Anda di halaman 1dari 9

1.

Klasifikasi karies berdasarkan kedalamannya:


a. Karies Superfisial
Kedalaman karies masih sebatas email hingga DEJ (Dentino Enamel Junction), tidak
selalu memberikan keluhan, kecuali bila sudah sampai DEJ, karena disitu serat
Thomes.
b. Karies Media
Kedalaman karies sudah sampai dentin tapi masih jauh dari pulpa, kira-kira ½ tebal
dentin.
c. Karies Profunda
Karies yg kedalamannya sudah lebih dari ½ tebal dentin tapi pulpa masih tertutup
dentin tipis.
d. Karies Profunda Perforasi
Karies yang kedalamannya sudah mencapai kamar pulpa (pulpa terbuka)

2. Gigi yang tidak bisa direstorasi menjadi kontraindikasi dalam perawatan pulpektomi,
oleh karena itu jika gigi tidak ada keluhan hanya dilakukan observasi sampai waktu gigi
penggantinya erupsi. Apabila gigi tersebut mengalami keluhan maka dilakukan
pencabutan dan jika waktu erupsi gigi permanen nya masih lama, maka akan dilakukan
perawatan dengan space maintainer.

3. Tes Vitalitas
a. Tes elektrik, dilakukan untuk mengetahui vitalitas pulpa dengan merangsang saraf
yang ada di pulpa dengan arus listrik yang semakin meningkat. Adanya respon nyeri
atau positif menunjukkan keadaan vital gigi. Respon negatif dapat mengindikasikan
keadaan nekrosis pulpa. Pengujian dilakukan dengan menempelkan
elektroda Electric  Pulp Tester (EPT) pada permukan 1/3 ginggival atau servikal gigi.
Sebelum dilakukan pengujian, gigi harus dipastikan bersih dan kering (isolasi), dan
menghindari alat mengenai restorasi atau ginggiva karena dapat menghasilkan hasil
palsu.
b. Tes Thermal, untuk mengetahui sensitifitas saraf pada perubahan suhu dingin dan
panas. Dapat dilakukan dengan tes dingin dan tes panas. Tes dingin lebih sering
dilakukan dibanding tes panas, selain karena respon umum pasien yang lebih
cenderung cepat pada tes dingin dan lambat pada tes panas, keamanan pengujian
menjadi pertimbangan tes dingin lebih aman dibanding tes panas. Tes Panas dapat
dilakukan dengan air panas, burniser panas, guta-perca panas atau kompoun panas,
pemanasan instrumen penghantar panas. Pada bahan panas tersebut ditempelkan pada
permukaan 1/3 ginggival gigi atau bagian gigi yang terbuka. Hasil yang positif
berupa nyeri mengindikasikan keadaan gigi yang vital. Akan tetapi perlu
diperhatikan alat atau bahan yang panas tidak mengenai jaringan lunak sekitar gigi.
Tes Dingin yang dilakukan paling banyak adalah dengan penyemprotan cutton pellet
dengan etil klorida (CE) kemudian diletakkan pada kavitas gigi atau bagian servikal
gigi.
c. Tes Kavitas, dilakukan apabila pengujian lain menunjukkan renspon negatif dengan
cara pengeburan dari oklusal gigi hingga ke CEJ secara perlahan-lahan dengan
kecepatan rendah tanpa air pendingin. Respon nyeri mengindikasikan keadaan pulpa
yang masih vital. Apabila pencarian respon telah dilakukan hingga menembus pulpa,
hal ini mengindikasikan gigi tersebut sudah non vital.
d. Tes Jarum Miller, dilakukan setelah pengujian tes kavitas dengan menusukkan jarum
Miller steril ke dalam kavitas yang telah dibuat. Respon positif nyeri
mengindikasikan keadaan gigi yang vital.

4. Bahan Irigasi
a. Sodium hipoklorit (NaOCl)

Kelebihan Kekurangan
- Antibakteri spectrum luas - Hanya menghilangkan bagian organik
- Membunuh sebagian besar bakteri smear layer
oral dalam waktu cepat saat - Rasa dan bau yang tidak enak
berkontak dengan NAOCL
- Efektif melarutkan sisa pulpa dan
kolagen
- Melarutkan jaringan organik vital dan
nekrotik

Sodium hipoklorit (NaOCl) adalah larutan irigasi yang paling sering digunakan.
NaOCl terurai dalam air menjadi Na+ dan ion hipoklorit OCl- menghasilkan
keseimbangan dalam asam hipoklorus (HOCl). Asam hipoklorus memiliki aktivitas
antibakteri dengan mengganggu fungsi vital sel mikroba, menyebabkan kematian sel.
NaOCl digunakan dalam konsentrasi 0,5% dan 6%, agen antimikroba yang kuat,
langsung membunuh sebagian besar bakteri saat berkontak dengan larutan. NaOCl
juga efektif melarutkan sisa pulpa dan kolagen, sebagai komponen utama dentin.
Hipoklorit adalah satu-satunya larutan irigasi saluran akar yang dapat melarutkan
jaringan organik vital dan jaringan nekrotik. Meskipun hipoklorit sendiri tidak
menghilangkan smear layer, namun dapat memengaruhi bagian organik dari smear
layer, sehingga memungkinkan penghilangan seluruh smear layer jika dikombinasi
dengan EDTA atau asam sitrat. Kelemahan NaOCl antara lain: rasanya yang tidak
enak, toksisitas, dan kemampuannya yang hanya menghilangkan bagian
organik smear layer.
b. Klorheksidin (CHX)

