Anda di halaman 1dari 54

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kedokteran Gigi Skripsi Sarjana

2017

Profil Penderita Angular Cheilitis di


Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG
USU Tahun 2016

Sitorus, Serelady Maredlyn

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1694
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PROFIL PENDERITA ANGULAR CHEILITIS DI
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT
FKG USU TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi


syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:
Serelady Maredlyn Sitorus
NIM: 130600093
Pembimbing:
Dr. Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si
Aida Fadhilla Darwis, drg., MDSc

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut

Tahun 2017

Serelady Maredlyn Sitorus


Profil Penderita Angular Cheilitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU
Tahun 2016
x + 34 halaman.
Angular cheilitis merupakan peradangan yang ditandai dengan lesi berupa
fisur pada sudut mulut yang meluas ke kulit disebut sebagai daerah mukokutan.
Angular cheilitis dapat menyebabkan keluhan subjektif pada penderitanya seperti rasa
sakit ketika makan dan berbicara serta saat membersihkan rongga mulut. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penderita angular cheilitis di
Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2016. Penelitian dilakukan pada
159 sampel berdasarkan data jurnal kepaniteraan klinik Departemen Ilmu Penyakit
Mulut FKG USU tahun 2016. Penentuan sampel dilakukan dengan metode total
sampling dimana seluruh populasi dijadikan sampel. Data sampel dikumpulkan
dengan cara mencatat data sekunder dari jurnal kepaniteraan klinik yang terdiri dari
usia, jenis kelamin, Body Mass Index (BMI), kebersihan rongga mulut, distribusi lesi
dan waktu penyembuhan. Data diolah dengan sistem komputerisasi dan disajikan
dalam bentuk tabel. Hasil penelitian ini menunjukkan distribusi dan frekuensi
angular cheilitis paling banyak ditemukan pada rentang usia 5-14 tahun (88,7%),
jenis kelamin laki-laki (56,6%), BMI kategori underweight (79,9%) dan kebersihan
rongga mulut dengan kategori sedang (58,5%). Distribusi lesi yang paling sering
terjadi secara bilateral (72,3%) dan waktu penyembuhan yang paling banyak >7 hari
(58%). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan distribusi dan frekuensi sampel
penelitian yang mengalami angular cheilitis pada kelompok usia anak-anak, jenis
kelamin laki-laki, status gizi yang buruk, dan kondisi kebersihan rongga mulut yang
buruk.

Universitas Sumatera Utara


Daftar Rujukan: 46 (1979-2017)

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan


di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 13 Oktober 2017

Pembimbing: Tanda tangan

1. Dr. Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si .......................

NIP: 19510611 198303 2 001

2. Aida Fadhilla Darwis, drg., MDSc ......................

NIP: 19860218 201012 2 004

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini dipertahankan di hadapan tim penguji


pada tanggal 13 Oktober 2017

TIM PENGUJI

KETUA : Dr. Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si


Aida Fadhilla Darwis, drg., MDSc

ANGGOTA : Nurdiana, drg., Sp.PM


Indri Lubis, drg

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi dengan
judul “Profil Penderita Angular Cheilitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut
FKG USU Tahun 2016” ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
penulis untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
Rasa hormat dan terimakasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada
kedua orang tua tersayang, Ibunda D.R. Simanjuntak dan Ayahanda R.D. Sitorus,
demikian juga kepada adik penulis Yolanda Florence Sitorus, yang senantiasa
mendukung penulis dalam mengerjakan skripsi ini, memberi bantuan moril dan
materil, serta senantiasa mendoakan penulis. Pada kesempatan ini pula, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. Wilda H Lubis, drg., M.Si dan Aida
Fadhilla Darwis, drg., MDSc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan
sabar, tekun, tulus, dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran memberikan
bimbingan, motivasi, arahan dan saran-saran yang sangat berharga yang telah
diberikan untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Dr. Trelia Boel, M. Kes., Sp. RKG selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara;
2. Sayuti Hasibuan, drg., SP. PM selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit
Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara;
3. Isnandar, drg., Sp. BM, selaku penasehat akademik yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara;

Universitas Sumatera Utara


4. Nurdiana, drg., Sp. PM dan Indri Lubis, drg selaku tim penguji skripsi yang
telah meluangkan waktu dan memberikan saran yang bermanfaat kepada penulis;
5. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara;
6. Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara beserta
staf yang telah memberikan izin, bantuan, dan saran kepada penulis dalam
pelaksanaan penelitian;
7. Sahabat-sahabat terbaik penulis, (Alzeressy Putri, Eva riris, Yuki swan,
Cia, Ayu G, Anne marie, Kurnia, Kiky, Destri, Aude) yang telah banyak
menghabiskan waktunya bersama penulis dan memberikan motivasi selama kuliah
dan pengerjaan skripsi, serta seluruh teman-teman stambuk 2013 yang tidak dapat
disebutkan satu persatu;
8. Teman-teman seperjuangan skripsi, kakak, dan abang koas di Departemen
Ilmu Penyakit Mulut;
Akhir kata penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran
yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat. Akhirnya, tiada lagi
yang dapat penulis ucapkan selain ucapan syukur sedalam-dalamnya, semoga Tuhan
Yang Maha Esa memberi berkat-Nya pada kita semua.

Medan, 13 Oktober 2017


Penulis,

(Serelady Maredlyn Sitorus)


NIM: 130600093

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ............................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5


2.1 Angular Cheilitis .......................................................................... 5
2.1.1 Definisi ....................................................................................... 5
2.1.2 Etiologi ....................................................................................... 5
2.1.3 Gambaran Klinis ........................................................................ 6
2.1.4 Diagnosis .................................................................................... 8
2.1.5 Perawatan .................................................................................. 8
2.2 Nutrisi............................................................................................ 9
2.2.1 Klasifikasi Nutrisi ...................................................................... 9
2.2.2 Manifestasi Kekurangan Nutrisi ................................................ 10
2.2.2.1 Sistemik .................................................................................... 10
2.2.2.2 Oral........................................................................................... 11
2.2.3 Penilaian Status Nutrisi .............................................................. 11

Universitas Sumatera Utara


2.2.4 Hal-hal yang Memengaruhi Status Nutrisi................................. 12
2.3 Pengaruh Status Nutrisi dengan Angular Cheilitis....................... 13
2.4 Kerangka Teori ............................................................................ 14
2.5 Kerangka Konsep ......................................................................... 15

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN........................................................... 16


3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 16
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 16
3.3 Populasi Penelitian ........................................................................ 16
3.4 Sampel Penelitian .......................................................................... 16
3.5 Variabel Penelitian ........................................................................ 17
3.5.1 Variabel Tergantung................................................................... 17
3.5.2 Variabel Bebas ........................................................................... 17
3.6 Defenisi Operasional ..................................................................... 17
3.7 Sarana Penelitian ........................................................................... 19
3.7.1 Alat .............................................................................................. 19
3.7.2 Bahan .......................................................................................... 19
3.8 Cara Pengumpulan Data................................................................ 20
3.9 Pengolahan Data............................................................................ 20
3.10 Analisa Data ................................................................................. 20
3.11 Etika Penelitian ............................................................................ 21

