Koordinator :
2
drg. Nino Mayangsari, Sp.Pros
Anggota :
drg. Anindita Apsari, Sp.Pros
drg. Hanoem Eka Hidajati, MS., Sp.Pros (K)
drg. Maretaningtias Dwi Ariani, M.Kes., Ph.D., Sp.Pros
drg. Rudy S, Sp.Pros
drg. Catur Septommy, MDSc
drg. Eka Resti Efrata, MDSc
drg. Mara Gustina, MDSc
drg. Priesta Honeste
drg. Elok Nafilah Fitri
drg. Dyah Noviana
drg. Riesky Sharastiti
3
GAMBARAN UMUM MODUL
4
AREA KOMPETENSI
Domain I : Profesionalisme
Melakukan praktik di bidang kedokteran gigi sesuai dengan keahlian, tanggung
jawab, kesejawatan, etika dan hukum yang relevan.
5
TUJUAN PEMBELAJARAN
6
TINGKAT KOMPETENSI
Tingkat kemampuan 1
Dapat mengenali dan menjelaskan gambaran klinis suatu penyakit dan
mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut
tentang penyakit tersebut.
Tingkat kemampuan 2
Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang paling tepat untuk
penatalaksanaannya atau merujuk kepada spesialis yang sesuai.
Tingkat kemampuan 3A
Darurat KG . Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri
berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang paling tepat,
serta dapat menentukan dan melakukan penatalaksanaan awal sebelum pasien
dirujuk kepada spesialis yang sesuai pada kasus–kasus darurat tidak mengancam
jiwa/non emergensi.
Tingkat kemampuan 3B
Gawat darurat KG yang mengancam jiwa dan/atau memperparah kondisi
sistemiK. Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang paling tepat, serta dapat
menentukan dan melakukan penatalaksanaan awal, termasuk Basic Life Support,
sebelum pasien dirujuk kepada spesialis yang sesuai pada kasus– kasus gawat
darurat.
Tingkat kemampuan 4
Dapat membuat diagnosis klinik penyakit secara mandiri berdasarkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang paling tepat, serta dapat
menentukan dan melakukan penatalaksanaan secara lengkap sesuai dengan
kompetensinya.
7
SUMBER BELAJAR WAJIB
No Literatur
Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)
1 Carr AB, Brown DT. 2011. Mc Cracken’s Removable Partial
Prosthodontics. 12 th Ed. Mosby, Inc. St. Louis,Missouri.
Gigi tiruan lengkap (GTL)
1 Zarb G, Hobkirk JA, Eckert SE, Jacob RF, Fenton AH, Finer Y, Chang
TL, Koka S. 2013. Prosthodontic Treatment for Edentulous
Patients(Complete Denture and Implant- Supported Prosthesis). 13 th Ed.
St. Louis,Missouri
2 Johnson T, Wood DJ. 2012. Techniques in Complete Denture
Technology. 1 st Ed. Willey-Blackwell. UK
3 Basker RM, Davenport JC. 2002. Prosthetic Treatment of the Edentolous
Patient. 4 th Ed. Blackwell Munksgaard. UK
Gigi tiruan jembatan (GTJ)
1 Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. 2016. Contemporary Fixed
Prosthodontics. 5 th Ed. Elsevier. St. Louis Missouri.
2 Shilingburg HT, Sather DA, Cain JR, Mitchell DL, Blanco LJ, Kessler JC.
2012. Fundamental of Fixed Prosthodontics. 4 th Ed. Quintessence
Publishing Co. USA
8
TAHAPAN KERJA
11
h. Instruksikan pasien untuk mengangkat lidah keatas
kemudian menjulurkan kedepan.
i. Katupkan bibir bawah kedepan sendok cetak.
j. Fixir sampai setting.
8. Melepas cetakan dari dalam mulut pasien
a. Rahang atas : pipi dan labial pasien diretraksi agar
udara masuk, ungkit sendok cetak bagian lateral
keatas dan kebawah, kemudian ungkit bagian
depan ke atas dan kebawah agar bagian belakang
kemasukan udara. Kemudian cetakan ditekan
kebawah Bersama-sama, supaya cetakan terlepas
dari mulut pasien. Cuci cetakan dibawah air
mengalir, simpan cetakan pada suasana yang
lembab untuk menghindari mengeringnya
permukaan cetakan yang akan mengakibatkan
perubahan bentuk.
b. Rahang bawah : pipi dan labial pasien diretraksi
agar udara masuk, ungkit sendok cetak bagian
lateral keatas dan kebawah, kemudian ungkit
bagian depan kebawah dan keatas agar bagian
sendok cetak posterior terlepas dari mukosa
(kemasukan udara), kemudian angkat keatas
posterior dan anterior Bersama-sama dan keluarkan
dari mulut pasien. Cuci cetakan dibawah air
mengalir dan kemudian simpan cetakan pada
suasana yang lembab untuk menghindari
mengeringnya permukaan cetakan.
9. Hasil cetakan yang betul :
a. Seluruh regio tercetak
b. Tidak cacat
c. Tidak porus
d. Tidak terlepas dari sendok cetak
10. Cara mendapatkan suasana yang lembab
Taruh hasil cetakan alginat didalam plastik tertutup.
Apabila cetakan alginat belum langsung diisi, maka
dimasukkan didalam plastik tertutup yang
dikembungkan lalu dibungkus dengan kain yang
dibasahi air tetapi kain basah tersebut tidak boleh
menempel dengan cetakan alginat.
11. Mengisi cetakan untuk model pembahasan
a. Pada bagian yang bergigi di isi dengan gips tipe III,
sedangkan basis dengan menggunakan gips tipe II
(plaster of paris).
b. Merapikan model RA dan RB
c. Model pembahasan harus dapat mewakili keadaan
dalam mulut pasien.
12
3. Indikasi Perawatan dan Persetujuan Perawatan
Border moulding :
Alat yang diperlukan : diagnostic set, spirtus brander, pisau
model, green stick compound.
Urutan kerja :
a. Mencobakan individual tray dalam mulut penderita, yang
diperhatikan / dikoreksi adalah tepi individual tray,
panjangnya 2 mm lebih pendek dari batas mukosa
bergerak dan tidak bergerak.
b. Memotong tepi spacer malam minimal 2 mm untuk
tempat bahan border moulding.
c. Melunakkan green stick compon sebagai bahan border
moulding dan meletakkannya pada tepi individual tray
dan daerah spacer yang tadi dipotong.
d. Masukkan individual tray kedalam bowl berisi air hangat.
e. Masukkan individual tray beserta green stick compound
yang telah dilunakkan dalam mulut dan lakukan tindakan
muscle trimming agar batas mukosa bergerak dan tidak
bergerak terbentuk dengan jelas. Ini dilakukan pada
daerah yang tidak bergigi dengan saddle Panjang atau
pada sisi free end (daerah yang perlu di moulding)
f. Bagian lingual, lidah digerakkan kanan dan kiri, keatas
dan kedepan. Bagian rahang atas posterior pasien
diinstruksikan mengucap AH.
14
Mencetak fungsional
Bahan yang digunakan : bahan cetak elastomer (medium
body).
Alat yang digunakan : individual tray, mixing pad, spatula.
