarak
yang besar dari oklusi
e. Persiapan Jaringan Periodontal
Menghilangkan penyebab kelainan jaringan periodontal dan
menghilangkan/mengurangi periodontal pocket.
f. Perawatan Endodontik
Gigi dengan indikasi perawatan endodontik dan sisa akar untuk
keperluan pembuatan over denture
g. Perawatan ortodontik
h. Restorasi Gigi
1) Pembuatan inlay, onlay, dan pembuatan mahkota,
2) preparasi occlusal rest seat: alas tegak lurus sumbu gigi, proximal
margin dibulatkan, ukuran tergantung logamnya, letak (mesial/ distal,
mesial dan distal, cingulum)
i. Modifikasi kontur gigi

I. Diagnosis
Ditulis dari yang terberat.
Contoh : gigi hilang  11,12,13, 36,38,48.
80
12 : pulpitis reversible.
26 : pulpitis irreversible.
27 : goyang derajat 3.
Gingivitis marginalis kronis karena karang gigi : 21,22,23,36,37,38.

J. Rencana perawatan
1. Rencana perawatan pendahuluan :
a. Penetapan gigit pendahuluan adalah penetapan gigit yang dilakukan
pada kasus yang masih punya tinggi gigit, dan akan dilakukan
pencabutan satu atau lebih dari gigi-giginya sehingga tinggi gigitnya
hilang.
Bila ada  harus dilakukan pencetakan RA dan RB kemudian
dilakukan penetapan gigit.
b. Bila ada gigi yang akan dirawat di bidang tsb, maka ditulis  pro
perawatan …… pada gigi …….
Contoh : pro perawatan endodonsia pada gigi 11
Pro pembersihan karang gigi regio 21,22,23,31.
Pro pencabutan gigi 36, 37.
2. Macam gigi tiruan : ditulis sesuai dengan rencana gigi tiruan yang akan
dibuat pada masing-masing rahang.
3. Persiapan gigi :
Ditulis tindakan apa yang perlu dlakukan sebagai persiapan sebelum
pembuatan gigi tiruannya.
Misalnya : pengasahan cusp mesiobuccal gigi 36 kurang lebih 1 mm.
Pengasahan oklusal rest seat pada mesial 36,46, distal 37,44.
Pengasahan incisal rest seat pada mesial 33, 43.
Slicing distal 45.

Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

81
A. Klasifikasi Daerah Tak Bergigi
Maksud utama pembuatan klasifikasi untuk rahang yang sebagian giginya
sudah hilang adalah agar dokter gigi dapat berkomunikasi sejelas mungkin
tentang keadaan rongga mulut yang akan dibuatkan gigi tiruan.
Dasar Klasifikasi :
Berdasarkan sadel/daerah yang tidak bergigi, yaitu : Kennedy, Swenson,
Austin Lidge dan Applegate-Kennedy.
Berdasarkan Retainer, yaitu: Miller dan Cummer.
1. Klasifikasi Kennedy
Klasifikasi Kennedy memiliki syarat sebagi berikut:
a. Klasifikasi hendaknya dibuat setelah semua pencabutan gigi selesai
dilaksanakan atau gigi yang diindikasikan untuk dicabut selesai dicabut
b. Bila gigi M3 hilang dan tidak akan diganti, gigi ini tidak termasuk dalam
klasifikasi.
c. Bila gigi M3 masih ada dan akan digunakan sebagai penyangga, gigi
ini dimasukkan klasifikasi
d. M2 hilang tidak akan diganti jika antagonisnya sudah hilang.
e. Bagian tidak bergigi paling posterior menentukan Klas utama dalam
klasifikasi.
f. Daerah tidak bergigi lain daripada yang sudah ditetapkan dalam
klasifikasi masuk dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah
daerah atau ruangannya.
g. Banyaknya modifikasi ditentukan oleh banyaknya ruangan yang tidak
bergigi.
h. Tidak ada modifikasi pada klasifikasi Kennedy Klas IV.