BAB 4 HASIL PENELITIAN ......................................................................... 22


4.1 Distribusi dan Frekuensi Berdasarkan Usia ................................... 22
4.2 Distribusi dan Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin.................... 23
4.3 Distribusi dan Frekuensi Berdasarkan BMI ................................... 23
4.4 Distribusi dan Frekuensi Berdasarkan Kebersihan Rongga Mulut 24
4.5 Distribusi dan Frekuensi Berdasarkan Distribusi Lesi ................... 24
4.6 Distribusi dan Frekuensi Berdasarkan Waktu Penyembuhan ........ 25

BAB 5 PEMBAHASAN .................................................................................. 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 29


6.1 Kesimpulan .................................................................................... 29
6.2 Saran............................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 31

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Klasifikasi Mikronutrisi ....................................................................... 10

2 Klasifikasi Kegemukan Berdasarkan BMI........................................... 12

3 Distribusi dan Frekuensi Berdasarkan Usia ........................................ 22

4 Distribusi dan Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ......................... 23

5 Distribusi dan Frekuensi Berdasarkan BMI ......................................... 23

6 Distribusi dan Frekuensi Berdasarkan Kebersihan Rongga Mulut ...... 24

7 Distribusi dan Frekuensi Berdasarkan Distribusi Lesi ........................ 25

8 Distribusi dan Frekuensi Berdasarkan Waktu Penyembuhan .............. 25

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Angular Cheilitis Tipe 1 ......................................................................... 6

2 Angular Cheilitis Tipe 2 ......................................................................... 6

3 Angular Cheilitis Tipe 3 ......................................................................... 7

4 Angular Cheilitis Tipe 4 ......................................................................... 7

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar Izin Ketua Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU

2. Surat Persetujuan Komisi Etik

3. Form Pengumpulan Data

4. Hasil Perhitungan Statistik

5. Rincian Biaya Penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Struktur sudut mulut merupakan peralihan antara kulit dan mukosa yang dikenal
sebagai angulus oris sangat peka terhadap peradangan. Sudut mulut dibasahi oleh saliva
dan terpapar dengan sejumlah mikroba yang beraneka ragam, sehingga daerah tersebut
cenderung menjadi rentan terhadap setiap perubahan dan kestabilan lingkungan dan
salah satu efeknya dapat menyebabkan angular cheilitis.1 Angular cheilitis merupakan
inflamasi yang ditandai dengan adanya fisur berwarna kemerahan pada sudut mulut.2
Mikroorganisme utama terjadinya angular cheilitis yaitu infeksi Candida albicans,
Staphylococcus dan Streptococcus sedangkan faktor predisposisi terjadinya angular
cheilitis diantaranya penurunan vertikal dimensi, defisiensi nutrisi, defisiensi imun, serta
trauma mekanis.2,3,4,5
Beberapa penelitian telah melaporkan prevalensi angular cheilitis. Penelitian
yang dilakukan oleh Matthew di India, dari 1190 pasien yang mengunjungi Departemen
Penyakit Mulut, dilaporkan bahwa 41,2% menderita lesi oral dan 0,58% diantaranya
menderita angular cheilitis.6 Penelitian yang dilakukan oleh Parlak et al. mengenai
prevalensi lesi oral anak usia 13-16 tahun di Turki dilaporkan bahwa 26,2% menderita
lesi oral dan angular cheilitis merupakan prevalensi tertinggi (9%).7 Penelitian Vallejo
di Spanyol sebanyak 2,9% menderita angular cheilitis pada orang dewasa dan
meningkat 7,9% pada pengguna gigi tiruan.8 Penelitian Feng et al. di China
menunjukkan 10,8% prevalensi lesi mukosa oral, dan 0,86% diantaranya yaitu angular
cheilitis.9 Penelitian di Slovenia, prevalensi angular cheilitis ditemukan sebanyak 2,7%
pada kelompok usia 75 tahun.10 Penelitian oleh Lubis terhadap 200 anak umur 6-12
tahun di enam panti asuhan kota Medan, 47% menderita angular cheilitis.3
Angular cheilitis dapat memengaruhi fungsi dan estetis.11 Warnakulasuriya,
Samarayanke, dan Peiris dalam penelitiannya menyatakan bahwa 13 dari 49 orang yang
menderita angular cheilitis, mengeluhkan rasa sakit dan ketidaknyamanan pada sudut

Universitas Sumatera Utara


mulut saat membuka mulut.4 Selain itu, anak-anak yang menderita angular cheilitis
cenderung terisolasi dan tidak ingin bergaul karena merasa berbeda dengan teman-
teman sebayanya.11
Penelitian oleh Zhiri di Arab menyebutkan bahwa prevalensi angular cheilitis
sebanyak 16,9%.12 Penelitian Crivelli et al. mengenai prevalensi lesi oral pada anak
sekolah dasar umur 4-13 tahun di Argentina berdasarkan tingkatan ekonomi, dilaporkan
bahwa 1,1% anak sekolah dasar dengan tingkat ekonomi tinggi menderita angular
cheilitis, sedangkan pada anak sekolah dasar dengan tingkat ekonomi yang lebih rendah
ditemukan menderita angular cheilitis sebanyak 6,5%.13 Badan Pusat Statistik
memperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 mencapai 243,2 juta
orang. Sekitar 37,3 juta penduduk hidup dibawah garis kemiskinan, lima juta balita
berstatus gizi kurang, dan lebih dari 100 juta penduduk berisiko terhadap masalah
kurang gizi.14 Status gizi individu atau komunitas dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan
ekologi sosial.15 Salah satu permasalahan yang ada di Indonesia menurut Dinas
Kesehatan Republik Indonesia yaitu gizi buruk di Indonesia menduduki peringkat lima
besar pada tahun 2012.14 World Health Organization (WHO) memperkirakan 181,9 juta
(32%) anak kekurangan gizi di negara berkembang, sehingga menyebabkan tingginya
persentase angular cheilitis.3 Kekurangan nutrisi yang dapat menyebabkan terjadinya
angular cheilitis antara lain kekurangan riboflavin (Vitamin B2), niacin (Vitamin B3),
pyridoxine (Vitamin B6), atau cyanocobalamin (Vitamin B12) dan kekurangan zat besi.
Berdasarkan penelitian Bamji di Hyberabad, India terhadap 407 orang anak usia 5-13
tahun telah ditunjukkan bahwa gejala defisiensi nutrisi yang paling jelas yaitu angular
cheilitis yaitu 41,3%.16 Oleh karena itu perlu dilakukan pendataan untuk mengetahui
frekuensi penyakit pada suatu populasi sebagai langkah awal dalam upaya perencanaan,
pencegahan, dan perawatan suatu penyakit.17
Berdasarkan fakta diatas, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian
tentang profil terhadap angular cheilitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU
tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara


1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana distribusi dan frekuensi penderita angular cheilitis berdasarkan
usia di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2016?
2. Bagaimana distribusi dan frekuensi penderita angular cheilitis berdasarkan
jenis kelamin di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2016?
3. Bagaimana distribusi dan frekuensi penderita angular cheilitis berdasarkan
BMI di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2016?
4. Bagaimana distribusi dan frekuensi penderita angular cheilitis berdasarkan
kebersihan rongga mulut di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2016?
5. Bagaimana distribusi dan frekuensi penderita angular cheilitis berdasarkan
distribusi lesi di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2016?
6. Bagaimana distribusi dan frekuensi penderita angular cheilitis berdasarkan
waktu penyembuhan di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2016?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi penderita angular cheilitis
berdasarkan usia di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2016.
2. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi penderita angular cheilitis
berdasarkan jenis kelamin di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2016.
3. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi penderita angular cheilitis
berdasarkan BMI di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2016.
4. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi penderita angular cheilitis
berdasarkan kebersihan rongga mulut di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU
tahun 2016.
5. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi penderita angular cheilitis
berdasarkan distribusi lesi di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2016.
6. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi penderita angular cheilitis
berdasarkan waktu penyembuhan di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun
2016.