Caranya :
a. Lepas spacer malam yang ada pada individual tray.
b. Membuat lubang (perforated) pada individual tray pada
daerah yang memungkinkan udara dapat terjebak
(diameter 2-3 mm dan jarak lubang ±8 mm).
c. Mengaduk bahan cetak elastomer pada mixing pad.
d. Meletakkan adonan bahan cetak elastomer pada sendok
cetak dengan tebal secukupnya.
e. Memasukkan sendok cetak beserta adonan kedalam
mulut pasien
f. Atur posisi sendok cetak dan lakukan penekanan sendok
cetak dalam mulut pasien seperti waktu mencetak
dengan bahan alginate. Tekan perlahan sampai stopper
menempel mukosa.
g. Lakukan muscle trimming dan fixasi sampai bahan cetak
setting.
h. Melepas cetakan dari dalam mulut pasien seperti
melepas cetakan alginate.
i. Hasil cetakan yang betul :
1) Seluruh regio tercetak
2) Tidak cacat
3) Tidak porous
4) Tidak terlepas dari sendok cetak
5) Semua permukaan moulding dan stopper dilapisi
bahan cetak setipis mungkin.
j. Bersihkan hasil cetakan, kemudian disemprot dengan
cairan disinfektan.
k. Pengisian cetakan dilakukan 30 menit setelah cetakan
dilepas dari dalam mulut, tujuannya untuk menunggu
waktu recovery dari bahan cetak akibat adanya tekanan
waktu melepas dari dalam mulut.
l. Memberi tanda dengan spidol pada tepi cetakan 2 mm
dari peripheral border.
7. Pembuatan Klamer
Kontur akhir :
Alat yang digunakan : lampu spiritus, pisau malam, pisau
model.
a. Kontur gingiva sama seperti gigi sebelah
b. Permukaan malam halus dan kilap
c. Tidak boleh ada malam tipis yang menempel pada
permukaan anasir
d. Buat bentukan rugae bila diperlukan
20
estetik, oklusi, retensi, stabilitas serta relasi rahang secara
vertikal maupun horisontal akibat kesalahan prosedur kerja
sebelumnya, dan memperbaiki kekurangan yang dirasakan
oleh pasien, sehingga diperoleh GTSL yang memenuhi
estetik, retensi, stabilitas dan dukungan yang baik
Ruang Lingkup GTSL
Uraian Umum 1. Pemeriksaan retensi dan stabilisasi
2. Pemeriksaan kecermatan kontak basis GTSL, apabila
kontak tidak baik, lakukan relining.
3. Melakukan penilaian estetik
4. Pemeriksaan oklusi sentrik dan eksentrik menggunakan
articulating paper
5. Gigi tiruan posterior RB tidak boleh ditempatkan Iebih
distal daripada tepi anterior retromolar pad.
6. Ketepatan klamer pada gigi pendukung
7. Pembentukan permukaan poles yang memberi retensi
tambahan GT
Prosedur Alat yang digunakan : kaca mulut, sonde, pinset, articulating
paper, pensil tinta.
a. Siapkan GTSL yang telah dibersihkan / dicuci
b. Cobakan dalam mulut pasien
c. Seluruh basis GTSL menempel pada mukosa mulut dan
tidak overextended.
d. Oklusal rest pada tempatnya
e. Klamer menempel pada gigi
f. Lengan retentive klamer pada bagian undercut gigi
penyangga
g. Gigi tiruan dipadang dan dilepas dengan mudah oleh
pasien.
Pemulasan awal :
a. Tepi denture tidak boleh tajam
b. Bagian denture yang menghadap mukosa tidak boleh
ada bubble.
c. Permukaan denture halus, kilap, bersih dari sisa gips dan
bahan pulas.
Pemulasan akhir :
a. Permukaan denture harus halus dan mengkilap
b. Tepi denture tidak boleh ada yang tajam
c. Textur dari anasir gigi jangan sampai hilang terpoles.
22
12. Insersi GTSL
Kontrol II
Alat yang digunakan : kaca mulut, sonde, pinset, kertas
artikulasi.
a. Urutan seperti pada kontrol I
b. Instruksi pada penderita :
1. Gunakan untuk makan dan mengunyah pada kedua
sisi rahang
2. Hindari makan yang keras
3. Cara membersihkan sama seperti instruksi
sebelumnya
4. Bila ada keluhan, harus datang untuk kontrol
5. Dianjurkan untuk kontrol 6 bulan sekali.
NB :
a. Bahan pembersih gigi tiruan denture cleaner
b. Cara pemakaian ikuti petunjuk pabrik
26
B. Gigi Tiruan Lengkap (GTL)
1. Persiapan Pasien
27
2. Mencetak Anatomis Rahang Tidak Bergigi
5. Border Moulding
32
h. Mengisi hasil cetakan :
1) Buat garis dengan spidol pada kontur terbesar
pinggir cetakan (atau minimal 2 mm dari pinggir).
2) Isi hasil cetakan dengan adonan gips keras
sampai penuh / datar.
3) Sisa adonan disiapkan untuk basis.
4) Telungkupkan cetakan yang telah diisi gips diatas
adonan basis.
5) Atur sampai gips menutupi pinggir cetakan
sampai batas garis spidol.
6) Setelah gips setting, buka cetakan dengan hati-
hati.
7) Diperoleh model kerja.
i. Rapikan dan trimming basis model kerja. Buatlah
garis median model dari frenulum labialis melewati
papilla insisiva ke posterior sampai ke tengah-tengah
fovea palatina, garis puncak ridge dari caninus ke
tengah tengah tuber untuk rahang atas dan tengah-
tengah retromolar pada untuk rahang bawah, tiga
cekungan pada bagian tertebal model kerja.
33
8. Membuat Galengan Gigit / Bite Rim Rahang Atas dan Rahang Bawah
34
9. Penetapan Gigit (Maxillo Mandibular Relation / MMR) Rahang Tidak
Bergigi
40
Penyusunan gigi molar pertama (M1) RA
Cusp mesio palatinal menyentuh bidang oklusi. Cusp mesio
bukal ± 0,5 mm di atas bidang oklusi. Cusp disto bukal ± 1
mm di atas bidang oklusi. Cusp disto palatinal ± 0,5 mm di
atas bidang oklusi. Aspek bukal dan proksimal terlihat
kemiringan sumbu gigi 5 derajat terhadap garis vertikal.
41
Setelah itu dilakukan pemeriksaan pada bagian bukal gigi
molar 1 dan 2 RA, semua permukaan bukal gigi molar 1 dan
2 menyentuh bidang templete, sedangkan gigi premolar 1
dan 2 tidak menyentuh bidang templete.
42
6. Kurva monson melalui tonjol mesio-palatinal gigi molar
pertama RA kanan-kiri dan berbentuk melengkung
keatas.
Selective grinding 1
1. Dilakukan setelah remounting 1, bila pin vertical tidak
kontak dengan incisal table articulator. Bila pin vertical
sudah kontak dengan table, tidak dilakukan.
2. Dengan menggunakan artikulating paper, stone
berbentuk fissure, flame dan round.
3. Gerakkan lengan articulator buka tutup. Yang dikurangi
bagian yang premature kontak (warna lebih tebal dari
yang lain)
4. Memperdalam sulkus, mengurangi incline plane / sisi
miring (fossa) sampai pin vertical menyentuh incisal table
articulator.
5. Pada saat melakukan grinding pastikan cusp anasir gigi
tidak terasah.
6. Selective grinding 1 dilakukan sampai pin vertical
articulator menempel pada incisal table articulator.
Remount Jig
44
1. Lepaskan model rahang bawah dari articulator.
2. Ulasi anasir gigi rahang atas dengan vaselin.
3. Aduk gips lunak tipe II letakkan pada articulator rahang
bawah.