Klasifikasi Kelas menurut Kennedy:


a. Kelas I Kennedy
82
Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih
ada dan berada pada kedua sisi rahang / Bilateral Free End. Prinsip
kelas I Kennedy ialah:
2) Mengurangi beban:
a) Mengurangi jumlah anasir gigi yang diganti
b) Memperluas outline sadel:
RA: hamular notch; RB: retromolar pad
3) Membagi beban antara gigi dan ridge
a) Membuat variasi hubungan antara klamer dan sadel
b) Menempatkan rest oklusal lebih ke anterior: semakin ke anterior
letak rest oklusal maka makin besar daya yang diterima oleh
edentoulus ridge
c) Membuat cetakan dengan teknik mukokompresi
4) Membagi beban seluas-luasnya:
Melibatkan gigi asli ke dalam konstruksi dengan pemberian indirect
retainer.

b. Kelas II Kennedy

83
Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian posterior gigi yang ada
hanya pada 1 sisi rahang/unilateral free end. Prinsip kelas II Kennedy
ialah:
1) Dasar terapi sama dengan klasifikasi gigi tiruan sebagian lepasan
kennedy klas I
2) Retainer indirect diletakkan di sisi yang bukan free-end. Saddle
panjang harus menggunakan cetakan mukokompresi

c. Kelas III Kennedy


Daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi yang masih ada, tetapi
tidak melewati garing median.
1) Unilateral denture. Indikasi:
a) Kehilangan gigi tidak lebih dari dua
b) Beban oklusal ringan dan gigi penjangkaran tanpa restorasi
besar
c) Kedua gigi penjangkaran dengan mahkota klinis yang sempurna
2) Bilateral denture. Indikasi:
a) Kehilangan gigi lebih dari dua
b) Gigi penjangkaran tidak memenuhi syarat
Keuntungan: konstruksi bilateral lebih stabil

84
Tooth borne: gigi penjangkaran sehat, tidak ada kelainan
periodontal, defek kecil
Mucosa borne: gigi penjangkaran lemah/dengan kelainan
periodontal

d. Kelas IV Kennedy
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dan melewati garis
tengah rahang/median line. Untuk kelas ini tidak ada modifikasi

85
Kasus kehilangan gigi-gigi anterior (edentulous area dibatasi sisi mesial
gigi). Tanpa modifikasi. Membutuhkan retainer indirect.
Daerah edentulous:
a. Short span (1-4 gigi)
b. Long span (lebih dari 4 gigi)

Macam desain gigi tiruan sebagian lepasan Kennedy Klas IV :


a. Horse shoe
Horse shoe tanpa sayap labial/open face design: bila defek kecil .
Indikasi:
1) Kehilangan gigi tidak lebih dari 4 gigi
2) Gigi – gigi posterior rahang atas tumbuh sempurna dan tegak
3) Bagian palatinal gigi – gigi posterior rahang atas mempunyai kontur
terbesar
4) Oral hygiene baik dan frekuensi karies rendah
Kekurangan:
1) Mudah terjadi karies di bagian palatinal pada gigi-gigi posterior
rahang atas.
2) Dapat terjadi papillary hyperplasia mukosa daerah edentulous
Horse shoe dengan sayap labial
Indikasi:
1) Bila kehllangan gigi lebih dari 4 gigi dan defek besar
2) Prinsip desain: tooth borne dengan menggunakna rest atau klamer
half Jackson
b. Skeleton denture: untuk kerangka logam
c. Spoon denture/bifid spoon denture: untuk anak-anak
d. Every denture
1) Khusus untuk rahang atas
2) Gingival margin dibuat bebas dari basis gigi tiruan 3 mm
3) Outline basis gigi tiruan 2 mm di depan fovea palatina

86
Berikut ini beberapa gambar modifikasi dari klasifikasi kennedy:
Kelas I modifikasi 1 Kelas II modifikasi 2

Kelas III modifikasi 2

2. Klasifikasi Applegate-Kennedy
a) Kelas I Applegate-Kennedy
Daerah yang tidak bergigi sama dengan klasifikasi Kennedy. Keadaan
ini sering dijumpai pada rahang bawah dan biasanya telah beberapa
tahun kehilangan gigi. Secara klinis dijumpai akan dijumpai sebagai
berikut:
1) Derajat resorbsi residual ridge bervariasi.
2) Tenggang waktu pasien tidak bergigi akan mempengaruhi stabilitas
gigi tiruan yang akan dipasang
3) Jarak antar lengkung rahang bagian posterior biasanya sudah
mengecil.
4) Gigi asli yang masih tinggal sudah migrasi ke dalam berbagai
posisi.
87
5) Gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat
6) Jumlah gigi yang masih tertinggal bagian anterior umumnya sekitar
6-10 gigi.
7) Ada kemungkinan dijumpai kelainan sendi temporomandibula.