Universitas Sumatera Utara


1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi data informasi kepada instansi
kesehatan dan tenaga-tenaga kesehatan mengenai gambaran angular cheilitis.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi atau sumbangan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan bagi Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara mengenai profil penderita angular
cheilitis.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi data distribusi dan
frekuensi angular cheilitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU pada
penelitiaan selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Bidang Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi Dinas Kesehatan dan
tenaga kesehatan untuk dapat membuat program penyuluhan pengetahuan mengenai
angular cheilitis.
2. Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
tentang angular cheilitis.
3. Peneliti
Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan melakukan survei di bidang
kesehatan gigi dan mulut tentang penderita angular cheilitis.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Angular Cheilitis


Angular cheilitis memiliki nama lain angular cheilosis, commissural cheilitis,
angular stomatitis, atau perleche. Angular cheilitis memiliki gejala berupa rasa sakit,
gatal, kering, dan sensasi terbakar.17

2.1.1 Definisi
Angular Cheilitis merupakan peradangan yang terjadi pada kedua sudut mulut.
Angular cheilitis ditandai dengan lesi berupa fisur yang meluas pada sudut mulut ke
kulit yang disebut sebagai daerah mukokutan.18 Mucocutaneous junction merupakan
daerah peralihan antara kulit dan mukosa mulut, epitel di daerah ini lebih tipis
dibanding dengan epitel kulit sehingga menyebabkan area ini rentan terhadap infeksi.11

2.1.2 Etiologi
Angular cheillitis disebabkan agen infeksi seperti Candida, Staphylococcus dan
Streptococcus.2,5 Faktor lain yang dapat menjadi pemicu terjadinya angular cheiltis
yaitu penurunan vertikal dimensi, defisiensi nutrisi, kebiasaan buruk, kebersihan rongga
mulut yang buruk dan defisiensi sistem imun. Kandida merupakan agen infeksi
terjadinya angular cheilitis pada penderita seperti diabetes, down syndrome, Human
Immunodeficiency Virus (HIV).2
Penurunan vertikal dimensi menyebabkan bibir atas akan menurun serta ditahan
oleh bibir bagian bawah di sudut mulut sehingga menciptakan lipatan dan kerutan.2,5,19
Terkumpulnya saliva pada sudut mulut mengakibatkan kelembapan dan memudahkan
terjadinya infeksi dari mikroorganisme.
Defisiensi nutrisi menyebabkan keutuhan epitel berkurang. Defisiensi vitamin B
seperti niacin, piridoksin, dan riboflavin menyebabkan angular cheilitis. Niacin dan

Universitas Sumatera Utara


piridoksin merupakan prekursor dari koenzim nikotinamide adenine dinukleotide
(NAD) dan nikotinamide adenine dinukleotide phosphate (NADP), sedangkan zat besi
sangat penting dalam pembentukan hemoglobin.5,19,20 Hemoglobin berperan penting
dalam transport oksigen ke sel. Oleh sebab itu, defisiensi zat besi akan mengakibatkan
kapasitas oksigen yang dibawa oleh darah menurun sehingga regenerasi sel-sel epitel
pada jaringan terganggu.

2.1.3 Gambaran klinis


Gambaran klinis terlihat fisur, eritema, crusting, atau bahkan ulserasi pada salah
satu atau kedua sudut mulut.2,6,11,21

Tipe- tipe angular cheilitis dibagi atas beberapa yaitu:4,22,23


a.Tipe 1: Lesi ringan ditandai dengan fisur tunggal yang terbatas pada sudut
mulut (Gambar 1).

Gambar 1. Lesi angular cheilitis tipe 1

b.Tipe 2: Lesi yang terdiri dari fisur tunggal yang lebih panjang dan lebih dalam
dibandingkan lesi di tipe 1, meluas sedikit melibatkan kulit disekitarnya ≤10 mm
(Gambar 2).

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2. Lesi angular cheilitis tipe 2

c. Tipe 3: Lesi yang ditandai dengan beberapa fisur pada sudut mulut dan meluas
ke perbatasan kulit sekitar dengan ukuran >10 mm, ≤ 20 mm (Gambar 3).

Gambar 3. Lesi angular cheilitis tipe 3

b. Tipe 4: Lesi tanpa fisur dengan eritema luas yang berdekatan pada kulit
hingga vermillion border >20 mm (Gambar 4).

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4. Lesi angular cheilitis tipe 4

2.1.4 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis. Tidak ada
pemeriksaan penunjang spesifik pada angular cheilitis, namun untuk mengetahui jenis
mikroba yang menginfeksi terjadinya angular cheilitis dapat dilakukan pemeriksaan
mikrobiologi yaitu swab pada daerah lesi.4 Begitu juga untuk mengetahui penyebab
yang berkaitan dengan nutrisi, maka dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
mengetahui status nutrisi dengan pemeriksaan laboratorium, atau dapat dilakukan
pemeriksaan sederhana dengan metode antropometri.11

2.1.5 Perawatan
Perawatan yang dilakukan pada penderita angular cheilitis yaitu eliminasi faktor
etiologi utama dan faktor predisposisi, serta mencegah terjadinya infeksi sekunder.
Penyebab utama dari angular cheilitis yaitu bakteri dan jamur. Perawatan dapat
dilakukan dengan memberikan antijamur maupun antibakteri. Namun, kebanyakan
infeksi yang mengakibatkan angular cheilitis sulit dibedakan karena merupakan infeksi
kombinasi. Perawatan dapat dilanjutkan dengan menyingkirkan faktor predisposisi
diantaranya memperbaiki vertikal dimensi, mengoreksi kelainan penyakit sistemik
seperti diabetes melitus dan anemia, serta memelihara kebersihan rongga mulut.2,24
Infeksi sekunder merupakan infeksi yang timbul selama atau setelah perawatan
penyakit. Contohnya kebersihan rongga mulut yang buruk dan kebiasaan menjilat sudut
mulut maka dapat memengaruhi prognosis perawatan.25

Universitas Sumatera Utara


2.2 Nutrisi
Nutrisi merupakan asupan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan fisiologis
dan biologis dalam tubuh serta berperan terhadap keutuhan jaringan melalui proses
metabolisme.26 Nutrisi terbagi atas dua bagian besar yaitu makronutrisi dan
mikronutrisi.27

2.2.1 Klasifikasi Nutrisi


1. Makronutrisi
Makronutrisi diperlukan dalam jumlah besar oleh tubuh. Makronutrisi meliputi
karbohidrat, lemak, dan protein. Karbohidrat merupakan sumber kebutuhan energi
utama bagi tubuh dalam bentuk glukosa. Energi yang digunakan untuk melakukan
aktivitas dalam kehidupan sehari-hari didapatkan dari energi yang dilepaskan oleh
tubuh pada proses pembakaran zat makanan.27-29
Lemak meliputi beraneka ragam zat yang larut dalam lipid, sebagian besar
merupakan trigliserida atau trigliserol. Trigliserida dipecah untuk menghasilkan energi
utama bagi tubuh, dalam jaringan adiposa. Asam lemak spesifik yang terdapat dalam
trigliserida penting bagi struktur dan fungsi membran sel. Asam lemak ini disebut
dengan asam lemak esensial.27-29
Protein merupakan zat yang tersusun dari berbagai asam amino. Fungsi protein
bagi tubuh yaitu sebagai bahan pembangun tubuh, untuk menggantikan sel-sel tubuh
yang rusak. Anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan membutuhkan lebih
banyak protein dari pada usia lanjut.28 Berdasarkan sumbernya protein dibagi menjadi
dua macam yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein hewani berasal dari daging,
telur, susu, keju, dan ikan. Protein nabati terutama berasal dari biji-bijian, kacang-
kacangan, gandum, dan sayuran.28,29

