Identitas Pasien
a. Nama Pasien : Nn. Rinda Julianti
b. Tempat, tanggal lahir : Samarinda, 02 Juli 1994
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Alamat : Jl. KH Agus Salim gg 7 no 43 Mojoroto kediri
e. Rekam Medik : 002449
II. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Pasien dating dengan keluhan bibir bawah pecah-pecah dan terasa sakit
b. Riwayat Penyakit
Pasiendatang dengan keluhan bibir bawah pech-pecah sejak kurang lebih 3
hari yang lalu. Bibir bawah pecah-pecah setelah memakai lipstick matte.
Pasien belumpernah mengobati kondisi tersebut. Pasien memiliki kebiasaan
menjilat dan mengelupas bibirnya saat kering. Keadaan sekarang sakit. Pasien
ingin dilakukan perawatan pada bibir tersebut. Pasien menyampaikan tidak
memiliki riwayat alergi dan penyakit sistemik
c. Riwayat perawatan gigi :pasien pernah menyabutkan gigi belakang kanan
bawah kurang lebih 1 bulan yang lalu ke dokter gigi.
d. Jaringan lunak mukosa mulut : pasien melakukan pembersihan karang gigi 6
bulan yang lalu.
e. Obat-obatan yang telah/sedang dijalani : TAA
f. Keadaan social & kebiasaan : pasien seorang mahasiswa FKG IIK
g. Riwayat penyakit sistemik : Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
h. Riwayat penyakit keluarga : TAA
1
2
VIII Pembahasan
A. Pengertian
Cheilitis eksfoliatif merupakan suatu kondisi kronis pada bibir dengan
karakteristik bentukan sisik yang sakit serta pengelupasan pada epitel superfisial.
Pada kebanyakan kasus dapat melibatkan bibir atas dan bawah, dan terkadang terlihat
adanya eritema dan pembengkakan. Penyebabnya belum diketahui namun dapat
dikaitkan dengan iritasi sekunder seperti iritasi kronis akibat menjilat, menggigit dan
mengelupas bibir (Bruch and Nathanael, 2010). Menurut (Pinborg, 2009) cheilitis
eksfoliatif tidak berkaitan dengan kepekaan terhadap sinar matahari dan zat kimia.
B. Diagnosa Banding
Diagnosa banding dari cheilitis eksfoliatif adalah actinic cheilitis
Persamaan: lokasinya di bibir, nyeri, adanya pengelupasan, adanya eritema.
Perbedaan Cheilitis eksfoliatif Actinic cheilitis
Etiologi Tidak diketahui, predisposisi: Paparan sinar matahari
menjilat, menggigit dan mengelupas
bibir, penggunaan kosmetik
Gambaran Deskuamasi, eritema, fisura Epitelium tampak tipis dan
klinis halus, adanya erosi dan
nodula kecil
Kondisi lesi Bukan lesi praganas Lesi praganas
(Laskaris, 2006)
C. Etiopatogenesis
6
D. Lapisan Kulit
Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :
a. Stratum korneum (Keratinized layer)
Sel terletak dipermukaan
Bentuk pipih, heksagonal
Sel tidak berinti
b. Stratum lucidum (intermediete layer)
Letaknya diantara stratum korneum dan stratum granulosum
Sel tidak berinti
Dapat terlihat pada daerah tak berkeratin
E. Proses Keratinisasi
Keratinisasi dimulai dari sel basal yang kuboid, bermitosis ke atas berubah bentuk
lebih poligonal yaitu sel spinosum, terangkat lebih ke atas menjadi lebih gepeng, dan
bergranula menjadi sel granulosum. Kemudian sel tersebut terangkat ke atas lebih
gepeng, dan granula serta intinya hilang dan akhirnya sampai di permukaan kulit
menjadi sel yang mati, protoplasmanya mengering menjadi keras, gepeng, tanpa inti
yang disebut sel tanduk. Sel tanduk secara kontinu lepas dari permukaan kulit dan
diganti oleh sel yang terletak di bawahnya. Proses ini berlangsung terus-menerus dan
berguna untuk fungsi rehabilitasi kulit.
Lapisan sel tanduk tercipta secara berkesinambungan, di mana sel yang sudah tua
akan dibuang dari permukaan luar kulit dan akan diganti dengan sel-sel di bawahnya
untuk menjaga ketebalan dari lapisan sel tanduk. Jenis perubahan yang bertahap dari
lapisan sel ini disebut siklus keratinisasi. Siklus keratinisasi ini bervariasi bergantung
pada lokasi dan umur. Namun, pada kulit normal siklus ini berjalan pada kisaran 4-6
minggu.