b) Kelas II Applegate-Kennedy
Daerah tidak bergigi sama dengan kelas II. Secara klinis dijumpai
keadaan :
1) Resorbsi tulang alveolar terlibat lebih banyak
2) Gigi antagonis relatif lebih ekstrusi dan tidak teratur.
3) Ekstrusi menyebabkan rumitnya pembuatan restorasi pada gigi
antagonis.
4) Pada kasus ekstrim karena tertundanya pembuatan gigi tiruan untuk
jangka waktu tertentu karena perlu pencabutan satu atau lebih gigi
antagonis.
5) Karena pengunyahan satu sisi, sering dijumpai kelainan sendi
temporomandibula.

88
c) Kelas III Applegate-Kennedy
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga, tidak
lagi mampu memberi dukungan kepada gigi tiruan secara keseluruhan.
Secara klinis dijumpai keadaan :
1) Daerah tidak bergigi sudah panjang.
2) Bentuk dan panjang akar gigi kurang memadai
3) Tulang pendukung mengalami resorbsi servikal dan atau disertai
goyangnya gigi secara berlebihan.
4) Beban oklusal berlebihan

d) Kelas IV Applegate-Kennedy
Daerah tidak bergigi sama dengan klas IV Kennedy. Pada umumnya
untuk klas ini dapat dibuat gigi tiruan sebagian lepasan bila:
1) Tulang alveolar sudah banyak hilang, seperti pada kasus akibat
trauma
2) Gigi harus disusun dengan "overjet" besar, sehingga dibutuhkan
banyak gigi pendukung.

89
3) Dibutuhkan distribusi merata melalui lebih banyak gigi penahan,
pada pasien dengan daya kunyah besar.
4) Diperlukan dukungan dan retensi tambahan dari gigi penahan
5) Mulut pasien depresif, sehingga perlu penebalan sayap untuk
memenuhi faktor estetik

Indikasi pelayanan Prosthodontic Klas IV :


1) Geligi tiruan cekat, bila gigi-gigi tetangga masih kuat
2) Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan
dukungan gigi atau jaringan atau kombinasi.
3) Pada kasus meragukan sebaiknya dibuat gigi tiruan

e) Kelas V Applegate-Kennedy
Daerah tak bergigi paradental, dimana gigi asli anterior tidak dapat
dipakai sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah.
Kasus seperti ini banyak dijumpai pada rahang atas karena gigi
caninus yang dicabut karena malposisi atau terjadinya kecelakaan. Gigi
bagian anterior kurang disukai sebagai gigi penahan, biasanya karena
salah satu alasan berikut ini :

90
1) daerah tak bergigi sangat panjang
2) daya kunyah pasien berlebihan
3) bentuk atau panjang akar gigi penahan kurang memadai
4) tulang pendukung lemah
5) penguatan dengan splin tidak diharapkan, dan sekalipun dilakukan
tetap tidak memberikan dukungan yang memadai, tetapi tetap
dirasakan perlunya mempertahankan geligi yang masih tinggal ini
Indikasi pelayanan Prosthodontik kelas V: Geligi tiruan sebagian
lepasan dengan desain bilateral dan prinsip basis berujung bebas
tetapi di bagian anterior.

f) Kelas VI Applegate-Kennedy
Daerah tak bergigi paradental dengan ke dua gigi tetangga gigi asli
dapat dipakai sebagai gigi penahan. Kasus seperti ini sering kali
merupakan daerah tak bergigi yang terjadi pertama kalinya dalam
mulut. Biasanya dijumpai keadaan klinis:
1) daerah tak bergigi yang pendek
2) bentuk atau panjang akar gigi tetangga memadai sebagai
pendukung penuh
3) sisa processus alveolaris memadai
4) daya kunyah pasien tidak besar

Indikasi pelayanan prosthodontik kelas VI:


1) geligi tiruan cekat

91
2) geligi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dan desain unilateral
(protesa sadel)

Pemilihan geligi tiruan lepasan dalam hal ini didasarkan pada:


1) usia pasien masih muda
2) mencegah ekstrusi gigi antagonis
3) pulpa gigi masih lebar
4) kesehatan pasien tak memungkinkan dilakukannya preparasi
segera
5) kendala waktu untuk pembuatan gigi tiruan cekat
6) pasien menolak pembuatan geligi tiruan cekat
7) keadaan ocial ekonomi pasien tak menunjang

3. Klasifikasi Swenson
Pada dasarnya sama dengan klasifikasi Kennedy
1) Kelas I : Unilateral free end
2) Kelas II : Ujung bebas bilateral/ Bilateral free end
3) Kelas III & IV : sama dengan klasifikasi Kennedy Kelas III (Bounded
sadle) dan Kelas IV (Anterior tooth supported)

4. Klasifikasi Austin dan Lidge


Lebih sederhana karena pengklasifikasiannya berdasarkan wilayah daerah
gigi yang hilang yaitu daerah gigi yang hilang anterior dan daerah gigi

92
yang hilang posterior. Pada masing-masing derah tersebut dibagi dua lagi,
dengan batas median line.

5. Klasifikasi berdasarkan Retainer (Miller)


Klasifikasi ini didasarkan pada letak klamer.
a. Kelas I Miller : Menggunakan 2 klamer, dengan letak klamer harus
berhadapan dan tegak lurus dengan median line

b. Kelas II Miller: Memakai 2 klamer, diagonal dimana garis fulcrum


melewati median line. Median line dengan lokasi fulkrum tegak lurus.

c. Kelas III Miller: Menggunakan 3 klamer, letak klamer sedemikian rupa


sehingga bila ditarik akan berbentuk segitiga yang letaknya kira-kira
ditengah protesa.

93
d. Kelas IV Miller: Memakai 4 klamer, bila dihubungkan dengan garis
membentuk segiempat dan terletak ditengah-tengah protesa.

6. Klasifikasi Cummer
a. Kelas I : protesa dengan 2 retensi (klamer) direct, letaknya diagonal,
berorientasi pada frame protesa
b. Kelas II : protesa dengan 2 retensi direct, letak berhadapan, bila
dihubungkan membentuk garis tegak lurus pada median line.
c. Kelas III : protesa dengan 2 atau lebih retensi direct, letak pada 1
sisi/bidang.
d. Kelas IV : protesa dengan 3-4 klamer, bila dihubungkan dengan gads
membentuk segi empat dan berada di tengah protesa.

B. Komponen GTSL
1. Saddle / basis

94
Merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian yang mengganti jaringan
alveolar yang hilang dan sebagai tempat gigi tiruan. Fungsi saddle/basis:
a) Support : meneruskan beban oklusal dan menstimulasi jaringan di
bawahnya
b) Retention : Dapat diperoleh dari penempatan basis yang akurat dan
pembuatan retainer direct dan indirect.
c) Bracing : Menyangga/tempat gigi tiruan dan Menutup defek

Macam – macam saddle/basis:


a) Bounded saddle
1) Tekanan oklusal secara langsung disalurkan ke gigi penyangga
melalui kedua sandaran oklusal
2) Mencegah migrasi horizontal gigi tetangga dan migrasi vertical gigi
antagonis
b) Free end saddle: Penyaluran tekanan kunyah dibagi ke gigi dan sisa
jaringan linger di bawah basis

Saddle outline:
a) Pada kasus free end harus seluas mungkin
b) Pada kasus bounded saddle hanya menutup defek
c) Bebas dari gingival margin
d) Kontak dengan bagian proksimal gigi dengan merelief gingival margin
atau dan block out
e) Untuk rahang atas hingga tubermaksilla
f) Untuk rahang bawah hingga retromolar pad
g) Untuk gigi anterior atas dapat dibuat tanpa sayap

2. Occlusal rest dan komponen sejenisnya


Merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang terletak pada
permukaan gigi/bagian lain gigi yang memberikan vertical support. Fungsi
Occlusal rest:

95
a) Meneruskan beban vertikal dan sebagian beban lateral pada gigi
abutment
b) Mencegah gigi tiruan sebagian lepasan bergerak ke jaringan,
bergesernya klammer, kerusakan periodontal membrane.
c) Dapat sebagai indirect retainer