2. Mikronutrisi
Mikronutrisi mencakup mineral dan vitamin. Mineral dan vitamin merupakan
zat yang berperan dalam menjaga keseimbangan dalam tubuh terutama untuk membantu
proses metabolism dan pertukaran zat.27-29

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 Klasifikasi mikronutrisi berdasarkan sifat kimia 28

Nama Anggota utama dalam Peranan


kelompok

Mineral Kalsium, fospor, natrium, Peran struktural kofaktor


kalium, besi, tembaga, untuk enzim,
magnesium, selenium keseimbangan asam-basa

Vitamin larut air Vitamin B kompleks, Metabolisme, pembelahan


vitamin C sel, antioksidan, kofaktor,
untuk enzim, sintesis
neurotransmitter (zat
pengantar impuls saraf)

Vitamin larut lemak Vitamin A, D,E, K Struktural, integritas sel,


homeostatis, peran
antioksidan

2.2.2 Manifestasi Kekurangan Nutrisi


Kemampuan bertahan hidup, terkait dengan adanya sistem pemeliharaan dan
perbaikan dalam tubuh yang berfungsi dengan baik untuk mengatasi berbagai perubahan
yang terjadi, serta membatasi kerusakan yang menyebabkan penyakit. Oleh karena itu,
nutrisi berperan sebagai zat yang dibutuhkan oleh tubuh, diperoleh dengan
mengonsumsi karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.27-29 Akibat kekurangan
nutrisi dapat bermanifestasi secara sistemik maupun lokal di rongga mulut.

2.2.2.1 Sistemik
Sejumlah perubahan fisiologis berlangsung dalam tubuh. Gizi yang tidak
adekuat dapat menimbulkan kondisi kesehatan yang buruk. Defisiensi nutrisi terjadi
akibat tidak adekuatnya asupan nutrisi yang esensial bagi tubuh sehingga dapat

Universitas Sumatera Utara


menyebabkan keadaan malnutrisi. Malnutrisi energi protein mencerminkan kekurangan
gizi berat bermanifestasi marasmus, kwashiorkor, dan gambaran kombinasi kwashiorkor
marasmik.28

2.2.2.2 Oral
Defisiensi mikronutrisi seperti vitamin B kompleks dapat berpengaruh terhadap
rongga mulut yang mengakibatkan angular cheilitis, glositis, pembesaran papila
fungiformis, atropi dan inflamasi papila filiformis, eritema pada gingiva cekat, mukosa
yang terlihat biru pucat, lidah yang keungu-unguan dengan gejala seperti sensitivitas
panas pada mukosa mulut, sensasi lidah terbakar, hilangnya kemampuan mengecap dan
selera makan.27,30,31

2.2.3 Penilaian Status Nutrisi


Penilaian status nutrisi dapat dilakukan dengan menggunakan 4 metode yaitu
pemeriksaan klinis, analisis diet, antropometri, dan laboratorik.32 Cara pengukuran
status gizi yang paling sering digunakan pada masyarakat yaitu antropometri.28
Penilaian status nutrisi dengan metode antropometri dapat membantu melihat pola
perkembangan dan pertumbuhan seseorang seperti tinggi dan berat badan. Oleh sebab
itu dilakukan pengukuran dengan indeks masa tubuh (IMT)/BMI (Tabel 2.2) dengan
melakukan pembagian terhadap berat badan (kilogram) dan tinggi yang dikuadratkan
(meter).32

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.2 Klasifikasi kegemukan, berdasarkan BMI (WHO, 2000)28

Kategori Kisaran IMT (kg/m2)

Underweight <18,5

Normal 18,5-24,9

Pre Obese 25-29,9

Obesitas I 30-34,9

Obesitas II 35-39,9

Obesitas III ≥40

2.2.4 Hal-hal yang Memengaruhi Status Nutrisi


Status nutrisi merupakan parameter yang digunakan dalam penilaian fisik
dengan pemeriksaan jasmani. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa sekolah akan
mengalami proses percepatan pada umur 10-12 tahun, dimana pertambahan berat badan
pertahunnya sampai 2,5 kg.33 Status nutrisi dipengaruhi oleh faktor primer dan faktor
sekunder. Adapun faktor primer yaitu cara pemenuhan nutrisi seseorang salah dalam
kuantitas dan atau kualitas oleh penyediaan pangan, kemiskinan, kebiasaan makan yang
salah.34,35,36 Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak
sampai di sel-sel tubuh.34 Selain dari faktor primer dan sekunder, aspek psikologis
memengaruhi perilaku seseorang yang berdampak terhadap asupan makanan serta
dipengaruhi oleh kondisi mood/ perasaan. Adanya perubahan fisiologis seperti
berkurangnya kualitas gigi, mulut kering dengan berkurangnya aliran saliva. Aktivitas
fisik yang berkurang diakibatkan oleh kemajuan teknologi menyebabkan kebutuhan
untuk menggunakan tenaga atau energi tidak optimal.28

Universitas Sumatera Utara


2.3 Pengaruh Status Nutrisi dengan Angular Cheilitis
Berkurangnya nutrisi ke jaringan dapat menyebabkan jaringan tidak dapat
beregenerasi dan mudah rusak. Sejumlah kasus dengan defisiensi zat besi dan vitamin B
kompleks ditemukan 25% menderita angular cheilitis. Penelitian menunjukkan pada
pasien anemia ditemukan 11%-31,8% menderita angular cheiltis.37 Gangguan zat besi
menyebabkan menurunnya kemampuan sel imun. Oleh sebab itu memudahkan
timbulnya kandida pada daerah mukokutan.2
Gangguan metabolisme protein dan karbohidrat akan mengakibatkan penurunan
asam amino dan adenosin triposphat (ATP) yang mengakibatkan reparasi dan
regenerasi sel terhambat sehingga menyebabkan keutuhan sel epitel berkurang, salah
satunya epitel rongga mulut yang rentan terhadap terjadinya infeksi bakteri dan
jamur.5,14 Penelitian Bamji di Hyberabad, India terhadap 407 orang anak usia 5-13 tahun
telah menunjukkan bahwa diantara tanda defisiensi nutrisi yang paling jelas adalah
angular cheilitis 41,3%.16

Universitas Sumatera Utara


2.4 Kerangka Teori

Defisiensi sitem imun

-Diabetes

-Downsyndrome
Penurunan Kebiasaan Kebersihan
vertikal dimensi buruk rongga mulut -HIV

Agen infeksi

1. Candida
albicans
2. Streptococcus
3. Staphylococcus

Angular cheilitis

Universitas Sumatera Utara


2.5 Kerangka Konsep

Profil Penderita angular cheilitis di


Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG
USU tahun 2016

1. Usia Angular Cheilitis


2. Jenis Kelamin
3. BMI
4. Kebersihan rongga mulut
5. Distribusi lesi
6. Waktu Penyembuhan

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan survei deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan
rancangan yang mendeskripsikan sebuah peristiwa.38 Penelitian survei deskriptif pada
penelitian ini dilakukan berdasarkan pengumpulan data sekunder pada penderita
angular cheilitis meliputi usia, jenis kelamin, BMI, kebersihan rongga mulut, distribusi
lesi, dan waktu penyembuhan pada sampel di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG
USU.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU pada bulan
mei 2017. Lokasi ini dipilih karena FKG USU merupakan instansi yang fokus terhadap
pendidikan, pelayanan kesehatan, penelitian dan pengabdian di bidang kesehatan gigi
dan mulut.

