9
Pemeriksaan Sagital dan Transversal
10
Arch Length Discrepancy (ALD)
Panjang lengkung RA 94 mm
Jumlah ukuran mesiodistal 16-26 96,5 mm
Selisih -2,5 mm
Kesimpulan Pro ekspansi lengkung gigi 2 mm
Arch Length Discrepancy (ALD)
Panjang lengkung RB 88,5 mm
Jumlah ukuran mesiodistal 16-26 90 mm
Selisih -1,5 mm
Kesimpulan Pro ekspansi lengkung gigi 2 mm
Analisis Bolton
Mand “6” x 100 = 39 x 100 = 82,9 (rata-rata 77,2 : SD = 0,22) Hasil :
Maks “6” 47 rasio anterior >77,2%, rasio total >91,3%
RA Benar, RB Salah = Terlalu besar
Mand “12” x 100 = 90 x 100 = 91,6 (rata-rata = 91,3 : SD = 0,26)
Maks “12” 94
Kesimpulan
Jika perawatan dilakukan pada RA dan RB berdasarkan analisis Bolton maka kemungkinan relasi kaninus kelas 3
(mesiooklusi) & molar kelas 1 disertai overjet yang kecil
Analisis Howes
1. Indeks Howes
100 x =100 x = 48 % (Normal= 44%)
Aman dilakukan ekspansi
2. Lebar lengkung gigi (puncak bonjol bukal 14-24) = 38.5 mm
Lebar lengkung rahang (basis apikal) = 47 mm
Selisih = -8,5 mm
16-26 42 mm 50 mm -6 mm Konstriksi
7 Diagnosis
Klasifikasi Angle:
Klasifikasi kelas I tipe 1,2 dan tipe 4
Diagnosis :
Maloklusi dentoalveolar kelas I disertai profil cembung dengan crowding anterior RB, dan overjet
besar (4 &3.5 mm), crossbite posterior (gigi 14-44, 15-45, 16-46), dan midline rahang bawah
bergeser ke kanan 1mm.
8 Etiologi
ETOLOGI MALOKLUSI:
1. Ketidaksesuaian panjang lengkung rahang dan lengkung gigi
2. Persistensi gigi sulung
3. Premature loss gigi sulung posterior
4. Kebiasaan menggigit ibu jari
Rencana Perawatan Ai Rafikah Nurpratiwi- 160112180086
Tgl Diskusi: 16 Maret 2021
Pembimbing : Dr. drg. Elih, Sp.Ort(K)
Rahang atas
1. Skrup ekspansi ke arah lateral untuk mendapatkan ruangan
2,5 mm dan memperbaiki crossbite posterior
2. Bite plane posterior pada gigi 14, 15, 16 dan 24, 25, 26
untuk memperbaiki crossbite posterior gigi 14, 15, 16
3. Labial bow dengan U-loop pada 14-24 untuk menarik distal
11 dan 21 ke palatal serta mempertahankan lengkung gigi
(0,8 mm)
4. Cangkolan adam pada 16 dan 26 untuk retensi (0,7 mm)
5. Plat landasan akrilik untuk penempatan komponen aktif &
pasif dipasang setinggi 1/3 servikal
Rencana Perawatan Ai Rafikah Nurpratiwi- 160112180086
Tgl Diskusi: 16 Maret 2021
Pembimbing : Dr. drg. Elih, Sp.Ort(K)
Rahang bawah
1. Slicing 6 gigi anterior RB untuk mendapatkan ruangan
1.5mm
2. Z spring terbuka pada gigi 33, 31,43 untuk mendorong
bagian distal gigi 33, 31, 43 ke labial. Z spring terbuka di gigi
41, untuk mendorong bagian mesial gigi 41 ke labial
( kawat 0,6 mm)
3. Labial bow dengan U-loop pada 34-44 untuk
mempertahankan lengkung gigi ( kawat0,8 mm)
4. Cangkolan adam pada 36 dan 46 untuk retensi (kawat 0,7
mm)
5. Plat landasan akrilik untuk penempatan komponen aktif &
pasif dipasang setinggi selapis lilin
Sefalometri
a. Sella (S) : Terletak di tengah dari outline fossa pituitary
(sella turcica)
b. Nasion (N) : Terletak di bagian paling inferior dan paling
anterior dari tulang frontal, berdekatan dengan sutura
N frontonasalis.
S c. Orbitale (Or) : Terletak pada titik paling inferior dari outline
tulang orbital.
d. Porion (Po) : Titik paling superior dari meatus akustikus
eksternus
Po Or
e. Titik A (A) : Terletak pada bagian paling posterior dari
ANS bagian depan tulang maksila. Biasanya dekat dengan apeks
PNS
akar gigi insisif sentral atas.
A f. Titik B (B) : Terletak pada titik paling posterior dari batas
Go anterior mandibula, biasanya dekat dengan apeks akar gigi
insisif sentral bawah. F
g. Pogonion (Pog) : Terletak pada bagian paling anterior dari
B
dagu.
Pg h. Gnathion (Gn) : Terletak pada outline dagu di pertengahan
Me antara titik pogonion dan menton.
Gn
i. Menton (Me) : Terletak bagian paling inferior dari dagu.
j. Gonion (Go) : Terletak pada pertengahan dari sudut
mandibula.
Sefalometri Stainer Skeletal
SNA 90˚
Normal
82± ,2 Prognati
Kesimpulan
S-Line Dental
FHP I – NA 7˚ ; 3mm 22˚ ; 4 mm
Gigi insisif RA retrusi,
Or retroposisi
Po
Gigi insisif RB protusi,
I – NB 27˚ ; 5 mm 25˚ ; 4 mm
PNS ANS proposisi
Bidang Inklinasi gigi-gigi insisif
A Maksila Interincisal 138˚ 130˚ - 150˚ normal terhadap basis
geligi
Go
Bidang Bidang
Oklusal
Mandibula B
ANALISIS JARINGAN LUNAK
Pg
Garis : bibir atas dan bibir bawah harus menyentuh garis yang
Me
Gn membentang dari kontur jaringan lunak dagu ke tengah batas
bawah hidung.
Bibir dalam posisi ideal kompeten
SNA : Hubungan maksila terhadap basis cranial dilihat dari Sudut I-NA : Sudut inklinasi insisiv RA dilihat dari
besarnya sudut antara perpotongan garis S-N dengan garis yang sudut inklinasi aksialnya terhadap garis N-A. Rata-
ditarik dari N-A, normal 82º± 2 rat Normal = 22°; <15 retrusi; > 32 protrusi
Jarak I-NA : jarak insisiv RA terhadap garis N-A .
SNB : Hubungan mandibula terhadap basis cranial dilihat dari Rata-rata normal = 4mm; < 2 retroposisi; >6
besarnya sudut antara perpotongan garis S-N dan garis yang proposisi
ditarik dari titik N ke B. Sudut normal rata-rata SNB yaitu 80º ±
2 Sudut I-NB : Sudut inklinasi insisiv RB terhadap
garis N-B. Rata-rata normalnya sebesar 25°; <15
Sudut Bidang Oklusal : dibentuk dari perpotongan garis oklusal retrusi; > 32 protrusi
dengan garis S-N menggambarkan pola pertumbuhan wajah
pada arah vertical (tinggi vertical wajah). Sudut normal rata- Jarak I-NB : Jarak insisiv ke garis N-B rata-rata
rata sebesar 14°. > peningkatan tinggi wajah pertumbuhan ka normal =4 mm; < 2 retroposisi; >6 proposisi
arah vertikal, < pola pertumbuhan ke arah horizontal yang
besar
Sudut Interincisal :Sudut ini didapatkan dari
Sudut Bidang Mandibula : dibentuk dari perpotongan antara perpotongan garis imajiner yang ditarik sejajar
garis Go-Gn ke garis S-N. Sudut normal rata-rata yaitu 32°. > sumbu aksial gigi insisiv maksila dan mandibula.
peningkatan tinggi wajah pertumbuhan ka arah vertikal, < pola Rata-rata nilai besar sudut interinsisal 135,4º
pertumbuhan ke arah horizontal yang besar dengan rentang rata-rata antara 130º-150º.
Terimakasih