1. IDENTITAS
No. Kartu : I.16094
Nama Pasien : Youke Merry Ingkiriwang
Umur : 64 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Paal IV, Manado
2. KASUS
Seorang pasien perempuan berusia 64 tahun yang berdomisili di paal IV,
Manado datang ke klinik RSGM-P FK UNSRAT dengan keluhan ingin
dibuatkan gigi palsu rahang atas dan rahang bawah karena beberapa giginya telah
dicabut sehingga pasien merasa terganggu saat makan. Pasien juga pernah
memiliki gigi palsu tetapi tidak lama digunakan karna merasa tidak nyaman saat
dipakai.
Foto wajah
Gambaran Klinis
3. KONDISI SISTEMIK
Keluhan / gejala
Nama Penyakit Keterangan
Ya Tidak
Penyakit jantung √
Hiper/hipotensi √
Kelainan darah √
Haemophilia √
Diabetes mellitus √
Penyakit ginjal √
Hepatitis √
Penyakit pernafasan √
Kelainan pencernaan √ Gastritis
Epilepsi √
HIV/AIDS √
Alergi obat √
Alergi makanan √
6. STATUS LOKAL
- Luar mulut
a. Sendi kanan : tidak bengkak dan tidak sakit
Sendi kiri : Tidak bengkak; Tidak sakit
Pemeriksaan
Dilakukan secara (1) palpasi, pasien duduk tegak dan relaks, kedua jari
telunjuk ditempatkan pada kondilus kanan dan kiri pasien, kemudian pasien
diinstruksikan membuka dan menutup mulut perlahan-lahan. Rasakan
apabila terdapat lompatan/gerakan tidak teratur. (2) auditori, pada saat
digerakan, dengarkan/tanyakan pada pasien (dapat pula menggunakan
stetoskop) apakah mendengar suara gemeriksik berupa bunyi klutuk sendi
(clicking) atau kretek sendi (crepitasi). (3) visual, memperhatikan kondilus
ketika bagian ini menggerakan kulit pelindungnya, bila terdapat kelainan
- Dalam mulut
a. Bentuk lengkung RA : Persegi
Bentuk lengkung RB : Lonjong
Pemeriksaan
Dilakukan pemeriksaan secara visual dengan melihat secara langsung ke
dalam rongga mulut pasien maupun menggunakan model studi. Dilihat (1)
persegi, apabila bentuk lengkung anterior (dari C-C) sama besar dengan
bentuk lengkung bagian posterior dan memiliki sisi yang sejajar. (2)
lonjong, apabila bentuk lengkung anterior (C-C) dan bentuk lengkung
posterior melengkung. (3) lancip, apabila bentuk lengkung anterior (C-C)
lebih kecil dibandingkan bentuk lengkung posterior maka, berbentuk lancip.
e. Hubungan RA – RB : normal
Pemeriksaan
Dilakukan dengan cara menginstruksikan pasien pada keadaan posisi
istirahat kemudian jari telunjuk diletakan pada dasar vestibulum anterior RA
dan ibu jari pada dasar vestibulum RB. Kemudian digerakan secara vertikal
dan dilihat hubungan puncak linggirnya. (1) normal, apabila ujung kedua
jari terletak segaris vertikal, atau linggir rahang atas berada sejajar dengan
linggir rahang bawah, (2) retrognatik, apabila linggir rahang bawah terletak
lebih ke anterior dari rahang atas, dan (3) prognatik, apabila linggir rahang
bawah terletak lebih ke posterior dari rahang atas. Pemeriksaan ini berguna
memberi pedoman untuk penyusunan gigi dengan tidak menganggu estetik.
10
11
12
Pemeriksaan
dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no.3 kemudian dimasukan
kedalam vestibulum labial, bukal, dan pada bagian lingual arah vertikal
tegak lurus. Kemudian diangkat dan diamati kedalaman perlekatan otot nya.
Hasil pemeriksaan dapat dikategorikan menjadi (1) dalam, apabila seluruh
kaca mulut terbenam, (2) sedang, apabila ½ kaca mulut yang terbenam, dan
(3) rendah, apabila kurang dari ½ kaca mulut yang terbenam.
13
14
Pemeriksaan
Bentuk palatum diperiksa secara visual dengan mengamati bentuk lengkung
palatum. Bentuk palatum dikategorikan (1) persegi, apabila bentuk
lengkung/dinding palatum sejajar kedua sisinya, (2) lonjong, apabila bentuk
lengkung/dinding palatum membulat di kedua sisinya, (3) lancip, apabila
bentuk dasar palatum meruncing dan menonjol ke bagian dalam arah
vertikal dan membesar ke bagian bawah. Pemeriksaan kedalaman palatum
dilakukan mengunakkan kaca mulut no.3. (1) dalam, apabila seluruh kaca
mulut terbenam, (2) sedang, apabila ½ kaca mulut yang terbenam, dan (3)
rendah, apabila kurang dari ½ kaca mulut yang terbenam.
q. Retromylohyoid : Dalam
Pemeriksaan
Dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no. 3 diletakan arah vertikal
tegak lurus hingga ke dasar mulut. Retromylohyoid dikategorikan (1)
dalam, apabila seluruh kaca mulut terbenam, (2) sedang, apabila ½ kaca
mulut yang terbenam, dan (3) rendah, apabila kurang dari ½ kaca mulut
yang terbenam.
r. Ludah, konsistensi : sedang
Volume ludah : sedang
Pemeriksaan
Konsistensi dan volume ludah dapat diukur mengunakan alat khusus agar
diperoleh pengukuran yang akurat. Namun cara lain juga dapat digunakan
yakni dengan mengunakan kaca mulut yang diusapkan ke dalam rongga
mulut (dapat diusapkan pada bagian lidah, dasar mulut, dan bukal)
kemudian dilihat secara visual konsistensinya, (1) kental, apabila
konsistensi ludah terlihat liat atau likat, (2) sedang, apabila terdapat buih-
15
16
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
UE UE
Keterangan:
X : Missing
UE : Unerupted
7. DIAGNOSIS KLINIK
Rahang Atas : klas II Kenedy modifikasi II
Rahang Bawah : klas II Kenedy modifikasi II
8. INDIKASI PERAWATAN
Gigi tiruan sebagian lepasan pada rahang atas dan rahang bawah
Prosedur Perawatan
1. Pemeriksaan Subjektif dan Objektif
Pada kunjungan pertama, dilakukan indikasi kasus, pengisian kartu status
prostodonsia yang terdiri dari data pasien, pemeriksaan subjektif, pemeriksaan
objektif, diagnosis, dan rencana perawatan. Pasien diinformasikan tentang
rencana perawatan yang akan dilakukan yakni pembuatan gigi tiruan penuh
lepasan dari bahan akrilik pada rahang atas dan rahang bawah. Pasien juga
17
2. Perawatan Pendahuluan
Sebelum perawatan dilakukan terdapat hal-hal yang penting untuk
diperhatikan yaitu:
- Penjelasan kepada pasien mengenai gigi tiruan yang akan dibuat, sehingga
pasien mengerti akan kegunaan gigi tiruan tersebut.
- Memastikan kebutuhan gigi tiruan untuk pasien.
- Keinginan pasien yang berhubungan dengan kebutuhannya.
- Hubungan rencana perawatannya dengan kebutuhannya.
Perawatan pendahuluan yang dilakukan sebelum pembuatan gigi tiruan
bertujuan untuk melihat keadaan seluruh perubahan-perubahan/kelainan yang
terjadi pada linggir alveolus yang mendukung gigi tiruan dan struktur rongga
mulut lain yang dapat menggagalkan dalam pembuatan gigi tiruan penuh.
Secara garis besar, ada dua tahapan preparasi mulut (mouth preparation).
Pertama, dalam proses ini biasanya langkah-langkah pendahuluan seperti
tindakan bedah, perawatan periodontal, konservatif termasuk endodontik,
bahkan ortodontik perlu dilaksanakan untuk mempersiapkan mulut pasien
menerima gigi tiruan. Tahapan pertama ini bertujuan untuk menciptakan
lingkungan mulut yang sehat. Kedua, mulut pasien perlu dipersiapkan untuk
pemasangan gigi tiruan yang akan dibuat. Dalam tahap ini dilakukan proses
pengubahan kontur jaringan untuk mengurangi hambatan dan mencari bidang
bimbing. Permukaan jaringan yang akan dipreparasi ditandai pada model
diagnostik. Model dipakai sebagai peta atau petunjuk untuk melaksanakan
perubahan-perubahan.
Pada kasus ini dilakukan ekstraksi gigi 45 (nekrosis pulpa) dan tambalan
pada gigi 24, 32, 33, 35 (tambalan klas V karena abrasi). Sedangkan kontur
jaringan tidak dilakukan karena keadaan kontur jaringan baik dan dirasa cukup
untuk mendukung kekokohan dan kemantapan gigi tiruan.