3.3 Populasi Penelitian


Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh data pada jurnal kepaniteraan klinik
di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2016 dengan diagnosa angular
cheilitis pada periode 1 Januari - 31 Desember 2016.

3.4 Sampel Penelitian


Cara mengambil sampel penelitian ini dengan menggunakan total sampling yaitu
yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang diambil meliputi keseluruh unsur populasi
meliputi 159 jurnal kepaniteraan klinik dengan pencatatan data seperti usia, jenis
kelamin, BMI, kebersihan rongga mulut, distrbusi lesi dan waktu penyembuhan pada
periode 1 Januari - 31 Desember 2016.

Universitas Sumatera Utara


3.5 Variabel penelitian

3.5.1 Variabel tergantung


Angular cheilitis
3.5.2 Variabel bebas
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. BMI
4. Kebersihan rongga mulut
5. Distribusi lesi
6. Waktu penyembuhan

3.6 Definisi Operasional


Variabel Definisi Cara ukur Hasil ukur Skala ukur
operasional

Angular Lesi berupa fisur, Jurnal a. Ada Kategorik


cheilitis berwarna kepaniteraan b. Tidak ada
kemerahan pada klinik
sudut mulut yang
terjadi pada salah
satu atau kedua
sudut mulut.18

Usia Usia pasien Jurnal a. 1-4 tahun Kategorik


angular cheilitis kepaniteraan b. 5-14 tahun
yang tertera pada klinik c. 15-24 tahun
jurnal d. 25-34 tahun
kepaniteraan e. 35-44 tahun
klinik f. 45-54 tahun
g. 55-64 tahun39

Universitas Sumatera Utara


Jenis kelamin Jenis kelamin Jurnal a. Perempuan Kategorik
penderita angular kepaniteraan b. Laki-laki
cheilitis yang klinik
tertera pada jurnal
kepaniteraan
klinik

BMI Data pengukuran Perhitungan a. Underweight Kategorik


dari jurnal dengan manual b. Normal
menggunakan c. Obesitas
perhitungan berat
badan (kg) dibagi
dengan tinggi
badan kuadrat
(m2) dan
diklasifikasi
menurut WHO
tahun 200039

Kebersihan Indeks kebersihan Jurnal a. Baik Kategorik


rongga mulut rongga mulut yang kepaniteraan b. Sedang
tertera pada jurnal klinik c. Buruk
kepaniteraan
klinik

Distribusi lesi Tanda klinis pada Jurnal a. Unilateral Kategorik


sudut mulut yang kepaniteraan b. Bilateral
berada pada satu klinik
atau kedua sisi
sudut mulut
berupa fisur,

Universitas Sumatera Utara


eritema atau
crusting
berdasarkan
jurnal
kepaniteraan
klinik

Waktu Waktu Jurnal a. 1-7 hari Kategorik


penyembuhan penyembuhan kepaniteraan b. > 7 hari
yang dialami oleh klinik
pasien saat
pertama kali
datang dikurangi
dengan lamanya
perawatan saat
kontrol yang
tertera pada jurnal
kepaniteraan
klinik

3.7 Sarana Penelitian


3.7.1 Alat
Alat-alat tulis seperti pensil, pulpen dan penghapus.

3.7.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah jurnal kepanitraan klinik dengan diagnosis
angular cheilitis di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU dari bulan Januari
sampai bulan Desember tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara


3.8 Cara Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan studi pendahuluan.
b. Peneliti meminta izin kepada Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU.
c. Peneliti meminta izin kepada komisi etik (Ethical Clearance).
2. Tahap pelaksanaan
a. Tahap awal dari pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan
jurnal sesuai dengan kebutuhan peneliti.
b. Pengumpulan data dilakukan peneliti pada sampel jurnal yang terdiri dari
usia, jenis kelamin, BMI, kebersihan rongga mulut, distribusi lesi dan waktu
penyembuhan pada penderita angular cheilitis.
3. Penulisan laporan
Hasil dari pengumpulan data tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel dan dilihat
persentasenya kemudian diuraikan dalam hasil penelitian dan penarikan kesimpulan.

3.9 Pengolahan Data


Data diolah dengan sistem komputerisasi dan disajikan dalam bentuk tabel.

3.10 Analisa Data


Data diolah dan dihitung menggunakan sistem komputerisasi. Data tersebut
disajikan untuk mendeskripsikan setiap variabel penelitian. Analisis data yang akan
digunakan terhadap variabel dari hasil penelitian dan dianalisis untuk mengetahui
distribusi dan frekuensi serta persentase dari tiap variabel, yang meliputi:
1. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan usia.
2. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis bersadarkan jenis kelamin.
3. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan BMI.
4. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan kebersihan rongga
mulut.
5. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan distribusi lesi.

Universitas Sumatera Utara


6. Distribusi dan frekuensi penderita angular cheilitis berdasarkan waktu
penyembuhan.

3.11 Etika Penelitian


Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup beberapa hal sebagai berikut:
1. Persetujuan Komisi Etik (Ethical Clearence)
Peneliti mengajukan persetujuan pelaksanaan penelitian kepada komisi etik
penelitian kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat internasional maupun
nasional.
2. Persetujuan Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU (Surat Izin)
3. Kerahasiaan (Confidentiallity)
Sampel pada penelitian ini akan diberi jaminan atas data-data yang diberikan
agar identitas subjek pada sampel penelitian ini dapat dirahasiakan dan tidak akan
dipublikasikan tanpa seizin dari subjek peneltian.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN

Sampel merupakan data sekunder diperoleh dari jurnal kepanitraan klinik di


Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU tahun 2016 dengan jumlah sampel
sebanyak 159 jurnal kepaniteraan klinik.

4.1 Distribusi dan Frekuensi Angular Cheilitis Berdasarkan Usia


Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan usia (tabel 1) diperoleh
jumlah paling banyak berada pada rentang usia 5-14 tahun 141 orang (88,7%) dan
diikuti dengan rentang usia 15-24 tahun 7 orang (4,4%). Selanjutnya usia 1-4 tahun 4
orang (2,5%), usia 25-34 tahun 2 orang (1,3%), usia 35-44 tahun 2 orang (1,3%), usia
45-54 tahun 1 orang (0,6%), usia 55-64 tahun 2 orang (1,3%).

Tabel 1. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan usia

No Usia Frekuensi Persentase

1 1-4 4 2,5%

2 5-14 141 88,7%

3 15-24 7 4,4%

4 25-34 2 1,3%

5 35-44 2 1,3%

6 45-54 1 0,6%

7 55-64 2 1,3%

Jumlah 159 100%

Universitas Sumatera Utara


4.2 Distribusi dan Frekuensi Angular Cheilitis Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan jenis kelamin (tabel 2)
diperoleh jumlah perempuan 69 orang (43,4%), sedangkan pada jenis kelamin laki-laki
90 orang (56,6%). Distribusi dan frekuensi sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin
diperoleh rasio perbandingan antara perempuan dan laki-laki sebesar 1:1,30.