Kelebihan Kekurangan
- Efek antibakteri yang kuat - Tidak melarutkan jaringan
- Mampu berikatan dengan jaringan - Tidak menghilangkan biofilm dan
keras gigi debris organik lainnya
- Tidak menyebabkan erosi dentin
- Baik digunakan sebagai preparasi
kemomekanis terakhir untuk
memaksimalkan efek antibakteri

Klorheksidin memiliki efektivitas antibakteri yang tidak jauh berbeda dengan


NaOCL.Klorheksidin baik untuk digunakan sebagai irigasi terakhir karena sifatnya
yang dapatberikatan dengan jaringan dentin, sehingga memberi efek antibakteri yang
lebih lama.

c. EDTA

Kelebihan Kekurangan
- Melarutkan bahan anorganik - Tidak berefek terhadap jaringan
- Penghilangan smear layer oleh organic
EDTA meningkatkan efek antibakteri - Tidak memiliki antibakteri
agen disinfektan lain pada lapisan
dentin yang lebih dalam

EDTA efektif jika dikombinasikan dengan NaOCl.

INTERAKSI ANTAR LARUTAN IRIGASI

Larutan Irigasi Sifat
Kelebihan:
- NaOCl mengangkat jaringan organik, EDTA
jaringananorganik
NaOCl + EDTA
Kekurangan :
- EDTA menurunkan jumlah klorin pada NaOClsehingga
menurunkan aktivitas NaOCl.
CHX + NaOCl Kekurangan : tidak dapat bercampur  -> warna coklat-orange
Kekurangan : warna putih awan dan presipitasi
CHX + EDTA

5. Bahan Dressing
a. ChKM (Chlorophenol kampfer menthol)
ChKM mempunyai antibakteria spectrum luas. Masa aktif selama 1 hari.
b. Chresophen
Chresophen merupakan antiphlogisticum, sangat baik untuk kasus dengan permulaan
periodontitis apical akut yang dapat terjadi pada peristiwa overinstrumentasi. Masa
aktifnya antara 3-5 hari
c. Kalsium Hidroksida (CaOH)
Pengaruh antiseptiknya berkaitan dengan ph-nya yang tinggi dan pengaruh
melumerkan jaringan pulpa yang nekrotik. CaOH merupakan disinfektan intrapulpa
yang sangat efektif. Masa aktifnya 7-14 hari.
d. Eugenol
Eugenol memiliki sifat sebagai penghalang impuls saraf interdental. Eugenol
merupakan golongan minyak esensial. Masa aktif selama 3 hari.

(Phillips, Ralph W. Aum, Lloyd. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi (Textbook of Operative
Dentistry). 1997. Jakarta: EGC)

6. Preventif Resin Restoration


a. Pengertian
Restorasi preventif resin adalah suatu teknik untuk merestorasi gigi yang karies
dan pencegahan karies secara simultan tanpa perluasan preparasi dab
menggunakan teknik etsa asam.
b. Tipe – tipe preventif resin restoration
Ada 3 tipe yang diperkenalkan oleh simon (1980) dan Hicks (1984):
 Tipe A: dimana karies terbatas pada enamel pada pit dan fisure. Bur bulat
kecepatan lambat digunakan untuk menghilangkan email dekalsifikasi.

Gambar 1. PRR diidikasikan pada kasus


dimana karies berada pada beberapa bagian
pit dan fissure yang dalam.
Langkah pengerjaan:
1. Permukaan dibersihkan.
2. Isolasi menggunakan cotton roll atau rubber dam.
3. Pit dan fissure yang terdekalsifikasi dihilangkan dengan round bur low-speed.
4. Aplikasikan Gel etsa di seluruh permukaan oklusal selama 60 detik.
5. Kemudian dicuci selama 20 detik dan dikeringkan selama 10 detik
6. Sealant diaplikasikan dengan hati-hati, untuk menghindari udara yang terjebak
di daerah preparasi.
7. Kemudian dipolimerisasi dengan LED selama 20 detik.
8. Oklusi disesuaikan, jika perlu, dengan bur finishing.

 Tipe B: terdiri dari lesi yang baru jadi yang meluas ke dentin yang kecil dan
terbatas.

Langkah pengerjaan:
1. Profilaksis permukaan secara menyeluruh.
2. Isolasi menggunakan cotton roll atau rubber dam.
3. Karies di pit dan fisur dihilangkan dengan bur bulat kecepatan rendah.
4. Kalsium hidroksida yg fast setting ditempatkan di atas dentin yang terbuka.
5. Gel etsa asam diaplikasikan di seluruh permukaan oklusal selama 60 detik
6. Kemudian dicuci selama 20 detik dan dikeringkan selama 10 detik.
7. Aplikasikan bonding pada dinding kavitas.
8. Kavitas kemudian diisi dengan material resin komposit.
9. Bahan sealant yang terisi diaplikasikan di seluruh permukaan oklusal dan
semua lapisan secara bersamaan di-light curing.
10. Oklusi disesuaikan dan permukaan selesai serta dipoles.

 Tipe C: Ditandai dengan adanya karies dalam dan meluas ke dentin lebih dalam.

Langkah pengerjaan:
1. Profilaksis permukaan secara menyeluruh
2. Isolasi menggunakan cotton roll atau rubber dam.
3. Karies di pit dan fisur dihilangkan dengan bur bulat kecepatan rendah. Karena
melibatkan karies yang dalam, anestesi lokal mungkin diperlukan.
4. membuat bevel ditempatkan pada margin permukaan rongga email dari
preparasi
5. Kalsium hidroksida ditempatkan di atas dentin yang terbuka.
6. Gel etsa asam diaplikasikan di seluruh permukaan oklusal selama 60 detik.
7. Kemudian dicuci selama 20 detik dan dikeringkan selama 10 detik
8. Aplikasikan bonding agent pada dinding preparasi
9. Kavitas kemudian diisi dengan material resin komposit
10. Bahan sealant yang terisi diaplikasikan di seluruh permukaan oklusal dan
semua lapisan secara bersamaan di-light curing
11. Oklusi disesuaikan dan permukaan selesai dan dipoles.
7. Fissure Sealant
Perawatan fissure sealant merupakan perawatan preventif pada gigi molar permanen yang
sehat (belum mengalami karies) dengan fissure yang dalam.
A. Langkah-langkah pengerjaan sealant:
(A) Molar permanen pertama dengan fissure yang dalam;
(B) Profilaksis oral;
(C) etsa cair ditempatkan di fissure;
(D) Etsa dicuci dengan air dan permukaannya dikeringkan;
(E) Sealant ditempatkan di fissure dengan bantuan syringe.
(F) kemudian di lakukan penyinaran dengan LED;
(G) Sealant selesai dibuat dan diperiksa untuk kontak premature.

B. Bahan Pit dan Fissure Sealant


1) Resin
Sealant yang paling popular adalah menggunakan material resin yang
diaplikasikan ke permukaan oklusal gigi. Material resin berpenetrasi ke dalam
pit dan fisur dari gigi, kemudian berpolimerisasi dan menutup terhadap flora oral
dan debris. Secara umum resin memiliki sifat mekanis yang baik sehingga dapat
digunakan pada gigi dengan beban kunyah besar, kelarutan bahan resin yang
sangat rendah, sifat termis bahan resin sebagai isolator termis yang baik,
koefisien termal yang tinggi, dan kebanyakan resin bersifat radioopak sehingga
warna lebih estetis.

Etsa asam resin : asam fosfat 35-37%, ortofosfat


Bahan matriks resin: - bisfenol A-glisidil metakrilat (bis-GMA), suatu resin
dimetakrilat

2) GIC
Sealant ionomer kaca memiliki kemampuan mencegah karies, dengan
manipulasi lebih mudah, dan aplikasinya tidak memerlukan proses etsa terlebih
dahulu. Sealant ionomer kaca lebih memungkinkan dilakukannya sealant pada
kondisi-kondisi sulit. Sulitnya kontrol terhadap kondisi lembab pada gigi yang
belum erupsi sempurna, dan sulitnya manajemen pasien anak adalah beberapa
kesulitan aplikasi sealant. Aplikasi yang mudah sangat mengurangi waktu
tindakan. Bahan yang kompatibel dan mempunyai koefisien termal yang lebih
rendah dari struktur gigi. Keuntungan lainnya adalah kemudahan penggunaan
dalam program kemasyarakatan karena waktunya cepat dan efektif.

(Rao, Arathi. Principles and Practice of Pedodontics 3rd Edition. 2012. Panama City: Jaypee
Brothers Medical Publishers.)
8. Tipe – Tipe GIC
 Tipe 1 : Luting
 Tipe 2 : Restorstive (II.1 : restorative aesthetic; II.2 : restorative reinforced)
 Tipe 3 : Lining and base
 Tipe 4 : Fissure Sealant
 Tipe 5 : Orthodontic cement
 Tipe 6 : Core build-up
 Tipe 7 : Fluoride releasing
 Tipe 8 : ART (Atraumatic Restorative Technique)
 Tipe 9 : Decidious Teeth

(Kurshid, Zohaid. Dental Materials Principles and Aplications. 2018. Pakistan: Paramount
Books)

Anda mungkin juga menyukai