18
Gambar 7. Alat dan bahan yang digunakan untuk mencetak rahang pasien
Adapun tata cara melakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah ialah
sebagai berikut:
- Atur posisi pasien tegak dengan posisi kepala sejajar dengan tubuh pasien.
Atur ketinggian pasien agar saat mencetak rahang bawah, mulut pasien
sejajar dengan bahu operator dan saat mencetak rahang atas, mulut pasien
sejajar dengan siku operator.
19
- Tentukan ukuran sendok cetak yang sesuai dengan besar rahang pasien
dengan cara mencobakan sendok cetak mulai dari nomor terkecil ke nomor
terbesar. Sendok cetak harus sesuai dengan bentuk lengkung rahang, bila
diletakan dalam mulut harus ada selisih ruangan kira-kira 4-5 mm. Untuk
rahang atas sendok cetak harus mencapai batas palatum lunak dan keras serta
hamular notch sedangkan untuk rahang bawah harus mencapai retromolar
pad. Pada kasus ini pasien menggunakan sendok cetak no. 2 untuk rahang
atas dan no.1 untuk rahang bawah.
- Posisi operator saat mencetak RB, berdiri di depan dan sisi kanan pasien.
Saat mencetak RA, operator berdiri sedikit di belakang dan sisi kanan pasien.
Gambar 9. Posisi mencetak untuk rahang atas dan rahang bawah (Neil dkk, 1990)
- Ukur perbandingan powder (bahan cetak alginat) dan liquid (air)
menggunakan sendok takar dan gelas ukur sesuai dengan takaran pabrik
sehingga sesuai untuk ukuran rahang yang akan dicetak
- Tuangkan air ke dalam mangkuk karet berlebih dahulu lalu campur dengan
bahan cetak alginat untuk menghindari terjebaknya gelembung-gelembung
udara dalam adonan bahan cetak.
- Aduk bahan cetak dan air dengan gerakan angka 8 (gerakan melipat) sambil
adonan ditekan ke tepian mangkuk karet (vigourus hand mixing) hingga
adonan terlihat homogen (adonan sewarna, konsistensi lunak dan
permukaannya halus).
- Aplikasikan adonan ke dalam sendok cetak RA/RB. Bila mencetak rahang
atas, aplikasikan adonan ke dalam sendok cetak melalui bagian palatal
(posterior) kemudian menyusuri bagian oklusal gigi kearah anterior sendok
cetak. Bila mencetak rahang bawah, aplikasikan adonan ke dalam sendok
cetak melalui bagian lingual lengkung gigi anterior kemudian menyusuri
bagian oklusal gigi kearah posterior sendok cetak.
20
- Untuk rahang atas masukan sendok cetak ke dalam mulut dengan penekanan
secara vertikal arah keatas, instruksikan pasien untuk mengerutkan bibir
sekuatnya. Sedangkan untunk rahang bawah masukan sendok cetak ke dalam
mulut dengan penekanan secara vertikal arah bawah, instruksikan pasien
untuk mengangkat lidah. Pertahankan posisi sampai bahan mengeras.
- Setelah adonan mengeras (tidak mudah terkoyak), lepaskan sendok cetak
dari mulut pasien dengan cara jari telunjuk dimasukan kedalam rongga mulut
untuk membantu melepaskan sendok cetak. Cuci bersih pada air mengalir
untuk menghilangkan kotoran/saliva yang menempel.
- Amati hasil cetakan anatomis, lihat porositas dan detail cetakan, apakah ada
bagian yang terlalu tertekan ataupun ada landmark anatomi yang tidak
tercetak.
- Setelah itu, cor hasil cetakan dengan gypsum tipe tiga. Ukur perbandingan
powder dan liquid menggunakan sendok takar dan gelas ukur sesuain dengan
petunjuk pabrik dan ukuran cetakan rahang yang akan diisi dengan gips.
- Campur bubuk dan air ke dalam mangkuk karet lalu aduk selama 1 menit
(120 putaran) hingga adonan terlihat homogen.
- Isi hasil cetakan dengan adonan gips lalu ketuk-ketuk agar gelembung udara
yang terperangkap dapat hilang sehingga hasil pengisian gips tidak porus.
Apabila mengisi hasil cetakan RA, maka apliaksi adonan dimulai dari bagian
palatal (posterior) hasil cetakan, sedangkan untuk mengisi hasil cetakan RB
dimulai dari bagian oklusal gigi posterior menuju anterior.
