Anda di halaman 1dari 60

Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

DENTAL SIDE TEACHING


GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)

1. IDENTITAS
No. Kartu : I.16094
Nama Pasien : Youke Merry Ingkiriwang
Umur : 64 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Paal IV, Manado

2. KASUS
Seorang pasien perempuan berusia 64 tahun yang berdomisili di paal IV,
Manado datang ke klinik RSGM-P FK UNSRAT dengan keluhan ingin
dibuatkan gigi palsu rahang atas dan rahang bawah karena beberapa giginya telah
dicabut sehingga pasien merasa terganggu saat makan. Pasien juga pernah
memiliki gigi palsu tetapi tidak lama digunakan karna merasa tidak nyaman saat
dipakai.

Foto wajah

Tampak depan Tampak samping


Bentuk muka : Oval Profil muka : Lurus

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Gambaran Klinis

Rahang atas Rahang bawah


Bentuk rahang : Persegi Bentuk rahang : lonjong

3. KONDISI SISTEMIK
Keluhan / gejala
Nama Penyakit Keterangan
Ya Tidak
Penyakit jantung √
Hiper/hipotensi √
Kelainan darah √
Haemophilia √
Diabetes mellitus √
Penyakit ginjal √
Hepatitis √
Penyakit pernafasan √
Kelainan pencernaan √ Gastritis
Epilepsi √
HIV/AIDS √
Alergi obat √
Alergi makanan √

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

4. PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL

Fasial Neuromuscular K. K. Tl. TMJ


Ludah Limfe Rahang
Deformitas t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Nyeri t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Tumor t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Gangguan t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k t.a.k
Fungsi

5. RIWAYAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN GIGI


a. Lama tidak bergigi : ± 6-7 tahun
b. Terakhir cabut gigi : ± 5 tahun lalu
c. Sebab pencabutan gigi : Gigi berlubang dan bekas tambalan yang rusak
d. Riwayat gigi tiruan :
Pasien pernah memakai gigi tiruan lepasan untuk rahang bawah dan atas
yang dibuat di tukang gigi. Namun hanya dipakai kurang lebih sebulan
karena pasien merasa tidak nyaman dan sakit saat digunakan.

6. STATUS LOKAL
- Luar mulut
a. Sendi kanan : tidak bengkak dan tidak sakit
Sendi kiri : Tidak bengkak; Tidak sakit

Pemeriksaan
Dilakukan secara (1) palpasi, pasien duduk tegak dan relaks, kedua jari
telunjuk ditempatkan pada kondilus kanan dan kiri pasien, kemudian pasien
diinstruksikan membuka dan menutup mulut perlahan-lahan. Rasakan
apabila terdapat lompatan/gerakan tidak teratur. (2) auditori, pada saat
digerakan, dengarkan/tanyakan pada pasien (dapat pula menggunakan
stetoskop) apakah mendengar suara gemeriksik berupa bunyi klutuk sendi
(clicking) atau kretek sendi (crepitasi). (3) visual, memperhatikan kondilus
ketika bagian ini menggerakan kulit pelindungnya, bila terdapat kelainan

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

(pembengkakan) maka hentakan/lompatan dapat terlihat dengan jelas pada


regio ini. (4) nyeri tekan, lakukan palpasi bimanual dengan cara menekan
bagian lateral sendi menggunakan jari kelingking yang ditempatkan ke
dalam Meatus akustikus eksternus (MAE) dan menekannya kearah depan.
Rasa sakit menunjukkan adanya peradangan/pembengkakan.

b. Pembukaan mulut : Sedang


Pemeriksaan
Pasien diinstruksikan membuka mulut lebar kemudian diukur menggunakan
jangka sorong jarak interinsisal dari tepi insisal central rahang atas ke
rahang bawah dalam satuan mm untuk pasien bergigi sedangkan untuk
pasien tidak bergigi diukur dari puncak linggir rahang atas ke rahang bawah.
Pada pasien, dilakukan pengukuran dari insisal insisivus central rahang atas
ke tepi insisal insisivus central rahang bawah.

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

c. Gerakan protusif : lancar


Gerakan lateral kanan : lancar
Gerakan lateral kiri : lancar
Pemeriksaan
Pasien diinstruksikan untuk mengerakan rahang bawah kearah depan dan
belakang serta kanan dan kiri, kemudian dilihat apakah terdapat hambatan
selama pergerakan atau tidak.

d. Bibir : Simetris; sedang; sedang


Pemeriksaan
(1)Bentuk bibir, diperiksa secara visual dengan cara menarik garis median
wajah yang terletak pada titik glabella-subnasion-pogonion, kemudian
bandingkan dan amati bentuk bibir bagian kanan dan kiri. Adapun titik
landmark pada bibir yang dapat dijadikan panduan yakni : titik lip upper
line , titik chelion, titik stomion, dan titik lip lower line (2) ukuran bibir,
diperiksa secara visual dengan menarik garis vertikal imaginer interpupil
dan garis vertikal imaginer alae nasi. Bila, ip < C > al = normal, ip > C > al
= panjang, ip < C < al = pendek. (3) tonus otot, diperiksa menggunakan kaca
mulut yang diletakkan di dasar vestibulum, kemudian pasien diinstruksikan
untuk melakukan gerakan penelanan, lalu dirasakan kekencangan ototnya.
Bila otot terasa kencang = hipertonus, normal = sedang, dan lemah =
hipotonus. Dapat pula diperiksa dengan menginstruksikan pasien untuk
melakukan gerakan penelanan, lalu amati secara visual. (1) kuat, bila saat
melakukan gerakan penelanan bibir atas dan bibir bawah pasien mengatup
dengan mudah dan bibir telihat tebal. (2) sedang, bila saat melakukan

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

gerakan penelanan, tidak terlihat adanya kontraksi/kesulitan pada pasien


dan bibir seakan-akan terlihat normal (tidak sedang melakukan gerakan
penelanan). (3) lemah, bila saat melakukan gerakan penelanan pasien
terlihat kesulitan mengatupkan bibir atas dan bawahnya, terlihat adanya
kontraksi berlebih dan dalam keadaan rileks mulut pasien tebuka.

- Dalam mulut
a. Bentuk lengkung RA : Persegi
Bentuk lengkung RB : Lonjong
Pemeriksaan
Dilakukan pemeriksaan secara visual dengan melihat secara langsung ke
dalam rongga mulut pasien maupun menggunakan model studi. Dilihat (1)
persegi, apabila bentuk lengkung anterior (dari C-C) sama besar dengan
bentuk lengkung bagian posterior dan memiliki sisi yang sejajar. (2)
lonjong, apabila bentuk lengkung anterior (C-C) dan bentuk lengkung
posterior melengkung. (3) lancip, apabila bentuk lengkung anterior (C-C)
lebih kecil dibandingkan bentuk lengkung posterior maka, berbentuk lancip.

Bentuk lengkung rahang

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Bentuk lengkung pasien

b. Ukuran lengkung RA : Sedang


Ukuran lengkung RB : Sedang
Pemeriksaan
Dilakukan ketika melakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah.
Ukuran sendok cetak yang digunakan dapat dijadikan patokan ukuran
lengkung rahang yang dimiliki pasien. (1) besar, Apabila menggunakan
sendok cetak no. 1. (2) sedang, apabila menggunakan sendok cetak no.2. (3)
kecil, apabila menggunakan sendok cetak no.3. Semakin besar ukuran
lengkung semakin baik untuk kemantapan gigi tiruan.

c. Bentuk linggir RA : lonjong, rendah di bagian posterior kiri


Bentuk linggir RB : lonjong
Pemeriksaan
Dilakukan secara visual dengan mengamati bentuk linggir pasien. (1)
persegi, bila linggir pada permukaan labial/bukal sejajar permukaan
lingual/palatal. (2) lonjong, bila linggir membulat bentuknya dan tidak sama
rata /sejajar permukaan labial/bukal dengan lingual/palatal. (3) lancip, bila
linggir berpuncak sempit dan tajam seperti pisau. (4) bulbous, bila linggir
membesar/melebar dipuncaknya dan terdapat leher/gerong. Bentuk persegi
paling menguntungkan karena sisi sejajar dapat menahan daya ungkit dan
perpindahan pada gigi tiruan sedangkan bentuk lancip dapat menimbulkan
rasa sakit sehingga pembuatan gigi tiruan nantinya harus dibuat dengan baik
serta rapat agar dapat mencegah hal tersebut.

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

d. Ukuran linggir RA : Sedang


Ukuran linggir RB : Tinggi
Pemeriksaan
Dilakukan menggunakan kaca mulut no.3. kaca mulut dimasukan kedalam
vestibulum rahang atas sampai di dasar forniks. Kemudian dilihat tinggi
linggir pada rahang atas maupun pada rahang bawah. (1) tinggi, apabila
seluruh kaca mulut terbenam dan sama tinggi dengan linggir. (2) sedang,
apabila ½ bagian kaca mulut yang terbenam dan (3) rendah, apabila kurang
dari ½ kaca mulut yang terbenam. ketinggian linggir dapat mempengaruhi
kekokohan dan kemantaan gigi tiruan.

e. Hubungan RA – RB : normal
Pemeriksaan
Dilakukan dengan cara menginstruksikan pasien pada keadaan posisi
istirahat kemudian jari telunjuk diletakan pada dasar vestibulum anterior RA
dan ibu jari pada dasar vestibulum RB. Kemudian digerakan secara vertikal
dan dilihat hubungan puncak linggirnya. (1) normal, apabila ujung kedua
jari terletak segaris vertikal, atau linggir rahang atas berada sejajar dengan
linggir rahang bawah, (2) retrognatik, apabila linggir rahang bawah terletak
lebih ke anterior dari rahang atas, dan (3) prognatik, apabila linggir rahang
bawah terletak lebih ke posterior dari rahang atas. Pemeriksaan ini berguna
memberi pedoman untuk penyusunan gigi dengan tidak menganggu estetik.

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Gambar 2. klasifikasi hubungan rahang atas dan rahang bawah

f. Kesejajaran linggir RA/RB : Sejajar


Pemeriksaan
Dilakukan dengan keadaan pasien dalam posisi istirahat, kemudian dilihat
secara visual kesejajaran puncak linggir rahang atas dengan rahang bawah
baik di regio anterior maupun di regio posterior. (1) sejajar, apabila jarak
puncak linggir rahang atas dan rahang bawah di region anterior sama dengan
di region posterior, (2) konvergen, apabila jarak puncak linggir rahang atas
dan rahang bawah di region anterior lebih kecil daripada di region posterior,
dan (3) divergen, apabila jarak puncak linggir rahang atas dan rahang bawah
di region anterior lebih besar daripada di region posterior. Kegunaan
pemeriksaan ini untuk menentukan panjang gigi dalam arah vertikal.