3. Direct retainer
Merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang
terletak/melingkari gigi penyangga yang memberikan retensi dan bracing
atau mencegah terlepasnya gigi tiruan sebagian lepasan.
Fungsi direct retainer:
a) Mencegah terlepasnya gigi tiruan sebagian lepasan (bagian retensi
klamer)
b) Mencegah gerakan horizontal/lateral (bagian bracing klamer)

Macam desain klamer:


a) Tooth borne : 3 jari, half Jackson, klamer S
b) Mucosa borne: 2 jari, Gillet
c) Tooth mucosa borne: 2 jari rest mesial

4. Indirect retainer
Merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang terletak pada
rest seat, sejauh mungkin dari free end saddle pada sisi yang berlawanan
dengan garis fulcrum. Fungsi indirect retainer adalah
mencegah/mengurangi ungkitan/gerakan rotasi dari free end denture.
Macam – macam bentuk indirect retainer: rest oklusal, rest cingulum,
embrasure hook clasp, Klammer kontinyu, Bar rahang atas, Plate, dan
Cummer arm. Cara meletakkan indirect retainer harus tegak lurus garis
fulcrum dan sejauh mungkin dari saddle.

96
97
C. Survey dan block out
1. Survey
Tujuan survey secara umum : menentukan arah pasang gigi tiruan,
menentukan kesejajaran, menentukan kontur terbesar gigi, dan
menentukan desain klamer. Tahapan survey dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Survey pendahuluan pada model pembahasan/model studi yang
bertujuan untuk:
1) Menentukan arah pemasangan terbaik, sehingga hambatan pada
saat pemasangan dan pengeluaran protesa menjadi minim
2) Menemukan permukaan proksimal yang bisa disejajarkan,
sehingga bisa dipakai sebagai bidang bimbing
3) Menetapkan apakah daerah – daerah hambatan pada tulang
maupun gigi perlu dibuang atau cukup dengan pemilihan arah
pemasangan lain
4) Menentukan arah pemasangan paling sesuai, sehingga
penempatan cengkeram memenuhi faktor estetik
5) Menentukan dan mengukur daerah yang dapat dimanfaatkan
sebagai retensi
6) Memungkinkan pemberian tanda bagi persiapan mulut yang
akan dilaksanakan
7) Menggambar garis kontur terbesar pada gigi penyangga dan
menentukan undercut yang perlu dilakukan penutupan
8) Merekam hubungan posisi model terhadap arah pemasangan
yang sudah ditetapkan.
b) Survey akhir: pada model kerja yang bertujuan untuk:
1) Memilih arah pemasangan yang paling sesuai, sesudah
memperhatikan bidang bimbing, hambatan, retensi, dan estetik
2) Mengukur daerah retensi dan menetapkan lokasi ujung lengan
klamer, sesuai fleksibilitas klamer yang akan dipakai
3) Menentukan undercut tak diharapkan yang mungkin masih
terdapat pada model kerja

98
4) Merapikan bahan penutupan sampai benar – benar sejajar
dengan arah pemasangan, seperti sebelum duplikasi model.
Adapun syarat penentuan arah pasang:
a) Bidang bimbing (guidance plane): permukaan gigi
asli/restorasi yang dibuat di atas gigi tersebut dibentuk
menjadi datar dan sejajar dengan arah pemasangan gigi
tiruan.Fungsinya untuk mempermudah pemasangan dan
pengeluaran gigi tiruan tanpa paksa. Permukaan ideal bidang
bimbing: 2-4 mm.
b) Daerah retensi: dapat menahan gigi tiruan tidak lepas dari
kedudukan, lengan klamer dapat mudah melewati keliling
terbesar, tidak menyebabkan perubahan bentuk klamer.
c) Hambatan: gigi yang malposisi atau tonjolan tulang
d) Estetik

Tahapan survey pada model pembahasan:


a) Meletakkan model pada meja survey dengan oklusal sejajar garis
survey
b) Pasang analizing rod pada surveyor
c) Evaluasi bidang bimbing dengan menggunakan analizing rod
d) Evaluasi daerah retensi dengan menggunakan analizing rod
e) Ganti analizing rod dengan karbon
f) Gerakkan survey table sehingga terjadi guratan karbon pada
permukaan gigi
g) Tentukan kedalaman undercut dengan undercut gauge. Setiap
kedalaman undercut yang ditemukan menentukan pemilihan
penggunaan jenis klamer. Usahakan setiap gigi yang disurvey
mempunyai undercut, bila tidak didapatkan undercut, miringkan
model ke arah anterior, posterior, lateral kiri dan kanan, blla masih
belum tercapai maka perlu dilakukan rekontur gigi.