Tabel 2. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan jenis kelamin

No Jenis kelamin Frekuensi Persentase

1 Perempuan 69 43,4%

2 Laki-laki 90 56,6%

Jumlah 159 100%

4.3 Distribusi dan Frekuensi Angular Cheilitis Berdasarkan BMI


Distribusi sampel berdasarkan BMI (tabel 3), diperoleh bahwa jumlah yang
paling banyak dengan BMI kategori underweight 127 orang (79,9%). Sampel dengan
BMI normal 28 orang (17,6%), serta sampel dengan BMI obesitas 4 orang (2,5%).

Tabel 3. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan BMI

No BMI Frekuensi Persentase

1 Underweight 127 79,9%

2 Normal 28 17,6%

3 Obesitas 4 2,5%

Jumlah 159 100%

Universitas Sumatera Utara


4.4 Distribusi dan Frekuensi Angular cheilitis Berdasarkan Kebersihan
Rongga Mulut
Distribusi sampel berdasarkan kebersihan rongga mulut (tabel 4), diperoleh hasil
yang paling banyak terdapat pada kategori sedang yaitu 93 orang dengan persentase
58,5%, diikuti dengan kategori kebersihan rongga mulut yang buruk 45 orang (28,3%),
dan jumlah paling sedikit dengan kebersihan rongga mulut yang baik 21 orang (13,2%).

Tabel 4. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan kebersihan rongga mulut

No Kebersihan rongga Frekuensi Persentase


mulut

1 Baik 21 13,2%

2 Sedang 93 58,5%

3 Buruk 45 28,3%

Jumlah 159 100%

4.5 Distribusi dan Frekuensi Angular Cheilitis Berdasarkan Distribusi Lesi


Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan distribusi lesi (tabel 5),
diperoleh hasil yang paling banyak yaitu bilateral atau pada kedua sudut mulut 115
orang (72,3%), sedangkan pada distribusi lesi unilateral atau salah satu sudut mulut
sebanyak 44 orang (27,7%).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan distribusi lesi

No Distribusi lesi Frekuensi Persentase

1 Unilateral 44 27,7%

2 Bilateral 115 72,3%

Jumlah 159 100%

4.6 Distribusi dan Frekuensi Angular Cheilitis Berdasarkan Waktu


Penyembuhan
Distribusi sampel berdasarkan waktu penyembuhan (tabel 6), diperoleh hasil
yang paling banyak yaitu pada waktu >7 hari 92 orang (57,9%). Sedangkan pada kurun
waktu 1-7 hari terdapat 67 orang (42,1%).

Table 6. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan waktu penyembuhan

No Waktu Frekuensi Persentase


penyembuhan

1 1-7 hari 67 42,1%

2 >7 hari 92 57,9%

Jumlah 159 100%

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

Angular cheilitis dapat terjadi pada semua usia, namun pada umumya sering
menyerang anak-anak. Penelitian yang dilakukan oleh Herlin et al. diketahui kelompok
usia yang sering terjadi angular cheilitis yaitu 5-11 tahun (89,2%).17 Pendapat tersebut
sejalan dengan penelitian ini bahwa distribusi dan frekuensi sampel berdasarkan usia
paling banyak berada pada rentang usia 5-14 tahun 141 orang (88,7%). Tingginya
kelompok usia anak-anak yang menderita angular cheilitis diduga berhubungan dengan
faktor asupan nutrisi. Keseimbangan asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh anak harus
terpenuhi karena sedang menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan
energi pada anak digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas seperti bermain atau
berolah raga, sehingga apabila kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi maka dapat
menyebabkan manifestasi penyakit salah satunya pada rongga mulut yaitu angular
cheilitis.17,31,37
Berdasarkan jenis kelamin (tabel 2), didapatkan bahwa jumlah sampel berjenis
kelamin laki-laki lebih banyak dijumpai dibandingkan perempuan yaitu 90 orang
(56,6%) dengan perbandingan 1,3:1. Angular cheilitis dapat terjadi pada laki-laki
maupun perempuan. Perbedaan yang menyebabkan hal tersebut diduga berkaitan
dengan hal kebiasaan. Perempuan cenderung memperhatikan hiegenitas diri, salah
satunya dalam menjaga kebesihan rongga mulut. Kebersihan rongga mulut yang baik
dapat menurunkan risiko terjadinya angular cheilitis.17 Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Citra et al. yaitu bahwa jumlah penderita yang
mengalami angular cheilitis lebih banyak terjadi pada anak laki-laki (51%).10
Berdasarkan BMI (tabel 3), pada penelitian ini didapatkan bahwa penderita angular
cheilitis memiliki kondisi underweight atau status gizi yang buruk 127 orang (79,9%).
BMI merupakan salah satu cara penilaian status gizi. Penelitian yang dilakukan oleh
Citra et al. ditemukan bahwa tingginya frekuensi anak dengan status gizi dibawah

Universitas Sumatera Utara


normal yang mengalami angular cheilitis mencapai 84%.10 Salah satu faktor
predisposisi terjadinya angular cheilitis yaitu defisiensi nutrisi.40 Defisiensi nutrisi
dapat menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh, sehingga berbagai
mikroorganisme seperti bakteri dan jamur mudah menginfeksi jaringan.15 Hal tersebut
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lubis, yang menyebutkan bahwa
defisiensi nutrisi berhubungan dengan terjadinya angular cheilitis (53,23%).3
Kebersihan rongga mulut (tabel 4) merupakan salah satu faktor predisposisi
terjadinya angular cheilitis. Penelitian ini menunjukkan bahwa kebersihan di rongga
mulut paling banyak dengan kategori sedang 93 orang (58,5%). Mikroorganisme rongga
mulut merupakan salah satu faktor lokal yang berkontribusi dalam terjadinya angular
cheilitis. Mikroorganisme yang terlibat dalam terjadinya angular cheilitis seperti
Candida albicans, Staphylococcus, dan Streptococcus.2 Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ohman dan Warnakulasuriya yaitu ditemukannya
mikroorganisme seperti Candida albicans dan Staphylococcus yang diisolasi dari lesi
angular cheilitis.4,22 Penelitian David et al. menyebutkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara kondisi rongga mulut yang buruk terhadap angular cheilitis.23
Mikroorganisme rongga mulut merupakan flora normal yang ada di rongga mulut,
namun mikroorganisme tersebut dapat berubah menjadi patogen.41,42
Berdasarkan distribusi lesi (tabel 5), distribusi lesi yang paling banyak ditemukan
pada sampel yaitu bilateral atau pada kedua sudut mulut 115 orang (72,3%). Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Warnakulasuriya et al. yaitu
ditemukan lesi paling banyak terjadi secara bilateral (76%).4 Demikian halnya
penelitian yang dilakukan oleh David et al, distribusi lesi tertinggi terjadi secara
bilateral (65%).23 Distribusi lesi angular cheilitis dapat terjadi unilateral maupun
bilateral. Lesi yang terjadi unilateral pada umumnya diakibatkan oleh kebiasaan buruk
yaitu menjilat sudut mulut. Lesi yang terjadi bilateral umumnya diakibatkan oleh
adanya defisiensi nutrisi.24 Angular cheilitis yang berhubungan dengan kekurangan gizi
memberikan gambaran lesi yang terjadi bilateral yang umumnya meluas beberapa
milimeter pada sudut mulut yaitu 1-10 mm.3