Gambar 3. Klasifikasi kesejajaran linggir rahang atas dan rahang bawah

g. Ruang antarmaksila : sedang


Pemeriksaan
Ruang antar maksila merupakan ruang antara rahang atas dan bawah, ketika
rahang bawah dalam posisi istirahat. Normalnya mengandung gigi dan
prosesus alveolaris. Pemeriksaan dilakukan dengan mengukur jarak dari
prosesus alveolaris rahang atas ke prosesus alveolaris rahang bawah

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

menggunakan kaliper. Hasil pengukuran yang normal akan menunjukkan


nilai 10-15 mm. hasil pengukuran ruang antar maksila (1) besar, apabila
diperoleh jarak > 15 mm, (2) sedang, apabila diperoleh jarak 10-15 mm, dan
(3) kecil, apabila diperoleh jarak < 10 mm.

h. Ruang antar alveolar : sedang


Pemeriksaan
Dilakukan dengan menginstruksikan pasien dalam posisi istirahat kemudian
diukur menggunakan jangka sorong puncak alveolar rahang atas ke puncak
alveolar rahang bawah. Hasil pengukuran (1) besar, bila jarak puncak
alveolar rahang atas ke puncak alveolar rahang bawah > 15 mm, (2) sedang,
bila jarak puncak alveolar rahang atas ke puncak alveolar rahang bawah 10-
15 mm, (3) kecil, bila jarak puncak alveolar rahang atas ke puncak alveolar
rahang bawah < 10 mm.

10

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

i. Tuberositas kanan : kecil


Tuberositas kiri : kecil
Pemeriksaan
Dilakukan menggunakan kaca mulut no. 3 yang diletakkan tegak lurus pada
bagian vestibulum. (1) besar, apabila seluruh kaca mulut terbenam, (2)
sedang, apabila ½ kaca mulut yang terbenam, dan (3) kecil, apabila kurang
dari ½ kaca mulut yang terbenam. Pemeriksaan ini memiliki peranan retensi
pada gigi tiruan.

j. Exostosis : tidak ada


Pemeriksaan
Exositosis merupakan tonjolan tulang pada prosesus alveolaris yang
disebabkan karena tindakan pencabutan gigi, bagian ini bila diraba terasa
sakit dan tidak dapat digerakan. Pemeriksaannya dengan cara melakukan
palpasi pada seluruh permukaan linggir baik di region anterior maupun
posterior.

k. Torus palatina : ada, kecil


Torus mandibula : Tidak ada
Pemeriksaan
Torus palatina merupakan tonjolan tulang pada garis tengah palatum
sedangkan torus mandibular merupakan tonjolan tulang pada dasar mulut
yang biasanya terletak di region P1 dan P2 rahang bawah. Pemeriksaan
dilakukan menggunakan instrumen burnisher dengan menekan beberapa
tempat sehingga dapat dirasakan perbedaan kekenyalan jaringan.

11

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

l. Palatum lunak : Kelas I, Gerakan sedang


Pemeriksaan
Dilakukan dengan cara pasien diminta untuk mengucapkan huruf A secara
berulang kali kemudian dengan kaca mulut lidah di tekan kemudian diamati
kurva getar/kurva A yang terletak di daerah perbatasan antara palatum keras
dengan palatum lunak. Lalu secara visual dapat ditentukan lereng landasan
dari palatum lunaknya. Palatum lunak dapat dikategorikan (1) klas I, apabila
lereng landasan palatum mole rendah, (2) klas II, apabila lereng landasan
palatum mole sedang atau > 30°, dan (3) klas II, apabila lereng landasan
palatum panjang atau menyentuh kerongkongan dengan sudut > 60°.
Untuk pemeriksaan gerakan palatum lunak dikategorikan (1) aktif, apabila
gerakannya cepat, (2) sedang, apabila gerakannya stabil atau continuous,
dan (3) pasif, apabila gerakannya lamban atau cendrung tidak bergerak.

Gambar 4. Klasifikasi klas pada palatum lunak

12

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

m. Perlekatan otot labial RA : sedang


Perlekatan otot bukal Ka. : rendah
Perlekatan otot bukal Ki. : rendah
Perlekatan otot labial RB : sedang
Perlekatan otot lingual : sedang
Perlekatan otot bukal Ka. : sedang
Perlekatan otot bukal Ki. : sedang

Pemeriksaan
dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no.3 kemudian dimasukan
kedalam vestibulum labial, bukal, dan pada bagian lingual arah vertikal
tegak lurus. Kemudian diangkat dan diamati kedalaman perlekatan otot nya.
Hasil pemeriksaan dapat dikategorikan menjadi (1) dalam, apabila seluruh
kaca mulut terbenam, (2) sedang, apabila ½ kaca mulut yang terbenam, dan
(3) rendah, apabila kurang dari ½ kaca mulut yang terbenam.

n. Frenulum labialis RA : tinggi


Frenulum bukalis Ka. : rendah
Frenulum bukalis Ki. : rendah
Frenulum labialis RB : rendah
Frenulum lingualis : sedang
Frenulum bukalis Ka. : rendah
Frenulum bukalis Ki. : rendah
Pemeriksaan
Dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no.3 kemudian dimasukan
kedalam vestibulum labial, bukal, dan pada bagian lingual arah vertikal
tegak lurus. Kemudian bagian labial, bukal, dan lingual di retraksi hingga

13

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

terlihat dengan jelas perlekatan frenulumnya. Pemeriksaan visual frenulum


dikategorikan menjadi (1) tinggi, apabila perlekatan frenulum hampir
sampai ke puncak linggir, (2) sedang, apabila perlekatan frenulum berada
ditengah antara puncak linggir dengan mukobukal fold, dan (3) rendah,
apabila perlekatan frenulum berada pada mukobukal fold.

o. Tahanan jaringan linggir : besar di regio 1,2,3,4


Pemeriksaan
Dilakukan menggunakan burnisher/kaca mulut dengan cara menekan
daerah ridge edentolus pada bagian anterior dan posterior. Perubahan warna
menjadi pucat pada saat ditekan menunjukkan tahan jaringan yang rendah,
sedangkan apabila tidak terjadi perubahan warna ketika ditekan
menunjukkan tahanan jaringan yang besar.

Gambar 5. Pemeriksaan tahan jaringan menggunakan burnisher

p. Bentuk palatum : persegi


Kedalaman palatum : sedang

14

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Pemeriksaan
Bentuk palatum diperiksa secara visual dengan mengamati bentuk lengkung
palatum. Bentuk palatum dikategorikan (1) persegi, apabila bentuk
lengkung/dinding palatum sejajar kedua sisinya, (2) lonjong, apabila bentuk
lengkung/dinding palatum membulat di kedua sisinya, (3) lancip, apabila
bentuk dasar palatum meruncing dan menonjol ke bagian dalam arah
vertikal dan membesar ke bagian bawah. Pemeriksaan kedalaman palatum
dilakukan mengunakkan kaca mulut no.3. (1) dalam, apabila seluruh kaca
mulut terbenam, (2) sedang, apabila ½ kaca mulut yang terbenam, dan (3)
rendah, apabila kurang dari ½ kaca mulut yang terbenam.

q. Retromylohyoid : Dalam
Pemeriksaan
Dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no. 3 diletakan arah vertikal
tegak lurus hingga ke dasar mulut. Retromylohyoid dikategorikan (1)
dalam, apabila seluruh kaca mulut terbenam, (2) sedang, apabila ½ kaca
mulut yang terbenam, dan (3) rendah, apabila kurang dari ½ kaca mulut
yang terbenam.
r. Ludah, konsistensi : sedang
Volume ludah : sedang
Pemeriksaan
Konsistensi dan volume ludah dapat diukur mengunakan alat khusus agar
diperoleh pengukuran yang akurat. Namun cara lain juga dapat digunakan
yakni dengan mengunakan kaca mulut yang diusapkan ke dalam rongga
mulut (dapat diusapkan pada bagian lidah, dasar mulut, dan bukal)
kemudian dilihat secara visual konsistensinya, (1) kental, apabila
konsistensi ludah terlihat liat atau likat, (2) sedang, apabila terdapat buih-

15

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

buih/gelembung-gelembung pada ludah, (3) encer, apabila konsistensi ludah


cair. Volume ludah dapat diketahui ketika melakukan pencetakan atau
melalui sapuan kaca mulut serta instruksi meludah yang diberikan kepada
pasien. Volume ludah dikategorikan menjadi banyak, sedang, dan sedikit.

s. Refleks muntah : Kecil


Pemeriksaan
Refleks muntah dapat diketahui ketika dilakukan pencetakan rahang atas
dan rahang bawah. Refleks muntah yang besar akan menyulitkan ketika
dilakukan pencetakan. Adapun cara mengurangi refleks muntah yang besar
yaitu dengan, menginstruksikan pasien untuk berkumur air dingin,
menyemprotkan cairan anastetikum ke daerah paltum mole, pengalihan
melalui hipnosis maupun melakukan komunikasi yang baik antara dokter-
pasien agar pasien merasa nyaman.

t. Lidah, ukuran : besar


Gerakan lidah : sedang
Pemeriksaan
Dilakukan secara visual dengan mengamati ukuran dan gerakan lidah
pasien. Ukuran lidah dikategorikan (1) besar, apabila menutupi dasar mulut
dan juga prosesus alveolaris yang telah ditinggali gigi-giginya, (2) sedang,
apabila lidah tidak berlebihan mengisi lengkung gigi, tepi lateral lidah
berkontak dengan permukaan linggir posterior dan ujung lidah berada
sedikit di bawah tepi linggir anterior, (3) kecil, apabila ukuran lidah lebih
kecil dari lengkung linggir dan terletak lebih kebawah hingga ke dasar
mulut. Gerakan lidah dapat diperiksa dengan cara menyentuhkan instrument
tertentu ke salah satu bagian lidah. Lidah yang aktif akan peka dan
melakukan gerakan yang aktif. Kategori gerakan lidah (1) aktif, apabila
lidah bergerak dengan cepat dan sulit dikendalikan, (2) sedang, apabila
gerakan dapat dikendalikan dan, (3) pasif, apabila gerakan lamban dan
cendrung tanpa gerakan.