4. Katupkan articulator sampai gips lunak menyentuh
permukaan cusp anasir rahang atas.
5. Pastikan seluruh bidang oklusal dan incisal anasir gigi
masuk ke dalam gips lunak sedalam 1 – 2 mm.
6. Pin vertical kontak dengan table.
Pemulasan awal
1. Membuang / memotong akrilik yang bukan bagian dari
GTL
2. Membersihkan interdental dari sisa gypsum
3. Menghaluskan seluruh bagian permukaan GTL, kecuali
bagian yang melekat dengan mukosa.
15. Remounting II
Pemulasan akhir :
Haluskan dan kilapkan seluruh permukaan GTL (bagian
oklusal juga) kecuali bagian yang melekat dengan mukosa.
Pastikan tidak ada daerah yang tajam dan tepi GTL
membulat.
48
GTL atau masalah baru akibat kurangnya efisiensi GTL
saat berfungsi.
Prosedur 1. Penanggulangan rasa sakit (jika ada)
2. Penanggulangan masalah retensi (jika ada)
3. Penanggulangan masalah stabilitas (jika ada)
4. Penanggulangan masalah kenyamanan (jika ada)
5. Penangguangan masalah efisiensi mastikasi (jika ada)
6. Penanggulangan masalah efisiensi saat bicara (jika ada)
Kontrol I :
1. Tanyakan keluhan penderita dan lakukan perbaikan
apabila diperlukan.
2. Periksa kondisi intra oral : daerah yang kemerahan, luka,
stomatitis, lakukan grinding pada daerah yang
diperlukan.
Apabila ada kemerahan atau luka pada daerah :
a) Puncak ridge : premature kontak, tajam/berbintil
b) Lereng ridge : tajam / berbintil
c) Batas bergerak dan tidak bergerak : over extended
3. GTL sudah boleh digunakan untuk makanan yang lunak.
4. Cek oklusi dan artikulasi menggunakan articulating paper
Kontrol II
1. Periksa fungsi bicara pasien (huruf s, m, v, r), lakukan
perbaikan apabila diperlukan.
2. Periksa kondisi intraoral : daerah yang kemerahan, luka,
stomatitis, lakukan grinding pada daerah yang
diperlukan.
Apabila ada kemerahan atau luka pada daerah :
d) Puncak ridge : premature kontak, tajam/berbintil
e) Lereng ridge : tajam / berbintil
Batas bergerak dan tidak bergerak : over extended
3. GTL sudah boleh digunakan untuk makan seperti biasa.
4. Hindari makan-makanan lengket.
5. Cek oklusi dan artikulasi menggunakan articulating
paper.
Kontrol III
Lakukan prosedur pemeriksaan seperti pada kontrol I dan II
dan buatlah perbaikan apabila diperlukan.
Instruksi untuk kontrol periodik 6 bulan sekali.
49
j. Relining dan Rebasing Geligi Tiruan Lengkap
50
C. Gigi Tiruan Jembatan (GTJ)
1. Persiapan Pasien
51
2. Preparasi Gigi Penyangga
54
mengalir atau dalam larutan desinfeksi lalu keringkan
dengan udara.
9. Cetak gigi antagonisnya dengan menggunakan sendok
cetak untuk rahang bergigi dan bahan cetak alginat
10. Periksalah hasil cetakan elastomer terutama daerah gigi
penyangga (yang telah dipreparasi). Kriteria hasil
cetakan :
a. Semua area anatomi tercetak
b. Tidak ada rongga udara yang terperangkap
c. Daerah gigi penyangga tercetak sempurna tampak
dengan jelas bentuk gigi yang telah dipreparasi
secara detail.
11. Apabila hasil cetakan elastomer memenuhi kriteria,
lanjutkan kepengisian, tetapi apabila hasil cetakan
elastomer tidak memenuhi kriteria maka lakukan
pencetakan ulang.
55
dengan benar.
9. Tunggu sampai bahan catatan gigit mengeras sempurna.
10. Lepaskan catatan gigi dari mulut pasien.
11. Cobakan memposisikan model kerja RA dan RB dengan
bantuan catatan gigit yang telah dibuat dan periksa
apakah telah sesuai dan sama dengan relasi rahang
pasien.
Catatan gigit harus benar-benar dapat menduplikasi posisi
rahang pasien pada model kerja.
Tahapan pekerjaan :
1. Operator memakai sarung tangan karet dan masker
2. Pasien memakai penutup dada
3. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde,
pinset, spatula semen, excavator, plastic filling)
4. GTTS pada pasien dilepas dengan crown retractor
5. Kemudian gigi penyangga dibersihkan
6. GTJ dipasang pada gigi penyangga kemudian di cek
ketepatan marginal, oklusi dan artikulasi, ketepatan
kedudukan (fit), warna gigi.
7. Untuk melihat oklusi dan artikulasi memakai articulating
paper
8. Untuk ketepatan marginal di cek dengan menggunakan
sonde di sekitar tepi preparasi gigi, apakah ada step,
atau akhiran preparasi terbuka.
9. Bila ada traumatic oklusi dikurangi, kemudian
dikembalikan ke lab untuk dilakukan glazing.
10. Setelah semua telah memenuhi syarat, maka dilakukan
penyemenan sementara dengan menggunakan
freegenol.
11. Gigi penyangga di isolasi dari saliva dan dikeringkan
dengan cotton roll/kapas.
12. Aduk semen sementara freegenol dan taruh pada GTJ
pasang pada gigi penyangga.
13. Tunggu sampai setting, kemudian kelebihan semen
sementara dibersihkan, cek oklusi dan artikulasi lagi.
59
10. Insersi Gigi Tiruan Jembatan
61
osteoporosis (resorbsi tulang cepat), pria lebih besar terkena hemofolia.
Bentuk gigi (wanita : ovoid, pria : tapering).
13. Usia : berhubungan dengan kemampuan
Semakin muda umur pasien, maka prognosa semakin baik. Semakin
bertambah usia pasien, maka semakin menurun kemampuan pasien
dalam dalam hal adaptasi terhadap gigi tiruan, regenerasi jaringan
kesehatan mulut , koordinasi otot, mengalirnya saliva, kemampuan
mencerna benda asing, dan penyakit sistemik.
14. Anamnesa
Untuk mengetahui keinginan, kebutuhan, sifat, karakter pasien, status
ekonomi, sosial, pengetahuan, pengalaman, dan data demografi pasien.
a) Keluhan atau keinginan : berhubungan dengan keinginan, kebutuhan,
motivasi. Diisi maksud / tujuan datang ke klinik prostodonsia serta atas
kemauan siapa. Contoh : pasien datang ingin dibuatkan gigi tiruan atas
kemauan pasien sendiri dan untuk mengembalikan fungsi kunyah dan
estetik.
b) Riwayat geligi : untuk mengetahui proses penyembuhan setelah proses
pencabutan terakhir dan untuk rencana perawatan. Berisi antara lain
sebab kehilangan gigi (karena karies, goyang, trauma, dll), pencabutan
terakhir (regio mana dan kapan).
c) Pengalaman dengan gigi tiruan
1) Sudah pengalaman, maka lebih mudah dan cepat beradaptasi
dengan gigi tiruan yang baru, sudah paham prosedur pembuatan,
tapi cenderung membandingkan gigi tiruan yang lama dan yang
baru.
2) Belum pengalaman : membutuhkan adaptasi yang lama dan
panjang, harus memberikan penjelasan tentang tahap pembuatan
gigi tiruan, adaptasi terhadap benda asing (gigi tiruan), dan cara
menjaga kesehatan RM selamam pemakainan gigi tiruan.