Universitas Sumatera Utara


Waktu penyembuhan yang paling banyak ditemukan berada pada kurun waktu
>7 hari (14 hari) 92 orang (58%). Perawatan angular cheilitis dilakukan berdasarkan
etiologi utama yaitu infeksi patogen dari mikroorganisme bakteri dan jamur. Penelitian
ini ditemukan lama waktu penyembuhan dengan sampel terbanyak yaitu selama 14 hari.
Proses penyembuhan terhadap jaringan terjadi karena adanya sel-sel imun. Sel-sel
proinflamasi sitokin seperti interleukin-1, interleukin-8, dan tumor necrosis factor
(TNF) membantu melawan agen infeksi, mempersiapkan jaringan, dan meningkatkan
aktivasi sel-sel fagosit. Selanjutnya, setelah adanya pelepasan sitokin maka akan
dilanjutkan dengan pembentukan sel fibroblas yang akan memengaruhi proses
reepitelisasi.42 Penelitian yang dilakukan oleh Ohman menyebutkan pengobatan dengan
nystatin sembuh dalam waktu 28 hari dan perawatan dengan fusidic acid sembuh dalam
waktu 14 hari.44
Proses penyembuhan dapat terganggu dengan melibatkan faktor lokal dan
sistemik. Faktor lokal yang dapat memengaruhi proses penyembuhan yaitu oksigenasi,
dan infeksi. Oksigen sangat penting bagi sel untuk bermetabolisme khususnya ATP
yang berperan dalam penyembuhan jaringan. Apabila kekurangan oksigen maka waktu
penyembuhan akan berlangsung lebih lama. Demikian halnya dengan infeksi, ketika
mikroorganisme menginfeksi jaringan yang terluka, maka akan menyebabkan inflamasi
berlangsung lebih lama. Mikroorganisme tersebut menyebabkan meningkatnya sel-sel
imun seperti interleukin-1 dan TNF-α dan akan memperpanjang fase inflamasi. Jika hal
tersebut terus berlanjut maka dapat menyebabkan jaringan gagal untuk sembuh. Faktor
sistemik yang memengaruhi waktu penyembuhan yaitu usia, hormon, stres, dan,
penyakit sistemik seperti diabetes.45 Lama waktu penyembuhan pada fase inflamasi 4-6
hari dan fase proliferasi berlangsung selama 4-14 hari.46

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Departemen Ilmu Penyakit
Mulut FKG USU, maka dapat di simpulkan sebagai berikut:
1. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan usia diperoleh hasil
bahwa rentang usia yang paling banyak yaitu 5-14 tahun 141 orang (88,7%).
2. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan jenis kelamin diperoleh
hasil bahwa jumlah laki-laki lebih banyak yaitu 90 orang (56,6%) dibandingkan dengan
perempuan sebanyak 69 orang (43,4%).
3. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan BMI diperoleh hasil
bahwa paling banyak berada pada kategori underweight sebanyak 127 orang (79,9%).
4. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan kebersihan rongga
mulut diperoleh hasil bahwa paling banyak yaitu kategori sedang sebanyak 93 orang
(58,5%).
5. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan distribusi lesi diperoleh
hasil paling banyak yaitu bilateral sebanyak 115 orang (72,3%).
6. Distribusi dan frekuensi angular cheilitis berdasarkan waktu penyembuhan
diperoleh hasil paling banyak yaitu >7 hari sebanyak 92 orang (57,9%).

6.2 Saran
1. Berdasarkan distribusi dan frekuensi BMI yang mengalami underweight
dengan rentang usia 5-14 tahun, maka dapat dijadikan data penyuluhan bagi instansi
kesehatan.
2. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pemeriksaan status
nutrisi yang lebih akurat seperti pemeriksaan darah agar dapat berguna bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu penyakit mulut.

Universitas Sumatera Utara


3. Mahasiswa klinik di Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG USU disarankan
untuk mencatat data jurnal kepaniteraan klinik dengan baik agar dapat menyajikan data
yang lengkap sebagai data penelitian.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Sarumahi T, Mahalakshmi K, Saranvanakumar B, Hemalatha VT, Aartthinisha V.


A review of oral candidiasis in oral mucosal lesions. RJPBCS 2014: 1167-9.
2. Scully C. Oral and maxillofacial medicine, the basis of diagnosis and treatment.
Toronto: Wright, 2004: 189-92.
3. Lubis S. Hubungan status gizi dengan terjadinya keilitis angularis pada anak umur
6-12 tahun di enam panti asuhan di kota madya Medan. Dentika Dent J. 2006:
180-1.
4. Warnakulasuriya KAAS, Samayaranke LP. Peiris JSM: Angular cheilitis in a
group of srilanka adults: a clinical and microbiologic study. J Oral Pathol Med
1991; 20: 172-5.
5. Unur M, Kayhan KB, Altop MS, Metin ZB, Keskin Y. The prevalence of oral
mucosal lessions in children: a single center study. J Istanbul univ Dent 2015; 49
(3): 29-38.
6. Mathew AL, Pai KM, Sholapukar AA, Vengal M. The prevalence or oral mucosal
lessions in patients visiting a dental school in Southern India. Indian J Dent Res
2008; 19: 99-103.
7. Parlak AH, Koybasi S, Yavuz T, et al. Prevalence of oral lessions in 13-16-years
old students in Duzce, Turkey. Oral Disease 2006; 554-555.
8. Garcia-Pola Vallejo MJ, Martinez Diaz-Canel AI, Garcia Martin JM, Garcia M.
Risk factors for oral soft tissue lessions in an adult spanish population. Community
Dent Oral 2002; 30: 277-285.
9. Feng J, Zengtong Z, Xuemen S, et al. Prevalence and distribution of oral mucosal
lesions: a cross-sectional study in Shanghai, China. J Oral pathol Med 2015: 490-
491.

Universitas Sumatera Utara


10. Hery C, Mintjelungan CN, Joenda S. Hubungan status gizi dengan kejadian
angular cheilitis pada anak-anak di lokasi pembuangan akhir sumompo Manado.
J eG. 2013: 32-7.
11. Kavcic MK, Skaleric U. Prevalence of oral mucosal lessions in a population in
Ljubljana, Slovenia. J Oral Pathol 2000: 331-5.
12. Zwiri AMA. Prevalence and associated factors of denture wearing associated
oral lessions among dental patients attending college of dentistry clinics in aljouf
university. European Scientific Journal 2016: 12: 326-328.
13. Crivelli MR, Aguas S, Adler I, Quarracino, Bazerque P. Influence of
sosioeconomic status on oral mucosa lessions prevalence in school children.
Commun Dent. Oral Epidemol 1988; 16: 58-60.
14. Iman D, Hendarti HT, Radithia D. Prevalensi angular cheilitis pada anak usia 5-
18 tahun di panti asuhan habibie Surabaya. Oral Medicine Dental Journal ; (6):
74-78.
15. Vieira-Andrade RG, Martins-Junior PA, Correa-Faria P, et al. Oral mucosal
conditions in preschool children of low sosioeconomic status: prevalence and
determinant factors. Eur J Pediatr 2013; 172: 675-681.
16. Bamji MS, Sarma KVR, Radhaniah G. Relationship between biochemical and
clinical indices of b-vitamin deficiency. a study in rural school boys. Br. J. Nutr
1979; 41: 431- 441.
17. Sriwahyuni H, Hernawati S, Mashartini A. Insidensi dan distribusi penderita
angular cheilitis pada bulan oktober-desember tahun 2015 di RSGM Universitas
Jember 2017; 5: 120-121.
18. Greenberg M, Glick M, Ship JA. eds. Burket’s oral medicine. 11 th ed.,
Hamilton: BC Decker Inc, 2008: 80-81.
19. Blanck HM, Bowman BA, Serdula MK, et al. Angular stomatitis and riboflavin
status among adolescent bhutanese refugees living in Southeastern Nepal. Am J
Clin Nutr 2002; 76: 430-5.