16

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Gambar 6. Pembagian klas pada ukuran lidah menurut wright

u. Status gigi geligi :


UE
UE

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
UE UE

Keterangan:
X : Missing
UE : Unerupted

7. DIAGNOSIS KLINIK
Rahang Atas : klas II Kenedy modifikasi II
Rahang Bawah : klas II Kenedy modifikasi II

8. INDIKASI PERAWATAN
Gigi tiruan sebagian lepasan pada rahang atas dan rahang bawah

Prosedur Perawatan
1. Pemeriksaan Subjektif dan Objektif
Pada kunjungan pertama, dilakukan indikasi kasus, pengisian kartu status
prostodonsia yang terdiri dari data pasien, pemeriksaan subjektif, pemeriksaan
objektif, diagnosis, dan rencana perawatan. Pasien diinformasikan tentang
rencana perawatan yang akan dilakukan yakni pembuatan gigi tiruan penuh
lepasan dari bahan akrilik pada rahang atas dan rahang bawah. Pasien juga

17

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

diinformasikan mengenai waktu kunjungan yang akan dilakukan. Informasi ini


diberikan dan pasien setuju untuk dilakukan perawatan.

2. Perawatan Pendahuluan
Sebelum perawatan dilakukan terdapat hal-hal yang penting untuk
diperhatikan yaitu:
- Penjelasan kepada pasien mengenai gigi tiruan yang akan dibuat, sehingga
pasien mengerti akan kegunaan gigi tiruan tersebut.
- Memastikan kebutuhan gigi tiruan untuk pasien.
- Keinginan pasien yang berhubungan dengan kebutuhannya.
- Hubungan rencana perawatannya dengan kebutuhannya.
Perawatan pendahuluan yang dilakukan sebelum pembuatan gigi tiruan
bertujuan untuk melihat keadaan seluruh perubahan-perubahan/kelainan yang
terjadi pada linggir alveolus yang mendukung gigi tiruan dan struktur rongga
mulut lain yang dapat menggagalkan dalam pembuatan gigi tiruan penuh.
Secara garis besar, ada dua tahapan preparasi mulut (mouth preparation).
Pertama, dalam proses ini biasanya langkah-langkah pendahuluan seperti
tindakan bedah, perawatan periodontal, konservatif termasuk endodontik,
bahkan ortodontik perlu dilaksanakan untuk mempersiapkan mulut pasien
menerima gigi tiruan. Tahapan pertama ini bertujuan untuk menciptakan
lingkungan mulut yang sehat. Kedua, mulut pasien perlu dipersiapkan untuk
pemasangan gigi tiruan yang akan dibuat. Dalam tahap ini dilakukan proses
pengubahan kontur jaringan untuk mengurangi hambatan dan mencari bidang
bimbing. Permukaan jaringan yang akan dipreparasi ditandai pada model
diagnostik. Model dipakai sebagai peta atau petunjuk untuk melaksanakan
perubahan-perubahan.
Pada kasus ini dilakukan ekstraksi gigi 45 (nekrosis pulpa) dan tambalan
pada gigi 24, 32, 33, 35 (tambalan klas V karena abrasi). Sedangkan kontur
jaringan tidak dilakukan karena keadaan kontur jaringan baik dan dirasa cukup
untuk mendukung kekokohan dan kemantapan gigi tiruan.

18

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

3. Pembuatan diagnostic impression/pencetakan pendahuluan dan


pembuatan model studi
Tahap selanjutnya adalah pencetakan pendahuluan dengan menggunakan
perforated stock tray dan bahan cetak alginat.
Diagnostic impression/cetakan pendahuluan digunakan untuk mepelajari
dan mengevaluasi keadaan rahang atas dan rahang bawah, mempelajari masalah
yang mungkin akan timbul selama pembuatan gigi tiruan, sebagai penunjang
diagnostik, dan untuk menentukan perawatan-perawatan yang diperlukan dalam
kaitanya dengan persiapan pasien dan perbaikan jaringan rongga mulut sebelum
dibuat gigi tiruan pada pasien.

Gambar 7. Alat dan bahan yang digunakan untuk mencetak rahang pasien

Adapun tata cara melakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah ialah
sebagai berikut:
- Atur posisi pasien tegak dengan posisi kepala sejajar dengan tubuh pasien.
Atur ketinggian pasien agar saat mencetak rahang bawah, mulut pasien
sejajar dengan bahu operator dan saat mencetak rahang atas, mulut pasien
sejajar dengan siku operator.

Gambar 8. Posisi pasien ketika melakukan pencetakan rahang.

19

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

- Tentukan ukuran sendok cetak yang sesuai dengan besar rahang pasien
dengan cara mencobakan sendok cetak mulai dari nomor terkecil ke nomor
terbesar. Sendok cetak harus sesuai dengan bentuk lengkung rahang, bila
diletakan dalam mulut harus ada selisih ruangan kira-kira 4-5 mm. Untuk
rahang atas sendok cetak harus mencapai batas palatum lunak dan keras serta
hamular notch sedangkan untuk rahang bawah harus mencapai retromolar
pad. Pada kasus ini pasien menggunakan sendok cetak no. 2 untuk rahang
atas dan no.1 untuk rahang bawah.
- Posisi operator saat mencetak RB, berdiri di depan dan sisi kanan pasien.
Saat mencetak RA, operator berdiri sedikit di belakang dan sisi kanan pasien.

Gambar 9. Posisi mencetak untuk rahang atas dan rahang bawah (Neil dkk, 1990)
- Ukur perbandingan powder (bahan cetak alginat) dan liquid (air)
menggunakan sendok takar dan gelas ukur sesuai dengan takaran pabrik
sehingga sesuai untuk ukuran rahang yang akan dicetak
- Tuangkan air ke dalam mangkuk karet berlebih dahulu lalu campur dengan
bahan cetak alginat untuk menghindari terjebaknya gelembung-gelembung
udara dalam adonan bahan cetak.
- Aduk bahan cetak dan air dengan gerakan angka 8 (gerakan melipat) sambil
adonan ditekan ke tepian mangkuk karet (vigourus hand mixing) hingga
adonan terlihat homogen (adonan sewarna, konsistensi lunak dan
permukaannya halus).
- Aplikasikan adonan ke dalam sendok cetak RA/RB. Bila mencetak rahang
atas, aplikasikan adonan ke dalam sendok cetak melalui bagian palatal
(posterior) kemudian menyusuri bagian oklusal gigi kearah anterior sendok
cetak. Bila mencetak rahang bawah, aplikasikan adonan ke dalam sendok
cetak melalui bagian lingual lengkung gigi anterior kemudian menyusuri
bagian oklusal gigi kearah posterior sendok cetak.

20

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

- Untuk rahang atas masukan sendok cetak ke dalam mulut dengan penekanan
secara vertikal arah keatas, instruksikan pasien untuk mengerutkan bibir
sekuatnya. Sedangkan untunk rahang bawah masukan sendok cetak ke dalam
mulut dengan penekanan secara vertikal arah bawah, instruksikan pasien
untuk mengangkat lidah. Pertahankan posisi sampai bahan mengeras.
- Setelah adonan mengeras (tidak mudah terkoyak), lepaskan sendok cetak
dari mulut pasien dengan cara jari telunjuk dimasukan kedalam rongga mulut
untuk membantu melepaskan sendok cetak. Cuci bersih pada air mengalir
untuk menghilangkan kotoran/saliva yang menempel.
- Amati hasil cetakan anatomis, lihat porositas dan detail cetakan, apakah ada
bagian yang terlalu tertekan ataupun ada landmark anatomi yang tidak
tercetak.
- Setelah itu, cor hasil cetakan dengan gypsum tipe tiga. Ukur perbandingan
powder dan liquid menggunakan sendok takar dan gelas ukur sesuain dengan
petunjuk pabrik dan ukuran cetakan rahang yang akan diisi dengan gips.
- Campur bubuk dan air ke dalam mangkuk karet lalu aduk selama 1 menit
(120 putaran) hingga adonan terlihat homogen.
- Isi hasil cetakan dengan adonan gips lalu ketuk-ketuk agar gelembung udara
yang terperangkap dapat hilang sehingga hasil pengisian gips tidak porus.
Apabila mengisi hasil cetakan RA, maka apliaksi adonan dimulai dari bagian
palatal (posterior) hasil cetakan, sedangkan untuk mengisi hasil cetakan RB
dimulai dari bagian oklusal gigi posterior menuju anterior.
- Rapikan hasil pengisian gips dan biarkan mengeras (setting time) proses
mengerasnya gips akan melewati fase panas dingin.
- Setelah diperoleh cetakan gips, selanjutnya gips diboxing menggunakan
boxing karet segi tujuh menggunakan gypsum putih (plaster of paris) agar
dapat digunakan sebagai model studi.

Adapun anatomi yang harus tercetak pada rahang atas yakni (1) gigi-geligi,
(2) frenulum labialis, (3) frenulum bukalis, (4) vestibulum labialis, (5)
vestibulum bukalis, (6) papilla insisivum, (7) rugae palatine, (8) hamular notch,
(9) tuberositas maksila, (10) palatum, (11) mukobukalfold.

21

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Anatomi yang harus tercetak pada rahang bawah yakni (1) gigi geligi, (2)
frenulum labialis, (3) frenulum bukalis, (4) frenulum lingualis, (5) Vestibulum
labialis, (6) vestibulum bukalis, (7) retromolar pads, (8) retromylohioid, (9)
mukobukalfold.

Gambar 10. Model studi

4. Dental Side Teaching (DST)

5. Penentuan desain gigi tiruan


- Menentukan dukungan
Untuk RA dan RB : menggunakan dukungan kombinasi (gigi dan mukosa)
- Menentukan jenis penahan
Untuk RA : Cengkram C pada gigi 17 dan dengan modifikasi rest oklusal
pada gigi 24 sedangkan cengkram C rest singulum pada gigi 13
Untuk RB : Cengkram C pada gigi 37 dan dengan modifikasi rest oklusal
pada gigi 44 sedangkan cengkram C rest singulum pada gigi 33
Rahang atas :
Gigi tiruan sebagian lepasan dengan dukungan dari mukosa dan gigi 24, 13,
17. Basis menutupi palatum dan diperluas sampai tuberositas maksilaris
kiri, meluas ke lateral sampai vestibulum bukalis di mesial gigi 25 kemudian
meluas ke daerah sisi palatal gigi 24,23,22,21,11,12,13, lalu ke daerah
vestibulum bukalis gigi 14 kemudian ke gigi 15 dari sisi palatal, meluas ke

22

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

daerah vestibulum bukalis gigi 16 selanjutnya meluas ke daerah gigi 17 di


sisi palatal.
- Rahang bawah :
Gigi tiruan sebagian lepasan dengan dukungan dari mukosa dan gigi 37, 33,
44. Basis menutupi retromolar pad kanan meluas ke lateral sampai
vestibulum bukalis hingga ke sisi distal gigi 44 serta meluas ke sisi lingual
gigi 43,42,41,31,33 kemudian ke bagian vestibulum bukalis gigi 34 lalu ke
area retromylohyoid dari gigi 35, meluas ke bagian vestibulum bukalis gigi
36 lalu ke area retromylohyoid gigi 37.