62
d) Pembiayaan : nama yang membiayai perawatan dan pekerjaannya
(bekerja dimana).
Bila mahasiswa terlibat dalam pembiayaan, harus dicantumkan berapa
biaya yang harus ditanggung oleh masing-masing.
e) Lain-lain : diisi hal-hal yang belum termasuk dalam kolom-kolom di
atas, misalnya : konsul / kiriman dari rumah sakit. Penderita masih
dalam perawatan rumah sakit / dokter.
f) Data kesehatan umum
1) Penyakit yang pernah / sedang diderita
Anemia - Mukosa pucat, gusi kadang berdarah
- Lidah berwarna merah
- Bila pakai gigi tiruan sering merasa tidak enak/sakit
walaupun kedudukan GT baik
Diabetes - Mulut kering, sering haus
Melitus - Polidipsi, polyuria dan polifagia
- Nafas bau keton
- Gigi goyang/lepas
- Resorpsi tulang cepat → GT cepat longgar, jadi
harus sering control
63
b. Benturan
Cek dengan radiografik apakah masih ada sisa akar gigi yang
tertinggal atau tilang yang tajam
c. Karies
Berarti OH pasien burk → DHE
Waktu pencabutan terakhir → memperkirakan kecepatan
resorpsi tulang
2) Riwayat perawatan gigi dan frekuensi kunjungan ke dokter gigi →
untuk melihat motivasi pasien
3) Riwayat penggunaan GT → Sedapat mungkin hal-hal yang disukai
dipindahkan ke GT baru dan yang tdk disukai ditinggalkan. Selain
itu sesuaikan dengan kondisi & perubahan yang telah terjadi dalam
mulut pasien (tidak bertentangan dengan prinsip dasar perawatan)
4) Tujuan utama pembuatan GT
a. Estetik ( contoh : artis, guru)
b. Fungsi pengunyahan ( contoh : orang tua, penderita sakit
lambung)
c. Fungsi bicara ( contoh : penyiar, imam)
d. Memenuhi permintaan orang lain
5) Kebiasaan buruk
Berkeretak gigi - Melihat adanya faset tajam pada gigi
(bruxism) atau elenching - Menyebabkan GT cepat aus & tidak
stabil
- Merupakan etiologi TMD
Menggigit bibir/benda - Berhubungan dengan pemilihan
keras bahan GTC gigi anterior
Mendorong lidah dan Stabilitas GT berkurang dan
mengunyah satu sisi mengunyah satu sisi dapat
menyebabkan TMD
Hipermobilitas rahang Menyulitkan saat penentuan relasi
sentrik
B. Pemeriksaan klinis
1. Pemeriksaan Ekstraoral : diisi kelainan yang ada. Bila tidak ada
kelainan ditulis T.A.K
a. Wajah
Ditulis kelainan yang ada , ditulis juga bentuk wajah penderita.
Warna kulit → untuk pilih warna gigi
Bentuk → persegi, lonjong, segitiga → sesuai bentuk insisif 1
64
Asimetris wajah Genetik Dapat
Patologis disembunyikan
Penyimpangan dengan variasi
fungsi rahang penyusunan gigi
yang dentogenik
Profil
b. Mata : ditulis kelainan yang ada, misalnya : asimetris, juling, dll.
Pupil → garis inter pupil → kesejajaran galengan gigit anterior
c. Tragus → garis champer → kesejajaran galengan gigit posterior
(tragus-basis hidung)
d. Hidung : ditulis kelainan yang ada, missal bentuknya simetris /
asimetris, dll).
Pernafasan → tidak lancar → menyulitkan pencetakan (rasa ingin
muntah)
e. Mulut
Rima oris → sempit → susah masukin & keluarin sendok cetak
Bibir Tonus Berhubungan dengan inklinasi
Tebal/tipis labio-lingual gigi interior
Panjang/pendek Menentukan letak bidang
Insisal & garis senyum
Asimetris Penyusunan gigi secara dentogenik agar
tampak simetris
Garis celah mulut
f. Otot-otot wajah
Terlalu kendor untuk menghilangkan kerut-kerut wajah
tersebut dapat mengganggu retensi GTL.
Terlalu kaku masalah dalam pembentukan perluasan sayap
GT
g. Sendi rahang (TMJ)
Misalnya clicking joint, mudah terjadi dislokasi, dll.
Letakan jari pada garis eye-ear line (tragus ke sudut mata), kira-
kira 11-12 mm dari tragus, atau dimasukan ke lubang telinga dan
sedikit ditekan ke dinding anteriornya. Kemudian pasien diminta
membuka dan menutup mulut berkali- kali & perlahan-lahan →
ada/tidak bunyi klik (kalau bunyi tidak keras → dapat
menggunakan stetoskop).
65
Teraba gerakan kondilus yang sedikit melompat → karena oklusi
gigi tidak seimbang → perbaiki kontak oklusi dengan
pengesahan selektif
Ada/tidak deviasi dan trismus
h. Kelenjar
Saliva bengkak dan nyeri
Kelenjar limfe bengkak dan nyeri infeksi
2. Pemeriksaan intraoral
a. Status umum : ditulis semua keadaan yang terlihat dalam rongga
mulut, tanpa menyebutkan lokasi atau geligi mana.
Cara penulisan : gigi hilang, gigi karies, gigi goyang, gigi abrasi, gigi
supraposisi, karang gigi, sisa akar, dll.
b. Jaringan lunak : ditulis kelainan yang ada tanpa menyebutkan
lokasinya. Cara penulisan : gingivitis, resesi gingiva, dll. Bila tidak
ada kelainan, cukup ditulis T.A.K.
c. Saliva
1) Kuantitas
Terlalu sedikit tidak cukup membasahi seluruh permukaan
basis GT.
Terlalu banyak seolah-olah GT terendam dan meningkatkan
keinginan untuk terus melakukan gerakan menelan.
2) Kualitas
Encer Dapat membentuk lapisan film tipis sehingga kontak
basis & mukosa lebih rapat, daya pembebasan lebih baik karena
lebih mudah menyebar keseluruh basis GT.
Kental kurang mampu membasahi seluruh permukaan basis
GT dan tidak dapat membentuk lapisan film tipis.
d. Lidah
Ukuran terlalu besar ruang untuk lidah semput gangguan
kestabilan protesa dan menyulitkan pencetakan.
Posisi wright :
66
Kelas I lidah bersandar relaks didasar mulut dan ujungnya
bersandar pada permukaan lingual gigi anterior bawah / tulang
alveolar.
Kelas II ujung lidah terangkat sedikit sehingga sebagian dasar
mulut terlihat.
Kelas III lidah menggulung kebelakang sehingga terlihat
frenulum lingualis.
Mobilitas lidah yang aktif mengganggu kestabilan GT.
e. Mukosa mulut
Denture stomatitis akibat gigi tiruan longgar dan kotor
peradangan oleh jamur dan bakteri.
Trauma GT yang longgar :
Jaringan flabby menutupi puncak alveolar.
Lipatan jaringan pada dasar vestibulum (denture fissuratum)
biasanya mengecil/hilang setelah beberapa hari GT dilepas. Bila
mengganggu retensi bedah.
Frenulum
Perlekatan otot pada tulang alveolar.
Tinggi bila mendekati puncak processus alveolaris.
Sedang berada diantara puncak processus alveolaris dan
dasar vestibulum.
Rendah mendekati dasar vestibulum.
Frenulum tinggi akan mengganggu sayap GT menurangi
retensi GTL.
Perlekatan dasar mulut tinggi mengurangi Panjang sayap
lingual GT mengurangi retensi dan stabilisasi.
f. Gigi geligi
Karies/restorasi yang kurang baik hendaknya diperbaiki dulu.
Kegoyangan gigi-geligi, curigai :
- Oklusi traumatic
67
- Goyang menyeluruh kelainan sistemik (DM, penyakit
darah).
Posisi
- Terlalu miring GTL (perhatikan lintasan pemasangan GT),
GTC (perhatikan tekanan-tekanan gigit yang jatuh, bila
memperburuk posisi gigi tersebut/merugikan restorasi
pertimbangkan pencabutan).
- Ekstrusi pertimbangkan pengasahan.
Oklusi
- Oklusi statis : ditulis gigi yang terkait dengan nomenklatur
WHO. Contoh : hubungan gigi posterior (cusp to marginal
ridge) sisi kiri : 15,16,17 dengan 45,46,47. Sisi kanan : ……
- Stabil bila model dapat dikatupkan dengan baik dan 3 titik
bertemu (1 dianterior, 2 diposterior 1 kiri, 1 kanan).
- Tidak stabil bila banyak gigi aus dan kontak RA dan RB
kurang meyakinkan.
- Relasi ridge / gigi transversal : cara memeriksa pada
penderita : bila penderita masih ada oklusi dioklusikan.
Bila penderita edentulous menutup mulut kira-kira seperti
posisi tinggi gigit atau rest.
Yang dilihat adalah sudut dalam yang terbentuk oleh garis
yang menghubungkan puncak ridge atau central fossa gigi
pada rahang atas danrahang bawah dengan garis horizontal
(garis tegak lurus median wajah).
Overbite (tumpeng gigit) overlap vertical
Overjet (jarak gigit) overlap horizontal
Gigitan terbuka dan gigitan silang
Artikulasi
68
- Mutually protected occlusion (MPO) / Cuspid protected
occlusion (canine guidance) kontak hanya pada gigi C
saat gerakan lateral/protrusive dan disklusi gigi posterior.
Namun saat ini interkuspasi maksimum gigi posterior
mendukung oklusi sehingga tidak terdapat beban pada gigi
anterior.
- Unilateral balance occlusion (UBO) / group function saat
gerakan lateral, gigi posterior berkontak hanya pada 1 sisi
(working side / sisi kerja), balancing side / sisi keseimbangan
tidak kontak)
- Bilateral balance occlusion (BBO) / balance occlusion
saat gerakan lateral, gigi posterior berkontak pada 2 sisi
(working side dan balancing side)
Premature kontak / blocking cek dengan articulating paper
occlusal adjustment.
Bila premature kontak pada gigi C jangan buru-buru diasah,
dapat jadi MPO yang harus dipertahankan.
Daya kunyah besar banyak gigi atrisi, faset tidak tajam,
mengkilap. Selain itu lihat juga otot mastikasi (masseter dan
temporalis)
g. Tulang alveolar
Bentuk :
- Square sangat baik menahan tekanan horizontal, tapi
menyulitkan pemasangan GT
- Ovoid paling menguntungkan
- Tapering puncaknya meruncing rasa sakit pada
pemakaian GT
Ukuran tinggi, rendah pemeriksaan pakai kaca mulut
nomor 4 apabila lebih dari setengah diameter kaca mulut
maka tinggi, apabila pas setengah dari diameter kaca mulut
maka sedang, apabila kurang dari setengah diameter kaca mulut
maka rendah.
69
Tahanan jaringan : hanya pada regio yang tidak bergigi.
- Rendah (mukosa keras) tekan dengan burnisher, tidak
terlalu terbenam & warna mukosa pucat
- Tinggi (mukosa lunak) Saat ditekan burnisher terbenam.
- Flabby Mukosa bergerak dalam arah bukolingual saat
ditekan dengan burnisher.
Berpengaruh pada saat pencetakan tahanan jaringan rendah
(mukostatis), tahanan jaringan tinggi (mukokompresi).
Pada usia muda biasanya mukosa masih padat → tahanan
jaringan rendah.
Pada region gigi baru dicabut dan retromolar pad pada kasus
free-end → biasanya tahanan jaringan tinggi.
Pada pasien dengan GTL kurang baik → mukosa menjadi lunak
dan flabby
Bentuk permukaan rata / tidak rata
Exostosis bila sakit saat ditekan / runcing dikoreksi secara
bedah.
Torus palatinus bila mengganggu kestabilan gigi tiruan
dikoreksi secara bedah.
Besar bila diperkirakan perlu dioperasi, bila meluas sampai
AH line, bila menonjol ber-undercut.
Vestibulum ruang antara mukosa bukal / labial dengan pipi /
bibir pengukurannya sama seperti pengukuran tinggi alveolar
ridge.
Tuberositas maksilaris :
- Kecil < processus alveolaris
- Besar melebar / menonjol ke oklusal / lateral
Ruang retromilohyoid
- Cek dengan kaca mulut nomor 4, tanpa ditekan dan minta
pasien sedikit mengangkat lidah.
- Bila mudah terangkat dangkal.
Undercut bila menghalangi pemasangan GT alveolectomy.
70
Bentuk lengkung rahang square, ovale, tapering.
Bentuk tapering menyulitkan penyusunan elemen GTL yang
tidak mengganggu stabilisasi dan artikulasi.
Palatum
- Bentuk :
Penampang frontal :
Persegi dan oval Lebih mampu bertahan terhadap
tekanan fungsional
Tapering lereng curam memungkinkan GT bergeser,
puncaknya mudah menimbulkan rasa sakit saat pemakaian.
Penampang sagittal (klasifikasi House)
Kelas I palatum molle datar dengan mukosa tidak banyak
bergerak (gerakan palatum durum paling kecil), dapat
dibuatkan post dam berbentuk kupu-kupu → efektif.
Kelas II gerakan palatum durum membentuk sudut > 300,
mukosa tdk bergerak hanya selebar 1 – 2 mm sehingga post
dam kurang efektif ( bentuk kupu - kupu yang lebih kecil ).
Kelas III gerakan palatum durum membentuk sudut > 600,
post dam hanya berbentuk garis yang seringkali kurang
efektif.
Palatum molle merupakan jaringan lunak di posterior palatum
durum. Daerah ini memiliki jaringan yang sangat kuat yang
disebut aponevrisis, sebagai tempat posterior palatal seal (post
dam).
71
4. Tipe Indefferent : apatis, tidak peduli penampilan, tidak ada
motivasi perlunya pembuatan GT, biasanya dating atas
dorongan (selalu cemas) orang lain.
C. Anatomi landmark
Landmark adalah titik yang berfungsi sebagai petunjuk dalam pengukuran
atau konstruksi suatu bidang. Idealnya, landmark harus ditempatkan dengan
mudah dan secara nyata mempunyai keterkaitan anatomi dan tetap konstan
selama proses pertumbuhan.
Untuk membuat garis, sudut dan bidang maka digunakanlah titik-titik
landmarks yang berguna untuk pengukuran 2-D kranio-facial pasien serta
hubungan gigi- geligi.
72
D. Relasi Rahang / Oklusi
Ilmu Prostodonsia merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang
berhubungan dengan gigi tiruan dan jaringan maksilofasial yang hilang atau
tidak sempurna untuk fungsi stogmatognati. Ilmu Prostodonsia tidak hanya
menggantikan struktur yang hilang namun untuk fungsi pemeliharaan struktur
rongga mulut yang masih ada.
Syarat keberhasilan perawatan Prostodonsia tergantung dari 3 aspek yang
meliputi faktor retensi, stabilitas, dan kenyamanan pasien dalam
73
menggunakan gigi tiruan. Fungsi Perawatan Prostodonsia sangat berkaitan
dengan sistem oklusi, oleh karena fungsi perawatan Prostodonsia bertujuan
untuk mengembalikan sistem pengunyahan, sistem fonetik, dan fungsi estetik.
Oklusi gigi merupakan salah satu unsur yang penting dalam pengunyahan,
estetika dan fonetik. Definisi oklusi adalah berkontaknya gigi geligi rahang
atas dengan permukaan gigi geligi rahang bawah pada saat kedua rahang
tersebut menutup.
Oklusi dibagi menjadi :
1. Oklusi statis
Oklusi ini mengacu pada posisi dimana gigi geligi rahang atas dan rahang
bawah saling berkontak. Hubungan gigi-geligi rahang atas dan bawah
dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi-geligi tidak
berfungsi (statik).
2. Oklusi dinamis/fungsional
Oklusi ini mengacu pada hubungan antara gigi-geligi rahang atas dan
bawah pada saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral
ataupun ke depan / gerak antero-posterior dan gerak laterotrusion.
2. Morphologic occlusion
Oklusi dikatakan baik/benar dinilai melalui hubungan antara geligi pada
rahang bawah dan rahang atas pada saat gigi tersebut berkontak. Konsep
ini menitikberatkan pada segi morfologiknya saja.
3. Dynamic/individual/functional occlusion
Efektifitas fungsional tak dapat ditentukan oleh hubungan hirroglyphics
(cusp,ridge dan groove) saja, tetapi harus ada keserasian antara
74
komponen-komponen yang berperan dalam proses terjadinya kontak antar
geligi tersebut. Komponen tersebut, meliputi :
a) Gigi dan jaringan pendukungnya
b) Otot-otot mastikasi dan sistem neuromuskulernya
c) Sendi temporomandibular
1. Relasi gigi posterior cusp to marginal ridge : Cusp fungsional gigi rahang
atas dan bawah saling bersandar pada marginal ridge gigi posterior
lawannya.
2. Relasi gigi posterior cusp to fossa: Cusp fungsional gigi rahang atas dan
bawah saling bersandar pada fossa gigi posterior lawannya.
Oklusi ideal
76
1. Pada oklusi sentris hubungan kedua rahang harus stabil, dimana
condile terletak pada posisi superior-anterior dalam hubungannya
dengan fossa.
2. Freedom of movement dalam oklusi sentrik atau saat pergerakan relasi
sentris ke oklusi sentris, mandibula akan sedikit ke anterior tanpa
terjadi hambatan.
3. Pergerakan mandibula ke segala arah tidak mengalami hambatan.
4. Overjet dan overbite normal
5. Occlusal guidance harus terletak pada working side, bukan pada
balancing side.
F. Kajian radiologi
Tulis dulu elemen gigi atau rahang yang difoto, kemudian jelaskan apa yang
terlihat dalam ronsen foto tersebut.
78
Contoh : 46 : pelebaran periodontal membrane sebelah distal sampai
setengah Panjang akar.
Regio 36,37 : fracture fragmen, radiolusen diffuse, batas tidak jelas.
G. Lain-lain
Semua yang perlu dicatat selain yang telah ada. Contoh : post operasi hemi
mandibulectomy, dll.
I. Diagnosis
Ditulis dari yang terberat.
Contoh : gigi hilang 11,12,13, 36,38,48.
80
12 : pulpitis reversible.
26 : pulpitis irreversible.
27 : goyang derajat 3.
Gingivitis marginalis kronis karena karang gigi : 21,22,23,36,37,38.
J. Rencana perawatan
1. Rencana perawatan pendahuluan :
a. Penetapan gigit pendahuluan adalah penetapan gigit yang dilakukan
pada kasus yang masih punya tinggi gigit, dan akan dilakukan
pencabutan satu atau lebih dari gigi-giginya sehingga tinggi gigitnya
hilang.
Bila ada harus dilakukan pencetakan RA dan RB kemudian
dilakukan penetapan gigit.
b. Bila ada gigi yang akan dirawat di bidang tsb, maka ditulis pro
perawatan …… pada gigi …….
Contoh : pro perawatan endodonsia pada gigi 11
Pro pembersihan karang gigi regio 21,22,23,31.
Pro pencabutan gigi 36, 37.
2. Macam gigi tiruan : ditulis sesuai dengan rencana gigi tiruan yang akan
dibuat pada masing-masing rahang.
3. Persiapan gigi :
Ditulis tindakan apa yang perlu dlakukan sebagai persiapan sebelum
pembuatan gigi tiruannya.
Misalnya : pengasahan cusp mesiobuccal gigi 36 kurang lebih 1 mm.
Pengasahan oklusal rest seat pada mesial 36,46, distal 37,44.
Pengasahan incisal rest seat pada mesial 33, 43.
Slicing distal 45.
81
A. Klasifikasi Daerah Tak Bergigi
Maksud utama pembuatan klasifikasi untuk rahang yang sebagian giginya
sudah hilang adalah agar dokter gigi dapat berkomunikasi sejelas mungkin
tentang keadaan rongga mulut yang akan dibuatkan gigi tiruan.
Dasar Klasifikasi :
Berdasarkan sadel/daerah yang tidak bergigi, yaitu : Kennedy, Swenson,
Austin Lidge dan Applegate-Kennedy.
Berdasarkan Retainer, yaitu: Miller dan Cummer.
1. Klasifikasi Kennedy
Klasifikasi Kennedy memiliki syarat sebagi berikut:
a. Klasifikasi hendaknya dibuat setelah semua pencabutan gigi selesai
dilaksanakan atau gigi yang diindikasikan untuk dicabut selesai dicabut
b. Bila gigi M3 hilang dan tidak akan diganti, gigi ini tidak termasuk dalam
klasifikasi.
c. Bila gigi M3 masih ada dan akan digunakan sebagai penyangga, gigi
ini dimasukkan klasifikasi
d. M2 hilang tidak akan diganti jika antagonisnya sudah hilang.
e. Bagian tidak bergigi paling posterior menentukan Klas utama dalam
klasifikasi.
f. Daerah tidak bergigi lain daripada yang sudah ditetapkan dalam
klasifikasi masuk dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah
daerah atau ruangannya.
g. Banyaknya modifikasi ditentukan oleh banyaknya ruangan yang tidak
bergigi.
h. Tidak ada modifikasi pada klasifikasi Kennedy Klas IV.
b. Kelas II Kennedy
83
Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian posterior gigi yang ada
hanya pada 1 sisi rahang/unilateral free end. Prinsip kelas II Kennedy
ialah:
1) Dasar terapi sama dengan klasifikasi gigi tiruan sebagian lepasan
kennedy klas I
2) Retainer indirect diletakkan di sisi yang bukan free-end. Saddle
panjang harus menggunakan cetakan mukokompresi
84
Tooth borne: gigi penjangkaran sehat, tidak ada kelainan
periodontal, defek kecil
Mucosa borne: gigi penjangkaran lemah/dengan kelainan
periodontal
d. Kelas IV Kennedy
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dan melewati garis
tengah rahang/median line. Untuk kelas ini tidak ada modifikasi
85
Kasus kehilangan gigi-gigi anterior (edentulous area dibatasi sisi mesial
gigi). Tanpa modifikasi. Membutuhkan retainer indirect.
Daerah edentulous:
a. Short span (1-4 gigi)
b. Long span (lebih dari 4 gigi)
86
Berikut ini beberapa gambar modifikasi dari klasifikasi kennedy:
Kelas I modifikasi 1 Kelas II modifikasi 2
2. Klasifikasi Applegate-Kennedy
a) Kelas I Applegate-Kennedy
Daerah yang tidak bergigi sama dengan klasifikasi Kennedy. Keadaan
ini sering dijumpai pada rahang bawah dan biasanya telah beberapa
tahun kehilangan gigi. Secara klinis dijumpai akan dijumpai sebagai
berikut:
1) Derajat resorbsi residual ridge bervariasi.
2) Tenggang waktu pasien tidak bergigi akan mempengaruhi stabilitas
gigi tiruan yang akan dipasang
3) Jarak antar lengkung rahang bagian posterior biasanya sudah
mengecil.
4) Gigi asli yang masih tinggal sudah migrasi ke dalam berbagai
posisi.
87
5) Gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat
6) Jumlah gigi yang masih tertinggal bagian anterior umumnya sekitar
6-10 gigi.
7) Ada kemungkinan dijumpai kelainan sendi temporomandibula.
b) Kelas II Applegate-Kennedy
Daerah tidak bergigi sama dengan kelas II. Secara klinis dijumpai
keadaan :
1) Resorbsi tulang alveolar terlibat lebih banyak
2) Gigi antagonis relatif lebih ekstrusi dan tidak teratur.
3) Ekstrusi menyebabkan rumitnya pembuatan restorasi pada gigi
antagonis.
4) Pada kasus ekstrim karena tertundanya pembuatan gigi tiruan untuk
jangka waktu tertentu karena perlu pencabutan satu atau lebih gigi
antagonis.
5) Karena pengunyahan satu sisi, sering dijumpai kelainan sendi
temporomandibula.
88
c) Kelas III Applegate-Kennedy
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga, tidak
lagi mampu memberi dukungan kepada gigi tiruan secara keseluruhan.
Secara klinis dijumpai keadaan :
1) Daerah tidak bergigi sudah panjang.
2) Bentuk dan panjang akar gigi kurang memadai
3) Tulang pendukung mengalami resorbsi servikal dan atau disertai
goyangnya gigi secara berlebihan.
4) Beban oklusal berlebihan
d) Kelas IV Applegate-Kennedy
Daerah tidak bergigi sama dengan klas IV Kennedy. Pada umumnya
untuk klas ini dapat dibuat gigi tiruan sebagian lepasan bila:
1) Tulang alveolar sudah banyak hilang, seperti pada kasus akibat
trauma
2) Gigi harus disusun dengan "overjet" besar, sehingga dibutuhkan
banyak gigi pendukung.
89
3) Dibutuhkan distribusi merata melalui lebih banyak gigi penahan,
pada pasien dengan daya kunyah besar.
4) Diperlukan dukungan dan retensi tambahan dari gigi penahan
5) Mulut pasien depresif, sehingga perlu penebalan sayap untuk
memenuhi faktor estetik
e) Kelas V Applegate-Kennedy
Daerah tak bergigi paradental, dimana gigi asli anterior tidak dapat
dipakai sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah.
Kasus seperti ini banyak dijumpai pada rahang atas karena gigi
caninus yang dicabut karena malposisi atau terjadinya kecelakaan. Gigi
bagian anterior kurang disukai sebagai gigi penahan, biasanya karena
salah satu alasan berikut ini :
90
1) daerah tak bergigi sangat panjang
2) daya kunyah pasien berlebihan
3) bentuk atau panjang akar gigi penahan kurang memadai
4) tulang pendukung lemah
5) penguatan dengan splin tidak diharapkan, dan sekalipun dilakukan
tetap tidak memberikan dukungan yang memadai, tetapi tetap
dirasakan perlunya mempertahankan geligi yang masih tinggal ini
Indikasi pelayanan Prosthodontik kelas V: Geligi tiruan sebagian
lepasan dengan desain bilateral dan prinsip basis berujung bebas
tetapi di bagian anterior.
f) Kelas VI Applegate-Kennedy
Daerah tak bergigi paradental dengan ke dua gigi tetangga gigi asli
dapat dipakai sebagai gigi penahan. Kasus seperti ini sering kali
merupakan daerah tak bergigi yang terjadi pertama kalinya dalam
mulut. Biasanya dijumpai keadaan klinis:
1) daerah tak bergigi yang pendek
2) bentuk atau panjang akar gigi tetangga memadai sebagai
pendukung penuh
3) sisa processus alveolaris memadai
4) daya kunyah pasien tidak besar
91
2) geligi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dan desain unilateral
(protesa sadel)
3. Klasifikasi Swenson
Pada dasarnya sama dengan klasifikasi Kennedy
1) Kelas I : Unilateral free end
2) Kelas II : Ujung bebas bilateral/ Bilateral free end
3) Kelas III & IV : sama dengan klasifikasi Kennedy Kelas III (Bounded
sadle) dan Kelas IV (Anterior tooth supported)
92
yang hilang posterior. Pada masing-masing derah tersebut dibagi dua lagi,
dengan batas median line.
93
d. Kelas IV Miller: Memakai 4 klamer, bila dihubungkan dengan garis
membentuk segiempat dan terletak ditengah-tengah protesa.
6. Klasifikasi Cummer
a. Kelas I : protesa dengan 2 retensi (klamer) direct, letaknya diagonal,
berorientasi pada frame protesa
b. Kelas II : protesa dengan 2 retensi direct, letak berhadapan, bila
dihubungkan membentuk garis tegak lurus pada median line.
c. Kelas III : protesa dengan 2 atau lebih retensi direct, letak pada 1
sisi/bidang.
d. Kelas IV : protesa dengan 3-4 klamer, bila dihubungkan dengan gads
membentuk segi empat dan berada di tengah protesa.
B. Komponen GTSL
1. Saddle / basis
94
Merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian yang mengganti jaringan
alveolar yang hilang dan sebagai tempat gigi tiruan. Fungsi saddle/basis:
a) Support : meneruskan beban oklusal dan menstimulasi jaringan di
bawahnya
b) Retention : Dapat diperoleh dari penempatan basis yang akurat dan
pembuatan retainer direct dan indirect.
c) Bracing : Menyangga/tempat gigi tiruan dan Menutup defek
Saddle outline:
a) Pada kasus free end harus seluas mungkin
b) Pada kasus bounded saddle hanya menutup defek
c) Bebas dari gingival margin
d) Kontak dengan bagian proksimal gigi dengan merelief gingival margin
atau dan block out
e) Untuk rahang atas hingga tubermaksilla
f) Untuk rahang bawah hingga retromolar pad
g) Untuk gigi anterior atas dapat dibuat tanpa sayap
95
a) Meneruskan beban vertikal dan sebagian beban lateral pada gigi
abutment
b) Mencegah gigi tiruan sebagian lepasan bergerak ke jaringan,
bergesernya klammer, kerusakan periodontal membrane.
c) Dapat sebagai indirect retainer
3. Direct retainer
Merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang
terletak/melingkari gigi penyangga yang memberikan retensi dan bracing
atau mencegah terlepasnya gigi tiruan sebagian lepasan.
Fungsi direct retainer:
a) Mencegah terlepasnya gigi tiruan sebagian lepasan (bagian retensi
klamer)
b) Mencegah gerakan horizontal/lateral (bagian bracing klamer)
4. Indirect retainer
Merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang terletak pada
rest seat, sejauh mungkin dari free end saddle pada sisi yang berlawanan
dengan garis fulcrum. Fungsi indirect retainer adalah
mencegah/mengurangi ungkitan/gerakan rotasi dari free end denture.
Macam – macam bentuk indirect retainer: rest oklusal, rest cingulum,
embrasure hook clasp, Klammer kontinyu, Bar rahang atas, Plate, dan
Cummer arm. Cara meletakkan indirect retainer harus tegak lurus garis
fulcrum dan sejauh mungkin dari saddle.
96
97
C. Survey dan block out
1. Survey
Tujuan survey secara umum : menentukan arah pasang gigi tiruan,
menentukan kesejajaran, menentukan kontur terbesar gigi, dan
menentukan desain klamer. Tahapan survey dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Survey pendahuluan pada model pembahasan/model studi yang
bertujuan untuk:
1) Menentukan arah pemasangan terbaik, sehingga hambatan pada
saat pemasangan dan pengeluaran protesa menjadi minim
2) Menemukan permukaan proksimal yang bisa disejajarkan,
sehingga bisa dipakai sebagai bidang bimbing
3) Menetapkan apakah daerah – daerah hambatan pada tulang
maupun gigi perlu dibuang atau cukup dengan pemilihan arah
pemasangan lain
4) Menentukan arah pemasangan paling sesuai, sehingga
penempatan cengkeram memenuhi faktor estetik
5) Menentukan dan mengukur daerah yang dapat dimanfaatkan
sebagai retensi
6) Memungkinkan pemberian tanda bagi persiapan mulut yang
akan dilaksanakan
7) Menggambar garis kontur terbesar pada gigi penyangga dan
menentukan undercut yang perlu dilakukan penutupan
8) Merekam hubungan posisi model terhadap arah pemasangan
yang sudah ditetapkan.
b) Survey akhir: pada model kerja yang bertujuan untuk:
1) Memilih arah pemasangan yang paling sesuai, sesudah
memperhatikan bidang bimbing, hambatan, retensi, dan estetik
2) Mengukur daerah retensi dan menetapkan lokasi ujung lengan
klamer, sesuai fleksibilitas klamer yang akan dipakai
3) Menentukan undercut tak diharapkan yang mungkin masih
terdapat pada model kerja
98
4) Merapikan bahan penutupan sampai benar – benar sejajar
dengan arah pemasangan, seperti sebelum duplikasi model.
Adapun syarat penentuan arah pasang:
a) Bidang bimbing (guidance plane): permukaan gigi
asli/restorasi yang dibuat di atas gigi tersebut dibentuk
menjadi datar dan sejajar dengan arah pemasangan gigi
tiruan.Fungsinya untuk mempermudah pemasangan dan
pengeluaran gigi tiruan tanpa paksa. Permukaan ideal bidang
bimbing: 2-4 mm.
b) Daerah retensi: dapat menahan gigi tiruan tidak lepas dari
kedudukan, lengan klamer dapat mudah melewati keliling
terbesar, tidak menyebabkan perubahan bentuk klamer.
c) Hambatan: gigi yang malposisi atau tonjolan tulang
d) Estetik
99
Bagian-bagian surveyor :
1. Surveying
Platform
2. Surveying
Table
3. Vertical Arm
4. Horizontal
Arm
5. Surveying
Arm
6. Mandrel for
holding
special tools
7. Special tools:
a. Analizing Rod
b. Undercut Gauges
c. Carbon Marker
d. Pisau pemotong wax / cutting rod
e. The protective sheath
f. Blockout tools
Macam surveyor :
A B
100
2. Block Out
Block out merupakan suatu tindakan penutupan bagian undercut gigi
maupun jaringan lunak dari model kerja setelah dilakukan penentuan
arah pasang, bidang bimbing yang seimbang sesuai hambatan.
101
Gigi Tiruan Lengkap
Gigi tiruan lepasan yang menggantikan semua gigi asli dan struktur
pendukungnya yang telah hilang. (rahang atas dan rahang bawah) untuk
memperbaiki fungsi bicara, estetik, dan pengunyahan. Akibat dari adanya
edetulous pada pasien ialah fungsi pengunyahan kurang baik, pengucapan kata
kurang jelas, penampilan atau estetis jelek, psikis terpengaruh, dan timbul
kelainan, gangguan, sakit.
A. Indikasi Pasien GTL
1. Individu edentulous
2. Individu mempunyai beberapa gigi harus dicabut :
a) Kesehatan / kerusakan gigi tidak bisa diperbaiki
b) Dibuatkan GTS akan mengganggu keberhasilan perawatan.
Misalnya, gigi pasien yang tersisa telat modot. Jika dibuatkan GTS
tidak dapat berfungsi baik, sehingga lebih baik sisa gigi tersebut
dicabut dan dibuatkan GTL.
GTL dibuat sedemikian rupa agar bentuk dan ukurannya dapat dimanfaatkan
faktor-faktor tersebut sehingga memberi kekuatan retensi dan stabilisasi
maksimal.
105
Mempengaruhi pembahasan GT / jaringan. Daya kohesi molekul saliva
mempertahankan keutuhan film saliva. Rangkaian kekuatan antar molekul
antara gigi tiruan dan mukosa yang membantu retensi.
Kohesi : Tarik menarik antara dua molekul yang sama, yaitu molekul saliva
dengan saliva (sejenis)
Adhesi : Tarik menarik antara dua molekul yang berbeda, yaitu saliva
dengan mukosa, mukosa dengan fitting surface GTL.
106
Retensi karena perbedaan tekanan antara saliva dan udara.
Meniskus Karena perbedaan tekanan antara lapisan saliva dan tekanan
udara rongga mulut.
3. Intimate tissue contact = dekatnya titik kontak antara fitting surface dan
jaringan pendukung makin dekat retensi lebih besar
4. Tekanan atmosfer terhadap ruang hampa
Peripheral seal dan post dam harus menekan sedikit masuk ke jaringan
lunak.
Peripheral seal : merupakan tepi GTL berbentuk agak bulat, terletak pada
forniks (mucogingival junction).
Post dam / posterior seal : tepi posterior GTL di palatum, terletak pada
palatum mole yaitu pada AHA line.
Peripheral seal dan post dam bersambung dibeut sirkular seal (seal yang
tidak terputus jika terputus : udara masuk, sehingga tidak hampa).
Insersi GTL RA udara antara protesa dan mukosa ditekan ke luar
tekanan permukaan dalam berkurang atau hampa udara disbanding
permukaan luar retensi.
107
Waktu pasien menggigit, GT atas dikendalikan lidah yang menenkan pada
tepi posterior. Faktor-faktor mempengaruhi besar kecilnya retensi pada fitting
surface :
a. Kondisi processus alveolaris dan palatum
b. Luas dan ketepatan perlekatan
c. Bentuk, penempatan peripheral seal dan posterior seal
d. Konsistensi saliva
e. Kompresibilitas jar pendukung
f. Berat protesa
g. Struktur dan bangunan tambahan
108
Perluasan fitting surface
Batas RA : Peripheral seal ( tepi ) pada fornik / mucogingival junction menyambung
ke posterior seal sirkular seal retensi.
Batas RB : Peripheral seal ( tepi ) pada fornik / mucogingival junction. Posterior
pada daerah retromolare pad (trigonum retromolare). Daerah lingual pada linea
milohyoidea / sulkus alveol-lingualis.
110