99
Bagian-bagian surveyor :
1. Surveying
Platform
2. Surveying
Table
3. Vertical Arm
4. Horizontal
Arm
5. Surveying
Arm
6. Mandrel for
holding
special tools
7. Special tools:
a. Analizing Rod
b. Undercut Gauges
c. Carbon Marker
d. Pisau pemotong wax / cutting rod
e. The protective sheath
f. Blockout tools

Macam surveyor :

A B

Gambar A. Surveyor Ney; B. Surveyor Jelenko

100
2. Block Out
Block out merupakan suatu tindakan penutupan bagian undercut gigi
maupun jaringan lunak dari model kerja setelah dilakukan penentuan
arah pasang, bidang bimbing yang seimbang sesuai hambatan.

101
Gigi Tiruan Lengkap

Gigi tiruan lepasan yang menggantikan semua gigi asli dan struktur
pendukungnya yang telah hilang. (rahang atas dan rahang bawah) untuk
memperbaiki fungsi bicara, estetik, dan pengunyahan. Akibat dari adanya
edetulous pada pasien ialah fungsi pengunyahan kurang baik, pengucapan kata
kurang jelas, penampilan atau estetis jelek, psikis terpengaruh, dan timbul
kelainan, gangguan, sakit.
A. Indikasi Pasien GTL
1. Individu edentulous
2. Individu mempunyai beberapa gigi harus dicabut :
a) Kesehatan / kerusakan gigi tidak bisa diperbaiki
b) Dibuatkan GTS akan mengganggu keberhasilan perawatan.
Misalnya, gigi pasien yang tersisa telat modot. Jika dibuatkan GTS
tidak dapat berfungsi baik, sehingga lebih baik sisa gigi tersebut
dicabut dan dibuatkan GTL.

B. Syarat GTL yang baik


1. Enak dipakai
a) Material : tidak berbau / berasa, halus, bersih, tidak mengiritasi
b) Ukuran dan bentuk harus sesuai, tidak terlalu : besar / kecil, lebar /
sempit, tinggi / rendah, maju / mundur.
c) Mempunyai retensi dan stabilisasi waktu dipakai dan berfungsi
d) Dapat Berfungsi untuk : mengunyah makanan, mengucapkan kata
lebih jelas, dan gerakan : tertawa, menguap, batuk, minum merupakan
gerakan fisiologis, frekwensi tidak rutin. Faktor-Faktor yang
mempengaruhi fungsi :
1) Retensi dan stabilisasi GTL
102
2) Pengaturan gigi geligi meliputi posisi dan relasi gigi geligi :
a) Dalam satu lengkung
b) RB terhadap RA
c) Terhadap bibir dan pipi
d) Terhadap lidah (biasanya membesar)
3) Ukuran dan bentuk gigi tiruan
4) Material gigi
2. Tampak cukup estetik dalam ukuran, bentuk, warna ggigi dan gingiva,
serta posisi gigi individual dan pengaturannya dalam lengkung geligi.
3. Tidak menimbulkan gangguan / kelainan / rasa sakit (luka, iritasi, inflamasi,
sakit, nyeri dalam jaringan mulut)
4. Cukup kuat terhadap kekuatan / tekanan pengunyahan faktor mekanis ;
dan pengaruh zat dalam : makanan, minuman, cairan ludah, obat faktor
chemis