23

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

6. Pembuatan sendok cetak perorangan


Sendok cetak perorangan akan digunakan untuk membuat secondary
impression/cetakan fisiologis. Hasil dari cetakan fisiologis mengunakan sendok
cetak perorangan akan digunakan sebagai model kerja untuk membuat gigi
tiruan.
Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan sendok cetak
perorangan yaitu:
- Base plate shellac (warna putih) rahang atas dan rahang bawah
- Selembar malam merah
- Bunsen burner dan cairan spiritus
- Bedak tabur (baby powder)
- Gunting
- Lecron
- Pensil 2B dengan karet penghapus
Batas-batas desain untuk pembuatan sendok cetak perorangan untuk rahang atas
ialah : notch hamular, Fovea Palatinus, frenulum bukal, frenulum labial.
Batas-batas desain untuk pembuatan sendok cetak perorangan untuk rahang
bawah ialah : garis distal dan retromolarpad, oblique ridge external, frenulum
bukal, frenulum labial, tuberositas lingual, linggir milohioid, frenulum lingualis

Cara pembuatan sendok cetak perorangan ialah sebagai berikut:


- Pada model studi digambar menggunakan pensil batas antara jaringan
bergerak dengan tidak bergerak. Batas-batas sendok cetak perorangan
ditentukan ± 1-2 mm lebih pendek dari batas jaringan bergerak-tidak
bergerak untuk memberi tempat pada bahan cetak namun tetap tidak mudah
lepas dari rahang pasien. Sendok cetak harus mencakup seluruh prosessus
alvoelaris dan jaringan lunak. Harus tepat untuk memperoleh perlekatan
otot dan perlekatan frenulum.
- Lapis selembar malam merah yang telah dilunakkan di atas model studi
kemudian ditekan mengikuti batas desain yang telah digambar. Malam
merah berfungsi sebagai bahan pelapis antara bahan shellac base plate

24

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

dengan model studi, agar kelak terdapat ruang untuk bahan cetak ketika
sendok cetak perorangan digunakan.

Gambar 15. Bahan shellac baseplate diletakan di atas model studi


yang sebelumnya telah dilapisi selmbar malam

- Selanjutnya bahan shellac baseplate dilunakkan diatas lampu spiritus, lalu


diletakkan di atas malam merah (yang telah dibasahi air atau diberi baby
powder) dan ditekankan dengan bantuan kain hingga bentuknya sesuai dengan
desain yang telah dibuat sebelumnya. Bagian tepi landasan disesuaikan dengan
menggunakan karet penghapus pensil 2B.

Gambar 16. Tepi landasan shellac yang diadaptasikan menggunakan karet penghapus pensil 2B

- Kelebihan shellac dipotong dengan menggunakan gunting/lecron panas saat


keadaan lunak sesuai bentuk dan batas desain yang telah digambar
sebelumnya lalu sempurnakan tepi-tepi sendok cetak. Setelah itu dibuat
pegangan pada sendok cetak perorangan tersebut.

25

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Gambar 17. Tepi sendok cetak yang berlebihan di gunting


- Sendok cetak perorangan yang sudah selesai dibuat dicobakan pada mulut
pasien dan periksa apakah sendok cetak perlu disempurnakan sebelum
dilakukan border moulding dan pencetakan fisiologis.

Gambar 18. Ilustrasi sendok cetak perorangan yang telah selesai


7. Pembuatan secondary impression/pencetakan fisiologis dan pembuatan
model kerja
Pencetakan fisiologis atau secondary impression mencakup tiga langkah
utama yakni (a) pembuatan border moulding, (b) Pencetakan fisiologis, dan (b)
penentuan vibrating line untuk pembuatan postdam.
a. Border Moulding
Border moulding atau muscle trimming ialah proses pembentukan tepi-tepi
sendok cetak fisiologis untuk mendapatkan anatomi struktur pembatas gigi
tiruan yang lebih akurat. Green stick compound merupakan bahan yang paling
baik digunakan untuk membuat border moulding karena memiliki beberapa
keuntungan antara lain setting cepat, dapat digunakan kembali apabila
dilakukan pengulangan prosedur border moulding, karena kekauannya dapat
digunakan untuk memperpanjang sendok cetak yang terlalu pendek hingga 3-4

26

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

mm, tidak menyebabkan perubahan dimensi yang signifikan setelah


pengerasan, serta menghasilkan detail jaringan secara halus.

Gambar 19. Contoh greenstick compound

Adapun cara melakukan border moulding ialah sebagai berikut:


- Greenstick compound dipanaskan dengan lampu spiritus dan didinginkan
sedikit hingga mencapai suhu kerja sekitar 49°C (120°F) sampai 60°C
(140°F). Kemudian diletakkan di tepi luar sendok cetak perorangan, lalu
direndam dalam air selama beberapa detik sebelum dimasukan ke dalam
rongga mulut pasien.
- Selanjutnya dimasukkan ke dalam rongga mulut pasien untuk membentuk
tepi struktur anatomi pembatas gigi tiruan. Greenstick ditambahkan sedikit
demi sedikit pada tepi luar sendok cetak perorangan kira-kira sepanjang 1
cm secara continuous hingga menutupi seluruh tepi sendok cetak pribadi.
Prosedur border moulding dilakukan secara berurutan dimulai dari
vestibulum bukal kemudian vestibulum labial, daerah posterior palatum
pada rahang atas dan bagian lingual dari rahang bawah.
- Ketika sendok cetak perorangan yang sudah diletakkan greenstick
compound berada di dalam mulut, pasien diinstruksikan untuk melakukan
gerakan fisiologis. Pada rahang atas, membuka mulut dan pipi dipijat
lembut (muscle trimming). Selanjutnya untuk daerah frenulum bukalis, pipi
dan bibir pasien ditarik ke luar, ke belakang, ke depan dan ke bawah. Untuk
daerah sayap labial, bibir ditarik ke depan dan ke bawah serta penarikan
bibir atas ke depan untuk daerah frenulum labialis. Untuk membentuk
daerah posterior palatum durum yang merupakan batas antara palatum
molle dan palatum durum pasien diinstruksikan untuk mengucapkan “ah”.

27

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

- Pada rahang bawah, untuk membentuk tepi sayap distolingual dan daerah
buccal sheld, maka setelah greenstick dilunakkan dan sendok cetak telah
dimasukkan ke dalam mulut, pasien diminta untuk membuka mulut
kemudian menutup mulut untuk mengaktifkan otot masseter. Untuk
membentuk daerah distolingual dan postmylohyoid, pasien diinstruksikan
untuk menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan serta ke posterior palatum
durum. Frenulum lingual dibentuk dengan menginstruksikan kepada pasien
untuk meletakkan ujung lidahnya ke bagian anterior palatum dan ke bibir
atas. Selanjutnya, daerah sayap labial dibentuk dengan memberikan
instruksi yang sama dengan instruksi border moulding rahang atas.

Gambar 19. Hasil border moulding dengan greenstick compound


pada sendok cetak perorangan yang dilakukan secara berurutan
per region (a) rahang atas (b) rahang bawah

Gambar 20. Ilustrasi border moulding pada sendok cetak perorangan

b. Pencetakan fisiologis dan penentuan vibrating line untuk pembuatan


postdam
Teknik yang digunakan yakni teknik mencetak mukokompresi yaitu
jaringan lunak mulut di bawah penekanan, teknik ini mengharuskan pencetakan
menggunakan bahan yang mempunyai viskositas tinggi, sehingga tekanan lebih
dibutuhkan. Bahan cetak yang digunakan untuk pembuatan cetakan fisiologis

28

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

harus memiliki viskositas yang tinggi agar dapat mencetak struktur rongga
mulut dengan akurat. Bahan yang digunakan harus homogen dan membentuk
lapisan tipis yang rata pada sendok cetak. Bahan yang akan digunakan untuk
membuat cetakan fisiologis ialah bahan cetak elastomer tipe silikon/vinyl
polysiloxane (light body type) yang terdiri dari pasta dan katalis. Bahan cetak
ini memiliki ketahanan yang adekuat, stabilitas dimensi, dan elastisitasnya
sangat baik.
Alat dan bahan yang diperlukan pada tahap ini ialah:
- Sendok cetak perorangan yang telah dibuat border moulding
- Bahan cetak elastomer jenis silikon/vinyl polysiloxane (light body type)
- Glas lab
- Spatula semen dari bahan plastik
- Pensil tinta
Sebelum pencetakan pada rahang atas terlebih dahulu dilakukan penentuan
A-line/vibrating line untuk pembuatan posterior palatal seal. Tahap ini sangat
penting untuk memperoleh retensi yang baik pada gigi tiruan. Teknik yang
umum digunakan pada tahap ini yakni conventional technique. Adapun proses
pengerjaannya ialah sebagai berikut:
- Pasien diinstruksikan untuk mengucapkan huruf “A” berulang kali.
- Menggunakan kaca mulut dilakukan pemeriksaan secara visual dan
ditentukan vibrating linenya.
- Batas anterior vibrating line terletak di antara palatum keras dan palatum
lunak sedangkan batas posterior vibrating line berada di jaringan bergerak
dan tidak bergerak pada palatum lunak.
- Daerah posterior hamular notch juga dapat ditandai dengan pensil tinta bila
diperlukan. Garis pada daerah hamular notch natinya dapat disatukan
dengan vibrating line, sehingga terbentuk garis posterior palatal seal yang
utuh.

29

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Gambar 21. Ilustrasi pembuatan vibrating line

Gambar 21. Ilustrasi pembuatan vibrating line

- Selanjutnya bahan cetak diaduk hingga konsistensinya homogen di atas


glass lab menggunakan spatula semen dari bahan plastik.
Waktu pengadukan berkisar 30-45 detik dangan waktu kerja 2-4 menit dan
waktu pengerasan 6-8 menit. Kemudian ditempatkan pada sendok cetak
perorangan rahang atas.

30

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Gambar 21. Ilustrasi pengadukan bahan cetak elastomer

- Letakan sendok cetak perorangan ke dalam mulut pasien. Pasien


diinstruksikan untuk tegak agar bahan cetak tidak mengalir ke belakang.
Teknik mencetak rahang atas maupun bawah yaitu sendok cetak ditekan
pada bagian posterior kemudian lanjutkan penekanan di bagian anterior.
Penekanan dilakukan hingga dapat dirasakan berkontak dengan mukosa di
mulut pasien, lalu biarkan bahan cetak mengeras.
- Beri tanda vibrating line/ A line yang telah ditentukan sebelumnya
menggunakan methylene blue, lalu bahan cetak rahang atas yang telah
mengeras diletakkan kembali dan dilakukan penekanan untuk menciplak
daerah vibrating line yang telah ditandai. Sehingga nantinya akan ada tanda
vibrating line pada bagian posterior dari hasil cetakan rahang atas.