Universitas Sumatera Utara


20. Sahetapy OM, Hadi P, Jusri M. Prevalensi angular cheilitis pada anak anemia
defisiensi zat besi di panti asuhan al-Kahfi Surabaya. Oral Medicine Dental
Journal 2015; 7: 48-53.
21. Zaidan TF. Angular cheilitis and iron deficiency anemia. MDJ 2008; 5: 120-6.
22. Ohman SC, Dahlen G, Moller A, Ohman A. Angular cheilitis: a clinical and
microbial study. J Oral Pathol 1986; 15: 213-7.
23. Cross D, Eide ML, Kotinas A. The clinical features of angular cheilitis occuring
orthodontic treatment: a multi-centre observational study. Journal of orthodontics
2010; 37 (2): 80-6.
24. Hari S, Anil S. Angular cheilitis: review of etiology and clinical management.
K.D.J 1989; 13 (2): 229-31.
25. Sharmila R, Muralidharan NP. Angular cheilitis in complete dentures. Journal of
Pharmaceutical Science and Research 2015; 7 (8): 589-599.
26. Decker RT, Sirois DA, Mobley CC. Nutrition and oral medicine. Totowa:
Humana Press, 2005: 3-4.
27. Stageman, Cynthia A. The dental hygienist’s guide to nutritional care. 3 rd ed
Texas: Elsevier, 2010: 5-10.
28. Barasi ME. Nutrition at a glance. Alih bahasa. Hermin H. Jakarta: Erlangga,
2007: 6-15, 82-93.
29. Irianto K, Kusno W. Gizi dan pola hidup sehat. Bandung: Yrama Widya, 2004:
22-45.
30. Aher A, Aher P. Study of haematology parameters and various risk factors in
children suffering from iron defficiency anemia. Ejbps 2016; 5: 470-3.
31. Vedi A, Goel R, Veeresha KL, Sogi GM, Swanty A. Oral health and
malnutrition. International Journal of Anvanced Research 2015; 3: 381-6.
32. Shrivastava SR, Shrivastava PS, Ramasamy J. Assessment of nutritional status in
the community and clinical settings. J Med Sci 2014; 34 (5): 211-3.
33. Pahlevi AE. Determinan status gizi pada siswa sekolah dasar. KEMAS 2012; 2:
122-6.

Universitas Sumatera Utara


34. Faiqotul, Asih SW, Joelianto R. Hubungan antara kebiasaan makan dengan status
gizi pada anak usia pra sekolah (3-6 th) di kelurahan tenggara kabupaten
Bondowoso. The Indonesian Journal of Health Science 2011; 2: 69-72.
35. Budiyanto MAK. Dasar-dasar ilmu gizi. Malang: UMM Pres, 2004: 245-246.
36. Sebataraja RL, Oenzil F, Asterina. Hubungan status gizi dengan status sosial
ekonomi keluarga murid sekolah dasar di daerah pusat pinggiran dan pinggiran
kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas 2014; 3 (2): 182-7.
37. Park KK, Brodell RT, Helms SE. Angular cheilitis, part 2: nutritional, systemic,
and drug-related causes and treatment. Cutis 2011; 88: 27-28.
38. Budiarto E. Metodologi penelitian kedokteran: EGC, 2003: 28-9.
39. World Health Organization: International statistical classification of disease and
related health problems. WHO, Geneva, 2016.
40. Fajriani. Management of angular cheilitis in children. J Dentomaxillofac Sci
2017; 2: 1-3.
41. Park KK, Brodell RT, Helms SE. Angular cheilitis, part 1: local etiologies. Cutis
2011; 87: 289-293.
42. Samarayanke LP. Nutritional factors and oral candidosis. J Oral Pathol 1986; 15:
61-5.
43. Glaser JKK, Marucha PT, Malarkey WB, Mercado AM, Glaser R. Slowing of
wound healing by psychological stress. Lancet 1995; 346: 1194-96.
44. Ohman SC, Jontell M. Treatment of angular cheilitis: the significance of
microbial analysis, antimicrobial treatment, and interfering factor. Acta
Odontologica Scandinavica 2015; 46: 267-272.
45. Guo S, Dipietro LA. Factors affecting wound healing. J Dent Res 2009; 89: 219-
225.
46. Broughton G, Janis JE, Attinger CE. The basic science of wound healing. Plast.
Reconstr. Surg 2006; 117 (suppl): 12S-19S.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3

Form Pengumpulan Data

No Nama Usia Jenis BMI Gambaran Kebersihan Waktu


kelamin klinis rongga penyembuhan
mulut

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4
Frequency table

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-4 4 2.5 2.5 2.5
5-14 141 88.7 88.7 91.2
15-24 7 4.4 4.4 95.6
25-34 2 1.3 1.3 96.9
35-44 2 1.3 1.3 98.1
45-54 1 .6 .6 98.7
55-64 2 1.3 1.3 100.0
Total 159 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Perempuan 69 43.4 43.4 43.4
Laki-Laki 90 56.6 56.6 100.0
Total 159 100.0 100.0

BMI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Underweight 127 79.9 79.9 79.9
Normal 28 17.6 17.6 97.5
Obesitas 4 2.5 2.5 100.0
Total 159 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Kebersihan rongga mulut
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 21 13.2 13.2 13.2
Sedang 93 58.5 58.5 71.7
Buruk 45 28.3 28.3 100.0
Total 159 100.0 100.0

Distribusi Lesi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Unilateral 44 27.7 27.7 27.7
Bilateral 115 72.3 72.3 100.0
Total 159 100.0 100.0

Waktu Penyembuhan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-7 Hari 67 42.1 42.1 42.1
>7 Hari 92 57.9 57.9 100.0
Total 159 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5

Rincian Biaya Penelitian

Besar biaya yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini sebesar Rp 538.000,-
dengan rincian berikut:
Proposal
1. Bahan ATK
- Kertas A4 1 rim @Rp 30.000,-
- Kertas Kuarto 1 rim @Rp 30.000,-
= Rp 60.000,-
2. Penjilidan = Rp 49.000,-
3. Biaya Literatur
- Fotokopi = Rp 50.000,-

Penelitian
1. Alat
- Alat Tulis (Pulpen, pensil, buku) = Rp 20.000,-
Hasil
1. Bahan ATK
- Kertas A4 1 rim @Rp 30.000,-
- Kertas Kuarto 1 rim @Rp 30.000,-
= Rp 60.000,-
2. Penjilidan = Rp 49.000,-
3. Biaya Literatur
- Fotokopi = Rp 50.000,-
4. Biaya tak terduga = Rp 200.000,-

Total = Rp 538.000,-

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai