2017
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1694
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PROFIL PENDERITA ANGULAR CHEILITIS DI
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT
FKG USU TAHUN 2016
SKRIPSI
Oleh:
Serelady Maredlyn Sitorus
NIM: 130600093
Pembimbing:
Dr. Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si
Aida Fadhilla Darwis, drg., MDSc
Tahun 2017
TIM PENGUJI
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi dengan
judul “Profil Penderita Angular Cheilitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut
FKG USU Tahun 2016” ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
penulis untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
Rasa hormat dan terimakasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada
kedua orang tua tersayang, Ibunda D.R. Simanjuntak dan Ayahanda R.D. Sitorus,
demikian juga kepada adik penulis Yolanda Florence Sitorus, yang senantiasa
mendukung penulis dalam mengerjakan skripsi ini, memberi bantuan moril dan
materil, serta senantiasa mendoakan penulis. Pada kesempatan ini pula, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. Wilda H Lubis, drg., M.Si dan Aida
Fadhilla Darwis, drg., MDSc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan
sabar, tekun, tulus, dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran memberikan
bimbingan, motivasi, arahan dan saran-saran yang sangat berharga yang telah
diberikan untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Dr. Trelia Boel, M. Kes., Sp. RKG selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara;
2. Sayuti Hasibuan, drg., SP. PM selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit
Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara;
3. Isnandar, drg., Sp. BM, selaku penasehat akademik yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara;
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................
LAMPIRAN
Tabel Halaman
Gambar Halaman
Lampiran
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Angular Cheilitis merupakan peradangan yang terjadi pada kedua sudut mulut.
Angular cheilitis ditandai dengan lesi berupa fisur yang meluas pada sudut mulut ke
kulit yang disebut sebagai daerah mukokutan.18 Mucocutaneous junction merupakan
daerah peralihan antara kulit dan mukosa mulut, epitel di daerah ini lebih tipis
dibanding dengan epitel kulit sehingga menyebabkan area ini rentan terhadap infeksi.11
2.1.2 Etiologi
Angular cheillitis disebabkan agen infeksi seperti Candida, Staphylococcus dan
Streptococcus.2,5 Faktor lain yang dapat menjadi pemicu terjadinya angular cheiltis
yaitu penurunan vertikal dimensi, defisiensi nutrisi, kebiasaan buruk, kebersihan rongga
mulut yang buruk dan defisiensi sistem imun. Kandida merupakan agen infeksi
terjadinya angular cheilitis pada penderita seperti diabetes, down syndrome, Human
Immunodeficiency Virus (HIV).2
Penurunan vertikal dimensi menyebabkan bibir atas akan menurun serta ditahan
oleh bibir bagian bawah di sudut mulut sehingga menciptakan lipatan dan kerutan.2,5,19
Terkumpulnya saliva pada sudut mulut mengakibatkan kelembapan dan memudahkan
terjadinya infeksi dari mikroorganisme.
Defisiensi nutrisi menyebabkan keutuhan epitel berkurang. Defisiensi vitamin B
seperti niacin, piridoksin, dan riboflavin menyebabkan angular cheilitis. Niacin dan
b.Tipe 2: Lesi yang terdiri dari fisur tunggal yang lebih panjang dan lebih dalam
dibandingkan lesi di tipe 1, meluas sedikit melibatkan kulit disekitarnya ≤10 mm
(Gambar 2).
c. Tipe 3: Lesi yang ditandai dengan beberapa fisur pada sudut mulut dan meluas
ke perbatasan kulit sekitar dengan ukuran >10 mm, ≤ 20 mm (Gambar 3).
b. Tipe 4: Lesi tanpa fisur dengan eritema luas yang berdekatan pada kulit
hingga vermillion border >20 mm (Gambar 4).
2.1.4 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis. Tidak ada
pemeriksaan penunjang spesifik pada angular cheilitis, namun untuk mengetahui jenis
mikroba yang menginfeksi terjadinya angular cheilitis dapat dilakukan pemeriksaan
mikrobiologi yaitu swab pada daerah lesi.4 Begitu juga untuk mengetahui penyebab
yang berkaitan dengan nutrisi, maka dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
mengetahui status nutrisi dengan pemeriksaan laboratorium, atau dapat dilakukan
pemeriksaan sederhana dengan metode antropometri.11
2.1.5 Perawatan
Perawatan yang dilakukan pada penderita angular cheilitis yaitu eliminasi faktor
etiologi utama dan faktor predisposisi, serta mencegah terjadinya infeksi sekunder.
Penyebab utama dari angular cheilitis yaitu bakteri dan jamur. Perawatan dapat
dilakukan dengan memberikan antijamur maupun antibakteri. Namun, kebanyakan
infeksi yang mengakibatkan angular cheilitis sulit dibedakan karena merupakan infeksi
kombinasi. Perawatan dapat dilanjutkan dengan menyingkirkan faktor predisposisi
diantaranya memperbaiki vertikal dimensi, mengoreksi kelainan penyakit sistemik
seperti diabetes melitus dan anemia, serta memelihara kebersihan rongga mulut.2,24
Infeksi sekunder merupakan infeksi yang timbul selama atau setelah perawatan
penyakit. Contohnya kebersihan rongga mulut yang buruk dan kebiasaan menjilat sudut
mulut maka dapat memengaruhi prognosis perawatan.25
2. Mikronutrisi
Mikronutrisi mencakup mineral dan vitamin. Mineral dan vitamin merupakan
zat yang berperan dalam menjaga keseimbangan dalam tubuh terutama untuk membantu
proses metabolism dan pertukaran zat.27-29
2.2.2.1 Sistemik
Sejumlah perubahan fisiologis berlangsung dalam tubuh. Gizi yang tidak
adekuat dapat menimbulkan kondisi kesehatan yang buruk. Defisiensi nutrisi terjadi
akibat tidak adekuatnya asupan nutrisi yang esensial bagi tubuh sehingga dapat
2.2.2.2 Oral
Defisiensi mikronutrisi seperti vitamin B kompleks dapat berpengaruh terhadap
rongga mulut yang mengakibatkan angular cheilitis, glositis, pembesaran papila
fungiformis, atropi dan inflamasi papila filiformis, eritema pada gingiva cekat, mukosa
yang terlihat biru pucat, lidah yang keungu-unguan dengan gejala seperti sensitivitas
panas pada mukosa mulut, sensasi lidah terbakar, hilangnya kemampuan mengecap dan
selera makan.27,30,31
Underweight <18,5
Normal 18,5-24,9
Obesitas I 30-34,9
Obesitas II 35-39,9
-Diabetes
-Downsyndrome
Penurunan Kebiasaan Kebersihan
vertikal dimensi buruk rongga mulut -HIV
Agen infeksi
1. Candida
albicans
2. Streptococcus
3. Staphylococcus
Angular cheilitis
METODOLOGI PENELITIAN
3.7.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah jurnal kepanitraan klinik dengan diagnosis
angular cheilitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU dari bulan Januari
sampai bulan Desember tahun 2016.
HASIL PENELITIAN
1 1-4 4 2,5%
3 15-24 7 4,4%
4 25-34 2 1,3%
5 35-44 2 1,3%
6 45-54 1 0,6%
7 55-64 2 1,3%
1 Perempuan 69 43,4%
2 Laki-laki 90 56,6%
2 Normal 28 17,6%
3 Obesitas 4 2,5%
Tabel 4. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan kebersihan rongga mulut
1 Baik 21 13,2%
2 Sedang 93 58,5%
3 Buruk 45 28,3%
1 Unilateral 44 27,7%
PEMBAHASAN
Angular cheilitis dapat terjadi pada semua usia, namun pada umumya sering
menyerang anak-anak. Penelitian yang dilakukan oleh Herlin et al. diketahui kelompok
usia yang sering terjadi angular cheilitis yaitu 5-11 tahun (89,2%).17 Pendapat tersebut
sejalan dengan penelitian ini bahwa distribusi dan frekuensi sampel berdasarkan usia
paling banyak berada pada rentang usia 5-14 tahun 141 orang (88,7%). Tingginya
kelompok usia anak-anak yang menderita angular cheilitis diduga berhubungan dengan
faktor asupan nutrisi. Keseimbangan asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh anak harus
terpenuhi karena sedang menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan
energi pada anak digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas seperti bermain atau
berolah raga, sehingga apabila kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi maka dapat
menyebabkan manifestasi penyakit salah satunya pada rongga mulut yaitu angular
cheilitis.17,31,37
Berdasarkan jenis kelamin (tabel 2), didapatkan bahwa jumlah sampel berjenis
kelamin laki-laki lebih banyak dijumpai dibandingkan perempuan yaitu 90 orang
(56,6%) dengan perbandingan 1,3:1. Angular cheilitis dapat terjadi pada laki-laki
maupun perempuan. Perbedaan yang menyebabkan hal tersebut diduga berkaitan
dengan hal kebiasaan. Perempuan cenderung memperhatikan hiegenitas diri, salah
satunya dalam menjaga kebesihan rongga mulut. Kebersihan rongga mulut yang baik
dapat menurunkan risiko terjadinya angular cheilitis.17 Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Citra et al. yaitu bahwa jumlah penderita yang
mengalami angular cheilitis lebih banyak terjadi pada anak laki-laki (51%).10
Berdasarkan BMI (tabel 3), pada penelitian ini didapatkan bahwa penderita angular
cheilitis memiliki kondisi underweight atau status gizi yang buruk 127 orang (79,9%).