Gambar 22. Ilustrasi Vibrating line pada rahang atas

- Lakukan pencetakan dengan cara yang sama pada rahang bawah pasien.

Gambar 23. Ilustrasi hasil cetakan fisiologis

31

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

- Setelah cetakan rahang dikeluarkan dari mulut pasien, langsung dicuci


dengan kran air yang mengalir kemudian dikeringkan dengan semprotan
udara kering.
Sebelum dicor dengan stone gips dibuat boxing dengan menggunakan lembaran
malam di sekeliling cetakan untuk mengamankan bentuk tepi cetakan. Maksud
dari boxing ialah agar bentuk/batas tepi tetap dipertahankan. Sekeliling tepi
batas cetakan diberi malam merah yang tebalnya 5 mm, dengan jarak antara
batas tepi cetakan dengan malam merah ± 3 mm seperti gambar berikut ini.

Gambar 24. Ilustrasi pembuatan boxing

Jarak antara batas tepi cetakan dengan batas dinding atas lempeng malam
boxing paling tinggi 13 mm sehingga stone gips dibatasi dan pekerjaan
mengecor lebih mudah. Cetakan fisiologis ini kemudian dicor dengan stone gips
untuk memperoleh model kerja. Setelah stone gips mengeras, lempeng dinding
malam, sendok dan bahan cetak dilepas, jangan sampai modelnya rusak.

8. Tahap Surveyor
Survey merupakan prosedur diagnostik yang dapat menganalisis hubungan
dimensional antara jaringan lunak dan keras gigi. Hal ini perlu untuk
menetapkan gigi yang akan menjadi penahan, penempatan cengkeram, dan
juga dapat ditentukan arah pemesangan terbaik geligi tiruan yang akan dibuat.
Langkah-langkah survey pada model:
 Model dipasang pada meja basis dengan bidang oklusal hampir sejajar
dengan basis datar surveyor.
 Kesejajaran relatif beberapa permukaan proksimal dapat ditentukan dengan
menyentuhkan tongkat analisis pada permukaan gigi. Posisi model diubah-
ubah dalam berbagai arah, sehingga permukaan proksimal tadi berada dalam
kedudukan sejajar satu sama lain. Ada dua kemungkinan pilihan yang akan

32

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

dihadapi, yaitu kontak hanya pada bagian servikal saja atau sampai bagian
marginal ridge. Dalam hal ini pilihlah kemungkinan kedua, karena bidang
bimbing dapat diperoleh hanya dengan pengasahan saja. Sebaliknya, untuk
memperoleh bidang bimbing pada kemungkinan pertama, harus dibuat
restorasi tuang.
 Besar retensi dapat diketahui dengan cara menyentuhkan tongkat analisis
pada permukaan lingual dan bukal gigi-gigi yang akan dipakai sebagai gigi
penahan.
Blocking out
Tujuan dilakukan blocking out yaitu untuk menutupi daerah undercut yang
tidak diharapkan, untuk menghindari timbulnya kesulitan-kesulitan pada tahap
pengerjaan gigi tiruan selanjutnya. Setiap daerah undercut yang akan dilewati
oleh bagian kerangka protesa harus ditutupi dengan blocking sehingga akan
memudahkan pada saat pemasangan gigi tiruan di mulut pasien.

Gambar 25. Bagian-bagian surveyor

9. Pembuatan base plate gigi tiruan dan Bite Rim


Occlusal bite rim terdiri dari dua bagian yaitu base plate dan bite rim.
1) Membuat base plate
- Membuat gambar desain gigi tiruan sebagian lepasan pada model kerja,
berdasarkan pada batas tepi dengan memperhatikan daerah mucobuccal
fold.

33

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

- Model kerja dibasahi dengan air atau ditaburi dengan baby powder.
- Selanjutnya selembar malam dilunakkan dengan lampu spritus, lalu
diletakkan di atas working model dan ditekan mulai dari bagian palatum
dengan batas-batas sesuai dengan desain.
- Bagian tepi dibuat seal dengan cara kelebihan malam dilipat ke atas
sehingga mempunyai ketebalan 2 lembar malam dan lebar 2 mm.
- Sisa malam yang melebihi batas tepi dibuang dengan menggunakan
pisau malam.
2) Pembuatan bite rim
Prosedur untuk rahang atas dan rahang bawah adalah sama
- Buat cetakan berbentuk balok panjang dari kertas karton tebal dengan
ukuran yang mengacu pada ukuran bite rim rahang atas yakni anterior
(t: 12 mm, l: 4 mm) posterior (t: 10-11 mm, l: 6 mm) dan rahang bawah
yakni anterior (t: 12 mm, l: 4mm) dan posterior (t:10-11mm, l: 5 mm)
- Kemudian oles permukaan dalam cetakan balok dengan vaselin.
- Panaskan malam diatas bunsen burner hingga larut menggunakan
sendok.
- Tuang malam yang telah larut ke dalam cetakan balok dan tunggu
hingga mengeras
3) Bite rim yang telah dibuat diletakkan di atas base plate dengan patokan
sebagai berikut:
- Pindahkan garis puncak linggir model kerja pada bite rim sehingga garis
puncak linggir rahang letaknya pada bite rim rahang atas yaitu di bagian
bukal : bagian palatal 2 : 1 (4 mm di bagian bukal dan 2 mm di bagian
palatal), sedangkan pada bite rim rahang bawah yaitu bagian bukal :
bagian lingual 1 : 1 (3 mm di bagian bukal dan 3 mm di bagian lingual).
- Sudut bite rim terhadap base plate dibuat 80°-85° terhadap dataran
oklusal
- Panjang bite rim untuk rahang atas sampai bagian distal gigi 17 yang
telah hilang dan mesial gigi 27 yang masih ada. Untuk rahang bawah
sampai bagian distal gigi 37 dan 47 yang telah hilang dan hingga bagian

34

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

distal gigi 33 dan 43. Kontur bagian bukal bite rim dirapikan dengan
menggunakan pisau malam.
- Lunakkan bite rim bidang orientasi di atas sebuah glass lab/kape di atas
api bunsen. Agar diperoleh bidang oklusal/orientasi yang datar dengan
tinggi ite rim di bagian anterior 12 mm dan posterior 10-11 mm.

Gambar 25. Ilustrasi hasil pembuatan base plate dan bite rim pada edentuluous penuh

10. Melakukan uji coba occlusal bite rim


Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan uji coba base plate dan bite
rim ialah:
1. Profil
- Bentuk muka pasien dilihat dari arah samping (sagital) merupakan indikasi
hubungan rahang atas dan rahang bawah. Terdapat tiga macam bentuk
profil muka yaitu lurus (straight), cembung (convex), dan cekung
(concave). Bentuk profil ini perlu diketahui untuk penyesuaian bentuk
labial gigi depan dilihat dari arah proksimal.
- Pada pemeriksaan profil wajah dilakukan dengan mengambil tiga buah titik
pada wajah, masing-masing pada dahi (glabella), dasar hidung
(subnasion), dan puncak dagu (gnathion). Bila ketiga titik ini berada pada
satu garis lurus maka profil mukannya lurus. Bila titik pada glabella dan
puncak dagu berada lebih ke depan dari titik pada dasar hidung, maka
profilnya adalah cekung, dan profil cembung terjadi pada arah yang
sebaliknya
2. Mata
Pemeriksaan mata dilakukan pada saat penderita duduk tegak dengan mata
memandang lurus ke depan, lalu dilihat adanya keadaan simetris atau tidak.

35

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Selanjutnya dilihat apakah bola mata dapat mengikuti gerakan sebuah


instrumen yang digerakkan ke segala arah, hal tersebut disebut movable in
all direction, bila tidak, keadaan ini disebut dengan inmovable in all
direction.
Guna mata dalam pemeriksaan ini antara lain untuk menentukan:
- Garis interpupil yang dipakai untuk menetukan tinggi gigit dan kesejajaran
bite rim rahang atas bagian posterior.
- Bidang horizontal frankfrut, yaitu bidang yang melalui titik-titik
infraorbita dan tragus. Bidang ini penting untuk pencetakan rahang atas
dengan bahan cetak cair. Pada penderita yang sensitif dan mudah mual,
garis ini hendaknya diatur sejajar lantai.
- Garis tragus-canthus, yang menjadi panduan letak kondil rahang yang
terletak lebih kurang setengah inci di depan tragus pada garis ini.
- Garis tengah wajah pasien
3. Telinga
Telinga diperiksa, simetris atau tidak. Peran telinga dalam pembuatan gigi
tiruan ialah untuk
- Menentukan garis camper, yaitu garis lurus yang menghubungkan tragus
dengan sayap hidung (ala nasi), guna garis ini adalah pada saat pencetakan
rahang dengan bahan cetak tidak cair seperti impression compound harus
sejajar dengan lantai.
- Menentukan garis yang ditarik dari tragus ke sudut mata (canthus). Kondil
rahang bawah terletak pada garis ini, dengan jarak kurang lebih setengah
inci dari tragus.
- Menentukan garis yang ditarik dari tragus ke sudut mulut. Garis ini
bermanfaat dalam menentukan posisi pasien pada waktu pencetakan
rahang bawah, dimana garis ini dibuat sejajar dengan lantai.
- Menentukan bidang horizontal frankfrut.
4. Occlusal bite rim
Bite rim digunakan untuk menentukan tinggi bidang oklusal, bentuk
lengkung (yang dikaitkan dengan aktivitas bibir, pipi, dan lidah), catatan
awal hubungan antar rahang dalam arah vertikal dan horizontal (termasuk

36

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

dukungan wajah sementara), dan perkiraan jarak interoklusal. Terletak


sejajar dengan garis puncak linggir yang telah digambar. Tinggi bite rim
sebesar panjang gigi ditambah dengan penyusutan jaringan alveolar yaitu
kira-kira 10-12 mm.

- Penetapan gigit
Pasien diminta duduk dengan posisi tegak, lalu Occlusal bite rim rahang atas
dimasukan ke dalam mulut pasien dan dilakukan penetapan gigit.
Uji coba Occlusal bite rim RA dilakukan dengan pedoman sebagai berikut :
1) Adaptasi base plate gigi tiruan :
- Base plate gigi tiruan harus diam di tempat, tidak boleh mudah lepas
atau bergerak karena akan mengganggu pekerjaan tahap selanjutnya.
- Permukaan base plate gigi tiruan harus rapat dengan jaringan
pendukung.
- Tepi base plate gigi tiruan tidak boleh terlalu panjang dan pendek.
2) Dukungan bibir dan pipi :
- Penilaiannya dilihat dari sulkus nasolabialis dan philtrum pasien
tampak tidak terlalu dalam atau alurnya hilang.
- Bibir dan pipi pasien tidak boleh tampak cekung atau cembung.
3) Tinggi bite rim
- Pedoman untuk bite rim rahang atas ialah low lip line, yaitu pada saat
pasien dalam keadaan rest position, garis insisal/bidang oklusal/bidang
orientasi bite rim rahang atas setinggi garis bawah bibir atas (1-2 mm)
dilihat dari muka, sedangkan apabila dilihat dari lateral sejajar dengan
garis tragus-alanasi.
4) Bidang orientasi
Bidang orientasi didapat dengan mensejajarkan:
- Bagian anterior dengan garis antarpupil
- Bagian posterior dengan garis camper yang ditarik melalui tragus
(porion) hingga ala nasi.