C. Faktor yang diperlukan GTL berfungsi efisien :


1. Jaringan Pendukung
Jaringan yang merupakan tempat gigi tiruan bertumpu. Ini terdiri jaringan
yang menerima beban pengunyahan yang jatuh pada GTL.
2. Retensi :
Ketahanan gigi tiruan untuk melawan upaya pengelepasannya dari mulut.
Retensi dapat dites dengan :
a) Tarik gigi tiruan kearah vertical, GTL tetap dalam keadaan diam
b) Penekanan salah satu sisi, sisi yang lain tidak terungkit artinya retentif
3. Keseimbangan dengan otot-otot :
Berarti tekanan otot-otot lidah, bibir dan pipi yang bekerja pada GT selama
gerakan fungsional dengan gigi-gigi tidak dalam keadaan berkontak, tidak
menyebabkan terlepesnya GT.
4. Keseimbangan Oklusi :
Tekanan yang dikeluarkan oleh GT yang satu kepada GT lawannya
selama gerak fungsional dengan gigi-giginya dalam keadaan berkontak,
tidak menyebkan terlepasnya GT.
5. Kesetabilan / Stabilisasi :
103
Daya tahan GT untuk bertahan di tempatnya melawan gerakan-gerakan.

D. Konstruksi GTL harus memperhatikan :


1. Retensi dan stabilisasi
2. Bentuk dan ukuran lengkung deretan gigi
3. Posisi (antero posterior) lengkung gigi terhadap sendi rahang
4. Ukuran dan tinggi lengkung gigi
5. Pemilihan gigi : ukuran, bentuk, warna, material
6. Pengaturan gigi  posisi dan relasi gigi-gigi
7. Bentuk dan ukuran GTL
8. Insersi dan kontrol
9. Keluhan pemakai GTL, cara mengatasi / memperbaiki.

E. Kondisi dalam mulut Edentulous yang dapat dimanfaatkan untuk Memberikan


Retensi dan Stabilisasi :
1. Prosesus alveolaris
2. Cairan ludah
3. Batas mukosa bergerak dan tidak bergerak
4. Kompresibilitas jaringan mukosa
5. Bentuk dan gerakan otot mulut
6. Lidah (bentuk dan gerakan lidah )

GTL dibuat sedemikian rupa agar bentuk dan ukurannya dapat dimanfaatkan
faktor-faktor tersebut sehingga memberi kekuatan retensi dan stabilisasi
maksimal.

F. Retensi gigi tiruan lengkap


Permukaan GTL terdiri dari :
1. Fitting / Tissue surface
104
Permukaan gigi tiruan :
a. Konturnya ditentukan oleh cetakan, termasuk tepi GT meluas ke
permukaan ples.
b. Menempel jaringan mulut pendukungnya
Tepi gigi tiruan disebut peripheral seal, termasuk bagian permukaan
cetakan
2. Polishing surface, yaitu dari tepi gigi tiruan ke tepi oklusal, termasuk
permukaan palatina yang dipoles.
3. Occlusal surface
Permukaan oklusal / insisal yang berkontak dengan gigi geligi antagonis,
tapi permukaan diusahakan ikut berperan dalam meningkatkan retensi.

Gambar : Tekanan retentif yang bekerja pada gigi

Tekanan retentif yang bekerja pada gigi tiruan :


1. Tekanan otot-otot mastikasi bekerja pada permukaan oklusal
2. Tekanan otot-otot bibir, pipi, dan lidah bekerja pada permukaan poles
a. Tekanan otot bibir dan pipi : tekanan dari luar
b. Tekanan lidah : tekanan dari dalam
3. Tekanan fisik bekerja pada seluruh permukaan cetakan

Retensi terbesar diperoleh pada fitting surface, dengan memanfaatkan :


1. Daya adhesi saliva terhadap fitting surface dan jaringan.

105
Mempengaruhi pembahasan GT / jaringan. Daya kohesi molekul saliva
mempertahankan keutuhan film saliva. Rangkaian kekuatan antar molekul
antara gigi tiruan dan mukosa yang membantu retensi.

Kohesi : Tarik menarik antara dua molekul yang sama, yaitu molekul saliva
dengan saliva (sejenis)
Adhesi : Tarik menarik antara dua molekul yang berbeda, yaitu saliva
dengan mukosa, mukosa dengan fitting surface GTL.