8
Saat kulit terpenetrasi oleh objek dari luar atau dengan kata lain lapisan sel tanduk
terluar mengalami kerusakan, sejumlah sel pada lapisan basal akan meningkatkan
respon agar tingkat siklus keratinisasi meningkat. Dengan demikian, objek asing
tersebut akan dapat diusir sekaligus sebagai masa perbaikan kulit. Jika factor asing
semisal factor fisik dan kimia ini memapar tubuh berulang kali, maka respon kulit
untuk menjadikan lapisan sel tanduk ini menebal akan semakin besar. Respon ini
sangat berguna sebagai pelindung epidermis dari rangsangan eksternal yang sifatnya
membahayakan.
Lapisan basal, merupakan lapisan epidermis yang letaknya paling bawah. Pada
lapisan ini, akan terjadi perubahan lapisan sel-sel pada membrane dasar hingga
membelah menjadi dua. Satu sel tetap tinggal pada lapisan basal, sementara lainnya
bermigrasi menuju lapisan luar epidermis untuk memulai proses keratinisasi. Sel-sel
yang yang membelah dari membran dasar akan berubah menjadi sel spinosum.
Prekursor dari serat keratin (keratin fibre) ditemukan pada lapisan sel tanduk yang
siap akan disintesis pada lapisan basal. Akan tetapi, perubahan sifat/karakteristik
keratinisasi epidermis sebenarnya pertama kali akan terlihat pada lapisan spinosa.
Pada proses selanjutnya, akan muncul granul lamellar pada sel spinosa yang
merupakan pertanda awal akan terjadinya keratinisasi. Granul lamellar ini penuh
dengan lipid yang disebut dengan konstruksi lamelar. Seketika sebelum bergerak
menuju lapisan sel tanduk, kandungan pada granul ini akan keluar dari badan sel.
Kontruksi lamellar ini selanjutnya bergabung satu sama lain menjadi lapisan yang
lebih luas antara sel spinosa hingga lapisan sel tanduk. Komponen lipid utama dari
granul lamellar adalah seramida, kolesterol, dan asam lemak. Kandungan inilah yang
diyakini melindungi penyebaran dan difusi dari materi tak larut air, untuk mencegah
kehilangan natural moisturizing factor (NMF) atau factor kelembaban alami kulit
pada lapisan sel tanduk.
Perubahan Karakteristik selanjutnya akan terjadi pada lapisan granular. Pertama,
membrane sel akan menebal. Ikatan Protein khusus pada bagian dalam sel akan
membentuk lapisan membrane sel yang tebal dan membuat membrane menjadi
9
insoluble (tak larut), disebabkan formasi menyilang antara ikatan disulfide (S-S) dan
ikatan gama glutamil lysine. Perubahan kedua yang nampak pada lapisan granular
adalah munculnya granul keratohialin intraselular. Komponen utama dari granul ini
ialah protein amorf yang disebut Fillagrin. Zat tersebut memiliki fungsi kohesi yang
sinergis dengan serat keratin pada lapisan tanduk. Nukleus dan organel sel lainnya
selanjutnya akan menghilang secara tiba-tiba disertai dengan banyaknya cairan yang
keluar dari dalam sel. Hal ini menyebabkan kondisi internal sel menjadi berubah
secara drastis menjadi struktur yang kompak/padat yang dikenal dengan nama keratin
pattern yang dibentuk dari penempelan antara serat keratin dengan fillagrin. Keratin
inilah yang berfungsi sebagai fungsi protektif kulit. Adapun fillagrin, sebagian akan
hancur menjadi asam amino. Beberapa di antaranya dimetabolisme ulang. Sebagai
contoh, asam amino terbanyak yang dihasilkan, glutamine, akan dikonversi menjadi
asam karboksilat pirolidon yang memiliki higroskopisitas tinggi, sementara histidin
dirombak menjadi urocanic acid yang berperan besar sebagai penyerap UV alami
(natural UV absorber).
Beberapa asam amino dan metabolit lainnya merupakan komponen utama dari
Natural Moisturizing factor (NMF) yang biasa ditemukan pada lapisan sel tanduk dan
berperan penting untuk menjaga kelembaban kulit. Pada beberapa macam penyakit
kulit, proses keratinisasi ini terganggu. Akibatnya, kulit akan terlihat bersisik, tebal,
dan kering.
Kebiasaan
Deskuamasi
mengelupas
bibir
Keropeng
perdarahan
Cheilitis
eksfoliatif
X. Daftar Pustaka
Bruch, J. M., and Nathanael, S. T.2010.Clinical Oral Medicine and Pathology. New
York: Humana Press
Pindborg, J. J. 2009. AtlasPenyakit Mukosa Mulut. Tangerang: Binarupa Aksara