37

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Gambar 26. Hubungan antara garis interpupil mata, camper’s line dan bidang oklusal.

Setelah uji coba oclusal bite rim rahang atas selesai, kemudian dilanjutkan
dengan uji coba oclusal bite rim rahang bawah dengan pedoman:
1) Adaptasi landasan
Caranya sama dengan rahang atas, landasan harus diam di tempat, tidak
boleh mudah lepas/bergerak
Pada rahang bawah tidak dapat sebaik rahang atas karena luas landasan yang
lebih sempit dan gangguan gerakan lidah.
2) Bite rim rahang bawah
- Bidang orientasi bite rim rahang bawah harus merapat (tidak boleh ada
celah) dengan bidang orientasi bite rim rahang atas.
- Permukaan labial/bukal bite rim harus sebidang dengan yang atas. Bila
kelebihan harus dikurangi dan sebaliknya bila kekurangan harus
ditambah.
- Tarik garis median pada tanggul gigitan sesuai dengan garis median
pasien.
Pengukuran kesejajaran bidang orientasi dengan menggunakan fox bite
gauge. Pertama-tama cari bidang orientasi dengan mensejajarkan :
a) Bagian anterior dengan garis pupil.
b) Bagian posterior dengan garis camper yang berjalan dari ala nasi ke
tragus, caranya menarik benang katun yang telah dihubungkan ke
gelang karet pada kedua ujungnya. Lalu gelang karet tersebut dikaitkan
pada daun telinga kanan dan kiri (tragus) sedangkan benang katun
diposisikan pada sub nasal. Selanjutnya dibuat penyesuaian pada basis

38

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

gigi tiruan dan bite rim rahang atas sehingga diperoleh kesejajaran
terhadap bidang orientasi dengan menggunakan fox bite gauge.
Penyesuaian untuk bite rim rahang atas hanya dilakukan melalui
penambahan atau pengurangan biterim di bagian posterior.

Gambar 27. Uji coba dan kesejajaran bite rim

11. Pengukuran dimensi vertikal


Pada pasien yang telah kehilangan hampir semua gigi, dimensi vertikalnya telah
hilang sehingga harus dilakukan pencarian kembali dengan rumus :

Dimensi vertikal = Physiological rest position – free way space

Dimensi vertikal posisi istirahat


1) Ukur dimensi vertikal dengan bite rim rahang atas dan rahang bawah dalam
mulut.
2) Tentukan dua titik pada wajah pasien sejajar dengan median line,
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong dari titik
subnasion sampai titik gnation.
3) Pasien diinstruksikan untuk menghitung satu hingga sepuluh serta
mempertahankan posisi rahangnya pada hitungan ke sepuluh, pada saat
tersebut jarak kedua titik diukur.
4) Kemudian pasien diinstruksikan mengucapkan beberapa kata yang
berakhiran ‘S’ (berdesis) dan diukur kembali jarak kedua titik tersebut.
5) Seterusnya pasien diinstruksikan untuk mengucapkan huruf “M” sebanyak
sepuluh kali dan diukur kembali jarak kedua titik tersebut.

39

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

6) Pengucapan ini diulangi 5 hingga 10 kali. Angka yang paling sering muncul
yang diambil sebagai nilai Dimensi Vertikal Istirahat (DVI). Untuk
mendapatkan nilai Dimensi Vertikal Oklusi (DVO), nilai DVI dikurangi
dengan nilai free way space (2-4 mm).
7) Selanjutnya bite rim dimasukkan ke dalam mulut pasien, kemudian pasien
diminta untuk oklusi dengan menelan ludah dan posisi tersebut ditahan
untuk dilakukan pengukuran DVO dari kedua titik yang sama. Apabila nilai
pengukuran DVO sudah sesuai dengan hasil perhitungan DVO tanpa bite
rim sebelumnya, maka dimensi vertikal telah didapatkan.
8) Bila relasi vertikal terlalu tinggi, maka ketinggian bite rim rahang bawah
harus dikurangi supaya tidak mengganggu estetik pasien, kecuali bila
memerlukan pengurangan yang banyak, barulah bite rim atas bisa dikurangi.
9) Bila relasi vertikal terlalu rendah, maka dapat dilakukan penambahan bite
rim rahang bawah dengan menggunakan wax agar ketebalannya merata dan
tidak mengganggu kesejajaran bidang orientasi.
10) Jangan pernah menambah/mengurangi bite rim rahang atas, karena akan
merubah garis insisal yang telah ditentukan sebelumnya.

Gambar 28. Pedoman mengukur dimensi vertikal A=B=C

40

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Gambar 29. Pengukuran Dimensi Vertikal


Pengukuran dimensi vertikal menggunakan two dot technique yaitu dengan
cara mengukur 2 titik (satu pada rahang atas, satu lagi pada rahang bawah), yang
ditempatkan pada daerah yang tidak bergerak yaitu di atas dan di bawah garis
bibir dan kedua titik diukur dengan jangka sorong.

12. Penentuan relasi sentrik.


Relasi sentrik dapat ditentukan melalui beberapa cara seperti :
- Pasien diinstruksikan untuk mengatur posisi tubuh tegak dan tidak
bersandar.
- Menginstruksikan pasien untuk menengadah ke atas sambil menelan ludah
dan mempertahankan oklusal bite rim rahang atas dan gigi anterior asli
pasien tetap berkontak.
- Operator melihat TMJ pasien, jika masih bergerak maka TMJ belum
mencapai posisi paling posterior.
- Menempatkan ujung lidah pada garis tengah rahang landasan paling
posterior.
- Tanda digoreskan pada sisi oklusal rim dari rahang atas
- Penutupan rahang diulang beberapa kali untuk memastikan bahwa oklusal
bite rim rahang atas berkontak dengan gigi anterior asli pasien untuk waktu
yang sama setiap saat.
Tujuan penentuan relasi sentrik yaitu :
- Agar gigi posterior dapat mencapai hubungan antar tonjol yang tepat
sehingga penyimpangan dalam mulut dapat terdeteksi. Gigi dengan
kemiringan tonjol 30°dapat lebih efektif untuk memeriksa kecermatan

41

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

hubungan rahang dibandingkan dengan kemiringan tonjol 20°, tonjol


dengan kemiringan 30° dapat memperbesar kemungkinan adanya kesalahan
oklusi.
- Merupakan salah satu persyaratan fisiologis untuk kenyamanan serta
stabilitas dalam rongga mulut.

13. Memfiksir bite rim rahang atas dan rahang bawah.


Setelah dimensi vertikal pasien didapat, pasien dilatih untuk melakukan
berbagai macam gerakan di atas untuk menentukan relasi sentriknya,
selanjutnya tarik garis-garis orietasi diantaranya :
1) High lip line, yaitu garis tertinggi bibir atas waktu pasien tersenyum, low lip
line dan median line.
2) Tandai bagian distal gigi kaninus atas kiri dan kanan (garis lacrimal duct –
ala nasi).
3) Fiksasi bite rim rahang atas dan rahang bawah dengan menggunakan staples
yang dipanaskan pada lampu spritus.
4) Bite rim yang telah difiksasi dikeluarkan dari mulut pasien, kemudian
dipasangkan pada model kerja yang selanjutnya akan ditanam pada
artikulator.

Gambar 30. Ilustrasi fiksasi bite rim


14. Pemasangan model pada artikulator
Sebelum memasang model kerja dengan oklusal bite rim nya di dalam
artikulator, harus dipersiapkan jenis artikulator yang akan dipakai dan
dilakukan persiapan model yang meliputi penyesuaian ketinggian model atas
dan bawah dengan ruang antara bagian atas dan bawah artikulator. Bila terlalu
tinggi yang paling aman ialah mengurangi model bawah.

42

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

1) Artikulator sebelumnya dipasangkan karet gelang melingkar pada titik


tengah yang membagi artikulator secara vertikal. Selanjutnya, pasang model
kerja dan bite rim rahang atas pada artikulator dengan pedoman :
- Garis tengah working model dan bite rim atas berhimpit dengan garis
yang terbentuk oleh karet gelang dan garis tengah artikulator.
- Jarum horizontal insisal guide pin harus menyentuh tepi luar anterior
bite rim model RA dan tepat pada garis tengahbite rim.
2) Setelah pedoman tersebut terpenuhi upper member artikulator digerakan ke
atas dan adonan gips dituang pada bagian atas model kerja rahang atas,
kemudian upper member digerakkan ke bawah/menutup sampai menenkan
gips yang ada pada model kerja rahang atas.
3) Setelah mengeras kemudian artikulator dibalik. Oklusal bite rim rahang
bawah diletakkan kembali pada pada oklusal bite rim rahang atas sesuai
dengan oklusinya. Buat adonan gips kemudian lower member artikulator
diangkat ke atas dan adonan gips dituang pada model kerja rahang bawah,
kemudian lower member digerakkan ke bawah/menutup sampai menekan
adonan gips.
4) Artikulator dibalik dan gips dirapikan.

Gambar 31. Ilustrasi penananm model kerja pada articulator

15. Penentuan bentuk, warna, dan ukuran gigi tiruan.


- Pemilihan elemen gigi berpedoman pada bentuk wajah, jenis kelamin dan
umur pasien untuk menentukan warnanya dan tingkat kehausannya.
- Ukuran elemen gigi disesuaikan dengan garis orientasi pada bite rim.
- Bentuk elemen yang dipilih yaitu persegi karena pasien berjenis kelamin
laki-laki.

43

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

- Warna elemen yang dipilih harus sesuai dengan warna gigi asli pasien yang
masih ada.
- Bahan yang digunakan pada kasus ini adalah elemen gigi berbahan akrilik.
1.

1) Bentuk wajah
- Bentuk gigi sesuai dengan bentuk muka dan bentuk rahang yaitu persegi,
lancip, dan lonjong dilihat drai pandangan fasial
- Terdapat tiga profil wajah yaitu datar, cembung dan cekung yang sesuai
dengan bentuk kontur gigi pandangan proksimal

Gambar 32. Wajah dilihat dari samping

Gambar 33. Bentuk muka, gigi dan rahang


2) Jenis kelamin
Pria mempunyai permukaan labial yang datar sedangkan wanita mempunyai
permukaan labial yang cembung

Gambar 34. Permukaan labial gigi anterior dengan permukaan cembung dan datar

44

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

3) Bentuk gigi
- Pria bentuk giginya persegi dan sudut distalnya juga persegi.
- Pria ukuran gigi insisivus lateralnya lebih kecil dari sentral.

Gambar 35. Perbedaan bentuk gigi (A) pria dan (B) wanita
Ukuran elemen gigi bervariasi sesuai dengan garis orientasi :
1) Elemen gigi anterior
- Garis senyum – garis orientasi insisal untuk panjang elemen gigi yaitu
sama dengan ⅔ panjang elemen gigi insisivus sentral atas.
- Jarak distal kaninus kiri kanan = jumlah lebar keenam elemen gigi
anterior atas.
- Garis ala nasi berhimpit dengan poros elemen gigi kaninus atas.

Gambar 36. Jarak distal C-Cs (kiri) dan garis ala nasi melalui porus C (kanan)

2) Elemen posterior
- Panjang elemen gigi posterior disesuaikan dengan jarak antar linggir
rahang.
- Gigi yang akan diganti maksimal sampai molar kedua, diukur dari distal
kaninus sampai batas lereng linggir di posterior.
- Lebar buko – lingual/palatal disesuaikan dengan lebar mesio – distalnya
sehingga bentuknya sebanding.

16. Penyusunan Gigi


Penyusunan elemen gigi dilakukan secara bertahap yaitu mulai pada bagian
anterior atas, posterior atas, molar pertama bawah dan sisa posterior lainnya.

45

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Penyusunan gigi harus memperhatikan curve of spee ke arah anterior –


posterior, curve of Wilson ke arah lateral kiri dan kanan serta kesejajaran
terhadap bidang orientasi.

Gambar 37. (A) curve of spee dan (B) curve of wilson

Syarat utama penyusunan gigi:


 Setiap gigi mempunyai 2 macam kecondongan/inklinasi:
- Inklinasi mesio-distal
- Inklinasi anterio-posterior atau inklinasi labio/bukopalatal/lingual
sesuai dengan kecondongan tanggul gigitan.
 Dilihat dari oklusal berada diatas linggir rahang.
Penyusunan gigi harus disesuaikan dengan keadaan linggir, pada pasien
yang sudah lama kehilangan gigi sering sudah terjadi resorbsi linggir.

Gambar 38. Perbandingan dari 3 macam posisi gigi anterior atas serta pengaruhnya:
A-A’ = Susunan benar, estetik baik
B-B’ = Susunan sedikit ke palatal, estetik kurang baik
C-C’ = Susunan salah, estetik jelek

 Setiap gigi anterior atas yang akan disusun, pada permukaan labialnya
dibuat garis poros.

46

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Gambar 39. (atas) poros gigi/Long axis (inklinasi mesio-distal)


Dan (bawah) inklinasi labio-palatal rahang atas dan bawah

 Bite rim dipotong bertahap agar tidak kehilangan jejak pada lebar mesio-
distal dan kedalaman antero-posterior gigi yang akan disusun
 Centric occlusion ialah hubungan permukaan oklusal gigi geligi atas dan
bawah, yang menunjukkan kontak maksimal bila mandibula berada
dalam keadaan sentrik/menutup terhadap maksila.
 Working occlusion ialah kontak oklusal dari gigi geligi atas dan bawah
pada sisi kearah mana mandibular bergerak waktu berfungsi
 Balancing occlusion ialah kontak antara gigi geligi atas dan bawah pada
sisi yang berlawanan dengan working occlusion

A. Gigi anterior atas


a. Incisivus centralis superior
1. Tampak labial
Inklinasi mesiodistal
- Long axisnya membentuk sudut 85° dengan bidang oklusal.
- Sumbu gigi hampir sejajar atau miring sedikit membentuk sudut 5°
dengan median line
- Insisal edge menenpel bite rim bawah
- Tepi insisal sedikit masuk ke palatal untuk meberi dukungan pada
bibir serta dilihat dari bidang oklusal tepi insisal terletak di atas
lingir rahang.
2. Tampak proksimal
Inklinasi labiopalatal

47

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

- Bagian 1/3 permukaan labial agak tampak depresi


- Insisal edge terletak pada bite-rim bawah
-

Gambar 40. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior


gigi I-1 atas

b. Incisivus lateralis superior


1. Tampak labial
Inklinasi mesiodistal
Sumbu gigi membentuk sudut lebih besar daripada incisivus centralis
superior
- Long axisnya membentuk sudut 80°
- Insisal edge menggantung dan berjarak 1 mm dari bite rim bawah
- Bagian mesio-insisal berkontak dengan facies distalis incisivum
central superior
2. Tampak insisal
- Facies labialis agak ke palatal dan mengikuti lengkung bite rim
rahang atas
3. Tampak proksimal
- Bagian servikal condong lebih ke palatal

Gambar 41. (kiri) inklinasi mesio distal dan (kanan) inklinasi antero-posterior
gigi I-2 atas.

48

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

c. Caninus superior
1. Tampak labial
Inklinasi mesiodistal
- Sumbu gigi sedikit miring atau hampir sejajar dengan median line,
- Puncak cups menyentuh bidang oklusi
- Sisi mesio-insisal berkontak dengan sisi disto-insisal insisivum
lateralis superior.
2. Tampak proksimal
Inklinasi labio-palatal
- Bagian 1/3 labio-servikal lebih prominent dan ujung cups lebih ke
palatal dan menyentuh bidang orientasi.
3. Tampak insisal
- Permukaan labial sesuai dengan lengkung bite rim rahang bawah

Gambar 42. (kiri) inklinasi mesio distal dan (kanan) inklinasi antero-posterior
gigi caninus atas.

B. Gigi posterior superior


Disesuaikan dengan antero-posterior curve yang terdiri dari:
1. Bidang horizontal, tempat disusunnya gigi-gigi premolar superior
pertama dan premolar superior kedua
2. Oblique plane, tempat disusunnya gigi-gigi molar superior pertama dan
molar superior kedua.
3. Lateral curve yang terdiri dari:
- Bidang yang terbentuk dari garis singgung pada oklusal bite rim,
dimana permukaan bukal gigi premolar ditempatkan
- Bidang dengan sudut penyimpangan 6° dari bite rim kearah palatal,
dimana terletak permukaan bukal gigi-gigi molar

49

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Gambar 47. Kurva anteroposterior (a) bidang datar horizontal (b) bidang oblique

Gambar 48. Kurva lateral

a. Premolar superior pertama


1. Inklinasi mesiodistal : sumbu gigi tegak lurus bite rim
2. Inklinasi bukopalatal :
- Sumbu gigi tegak bidang oklusal
- Tonjol bukal menyentuh bidang oklusal dan tonjol palatina
menggantung.

Gambar 49. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi P-1 atas

b. Premolar superior kedua


1. Inklinasi mesiodistal : sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal
2. Inklinasi bukopalatina :
- Sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal
- Kedua tonjol menyentuh bidang oklusal

50

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Gambar 50. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi P-2 atas

c. Molar superior pertama


1. Inklinasi mesiodistal : sumbu gigi miring kea rah mesial
2. Inklinasi bukopalatal :
- Tonjol mesio palatina menyentuh bidang oklusal
- Tonjol mesio bukal dan tonjol disto bukal dinaikkan 0,5 mm
dari bidang oklusal
- Tonjol disto palatina dinaikkan 0,8-0,75 dari bidang oklusal.

Gambar 51. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi M-1
atas
d. Molar superior kedua
1. Inklinasi mesiodistal :
Sumbu gigi lebih miring daripada molar superior pertama
2. Inklinasi buko palatal :
- Tonjol mesio bukal dan mesio palatinal lebih menggantung ± 1
mm daripada tonjol mesio bukal dan tonjol mesio palatina gigi
molar superior pertama.
- Tonjol disto bukal lebih menggantung daripada tonjol disto
bukal gigi molar superior pertama
- Tonjol disto palatinal lebih menggantung daripada gigi molar
superior pertama disamping ketentuan-ketentuan diatas, untuk
pemasangan gigi-gigi posterior rahang atas juga harus memenuhi
adanya antero-posterior curve dan lateral curve.

51

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Gambar 52. (kiri) Inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi M-2 atas

C. Gigi posterior inferior


a. Molar inferior pertama
Molar pertama inferior adalah gigi pertama yang dipasangkan pada
tahap penyusunan gigi posterior rahang bawah dan merupakan kunci
oklusi. Pada pemasangan yang benar akan memudahkan pemasangan
gigi-gigi posterior berikutnya.
Pada posisi normal pemasangan molar inferior pertama sesuai kelas
1 angle yaitu apabila mandibular dengan lengkung giginya dalam
hubungan mesio-distal yang normal terhadap maksila.
Panduan pemasangan:
1. Centric occlusion
- Inklinasi mesiodistal :
Tonjol mesio bukal molar superior pertama berada di mesio bukal
groove molar inferior pertama.
- Inklinasi mesio lingual :
Tonjol mesio palatina molar superior pertama berada di fossa
central molar inferior pertama.
Kemudian dilakukan cek dengan menggerakan lengan artikulator atas
ke kanan dan ke kiri. Pada gerakan lengan artikulator ke kanan maka
terjadi
2. Working occlusion :
Tonjol mesio distal molar pertama inferior kanan berkontak antara
tonjol bukal premolar superior kedua kanan dan tonjol mesio bukal
molar superior pertama kanan.
3. Balancing contact :

52

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Tonjol mesio bukal dan disto bukal molar inferior pertama kiri
berkontak dengan tonjol palatina premolar superior kedua kiri dan
tonjol mesio palatina molar superior pertama kiri.

Gambar 53. (A) inklinasi mesiodistal dan (B) cusp mesiobukal M-1 atas
berasada pada mesiobukal developmental groove M-1 bawah

b. Premolar inferior kedua


1. Centric occlusion
Inklinasi mesiodistal :
1. Tonjol bukal premolar inferior kedua terletak diantara premolar
superior kedua dan premolar superior pertama dengan ujung
tonjolnya berkontak dengan marginal ridge premolar superior
kedua dan premolar superior pertama.
2. Tonjol lingual premolar inferior kedua terletak diantara tonjol
palatina premolar superior kedua dan premolar superior pertama.
3. Mesio lingual ridge dari premolar inferior kedua
condong/menarik slope distal tonjol lingual dari premolar
superior pertama.
2. Working occlusion
1. Slope tonjol disto bukal premolar inferior kedua berkontak
dengan slope tonjol mesio bukal premolar superior kedua.
2. Slope tonjol mesio bukal premolar inferior kedua berkontak
dengan slope tonjol disto bukal premolar superior pertama.
3. Tonjol lingual premolar inferior kedua berkontak dengan area
distolingual premolar superior pertama dan area mesio lingual
premolar superior.