- Rapikan hasil pengisian gips dan biarkan mengeras (setting time) proses
mengerasnya gips akan melewati fase panas dingin.
- Setelah diperoleh cetakan gips, selanjutnya gips diboxing menggunakan
boxing karet segi tujuh menggunakan gypsum putih (plaster of paris) agar
dapat digunakan sebagai model studi.
Adapun anatomi yang harus tercetak pada rahang atas yakni (1) gigi-geligi,
(2) frenulum labialis, (3) frenulum bukalis, (4) vestibulum labialis, (5)
vestibulum bukalis, (6) papilla insisivum, (7) rugae palatine, (8) hamular notch,
(9) tuberositas maksila, (10) palatum, (11) mukobukalfold.
21
Anatomi yang harus tercetak pada rahang bawah yakni (1) gigi geligi, (2)
frenulum labialis, (3) frenulum bukalis, (4) frenulum lingualis, (5) Vestibulum
labialis, (6) vestibulum bukalis, (7) retromolar pads, (8) retromylohioid, (9)
mukobukalfold.
22
23
24
dengan model studi, agar kelak terdapat ruang untuk bahan cetak ketika
sendok cetak perorangan digunakan.
Gambar 16. Tepi landasan shellac yang diadaptasikan menggunakan karet penghapus pensil 2B
25
26
27
- Pada rahang bawah, untuk membentuk tepi sayap distolingual dan daerah
buccal sheld, maka setelah greenstick dilunakkan dan sendok cetak telah
dimasukkan ke dalam mulut, pasien diminta untuk membuka mulut
kemudian menutup mulut untuk mengaktifkan otot masseter. Untuk
membentuk daerah distolingual dan postmylohyoid, pasien diinstruksikan
untuk menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan serta ke posterior palatum
durum. Frenulum lingual dibentuk dengan menginstruksikan kepada pasien
untuk meletakkan ujung lidahnya ke bagian anterior palatum dan ke bibir
atas. Selanjutnya, daerah sayap labial dibentuk dengan memberikan
instruksi yang sama dengan instruksi border moulding rahang atas.
28
harus memiliki viskositas yang tinggi agar dapat mencetak struktur rongga
mulut dengan akurat. Bahan yang digunakan harus homogen dan membentuk
lapisan tipis yang rata pada sendok cetak. Bahan yang akan digunakan untuk
membuat cetakan fisiologis ialah bahan cetak elastomer tipe silikon/vinyl
polysiloxane (light body type) yang terdiri dari pasta dan katalis. Bahan cetak
ini memiliki ketahanan yang adekuat, stabilitas dimensi, dan elastisitasnya
sangat baik.
Alat dan bahan yang diperlukan pada tahap ini ialah:
- Sendok cetak perorangan yang telah dibuat border moulding
- Bahan cetak elastomer jenis silikon/vinyl polysiloxane (light body type)
- Glas lab
- Spatula semen dari bahan plastik
- Pensil tinta
Sebelum pencetakan pada rahang atas terlebih dahulu dilakukan penentuan
A-line/vibrating line untuk pembuatan posterior palatal seal. Tahap ini sangat
penting untuk memperoleh retensi yang baik pada gigi tiruan. Teknik yang
umum digunakan pada tahap ini yakni conventional technique. Adapun proses
pengerjaannya ialah sebagai berikut:
- Pasien diinstruksikan untuk mengucapkan huruf “A” berulang kali.
- Menggunakan kaca mulut dilakukan pemeriksaan secara visual dan
ditentukan vibrating linenya.
- Batas anterior vibrating line terletak di antara palatum keras dan palatum
lunak sedangkan batas posterior vibrating line berada di jaringan bergerak
dan tidak bergerak pada palatum lunak.
- Daerah posterior hamular notch juga dapat ditandai dengan pensil tinta bila
diperlukan. Garis pada daerah hamular notch natinya dapat disatukan
dengan vibrating line, sehingga terbentuk garis posterior palatal seal yang
utuh.
29
30
- Lakukan pencetakan dengan cara yang sama pada rahang bawah pasien.
31
Jarak antara batas tepi cetakan dengan batas dinding atas lempeng malam
boxing paling tinggi 13 mm sehingga stone gips dibatasi dan pekerjaan
mengecor lebih mudah. Cetakan fisiologis ini kemudian dicor dengan stone gips
untuk memperoleh model kerja. Setelah stone gips mengeras, lempeng dinding
malam, sendok dan bahan cetak dilepas, jangan sampai modelnya rusak.
8. Tahap Surveyor
Survey merupakan prosedur diagnostik yang dapat menganalisis hubungan
dimensional antara jaringan lunak dan keras gigi. Hal ini perlu untuk
menetapkan gigi yang akan menjadi penahan, penempatan cengkeram, dan
juga dapat ditentukan arah pemesangan terbaik geligi tiruan yang akan dibuat.
Langkah-langkah survey pada model:
Model dipasang pada meja basis dengan bidang oklusal hampir sejajar
dengan basis datar surveyor.
Kesejajaran relatif beberapa permukaan proksimal dapat ditentukan dengan
menyentuhkan tongkat analisis pada permukaan gigi. Posisi model diubah-
ubah dalam berbagai arah, sehingga permukaan proksimal tadi berada dalam
kedudukan sejajar satu sama lain. Ada dua kemungkinan pilihan yang akan
32
dihadapi, yaitu kontak hanya pada bagian servikal saja atau sampai bagian
marginal ridge. Dalam hal ini pilihlah kemungkinan kedua, karena bidang
bimbing dapat diperoleh hanya dengan pengasahan saja. Sebaliknya, untuk
memperoleh bidang bimbing pada kemungkinan pertama, harus dibuat
restorasi tuang.
Besar retensi dapat diketahui dengan cara menyentuhkan tongkat analisis
pada permukaan lingual dan bukal gigi-gigi yang akan dipakai sebagai gigi
penahan.
Blocking out
Tujuan dilakukan blocking out yaitu untuk menutupi daerah undercut yang
tidak diharapkan, untuk menghindari timbulnya kesulitan-kesulitan pada tahap
pengerjaan gigi tiruan selanjutnya. Setiap daerah undercut yang akan dilewati
oleh bagian kerangka protesa harus ditutupi dengan blocking sehingga akan
memudahkan pada saat pemasangan gigi tiruan di mulut pasien.
33
- Model kerja dibasahi dengan air atau ditaburi dengan baby powder.
- Selanjutnya selembar malam dilunakkan dengan lampu spritus, lalu
diletakkan di atas working model dan ditekan mulai dari bagian palatum
dengan batas-batas sesuai dengan desain.
- Bagian tepi dibuat seal dengan cara kelebihan malam dilipat ke atas
sehingga mempunyai ketebalan 2 lembar malam dan lebar 2 mm.
- Sisa malam yang melebihi batas tepi dibuang dengan menggunakan
pisau malam.
2) Pembuatan bite rim
Prosedur untuk rahang atas dan rahang bawah adalah sama
- Buat cetakan berbentuk balok panjang dari kertas karton tebal dengan
ukuran yang mengacu pada ukuran bite rim rahang atas yakni anterior
(t: 12 mm, l: 4 mm) posterior (t: 10-11 mm, l: 6 mm) dan rahang bawah
yakni anterior (t: 12 mm, l: 4mm) dan posterior (t:10-11mm, l: 5 mm)
- Kemudian oles permukaan dalam cetakan balok dengan vaselin.
- Panaskan malam diatas bunsen burner hingga larut menggunakan
sendok.
- Tuang malam yang telah larut ke dalam cetakan balok dan tunggu
hingga mengeras
3) Bite rim yang telah dibuat diletakkan di atas base plate dengan patokan
sebagai berikut:
- Pindahkan garis puncak linggir model kerja pada bite rim sehingga garis
puncak linggir rahang letaknya pada bite rim rahang atas yaitu di bagian
bukal : bagian palatal 2 : 1 (4 mm di bagian bukal dan 2 mm di bagian
palatal), sedangkan pada bite rim rahang bawah yaitu bagian bukal :
bagian lingual 1 : 1 (3 mm di bagian bukal dan 3 mm di bagian lingual).
- Sudut bite rim terhadap base plate dibuat 80°-85° terhadap dataran
oklusal
- Panjang bite rim untuk rahang atas sampai bagian distal gigi 17 yang
telah hilang dan mesial gigi 27 yang masih ada. Untuk rahang bawah
sampai bagian distal gigi 37 dan 47 yang telah hilang dan hingga bagian
34
distal gigi 33 dan 43. Kontur bagian bukal bite rim dirapikan dengan
menggunakan pisau malam.
- Lunakkan bite rim bidang orientasi di atas sebuah glass lab/kape di atas
api bunsen. Agar diperoleh bidang oklusal/orientasi yang datar dengan
tinggi ite rim di bagian anterior 12 mm dan posterior 10-11 mm.
Gambar 25. Ilustrasi hasil pembuatan base plate dan bite rim pada edentuluous penuh
35
36
- Penetapan gigit
Pasien diminta duduk dengan posisi tegak, lalu Occlusal bite rim rahang atas
dimasukan ke dalam mulut pasien dan dilakukan penetapan gigit.
Uji coba Occlusal bite rim RA dilakukan dengan pedoman sebagai berikut :
1) Adaptasi base plate gigi tiruan :
- Base plate gigi tiruan harus diam di tempat, tidak boleh mudah lepas
atau bergerak karena akan mengganggu pekerjaan tahap selanjutnya.
- Permukaan base plate gigi tiruan harus rapat dengan jaringan
pendukung.
- Tepi base plate gigi tiruan tidak boleh terlalu panjang dan pendek.
2) Dukungan bibir dan pipi :
- Penilaiannya dilihat dari sulkus nasolabialis dan philtrum pasien
tampak tidak terlalu dalam atau alurnya hilang.
- Bibir dan pipi pasien tidak boleh tampak cekung atau cembung.
3) Tinggi bite rim
- Pedoman untuk bite rim rahang atas ialah low lip line, yaitu pada saat
pasien dalam keadaan rest position, garis insisal/bidang oklusal/bidang
orientasi bite rim rahang atas setinggi garis bawah bibir atas (1-2 mm)
dilihat dari muka, sedangkan apabila dilihat dari lateral sejajar dengan
garis tragus-alanasi.
4) Bidang orientasi
Bidang orientasi didapat dengan mensejajarkan:
- Bagian anterior dengan garis antarpupil
- Bagian posterior dengan garis camper yang ditarik melalui tragus
(porion) hingga ala nasi.
37
Gambar 26. Hubungan antara garis interpupil mata, camper’s line dan bidang oklusal.
Setelah uji coba oclusal bite rim rahang atas selesai, kemudian dilanjutkan
dengan uji coba oclusal bite rim rahang bawah dengan pedoman:
1) Adaptasi landasan
Caranya sama dengan rahang atas, landasan harus diam di tempat, tidak
boleh mudah lepas/bergerak
Pada rahang bawah tidak dapat sebaik rahang atas karena luas landasan yang
lebih sempit dan gangguan gerakan lidah.
2) Bite rim rahang bawah
- Bidang orientasi bite rim rahang bawah harus merapat (tidak boleh ada
celah) dengan bidang orientasi bite rim rahang atas.
- Permukaan labial/bukal bite rim harus sebidang dengan yang atas. Bila
kelebihan harus dikurangi dan sebaliknya bila kekurangan harus
ditambah.
- Tarik garis median pada tanggul gigitan sesuai dengan garis median
pasien.
Pengukuran kesejajaran bidang orientasi dengan menggunakan fox bite
gauge. Pertama-tama cari bidang orientasi dengan mensejajarkan :
a) Bagian anterior dengan garis pupil.
b) Bagian posterior dengan garis camper yang berjalan dari ala nasi ke
tragus, caranya menarik benang katun yang telah dihubungkan ke
gelang karet pada kedua ujungnya. Lalu gelang karet tersebut dikaitkan
pada daun telinga kanan dan kiri (tragus) sedangkan benang katun
diposisikan pada sub nasal. Selanjutnya dibuat penyesuaian pada basis
38
gigi tiruan dan bite rim rahang atas sehingga diperoleh kesejajaran
terhadap bidang orientasi dengan menggunakan fox bite gauge.
Penyesuaian untuk bite rim rahang atas hanya dilakukan melalui
penambahan atau pengurangan biterim di bagian posterior.
39
6) Pengucapan ini diulangi 5 hingga 10 kali. Angka yang paling sering muncul
yang diambil sebagai nilai Dimensi Vertikal Istirahat (DVI). Untuk
mendapatkan nilai Dimensi Vertikal Oklusi (DVO), nilai DVI dikurangi
dengan nilai free way space (2-4 mm).
7) Selanjutnya bite rim dimasukkan ke dalam mulut pasien, kemudian pasien
diminta untuk oklusi dengan menelan ludah dan posisi tersebut ditahan
untuk dilakukan pengukuran DVO dari kedua titik yang sama. Apabila nilai
pengukuran DVO sudah sesuai dengan hasil perhitungan DVO tanpa bite
rim sebelumnya, maka dimensi vertikal telah didapatkan.
8) Bila relasi vertikal terlalu tinggi, maka ketinggian bite rim rahang bawah
harus dikurangi supaya tidak mengganggu estetik pasien, kecuali bila
memerlukan pengurangan yang banyak, barulah bite rim atas bisa dikurangi.
9) Bila relasi vertikal terlalu rendah, maka dapat dilakukan penambahan bite
rim rahang bawah dengan menggunakan wax agar ketebalannya merata dan
tidak mengganggu kesejajaran bidang orientasi.
10) Jangan pernah menambah/mengurangi bite rim rahang atas, karena akan
merubah garis insisal yang telah ditentukan sebelumnya.
40
41
42
43
- Warna elemen yang dipilih harus sesuai dengan warna gigi asli pasien yang
masih ada.
- Bahan yang digunakan pada kasus ini adalah elemen gigi berbahan akrilik.
1.
1) Bentuk wajah
- Bentuk gigi sesuai dengan bentuk muka dan bentuk rahang yaitu persegi,
lancip, dan lonjong dilihat drai pandangan fasial
- Terdapat tiga profil wajah yaitu datar, cembung dan cekung yang sesuai
dengan bentuk kontur gigi pandangan proksimal
Gambar 34. Permukaan labial gigi anterior dengan permukaan cembung dan datar
44
3) Bentuk gigi
- Pria bentuk giginya persegi dan sudut distalnya juga persegi.
- Pria ukuran gigi insisivus lateralnya lebih kecil dari sentral.
Gambar 35. Perbedaan bentuk gigi (A) pria dan (B) wanita
Ukuran elemen gigi bervariasi sesuai dengan garis orientasi :
1) Elemen gigi anterior
- Garis senyum – garis orientasi insisal untuk panjang elemen gigi yaitu
sama dengan ⅔ panjang elemen gigi insisivus sentral atas.
- Jarak distal kaninus kiri kanan = jumlah lebar keenam elemen gigi
anterior atas.
- Garis ala nasi berhimpit dengan poros elemen gigi kaninus atas.
Gambar 36. Jarak distal C-Cs (kiri) dan garis ala nasi melalui porus C (kanan)
2) Elemen posterior
- Panjang elemen gigi posterior disesuaikan dengan jarak antar linggir
rahang.
- Gigi yang akan diganti maksimal sampai molar kedua, diukur dari distal
kaninus sampai batas lereng linggir di posterior.
- Lebar buko – lingual/palatal disesuaikan dengan lebar mesio – distalnya
sehingga bentuknya sebanding.
45
Gambar 38. Perbandingan dari 3 macam posisi gigi anterior atas serta pengaruhnya:
A-A’ = Susunan benar, estetik baik
B-B’ = Susunan sedikit ke palatal, estetik kurang baik
C-C’ = Susunan salah, estetik jelek
Setiap gigi anterior atas yang akan disusun, pada permukaan labialnya
dibuat garis poros.
46
Bite rim dipotong bertahap agar tidak kehilangan jejak pada lebar mesio-
distal dan kedalaman antero-posterior gigi yang akan disusun
Centric occlusion ialah hubungan permukaan oklusal gigi geligi atas dan
bawah, yang menunjukkan kontak maksimal bila mandibula berada
dalam keadaan sentrik/menutup terhadap maksila.
Working occlusion ialah kontak oklusal dari gigi geligi atas dan bawah
pada sisi kearah mana mandibular bergerak waktu berfungsi
Balancing occlusion ialah kontak antara gigi geligi atas dan bawah pada
sisi yang berlawanan dengan working occlusion
47
Gambar 41. (kiri) inklinasi mesio distal dan (kanan) inklinasi antero-posterior
gigi I-2 atas.
48
c. Caninus superior
1. Tampak labial
Inklinasi mesiodistal
- Sumbu gigi sedikit miring atau hampir sejajar dengan median line,
- Puncak cups menyentuh bidang oklusi
- Sisi mesio-insisal berkontak dengan sisi disto-insisal insisivum
lateralis superior.
2. Tampak proksimal
Inklinasi labio-palatal
- Bagian 1/3 labio-servikal lebih prominent dan ujung cups lebih ke
palatal dan menyentuh bidang orientasi.
3. Tampak insisal
- Permukaan labial sesuai dengan lengkung bite rim rahang bawah
Gambar 42. (kiri) inklinasi mesio distal dan (kanan) inklinasi antero-posterior
gigi caninus atas.
49
Gambar 47. Kurva anteroposterior (a) bidang datar horizontal (b) bidang oblique
Gambar 49. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi P-1 atas
50
Gambar 50. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi P-2 atas
Gambar 51. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi M-1
atas
d. Molar superior kedua
1. Inklinasi mesiodistal :
Sumbu gigi lebih miring daripada molar superior pertama
2. Inklinasi buko palatal :
- Tonjol mesio bukal dan mesio palatinal lebih menggantung ± 1
mm daripada tonjol mesio bukal dan tonjol mesio palatina gigi
molar superior pertama.
- Tonjol disto bukal lebih menggantung daripada tonjol disto
bukal gigi molar superior pertama
- Tonjol disto palatinal lebih menggantung daripada gigi molar
superior pertama disamping ketentuan-ketentuan diatas, untuk
pemasangan gigi-gigi posterior rahang atas juga harus memenuhi
adanya antero-posterior curve dan lateral curve.
51
Gambar 52. (kiri) Inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi M-2 atas
52
Tonjol mesio bukal dan disto bukal molar inferior pertama kiri
berkontak dengan tonjol palatina premolar superior kedua kiri dan
tonjol mesio palatina molar superior pertama kiri.
Gambar 53. (A) inklinasi mesiodistal dan (B) cusp mesiobukal M-1 atas
berasada pada mesiobukal developmental groove M-1 bawah
53
3. Balancing occlusion
Slope mesial pada tonjol bukal premolar inferior kedua berkontak
dengan slope distal pada tonjol lingual premolar superior pertama.
Gambar 54. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi
P-2 bawah
54
Gambar 55. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi P-2 bawah
Gambar 56. (kiri) inklinasi mesiodistal dan (kanan) inklinasi anteroposterior gigi
M-2 bawah
55
- Pada setiap gerakan dari lengan artikulator, vertikal pin tidak boleh
terangkat.
2. Gigi-gigi posterior
Hal – hal yang harus diperhatikan ketika melakukan try in posterior yaitu :
- Cek garis median.
- Lihat tepi sayap dari malam, apakah sudah tepat dan sudah melekat ke
mukosa (peripheral seal).
- Cek oklusi gigi anterior – posterior.
- Minta pasien untuk coba mengunyah dan bicara.
- Cek apakah dimensi vertikal pasien berubah.
- Pemeriksaan fonetik dengan cara menginstruksikan pasien mengucapkan
huruf S, D, O, M, R, A dan T dan lainnya sebagainya dengan jelas dan
tidak ada gangguan.
Setelah try in gigi tiruan malam pada pasien, kedua gigi tiruan rahang atas
dan bawah ditempatkan kembali pada working model di artikulator.
56
Gambar 59. Ilustrasi pembentukan kontur permukaan luar gigi tiruan (wax contouring)
57
58
harus per rahang), daerah yang sakit dan menekan akan terlihat dengan
hilangnya pasta di daerah tersebut. Ambil daerah tersebut atau bebaskan dari
penekanan dengan mengurangi basis menggunakan fresher stone.
Pemeriksaan oklusi dan stabilitas.
- Pemeriksaan ini menyangkut aspek oklusi pada posisi sentrik, lateral dan
antero-posterior dengan menggunakan articulating paper yang diletakkan
antara gigi atas dan bawah, kemudian pasien diminta untuk melakukan
gerakan pengunyahan 3 – 4 kali. Titik – titik dimana terjadi kontak oklusal
pada permukaan gigi dapat dilihat setelah articulating paper diangkat. Pada
keadaan normal, kontak ini tersebar merata di antara semua gigi asli maupun
gigi tiruan.
- Stabilitas gigi tiruan diperiksa dengan cara menekan bagian depan dan
belakang gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan
pergerakan pada saat tes ini dilakukan.
Pemeriksaan estetik dan fonetik.
- Operator mengajarkan cara memasang dan melepaskan alat pada pasien
yang dilakukan di depan kaca sehingga pasien dapat melihatnya, kemudian
pasien diminta untuk mencoba memasang dan melepaskan alat sendiri tanpa
bantuan operator.
Instruksi yang diberikan pada pasien :
- Gigi tiruan dipakai secara terus – menerus untuk proses adaptasi.
- Menjaga kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut.
- Pada saat tidur malam, gigi tiruan dilepas dan direndam dalam wadah
tertutup yang berisi air dingin yang bersih.
- Hindari mengunyah makanan yang keras dan lengket.
- Pasien diminta untuk kembali kontrol satu minggu setelah insersi gigi
tiruan.
59
60