2. Interfacial surface tension = tegangan permukaan antara dua permukaan


a. Saliva diantara mukosa dan GT
b. Udara dalam mulut
Tekanan saliva < tekanan udara  perbedaan tekanan  retensi

106
Retensi karena perbedaan tekanan antara saliva dan udara.
Meniskus  Karena perbedaan tekanan antara lapisan saliva dan tekanan
udara rongga mulut.
3. Intimate tissue contact = dekatnya titik kontak antara fitting surface dan
jaringan pendukung  makin dekat  retensi lebih besar
4. Tekanan atmosfer terhadap ruang hampa
Peripheral seal dan post dam harus menekan sedikit masuk ke jaringan
lunak.
Peripheral seal : merupakan tepi GTL berbentuk agak bulat, terletak pada
forniks (mucogingival junction).
Post dam / posterior seal : tepi posterior GTL di palatum, terletak pada
palatum mole yaitu pada AHA line.
Peripheral seal dan post dam bersambung dibeut sirkular seal (seal yang
tidak terputus  jika terputus : udara masuk, sehingga tidak hampa).
Insersi GTL RA  udara antara protesa dan mukosa ditekan ke luar 
tekanan permukaan dalam berkurang atau hampa udara disbanding
permukaan luar  retensi.

107
Waktu pasien menggigit, GT atas dikendalikan lidah yang menenkan pada
tepi posterior. Faktor-faktor mempengaruhi besar kecilnya retensi pada fitting
surface :
a. Kondisi processus alveolaris dan palatum
b. Luas dan ketepatan perlekatan
c. Bentuk, penempatan peripheral seal dan posterior seal
d. Konsistensi saliva
e. Kompresibilitas jar pendukung
f. Berat protesa
g. Struktur dan bangunan tambahan

Kondisi Processus alveolaris dan palatum


Proc.alveolaris dibentuk karenan adanya gigi yang erupsi. Pada gigi hilang terjadi
atropi.
Hilangnya gigi bertahap bentuk proc.alveolaris tidak teratur, juga karena resorbsi
dan atropi. Arah resorbsi : RA : ke atas dan ke dalam (sentripetal) sempit,
sedangkan pada RB : Anterior ke dalam, vertikal / inferior, depan Posterior ke luar
(sentrifugal) dan ke bawah makin lebar.
Jika tidak segera dibuatkan GTL, maka akan resorbsi, sehingga :
RA  menyempit
RB  melebar

108
Perluasan fitting surface
Batas RA : Peripheral seal ( tepi ) pada fornik / mucogingival junction menyambung
ke posterior seal  sirkular seal  retensi.
Batas RB : Peripheral seal ( tepi ) pada fornik / mucogingival junction. Posterior
pada daerah retromolare pad (trigonum retromolare). Daerah lingual pada linea
milohyoidea / sulkus alveol-lingualis.

Luas dan ketepatan fitting surface


Prinsip : mencakup area semaksimal mungkin, asal masih dalam batas -batas fungsi
dan kesehatan. Makin luas fitting surface  retensi makin besar. Ada batas
maksimal lebih besar dari batas maksimum menurunkan stabilitas. Retensi akan
berkurang jika perluasan fitting surface menjadi > / kurang.
Jika fitting surface semakin luas, sampai melebihi forniks / mucogingival junction,
maka pheriperal seal akan jatuh pada mukosa bergerak  retensi berkurang.
Jika fitting surface tidak sampai pada forniks / mucogingival junction, tetapi pada
mukosa tidak bergerak, maka perluasan adhesi dan kohesi berkurang  retensi
berkurang.

Peripheral seal dan post dam


Dibuatkan dengan prinsip :
1. Menjaga / mempertahankan ruang antara fitting surface dan jaringan sebagai
ruang hampa udaa  bendungan mencegah udara masuk.
2. Perubahan bentuk mukosa, otot tidak menyebabkan terlepasnya fitting surface
dari pendukungnya.
3. Tidak mengganggu estetis (labial) dan tidak menyebabkan gagging.

Bendungan terjadi akibat adanya peripheral seal dan posterior seal.


Apabila Peripheral seal dan plat di bagian labial terlalu tebal, maka tonus otot
tegang, sehingga harus di buat tipis  menjadi estetis.
Jika diletakkan terlalu belakang bisa merangsang muntah (gogging).
Pembuatan post dam melewati hamular notch kiri dan kanan dengan patokan 2
mm di depan fovae palatina. Bentuk seal bulat sehingga jika begerak masih ada
109
perlekatan. Jika runcing, gerakan sedikit  membuka, udara masuk  GTL lepas.

110

Anda mungkin juga menyukai