53

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

3. Balancing occlusion
Slope mesial pada tonjol bukal premolar inferior kedua berkontak
dengan slope distal pada tonjol lingual premolar superior pertama.

Gambar 54. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi
P-2 bawah

c. Premolar inferior pertama


1. Centric occlusion :
Tonjol bukal premolar inferior pertama terletak diantara tonjol bukal
premolar superior kedua dan caninus superior, dengan ujung
tonjolnya berkontak dengan marginal ridge premolar superior kedua
dan caninus superior.
2. Working occlusion :
Tampak bukal
Slope disto bukal premolar inferior pertama berkontak dengan slope
mesio bukal premolar superior kedua dan slope mesio bukal
premolar inferior pertama berkontak dengan slope disto bukal
caninus superior.
Tampak lingual
Slope disto lingual premolar inferior pertama berkontak dengan
slope mesio palatine premolar superior pertama.
3. Balancing contact
Tidak terlihat adanya kontak dengan gigi atasnya.

54

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Gambar 55. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi P-2 bawah

d. Molar inferior kedua


1. Centric occlusion
- Garis inklinasi mesio bukal molar inferior kedua kontak dengan
garis tepi pada tonjol disto bukal molar superior pertama.
- Posisi dari tonjol palatine molar inferior kedua berkontak dengan
fossa central molar superior kedua.
2. Working occlusion
Tonjol molar inferior kedua berkontak dengan tonjol mesio bukal
molar superior pertama dan tonjol-tonjol molar superior kedua.
3. Balancing contact
- Tonjol mesio bukal molar inferior kedua berkontak dengan tonjol
disto palatina molar superior pertama.
- Tonjol disto bukal molar inferior kedua berkontak dengan tonjol
mesio palatina molar superior kedua.

Gambar 56. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi
M-2 bawah

Jika penyusunan gigi-gigi telah selesai, selanjutnya dilakukan kontrol berupa :


- Lengan atas artikulator digerakkan kearah lateral harus ada working
occlusion yang diikuti terjadinya balancing contact pada sisi lainnya.
- Lengan atas artikulator digerakkan ke posterior, untuk melihat ada atau
tidaknya open bite.

55

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

- Pada setiap gerakan dari lengan artikulator, vertikal pin tidak boleh
terangkat.

17. Try In Gigi Tiruan Malam Pada Pasien


1. Gigi-gigi anterior
Try in gigi anterior dimulai dengan pemeriksaan susunan gigi anterior
terlebih dahulu dengan melihat kesesuaian susunan gigi, bentuk gigi, ukuran
gigi dan posisi gigi pada model dengan keadaan dalam mulut pasien dan
oklusi dalam mulut pasien jangan sampai ada yang terlihat “open”.
Kemudian periksa ketepatan garis median, posisi distal, stabilitas, retensi,
serta fonetik dengan meminta pasien mengucapkan huruf “f” atau “s”.
Adapun hal lain yang perlu diperhatikan ialah dimensi vertikal harus tetap
sama dengan pengukuran sebelumnya. Selain itu, sayap dari malam harus
tepat dan sudah melekat ke mukosa. Setelah itu dilakukan penyusunan gigi
posterior.

2. Gigi-gigi posterior
Hal – hal yang harus diperhatikan ketika melakukan try in posterior yaitu :
- Cek garis median.
- Lihat tepi sayap dari malam, apakah sudah tepat dan sudah melekat ke
mukosa (peripheral seal).
- Cek oklusi gigi anterior – posterior.
- Minta pasien untuk coba mengunyah dan bicara.
- Cek apakah dimensi vertikal pasien berubah.
- Pemeriksaan fonetik dengan cara menginstruksikan pasien mengucapkan
huruf S, D, O, M, R, A dan T dan lainnya sebagainya dengan jelas dan
tidak ada gangguan.
Setelah try in gigi tiruan malam pada pasien, kedua gigi tiruan rahang atas
dan bawah ditempatkan kembali pada working model di artikulator.

56

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

18. Wax Contouring, Flasking, Packing, Curing, Deflasking.


Wax contouring ialah memberi bentuk basis dari gigi-gigi tiruan sedemikian
rupa, sehingga dapat menyerupai bentuk anatomis dari gingiva dan jaringan
lunak yang asli.
Cara wax contouring:
1. Fiksir pinggiran landasan gigi tiruan dengan malam pada model kerja.
2. Ambil lembaran malam secukupnya untuk bagian labial dan bukal serta
palatine rahang atas begitu juga rahang bawah, kemudian dilunakkan di atas
api spiritus.
3. Letakkan sampai sekitar serviks gigi tiruan.
4. Malam dipotong disekitar servik gigi dengan mebentuk sudut 45° memakai
lecron/pisau malam.
5. Malam dibentuk sesuai dengan bentuk gingiva dan bentuk jaringan di
sekitar gigi tiruan (perhatikna cekung /cembungnya).
6. Pada waktu mengukir tonjolan-tonjolan akar, perlu diperhatikan bahwa gigi
kaninus superior adalah yang terpanjang dan gigi insisivus lateralis superior
adalah yang terpendek. Tonjol-tonjol akar diukir dengan bentuk huruf V.
7. Daerah interproksimal harus sedikit cembung meniru daerah-daerah
interdental papilla sehingga higienis serta mencegah pengendapan sisa-sisa
makan dan plak.
8. Bentuk rugae pada langit-langit dan postdam pada model kerja.
9. Haluskan semua permukaan luar gigi tiruan malam dengan melewatkan nya
diatas api bunsen lalu digosok dengan kain sutra hingga mengkilat.

Gambar 59. Ilustrasi pembentukan kontur permukaan luar gigi tiruan (wax contouring)

57

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Setelah proses wax contouring, model ditunjukkan kepada instruktur dan


selanjutnya dilakukan proses laboratorium berupa:
- Flasking
Proses penanaman model dan trial denture malam dalam suatu flask/ cuvet
untuk membuat sectional mold.
- Packing
Proses mencapur monomer dan polimer resin akrilik
- Curing
proses polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan polimerisasinya
bila dipanaskan atau ditambah zat kimia lainnya.
- Deflasking
Proses melepaskan gigi tiruan resin akrilik dari flask dan bahan tanamnya,
tetapi tidak boleh lepas dari model rahangnya agar gigi tiruan dapat
diremounting di artikulator kembali.
19. Insersi
Sebelum insersi gigi tiruan, operator harus memeriksa apakah gigi tiruan
benar-benar telah dibuat dengan baik oleh tekniker, dengan memperhatikan hal
– hal sebagai berikut :
- Permukaan dalam tidak boleh memperlihatkan bentuk yang tidak teratur
(kasar) yang tidak terdapat dalam mulut.
- Memeriksa seluruh bagian perifer dan menguranginya jika ada kelebihan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat insersi gigi tiruan ke dalam mulut
pasien, yaitu:
- Retensi
- Saat GTSL dicobakan pada pasien, dilihat apakah GTSL sudah memiliki
retensi yang cukup dengan memperhatikan adaptasi tepi-tepi GTSL
terhadap jaringan mulut. Jika terdapat daerah yang sakit saat GTSL
dimasukkan dalam mulut (belum boleh dioklusikan) buat PIP (pressure
indicator paste) untuk mengetahui letak rasa sakit. PIP dibuat dengan
mencampurkan fletcher dan minyak zaitun sampai terbentuk pasta,
aplikasikan dengan kuas kecil ke permukaan cetakan (bagian dalam gigi
tiruan), masukkan ke dalam mulut dan keluarkan (tidak boleh beroklusi) dan

58

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

harus per rahang), daerah yang sakit dan menekan akan terlihat dengan
hilangnya pasta di daerah tersebut. Ambil daerah tersebut atau bebaskan dari
penekanan dengan mengurangi basis menggunakan fresher stone.
Pemeriksaan oklusi dan stabilitas.
- Pemeriksaan ini menyangkut aspek oklusi pada posisi sentrik, lateral dan
antero-posterior dengan menggunakan articulating paper yang diletakkan
antara gigi atas dan bawah, kemudian pasien diminta untuk melakukan
gerakan pengunyahan 3 – 4 kali. Titik – titik dimana terjadi kontak oklusal
pada permukaan gigi dapat dilihat setelah articulating paper diangkat. Pada
keadaan normal, kontak ini tersebar merata di antara semua gigi asli maupun
gigi tiruan.
- Stabilitas gigi tiruan diperiksa dengan cara menekan bagian depan dan
belakang gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan
pergerakan pada saat tes ini dilakukan.
Pemeriksaan estetik dan fonetik.
- Operator mengajarkan cara memasang dan melepaskan alat pada pasien
yang dilakukan di depan kaca sehingga pasien dapat melihatnya, kemudian
pasien diminta untuk mencoba memasang dan melepaskan alat sendiri tanpa
bantuan operator.
Instruksi yang diberikan pada pasien :
- Gigi tiruan dipakai secara terus – menerus untuk proses adaptasi.
- Menjaga kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut.
- Pada saat tidur malam, gigi tiruan dilepas dan direndam dalam wadah
tertutup yang berisi air dingin yang bersih.
- Hindari mengunyah makanan yang keras dan lengket.
- Pasien diminta untuk kembali kontrol satu minggu setelah insersi gigi
tiruan.

20. Tahap Kontrol


1) Kontrol pertama akan dilakukan pada minggu pertama sesudah insersi alat
untuk melihat adaptasi pasien. Namun, jika pasien memiliki keluhan, maka
harus segera menghubungi operator untuk dilakukan pengecekan kembali.

59

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031


Dental Side Teaching | Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Selanjutnya dilakukan kontrol kedua pada minggu kedua untuk melihat


kondisi dari gigi tiruan dan jaringan lunak pasien.
2) Pada saat pasien datang untuk melakukan kontrol, operator melakukan
pemeriksaan keutuhan dari plat gigi tiruan serta kondisi jaringan lunak
pasien terutama keadaan jaringan lunak di bawah gigi tiruan, memeriksa
gigi tiruan apakah masih retentif atau tidak, melihat stabilitas alat pada saat
dipakai untuk mengunyah makanan, mengecek oklusi pasien serta melihat
fungsi fonetik apakah bermasalah atau tidak.
3) Pasien diinstruksikan untuk menjaga kebersihan mulut dan plat gigi
tiruannya. Operator juga melakukan tindakan profilaksis antara lain
pembersihan debris pada gigi tiruan jika ada.

60

Rosely Lydia Ingkiriwang | 16014103031

Anda mungkin juga menyukai