BMI merupakan salah satu cara penilaian status gizi. Penelitian yang dilakukan oleh
Citra et al. ditemukan bahwa tingginya frekuensi anak dengan status gizi dibawah
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Departemen Ilmu Penyakit
Mulut FKG USU, maka dapat di simpulkan sebagai berikut:
1. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan usia diperoleh hasil
bahwa rentang usia yang paling banyak yaitu 5-14 tahun 141 orang (88,7%).
2. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan jenis kelamin diperoleh
hasil bahwa jumlah laki-laki lebih banyak yaitu 90 orang (56,6%) dibandingkan dengan
perempuan sebanyak 69 orang (43,4%).
3. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan BMI diperoleh hasil
bahwa paling banyak berada pada kategori underweight sebanyak 127 orang (79,9%).
4. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan kebersihan rongga
mulut diperoleh hasil bahwa paling banyak yaitu kategori sedang sebanyak 93 orang
(58,5%).
5. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan distribusi lesi diperoleh
hasil paling banyak yaitu bilateral sebanyak 115 orang (72,3%).
6. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan waktu penyembuhan
diperoleh hasil paling banyak yaitu >7 hari sebanyak 92 orang (57,9%).
6.2 Saran
1. Berdasarkan distribusi dan frekuensi BMI yang mengalami underweight
dengan rentang usia 5-14 tahun, maka dapat dijadikan data penyuluhan bagi instansi
kesehatan.
2. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pemeriksaan status
nutrisi yang lebih akurat seperti pemeriksaan darah agar dapat berguna bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu penyakit mulut.
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-4 4 2.5 2.5 2.5
5-14 141 88.7 88.7 91.2
15-24 7 4.4 4.4 95.6
25-34 2 1.3 1.3 96.9
35-44 2 1.3 1.3 98.1
45-54 1 .6 .6 98.7
55-64 2 1.3 1.3 100.0
Total 159 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Perempuan 69 43.4 43.4 43.4
Laki-Laki 90 56.6 56.6 100.0
Total 159 100.0 100.0
BMI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Underweight 127 79.9 79.9 79.9
Normal 28 17.6 17.6 97.5
Obesitas 4 2.5 2.5 100.0
Total 159 100.0 100.0
Distribusi Lesi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Unilateral 44 27.7 27.7 27.7
Bilateral 115 72.3 72.3 100.0
Total 159 100.0 100.0
Waktu Penyembuhan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-7 Hari 67 42.1 42.1 42.1
>7 Hari 92 57.9 57.9 100.0
Total 159 100.0 100.0
Besar biaya yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini sebesar Rp 538.000,-
dengan rincian berikut:
Proposal
1. Bahan ATK
- Kertas A4 1 rim @Rp 30.000,-
- Kertas Kuarto 1 rim @Rp 30.000,-
= Rp 60.000,-
2. Penjilidan = Rp 49.000,-
3. Biaya Literatur
- Fotokopi = Rp 50.000,-
Penelitian
1. Alat
- Alat Tulis (Pulpen, pensil, buku) = Rp 20.000,-
Hasil
1. Bahan ATK
- Kertas A4 1 rim @Rp 30.000,-
- Kertas Kuarto 1 rim @Rp 30.000,-
= Rp 60.000,-
2. Penjilidan = Rp 49.000,-
3. Biaya Literatur
- Fotokopi = Rp 50.000,-
4. Biaya tak terduga = Rp 200.000,-
Total = Rp 538.000,-