Anda di halaman 1dari 67

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kedokteran Gigi Skripsi Sarjana

2017

Hubungan Kebiasaan Merokok


Terhadap Hairy Tongue pada
Mahasiswa Fakultas Teknik USU

Selladurai, Jeevitha Dewi

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1698
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK
TERHADAP HAIRY TONGUE PADA
MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK USU

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:
JEEVITHA DEWI SELLADURAI
NIM: 130600170

Pembimbing I:
NURDIANA, drg., Sp.PM
Pembimbing II:
AIDA FADHILLA DARWIS, drg., MDSc

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Penyakit Mulut
Tahun 2017

Jeevitha Dewi Selladurai


Hubungan Kebiasaan Merokok Terhadap Hairy Tongue pada Mahasiswa
Fakultas Teknik USU
x + 54 halaman
Merokok merupakan suatu gaya hidup yang sering dijumpai pada masyarakat
terutama di Indonesia. Merokok dapat menyebabkan manifestasi sistemik maupun
lokal. Manifestasi secara lokal di rongga mulut berupa smoker’s melanosis, hairy
tongue, leukoplakia, leukoedema dan stomatitis nikotina. Hairy tongue merupakan
pemanjangan papila filiformis yang abnormal sehingga memberikan gambaran klinis
berupa dorsum lidah tampak berlapis rambut. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok yang dilihat dari jenis rokok yang
dihisap dan jumlah rokok yang dihisap per hari, serta skor Simplified Oral Hygiene
Index (OHIS) perokok terhadap hairy tongue. Penelitian ini merupakan penelitian
analitik observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang
dilakukan di Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Data kebiasaan merokok
diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan subjek yang berjumlah 72
orang dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinis. Analisis data dilakukan dengan
uji statistik Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 5 orang yang
mengalami hairy tongue (6,9%) dan terdapat hubungan antara kebiasaan merokok
dengan hairy tongue berdasarkan jenis rokok yang dihisap (p = 0,028), jumlah rokok
yang dihisap per hari (p = 0,044), dan skor OHIS perokok (p = 0,011). Berdasarkan
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
kebiasaan merokok yang dilihat dari jenis rokok yang dihisap, jumlah rokok yang
dihisap per hari, serta skor OHIS perokok terhadap hairy tongue.

Daftar Rujukan: 53 (1997-2017).

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan


di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 16 Oktober 2017

Pembimbing: Tanda tangan,

Nurdiana, drg., Sp.PM …………………………


NIP: 19780622 200502 2 002

Aida Fadhilla Darwis, drg., MDSc …………………………


NIP: 19860218 201012 2 004

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan penguji


pada tanggal 16 Oktober 2017

TIM PENGUJI

KETUA : Nurdiana, drg., Sp.PM

ANGGOTA : 1. Aida Fadhilla Darwis, drg., MDSc


2. Dr. Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si
3. Indri Lubis, drg

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusuan skripsi ini sebagai salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dan
pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala keikhlasan hati,
penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga tersayang Ibu Anbarasi Ramasamy
serta kerabat yang telah memberi dukungan, perhatian, doa, kasih sayang dan semangat
kepada penulis.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes, Sp.RKG(K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM selaku ketua Departemen Ilmu Penyakit
Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera.
3. Nurdiana, drg., Sp.PM dan Aida Fadhilla Darwis, drg., MDSc selaku
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
4. Dr. Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si dan Indri Lubis, drg selaku dosen
penguji skripsi, atas kesediannya memberikan waktu dan saran kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Zulfi Amalia Bachtiar, drg selaku penasehat akademik yang selama ini
telah banyak memberikan nasehat kepada penulis selama menjalani pendidikan di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara yang telah banyak membimbing dan memberikan ilmu kepada penulis selama
menjalani masa pendidikan.

Universitas Sumatera Utara


6. Maya Fitria, SKM., M.Kes atas bimbingan dalam penentuan sampel
penelitian dan Prana Ugiana Gio, S.Si., M.Si atas bimbingan dalam analisa statistika
data hasil penelitian.
7. Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian ini hingga selesai.
8. Seluruh mahasiswa laki-laki di Fakultas Teknik jurusan Teknik Mesin,
Teknik Sipil, Teknik Elektro dan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara yang
telah membantu penulis serta bersedia bekerjasama dengan baik dalam penelitian ini.
9. Teman-teman penulis Venosha Rajen, Rachel Sarah John, Puteri Ridha,
Mey Dinda, Lim, Sivaranjini, Thinagan, Ughashini Gunasegaran, dan seluruh teman-
teman seperjuangan mahasiswa FKG USU angkatan 2013 yang telah memberikan
dukungan dan motivasi selama penulisan skripsi.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
turut membantu dalam penulisan skripsi ini dan memohon maaf bila terdapat kesalahan
selama melakukan penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang
berguna bagi ilmu pengetahuan, khususnya bidang kedokteran gigi.

Medan, 16 Oktober 2017


Penulis,

…...…………………….
(Jeevitha Dewi Selladurai)
NIM: 130600170

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………..

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI……………………………………….

KATA PENGANTAR……………………………………………………….. iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL……………………………………………………………. viii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
1.4 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................... 4
1.5.1 Manfaat Teoritis ........................................................................ 4
1.5.2 Manfaat Praktis ......................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5


2.1 Rokok ........................................................................................... 5
2.1.1 Sejarah Rokok ........................................................................... 5
2.1.2 Cara Merokok ............................................................................ 6
2.1.3 Jenis Rokok ............................................................................... 6
2.1.4 Kandungan Rokok ..................................................................... 7
2.2 Efek merokok .............................................................................. 8
2.2.1 Efek Sistemik ............................................................................ 8
2.2.2 Efek Rongga Mulut ................................................................... 9
2.3 Hairy Tongue ................................................................................ 9
2.3.1 Definisi ...................................................................................... 9
2.3.2 Etiologi ...................................................................................... 9
2.3.3 Patogenesis ................................................................................ 10

Universitas Sumatera Utara


2.3.4 Gambaran Klinis........................................................................ 10
2.3.5 Diagnosis ................................................................................... 11
2.3.6 Diagnosis Banding .................................................................... 11
2.3.7 Penatalaksanaan ……………………………………………..... 14
2.4 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Hairy Tongue ................ 15
2.5 Kerangka Teori............................................................................. 16
2.6 Kerangka Konsep ......................................................................... 17

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 18


3.1 Jenis Penelitian ............................................................................. 18
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 18
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 19
3.3.1 Kriteria Inklusi dan Ekslusi....................................................... 19
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .............................. 20
3.4.1 Variabel Penelitian .................................................................... 20
3.4.2 Definisi Operasional ................................................................. 20
3.5 Sarana Penelitian ......................................................................... 22
3.5.1 Alat ............................................................................................ 22
3.5.2 Bahan…………………………………………………………. 23
3.6 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 23
3.7 Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 23
3.8 Etika Penelitian ............................................................................ 24

BAB 4 HASIL PENELITIAN………………………………………………. 25


4.1 Hasil Analisis Univariat ............................................................... 25
4.1.1 Data Riwayat Kebiasaan Merokok Subjek Penelitian .............. 25
4.1.2 Prevalensi Hairy Tongue ........................................................... 26
4.1.3 Data Skor OHIS Subjek Penelitian............................................ 26
4.2 Hasil Analisis Bivariat ................................................................. 27
4.2.1 Hasil Uji Statistik Hubungan antara Kebiasaan Merokok
dengan Hairy Tongue ................................................................ 27

BAB 5 PEMBAHASAN ................................................................................. 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 36

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Distribusi frekuensi subjek berdasarkan jenis rokok yang dihisap.......... 25


2 Distribusi frekuensi subjek berdasarkan jumlah rokok yang dihisap
per hari………………………………………………………….............. 26
3 Prevalensi hairy tongue ………………………………………………... 26
4 Distribusi frekuensi subjek berdasarkan skor OHIS…………………… 27
5 Hubungan antara jenis rokok dengan hairy tongue ……………………. 28
6 Hubungan antara jumlah rokok yang dihisap per hari dengan
hairy tongue…………………………………………………………….. 28
7 Hubungan antara skor OHIS subjek dengan hairy tongue……………… 29

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Hairy tongue…………………………………………………………… 10
2 Thrush……………………....................................................................... 11
3 Oral lichen planus.................................................................................... 12
4 Oral hairy leukoplakia…………………………………………………. 13
5 Coated tongue........................................................................................... 13

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat persetujuan komisi etik penelitian (Ethical Clearance)


2. Lembar penjelasan kepada subjek penelitian
3. Lembar persetujuan subjek penelitian (Informed Consent)
4. Lembar kuesioner penelitian
5. Lembar pemeriksaan
6. Hairy tongue
7. Hasil uji analisis SPSS
8. Rincian biaya penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merokok merupakan aktifitas membakar tembakau kemudian menghisap


asapnya menggunakan rokok maupun pipa.1 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
rokok diartikan sebagai gulungan kertas sebesar jari kelingking yang dibungkus
dengan daun, nipah ataupun kertas.2 Merokok merupakan salah satu ancaman
kesehatan masyarakat terbesar yang sedang dihadapi dunia menurut World Health
Organization (WHO) pada tahun 2016.3 Indonesia merupakan negara perokok
terbesar di antara negara ASEAN berdasarkan data dari The ASEAN Tobbaco Control
Report pada tahun 2015. Jumlah perokok di ASEAN mencapai 121 juta orang dan
Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok terbanyak yaitu 61 juta orang
atau sekitar 50,68%.4
Bahaya merokok terhadap kesehatan telah diteliti dan dibuktikan. Merokok
dapat menyebabkan kanker paru, penyakit paru obstruktif kronik, penyakit jantung,
stroke, bronkhitis, emfisema, impotensi dan gangguan pada kehamilan hingga dapat
menyebabkan kematian menurut Center for Disease Control and Prevention.5 Bahaya
merokok terhadap kesehatan diakibatkan oleh asap rokok dan kandungan zat yang
terkandung dalam rokok, di mana sebanyak 92% dari asap rokok mengandung
berbagai gas seperti nitrogen (N2), oksigen (O2), karbon dioksida (CO2) dan sisanya
8% mengandung partikel tertentu seperti tar dan nikotin.1,6,8
Rongga mulut juga tidak luput dari bahaya merokok. Banyak penelitian telah
dilakukan untuk menunjukkan adanya efek merugikan dari kebiasaan merokok
terhadap rongga mulut, baik pada jaringan keras maupun jaringan lunak mulut.1
Perubahan jaringan lunak dalam rongga mulut yang signifikan akibat dari merokok
meliputi leukoedema (67%), stomatitis nikotina (21,8%), hairy tongue (14,3%),
smoker’s melanosis (9,9%), dan leukoplakia (6,6%).9

Universitas Sumatera Utara


Hairy tongue merupakan pemanjangan papila filiformis yang abnormal
sehingga memberikan gambaran klinis dorsum lidah tampak berlapis rambut. Kondisi
ini merupakan respons hipertrofik yang berhubungan dengan pengelupasan lapisan
keratin yang tertunda.10,11 Hairy tongue dapat memberi dampak berupa halitosis dan
masalah estetis sehingga dapat menurunkan kualitas kehidupan seseorang.12
Jainkittivong dkk, menyatakan bahwa dari 140 orang perokok yang
merupakan pasien perawatan gigi di Thailand, ditemukan sebanyak 12,9% mengalami
hairy tongue.13 Penelitian yang dilaporkan oleh Darwazeh dkk mengenai penelitian
terhadap 2000 pasien yang berumur 13-88 tahun yang berkunjung ke sebuah praktek
dokter gigi di Jordania, hairy tongue lebih banyak ditemui pada perokok dibandingkan
dengan non-perokok yaitu 13,4% pada perokok dan 0,8% pada non-perokok.14
Penelitian Motallebnejad dkk mengenai studi epidemiologi kelainan lidah pada 1901
orang pasien praktek dokter gigi di Iran, ditemukan bahwa prevalensi hairy tongue
pada perokok berat lebih tinggi daripada perokok biasa yaitu sebanyak 16,7% pada
perokok berat dan 6,3% pada perokok biasa.15 Penelitian Modupe dkk tentang studi
komparatif status kebersihan mulut perokok dan non perokok pada 213 orang pasien,
ditemukan bahwa rata-rata skor OHIS yang menunjukkan status oral hygiene yang
buruk pada perokok lebih tinggi dibanding non perokok.16 Avcu dkk menyimpulkan
bahwa perokok dengan oral hygiene yang buruk lebih tinggi (41,5%) dibandingkan
dengan oral hygiene yang baik (1,1%) dan oral hygiene yang sedang (4,7%).17 Oral
hygiene yang buruk merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya hairy
tongue.10-12 Hal ini dapat disimpulkan bahwa perokok yang memiliki skor OHIS
buruk dapat meningkatkan risiko terjadinya hairy tongue.
Penelitian tentang hubungan merokok dengan hairy tongue masih kurang
dilakukan di Indonesia jika ditinjau dari jenis rokok, jumlah rokok yang dihisap per
hari dan skor OHIS perokok. Berdasarkan hal di atas, perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai hubungan kebiasaan merokok dengan hairy tongue di kalangan
mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Berapakah prevalensi hairy tongue pada mahasiswa Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara yang memiliki kebiasaan merokok?
2. Apakah ada hubungan antara jenis rokok yang dihisap dengan hairy tongue
pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara?
3. Apakah ada hubungan antara jumlah rokok yang dihisap per hari dengan
hairy tongue pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara?
4. Apakah ada hubungan antara skor OHIS perokok dengan hairy tongue pada
mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui prevalensi hairy tongue pada mahasiswa Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara yang memiliki kebiasaan merokok.
2. Untuk mengetahui hubungan antara jenis rokok yang dihisap dengan hairy
tongue pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui hubungan antara jumlah rokok yang dihisap per hari
dengan hairy tongue pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Untuk mengetahui hubungan antara skor OHIS perokok yang dihisap per
hari dengan hairy tongue pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara.

1.4 Hipotesis Penelitian


Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan hairy tongue yang dilihat
dari jenis rokok yang dihisap, jumlah rokok yang dihisap per hari, dan skor OHIS
perokok pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi atau sumbangan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu penyakit mulut tentang
hubungan kebiasaan merokok dengan hairy tongue.
2. Sebagai data tambahan bagi peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut
mengenai hubungan merokok dengan hairy tongue.

1.5.2 Manfaat Praktis


1. Sebagai tambahan informasi bagi Dinas Kesehatan Kota Medan dalam
penyusunan rencana penyuluhan kesehatan masyarakat khususnya pada para remaja
dalam pencegahan perilaku merokok.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberi
informasi kepada tenaga kesehatan tentang hubungan merokok dengan hairy tongue.
3. Untuk perokok dan masyarakat agar dapat menyadari efek rokok yang
sangat merugikan bagi kesehatan rongga mulut.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rokok
Rokok merupakan sejenis produk tembakau yang paling umum diproduksi.
Rokok adalah gulungan bahan tembakau yang dibalut kertas atau bahan non-tembakau
berbentuk silinder.18,19 Sebatang rokok berdiameter 5-8 mm dan mempunyai ukuran
panjang total 70-100 mm, dengan panjang filter 15-25 mm.19 Bahan baku rokok
sebagian besar adalah tembakau (Nicotiana tobacum).18,19

2.1.1 Sejarah Rokok


Kebiasaan merokok di negara-negara Arab dan Islam ditemui pada akhir abad
10 Hijriah dan diperkenalkan oleh orang Yahudi dan Nasrani yang datang ke negara
mereka.20 Haji Djamari dari Kudus merupakan orang pertama meramu tembakau
dengan cengkeh pada tahun 1880 di Indonesia. Pada 1890-an, rokok kretek diciptakan
di Indonesia.20,21

2.1.2 Cara Merokok


Setiap orang mempunyai cara masing-masing dalam menghisap rokok, ada
yang menghisap dari mulut lalu asap rokok dikeluarkan melalui mulut atau hidung dan
berbagai cara yang lain.22 Cara merokok secara garis besar dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu, menghisap asap rokok sampai rongga mulut saja, menghisap asap rokok
sampai ke dalam paru, dan menghisap asap rokok sampai ke dalam paru, menahan
nafas sebentar lalu menghembuskannya keluar.23

2.1.3 Jenis Rokok

Universitas Sumatera Utara


Terdapat beberapa jenis rokok yang secara umum digunakan yaitu rokok putih,
rokok cerutu, bidi, rokok pipa, rokok kretek, tembakau tanpa asap (chewing tobacco)
dan shisha.23 Namun, rokok yang paling umum digunakan di Indonesia yaitu rokok
putih dan rokok kretek.24
Rokok putih merupakan produk tembakau yang paling umum digunakan di
seluruh dunia. Rokok putih adalah rokok dengan filter tanpa kandungan cengkeh yang
digulung dengan kertas sigaret.24 Rokok kretek (clove cigarette) dikenal sebagai rokok
Indonesia mempunyai cita rasa yang berbeda karena adanya pemanfaatan bahan baku
cengkeh sebagai tambahan aroma selain tembakau sebagai bahan pokoknya.6,24,25
Berdasarkan cara pembuatannya rokok kretek dapat dibedakan menjadi sigaret kretek
tangan yaitu rokok kretek yang dibuat secara manual dan sigaret kretek mesin.24,26

2.1.4 Kandungan Rokok


Sebatang rokok mengandung lebih dari 4000 jenis bahan kimia dan lebih dari
50 jenis bahan kimia di antaranya dapat menyebabkan kanker.3 Sebatang rokok yang
dibakar dapat menghasilkan kurang lebih 500 mg gas (92%) dan 8% bahan partikel
padat.1,7 Beberapa bahan kimia toksik yang terkandung dalam rokok dan asap
tembakau yaitu nikotin, tar dan karbon monoksida.1,7,8
Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi sistem syaraf dan mempercepat
detak jantung sehingga menambah risiko terkena penyakit jantung. Selain itu, nikotin
dapat meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan
pembuluh darah tepi, dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada
pemakainya.1,27 Nikotin juga berperan dalam memulai terjadinya penyakit jaringan
pendukung gigi karena nikotin dapat diserap oleh jaringan lunak rongga mulut
termasuk gingiva melalui aliran darah.1,6
Tar merupakan massa partikel yang kering dan bebas nikotin dari asap
tembakau. Tar mengandung banyak bahan karsinogenik yang berbahaya seperti logam,
dioksin dan sebagainya.7,8 Sifat komponen kimia dalam tar dan toksisitasnya sangat
bervariasi pada berbagai jenis sumber tembakau. Komponen tar mengandung radikal
bebas yang berhubungan dengan risiko timbulnya kanker.1,7

Universitas Sumatera Utara


Karbon monoksida adalah gas beracun yang mempunyai afinitas kuat terhadap
hemoglobin pada sel darah merah sehingga membentuk karboksihemoglobin.28 Gas
karbonmonoksida dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah yang akan
berpengaruh pada sistem pertukaran hemoglobin. Karbonmonoksida memiliki afinitas
dengan hemoglobin sekitar dua ratus kali lebih kuat dibandingkan afinitas oksigen
terhadap hemoglobin.1 Selain bahan tersebut di atas, masih banyak zat kimia lainnya
dalam rokok yang berefek buruk terhadap tubuh seperti ammonia, fenol, hidrogen
sianida, dan sebagainya.1,28

2.2 Efek Merokok


2.2.1 Efek Sistemik
Efek negatif merokok yang paling sering dijumpai adalah:
1. Kanker
Merokok menyebabkan kanker paru, kanker esofagus, kanker laring, dan
kanker pankreas.1,5,6 Kandungan senyawa kimia dalam asap rokok yang bersifat
karsinogenik akan mengakibatkan mutasi pada DNA. Kombinasi mutasi gen dan
kerusakan DNA dapat menyebabkan ketidakstabilan genetik yang dapat menyebabkan
kanker.28-30
2. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Penyakit ini adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran
udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel, progresif, dan berhubungan
dengan respons inflamasi yang abnormal terhadap partikel dan gas berbahaya.31 PPOK
terjadi akibat obstruksi pada saluran nafas dan hambatan aliran udara kronik yang
disebabkan oleh bronkitis kronik, emfisema, atau keduanya.5,29 Bronkitis kronik dan
emfisema biasanya terjadi secara bersamaan sebagai konsekuensi yang paling sering
dari asap rokok.29,31

3. Penyakit kardiovaskular

Universitas Sumatera Utara


Manifestasi penyakit kardiovaskular meliputi angina, serangan jantung,
kegagalan jantung, dan kematian secara tiba-tiba.32 Data eksperimental mendukung
hipotesis bahwa paparan asap rokok meningkatkan stres oksidatif sebagai mekanisme
potensial menyebabkan disfungsi kardiovaskular.28,32 Nikotin dapat mengganggu
irama jantung yang normal dan teratur sehingga menyebabkan kematian secara tiba-
tiba akibat serangan jantung.28
4. Kehamilan
Paparan asap rokok dapat mempengaruhi perkembangan janin wanita hamil
yang merokok.29 Faktor lingkungan prenatal yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembang janin salah satunya adalah toksin atau zat kimia yang terdapat dalam asap
rokok yaitu nikotin dan karbon monoksida.28 Akibat yang ditimbulkan oleh pemaparan
ini antara lain kematian janin dalam kandungan, keguguran, kelahiran bayi secara
prematur, berat bayi lahir rendah, dan pertumbuhan anak terganggu.5,28,29

2.2.2 Efek Rongga Mulut


Tembakau dapat memberikan efek buruk di rongga mulut pada gigi, jaringan
penyangga gigi, lidah, dan mukosa oral.6 Kelainan jaringan lunak mulut akibat
komponen toksik dan agen karsinogen yang terkandung dalam asap rokok, antara lain
adalah kandidiasis oral, eritroplakia, leukoplakia, leukoedema, hairy tongue, smoker’s
melanosis, karsinoma sel skuamosa, serta stomatitis nikotina.1,6,29
Kelainan dalam rongga mulut yang juga sering ditemukan pada perokok adalah
halitosis, periimplantitis, penurunan fungsi pengecapan, perubahan warna pada gigi
atau restorasi, serta penyakit periodontal.1,6 Penyakit periodontal termasuk akumulasi
plak dan kalkulus, saku periodontal, inflamasi gingiva, resesi gingiva, serta kehilangan
tulang alveolar. Selain itu, merokok dapat menurunkan derajat keasaman (pH) saliva
dan menurunkan kapasitas buffer.1,6,7

2.3 Hairy Tongue

Universitas Sumatera Utara


2.3.1 Definisi
Hairy tongue dalam literatur medis memiliki berbagai istilah lain yaitu brown
tongue, lingua nigra, lingua villosa, lingua villosa nigra, melanoglossia, melanotrichia
linguae dan nigrities linguae.11 Hairy tongue merupakan suatu kelainan dimana
terdapat pertumbuhan papila filiformis berlebih pada permukaan dorsal lidah.6,10

2.3.2 Etiologi
Hairy tongue merupakan kondisi idiopatik atau tidak diketahui
penyebabnya.10,11 Faktor predisposisi yang dapat dihubungkan dengan timbulnya hairy
tongue yaitu infeksi candida albicans, oral hygiene yang buruk, penggunaan antibiotik
spektrum luas seperti eritromisin atau penggunaan obat antipsikotik olanzapine, terapi
radiasi pada kepala dan leher, kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol, peminum
kopi dan teh, diet lunak dan lain lain.10-12

2.3.3 Patogenesis
Hairy tongue terjadi karena kurangnya stimulus mekanis dan pembersihan pada
lidah. Lapisan permukaan keratin dari papila lidah akan terus mengalami deskuamasi
melalui gesekan lidah dengan makanan, permukaan kasar langit-langit mulut, dan gigi
anterior atas. Setelah deskuamasi, papila lidah digantikan oleh sel epitel baru.
Kurangnya gerakan lidah menganggu proses deskuamasi papila filiformis, dimana
papila akan memanjang dan mengakibatkan penampilan berbulu pada permukaan
dorsal lidah.12,33

2.3.4 Gambaran Klinis


Hairy tongue ditandai dengan pemanjangan papila filiformis yang tidak dapat
dikerok.34 Panjang papila filiformis normal berukuran 2-3 mm, sedangkan pada hairy
tongue panjang papila filiformis lebih dari 3 mm.10,35,36 Hairy tongue ditemukan
umumnya pada sepertiga posterior dorsum lidah dengan warna bervariasi dari putih,
kuning kecoklatan, sampai hitam. Warna hairy tongue tergantung pada faktor

Universitas Sumatera Utara


ekstrinsik misalnya rokok, kopi, teh, makanan, dan faktor intrinsik yaitu organisme
kromogenik di flora normal dalam rongga mulut (Gambar 1).10-12

Gambar 1. Hairy tongue pada


dorsum lidah10

2.3.5 Diagnosis
Diagnosis hairy tongue berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis.
Anamnesis diketahui adanya rasa penebalan pada lidah, keluhan ketidaknyamanan,
mual, dan bau mulut serta diketahui faktor predisposisi seperti merokok, mengonsumsi
alkohol, penggunaan antibiotik spektrum luas dan lain-lain. Gambaran klinis
menunjukkan papila filiformis yang memanjang lebih dari 3 mm pada permukaan
dorsal lidah yang tidak dapat dikerok.10-12

2.3.6 Diagnosis Banding


1. Kandidiasis pseudomembran (Thrush)
Thrush merupakan kelainan yang disebabkan oleh infeksi dari kandida.37
Thrush memiliki gambaran klinis berupa plak putih yang dapat dikerok dengan
meninggalkan daerah erosi atau pendarahan pada daerah lesi.38,39

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2. Thrush pada dorsum lidah38

2. Oral Lichen Planus Tipe Plak


Oral lichen planus merupakan penyakit mukokutan kronis pada rongga mulut
yang bersifat autoimun yang biasanya melibatkan mukosa rongga mulut yaitu berupa
inflamasi kronis pada epitel.40 Pada oral lichen planus sering dijumpai striae keratotik
putih (Wickham’s striae) serta ditemukan pada mukosa bukal, gingiva, lidah, bibir, dan
kadang-kadang tenggorokan dan kerongkongan yang membedakan dari hairy
tongue.39,40

Gambar 3. Oral lichen planus pada dorsum lidah39

Universitas Sumatera Utara


3. Oral Hairy Leukoplakia
Oral hairy leukoplakia ditandai oleh plak putih asimptomatik di permukaan
lateral lidah. Plak ini memiliki lipatan menonjol atau memanjang. Oral hairy
leukoplakia paling sering terjadi pada pasien HIV.10,35 Permukaan dorsal lidah,
mukosa bukal, atau gingiva dapat terlibat, namun keterlibatan bagian lateral lidah
paling umum dan membantu untuk membedakan kelainan ini dari hairy tongue.35

Gambar 4. Oral hairy leukoplakia pada lateral lidah10

4. Coated Tongue
Coated tongue atau lidah berselaput merupakan penampilan klinis pada dorsum
lidah yang tampak seperti tertutup oleh suatu lapisan berwarna putih atau warna lain
yang merupakan tumpukan debris, sisa-sisa makanan, dan mikroorganisme. Coated
tongue dapat dikerok serta tidak mengalami pemanjangan papila filiformis. Hal ini
merupakan ciri atau karakteristik yang membedakan kelainan ini dengan hairy
tongue.41,42

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5. Coated tongue pada dorsum lidah42

2.3.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hairy tongue meliputi eliminasi faktor predisposisi seperti
kebiasaan merokok, mengunyah tembakau, oral hygiene yang buruk, dan lain-lain.10-12
Edukasi kepada pasien tentang hairy tongue, penyebab kelainan tersebut serta
etiopatogenesisnya merupakan cara terbaik dalam pencegahan dan terapi.10,12 Jika
pasien memiliki kebersihan mulut yang sangat buruk maka dianjurkan untuk
membersihkan plak dan kalkulus. Pasien juga dianjurkan untuk menggunakan tongue
scraper (pembersih lidah) dan menggosok permukaan dorsal lidah sesering mungkin
sehingga mencegah akumulasi partikel makanan dan bakteri di dorsum lidah.10-12,35
Perawatan yang dapat dilakukan berupa aplikasi topikal dari larutan 0,1% tretinoin tiap
hari.11 Obat antijamur seperti nistatin juga dapat diberikan untuk mengobati
kandidiasis.12,37 Infeksi candida albicans merupakan salah satu faktor predisposisi
hairy tongue sehingga obat antijamur dapat digunakan untuk mencegah hairy
tongue.10,12

Universitas Sumatera Utara


2.4 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Hairy Tongue
Hairy tongue merupakan suatu lesi yang berkaitan erat dengan merokok.17
Rokok mengandung bahan-bahan berbahaya seperti hidrokarbon, karbon monoksida,
nikotin, tar, dan lain-lain. Bahan yang bersifat karsinogenik yaitu tar diiringi dengan
panas yang berasal dari asap rokok akan menyebabkan iritasi kronis terhadap lidah
sehingga fungsi normal mekanisme pertahanan rongga mulut terganggu. Iritasi kronis
juga akan menyebabkan perubahan pada vaskularisasi dan keratinisasi.1,6 Hal ini
menyebabkan keseimbangan pertumbuhan keratin pada permukaan lidah menjadi
terganggu yang menyebabkan rangsangan pada papila filiformis sehingga papila
filiformis menjadi lebih panjang yang disebut hairy tongue.1,6,43
Jenis rokok, jumlah batang rokok yang dihisap per hari dan skor OHIS perokok
berperan dalam meningkatkan risiko hairy tongue. Penelitian Motallebnejad dkk
mengenai studi epidemiologi kelainan lidah pada 1901 orang pasien praktek dokter gigi
di Iran, ditemukan bahwa perokok yang merokok lebih dari 20 batang per hari
mempunyai tingkat risiko terjadinya hairy tongue yang lebih tinggi dengan prevalensi
16,7%.15 Rokok kretek di Indonesia memiliki kandungan nikotin yang tinggi
dibandingkan dengan produk rokok lainnya.24 Penelitian yang dilakukan oleh
Andersson dkk, menemukan bahwa prevalensi hairy tongue semakin meningkat
dengan peningkatan konsumsi nikotin.9 Penelitian Modupe dkk tentang studi
komparatif status kebersihan mulut perokok dan non perokok pada 213 orang pasien,
ditemukan bahwa perokok umumnya memiliki skor OHIS buruk dibandingkan dengan
non perokok.16 Oral hygiene yang buruk merupakan salah satu faktor predisposisi
terjadinya hairy tongue.10-12 Hal ini dapat disimpulkan bahwa perokok yang memiliki
skor OHIS buruk dapat meningkatkan risiko terjadinya hairy tongue.

Universitas Sumatera Utara


2.5 Kerangka Teori

Kebiasaan Merokok

Efek Sistemik Efek Rongga Mulut

PPOK Kanker Leukoedema Stomatitis


nikotina

Penyakit Smoker’s
Kardiovaskular melanosis

Kehamilan Hairy tongue

Universitas Sumatera Utara


2.6 Kerangka Konsep

Kebiasaan Merokok
 Jenis rokok
 Jumlah rokok yang Hairy tongue
dihisap per hari
 Skor OHIS perokok

Universitas Sumatera Utara


BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional yang dilakukan dengan
menggunakan pendekatan cross sectional untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor risiko dengan efeknya yaitu kebiasaan merokok dengan hairy tongue. Faktor
risiko dan efek setiap subjek diobservasi satu kali saja pada saat yang sama.44

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara karena
populasi mahasiswa laki-laki yang mempunyai kebiasaan merokok cukup banyak.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2017.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa laki-laki Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa laki-laki
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang mempunyai kebiasaan merokok.
Penentuan sampel dilakukan dengan stratified random sampling, di mana Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara dibagi atas 7 jurusan yang kemudian diambil 4
jurusan yang banyak memiliki mahasiswa laki-laki. Jurusan yang dipilih adalah jurusan
Teknik Mesin, Teknik Sipil, Teknik Elektro dan Teknik Industri. Besar sampel dalam
penelitian ini diambil menggunakan persentase hubungan merokok dengan hairy
tongue berdasarkan penelitian Motallebnejad dkk yaitu 16,7%.15 Perhitungan besar
sampel pada penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:45

Universitas Sumatera Utara


n = { Zα √ Po ( 1 – Po ) + Zβ √ Pɑ ( 1 − Pɑ ) }2
( Pα – Po) 2
n = { 1,96 √0,167 ( 1 – 0,167 ) + 1,282 √ 0,047 ( 1 – 0,047 ) }2
( 0,167– 0,047 ) 2
= 69,72 ≈ 70 (minimal)

Dimana:
n = Jumlah sampel minimal.
Zα = Deviasi normal α untuk α = 0,05 → Zα = 1,96
Zβ = Standar deviasi β normal. Standar deviasi untuk derajat kepercayaan 90%
adalah 1,282
Po = Perkiraan proporsi populasi standar. Proporsi populasi yang digunakan 16,7
% atau 0,167
Pa = Perkiraan proporsi populasi yang ingin diteliti, yaitu 4,7% karena
pengurangan nilai Po dan Pa diharapkan memiliki hasil 12%.

Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 72 orang. Subjek akan diambil
dari empat jurusan di Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, dimana masing-
masing jurusan diambil sebanyak 18 orang secara purposive sampling.

3.3.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Kriteria Inklusi
1. Mahasiswa laki-laki yang rutin merokok setiap hari selama minimal 1 tahun.
2. Mahasiswa laki-laki yang tidak mengonsumsi obat-obatan seperti antibiotik
spektrum luas, antipsikotik, antidepresan, dan antihipertensi serta tidak mempunyai
penyakit sistemik seperti Diabetes Melitus dan Hipertensi.
3. Mahasiwa yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


Kriteria Eksklusi
Mahasiswa laki-laki yang tidak dapat bekerja sama dalam penelitian ini.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


3.4.1 Variabel Peneliti
Variabel tergantung : Hairy tongue
Variabel bebas : Kebiasaan merokok:
- Jenis rokok
- Jumlah rokok yang dihisap per hari
- Skor OHIS perokok

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi Cara Alat Skala


Definisi
operasional ukur ukur ukur

Variabel Suatu kondisi dimana Pemeriksaan Kaca Kategorik


tergantung: papila filiformis klinis mulut dan 1 = Ada
Hairy tongue bertambah panjang pada tongue 2 = Tidak
permukaan dorsal lidah scraper ada
dan tidak dapat
dikerok.11

Universitas Sumatera Utara


Variabel bebas: Suatu kegiatan Wawancara Kuesioner Kategorik
Kebiasaan menghisap asap
merokok rokok yang
dihasilkan dari
pembakaran
tembakau.2
Kebiasaan
merokok diukur
melalui 3
parameter
sebagai berikut:

a. Jenis rokok: Wawancara Kuesioner Kategorik


Berbagai bentuk 1 = Rokok
rokok yang putih
digunakan oleh 2 = Rokok
perokok dalam kretek
a.
keseharian,
b.
misalnya rokok
c. Jenis rokok
putih dan rokok
Berbagai bentuk
kretek.
rokok yang
b. Jumlah rokok: Wawancara Kuesioner Kategorik
digunakan oleh
Banyaknya 1 = 1-10
perokok dalam
batang rokok batang
keseharian,
yang dihisap oleh 2 = 11-20
seorang perokok batang
dalam 1 hari. 3 = > 20
batang

.41,42

Universitas Sumatera Utara


c. Skor OHIS Pemeriksaan Kaca Kategorik
perokok: klinis mulut dan 1 = Baik
Tingkat sonde (0,0 - 1,2)
kebersihan gigi 2 = Sedang
dan mulut (1,3 – 3,0)
seorang perokok 3 = Buruk
yang dinilai (3,1 – 6,0)
menggunakan
Indeks Oral
Hygiene menurut
Green dan
Vermillion, yaitu
indeks Oral
Hygiene
Simplified (OHI-
S) yang terdiri
atas indeks
debris dan indeks
kalkulus.46
(Lampiran 5)

3.5 Sarana Penelitian


3.5.1 Alat
1. Alat diagnostik: kaca mulut, sonde dan tongue scraper.
2. Alat tulis dan lembar pemeriksaan: pensil/pulpen, penghapus, lembar
kuesioner dan lembar pemeriksaan subjek penelitian.
3. Lain-lain: lampu senter dan kamera untuk dokumentasi penelitian

Universitas Sumatera Utara


3.5.2 Bahan
1. Masker
2. Sarung Tangan
3. Alkohol 96%
4. Handuk
.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada mahasiswa laki-laki Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara. Mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi diberi
penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan, manfaat dan prosedur penelitian yang akan
dilakukan, dan apabila subjek bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian maka
subjek diminta menandatangani lembar informed consent. Pengumpulan data tentang
kebiasaan merokok yang dilakukan dengan cara wawancara langsung terhadap subjek
dan melalui pengisian lembar kuesioner penelitian oleh peneliti.
Data klinis diperoleh dengan melakukan pemeriksaan klinis terhadap subjek.
Subjek diminta duduk dengan rileks di ruang kuliah mahasiswa yang telah ditentukan
oleh Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Pemeriksaan klinis rongga mulut
dilakukan dengan menggunakan kaca mulut untuk melihat ada atau tidaknya hairy
tongue dan tongue scraper untuk mengerok lesi yang diduga hairy tongue serta bantuan
dari lampu senter untuk penerangan. Kaca mulut dan sonde digunakan untuk mengukur
skor OHIS subjek. Pencatatan hasil pemeriksaan subjek dilakukan pada lembar
pemeriksaan.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan data dilakukan dengan metode komputerisasi. Analisis data statistik
pada penelitian ini terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat.

Universitas Sumatera Utara


3.5.1 Data Univariat
Data univariat adalah untuk memperoleh gambaran setiap variabel, distribusi
frekuensi berbagai variabel yang diteliti baik variabel bebas maupun variabel
tergantung.44 Data univariat pada penelitian ini adalah:
1. Distribusi frekuensi subjek berdasarkan jenis rokok yang dihisap.
2. Distribusi frekuensi subjek berdasarkan jumlah rokok yang dihisap per
hari.
3. Prevalensi hairy tongue.
4. Distribusi frekuensi subjek berdasarkan skor OHIS.

3.7.2 Data Bivariat


Data bivariat adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua
variabel. Analisis bivariat dalam penelitian ini adalah untuk melihat hubungan
kebiasaan merokok dengan hairy tongue. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji
statistik Chi-Square.44 Perhitungan statistik apabila nilai p < 0,05 maka H0 ditolak yaitu
terdapat hubungan signifikan antara kedua variabel. Data bivariat dalam penelitian ini
adalah:
1. Hubungan antara jenis rokok yang dihisap dengan hairy tongue.
2. Hubungan antara jumlah rokok yang dihisap per hari dengan hairy tongue.
3. Hubungan antara skor OHIS subjek dengan hairy tongue.

3.8 Etika Penelitian


Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup hal sebagai berikut:
1. Kelayakan Etik (Ethical Clearance)
Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi
Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat internasional
maupun nasional karena penelitian ini melibatkan makhluk hidup yaitu manusia.
Kelayakan etik adalah keterangan tertulis yang menyatakan bahwa penelitian ini layak
dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan tertentu.

Universitas Sumatera Utara


2. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Peneliti meminta secara sukarela kepada subjek penelitian untuk berpartisipasi
dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Bagi subjek yang menyetujui, diminta
untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent) agar dapat berpartispasi
dalam penelitian.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
Data yang akan ditampilkan berbentuk data kelompok, bukan data pribadi subjek.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Analisis Univariat

4.1.1 Data Riwayat Kebiasaan Merokok Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini merupakan mahasiswa laki-laki Fakultas Teknik


Universitas Sumatera Utara yang mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 72 orang.
Tabel 1 menunjukkan persentase jenis rokok yang dihisap oleh subjek penelitian ini.
Hasil ini menunjukkan bahwa frekuensi merokok rokok kretek lebih tinggi (52,8%)
dibandingkan dengan rokok putih (47,2%).

Tabel 1. Distribusi frekuensi subjek berdasarkan jenis rokok yang dihisap

Jenis Rokok Jumlah (orang) Persentase (%)

Rokok Putih 34 47,2

Rokok Kretek 38 52,8

Total 72 100

Tabel 2 menunjukkan persentase jumlah batang rokok yang dihisap per hari.
Berdasarkan penelitian ini, terlihat bahwa jumlah batang rokok yang paling banyak
dihisap yaitu 1-10 batang rokok per hari sebanyak 39 orang (54,2%) diikuti dengan
jumlah 11-20 batang rokok per hari sebanyak 26 orang (36,1%) dan lebih dari 20
batang rokok per hari sebanyak 7 orang (9,7%).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2. Distribusi frekuensi subjek berdasarkan jumlah rokok yang dihisap per hari
Jumlah Rokok/ Hari Jumlah (orang) Persentase (%)

1-10 batang 39 54,2

11-20 batang 26 36,1

>20 batang 7 9,7

Total 72 100

4.1.2 Prevalensi Hairy Tongue

Tabel 3 menunjukkan prevalensi hairy tongue pada subjek penelitian. Hasil


penelitian ini menunjukkan 5 orang (6,9%) mengalami hairy tongue sedangkan 67
orang (93,1%) tidak mengalami hairy tongue.

Tabel 3. Prevalensi hairy tongue

Hairy tongue Jumlah (orang) Persentase (%)

Ya 5 6,9

Tidak 67 93,1

Total 72 100

4.1.3 Data Skor OHIS Subjek Penelitian

Tabel 4 menunjukkan persentase skor OHIS subjek penelitian. Berdasarkan


penelitian ini, terlihat bahwa subjek penelitian paling tinggi mempunyai skor OHIS
sedang sebanyak 36 orang (50%) diikuti oleh skor OHIS buruk sebanyak 27 orang
(37,5%) dan skor OHIS baik sebanyak 9 orang (12,5%).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4. Distribusi frekuensi subjek berdasarkan skor OHIS

Skor OHIS Jumlah (orang) Persentase (%)

Baik 9 12,5

Sedang 36 50,0

Buruk 27 37,5

Total 72 100

4.2 Hasil Analisis Bivariat

4.2.1 Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan


Hairy Tongue

Analisis yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif


dengan tabulasi silang (cross-tab) untuk menguji tingkat kemaknaan antara kebiasaan
merokok (jenis rokok,jumlah batang rokok yang dihisap per hari, dan skor OHIS
perokok) terhadap hairy tongue.
Tabel 5 menunjukkan hubungan antara jenis rokok yang dihisap terhadap
terjadinya hairy tongue. Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan ada hubungan
yang signifikan antara jenis rokok yang dihisap dengan hairy tongue di mana nilai p =
0,028. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 sehingga H0 ditolak dan terdapat
hubungan yang signifikan antara jenis rokok dengan terjadinya hairy tongue.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5. Hubungan antara jenis rokok dengan hairy tongue

Hairy tongue
Nilai p
Jenis Rokok Ada Tidak Ada
n % n % 0,028
Rokok Putih 0 0 34 47,222

Rokok Kretek 5 6,94 33 45,833

Total 5 6,94 67 93,055

Tabel 6 menunjukkan hubungan antara jumlah rokok yang dihisap per hari
terhadap terjadinya hairy tongue dengan uji statistik Chi-Square menunjukkan nilai p
= 0,044. Hasil ini menunjukkan hubungan yang signifikan antara jumlah rokok yang
dihisap per hari terhadap terjadinya hairy tongue.

Tabel 6. Hubungan antara jumlah rokok yang dihisap per hari dengan hairy tongue
Hairy tongue
Nilai p
Jumlah Rokok Ada Tidak Ada
n % n % 0,044
1-10 batang 1 1,39 38 52,78

11-20 batang 2 2,78 24 33,33

>20 batang 2 2,78 5 6,94

Total 5 6,95 67 93,05

Tabel 7 menunjukkan hubungan antara skor OHIS subjek penelitian terhadap


terjadinya hairy tongue. Berdasarkan hasil uji Chi-Square di atas, diperoleh nilai p =
0,011, maka terdapat hubungan yang signifikan antara hairy tongue dengan skor OHIS
subjek.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 7. Hubungan antara skor OHIS subjek dengan hairy tongue

Hairy Tongue
Nilai p
Skor OHIS Ada Tidak Ada
n % n % 0,011
Baik 0 0 9 12,50

Sedang 0 0 36 50,00

Buruk 5 6,94 22 30,56

Total 5 6,94 67 93,06

Universitas Sumatera Utara


BAB 5
PEMBAHASAN

Merokok memiliki pengaruh negatif terhadap kondisi sistemik, maupun rongga


mulut.1 Salah satu dampak merokok pada rongga mulut yaitu hairy tongue.9 Hairy
tongue merupakan pemanjangan papila filiformis yang abnormal sehingga
memberikan gambaran klinis dorsum lidah tampak berlapis rambut.10,11
Hasil penelitian ini diketahui bahwa jenis rokok yang paling banyak dihisap
oleh subjek penelitian ini merupakan rokok kretek yaitu sebanyak 52,8% (tabel 1).
Global Adult Tobacco Survey pada tahun 2011, menyatakan bahwa masyarakat
Indonesia, termasuk mahasiswa lebih menyukai rokok kretek (80,4%) dibandingkan
rokok putih.47 Rokok kretek menjadi pilihan mahasiswa karena memiliki harga yang
lebih murah dibandingkan rokok putih. Selain harganya, rokok kretek juga dikatakan
lebih enak dibandingkan rokok putih karena terdapat penambahan eugenol yang akan
menyebabkan efek anestetik karena dalam penggunaannya perokok cenderung
menghisap lebih mendalam.48
Berdasarkan jumlah batang rokok yang dihisap per hari, didapati bahwa subjek
penelitian paling banyak menghisap 1-10 batang rokok per hari yaitu 54,2% (tabel 2).
Merokok dilakukan oleh mahasiswa untuk menghilangkan stres dan memudahkan
berkonsentrasi yang biasanya dilakukan pada saat istirahat dan selesai makan.49
Perilaku merokok selain disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan
oleh faktor lingkungan menurut Lewin (cit, Komalasari).50 Perilaku merokok menjadi
salah satu upaya yang dapat meningkatkan penampilan dan kepercayaan diri untuk
dapat diterima di lingkungannya.49,50 Oleh karena itu, merokok menjadi gaya hidup
yang sulit dihindari.49
Prevalensi hairy tongue pada penelitian ini ditemukan sebanyak 5 orang
(6,9%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Komala di Kelurahan
Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung pada tahun 2011 dengan jumlah sampel 83
orang, hairy tongue didapati pada 4 orang (4,8%) perokok.51 Penelitian yang dilakukan
oleh Jahanbani, dkk terhadap 598 pasien perawatan gigi di Iran pada tahun 2009

Universitas Sumatera Utara


menunjukkan bahwa perokok lebih banyak mengalami hairy tongue yaitu 23,3%.52
Bahan yang bersifat karsinogenik yaitu tar diiringi dengan panas yang berasal dari asap
rokok akan menyebabkan iritasi kronis terhadap lidah sehingga fungsi normal
mekanisme pertahanan dalam rongga mulut terganggu. Iritasi kronis juga akan
menyebabkan perubahan pada vaskularisasi dan keratinisasi. Hal ini menyebabkan
keseimbangan pertumbuhan keratin pada permukaan lidah menjadi terganggu yang
menyebabkan rangsangan pada papila filiformis menjadi lebih panjang yang disebut
hairy tongue.1,6,43
Hasil penelitian ini diketahui bahwa mahasiswa laki-laki Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara paling banyak memiliki skor OHIS sedang yaitu 50%.
Penelitian Modupe yang dilakukan di Ibadan menunjukkan bahwa subjek yang
merokok memiliki skor OHIS yang lebih tinggi dibandingkan non perokok. Hal ini
disebabkan karena, merokok dapat mengakibatkan peningkatan kekasaran pada
permukaan gigi yang mendorong akumulasi plak lebih cepat.16 Skor OHIS pada sampel
penelitian ini berada dalam kategori sedang karena mahasiswa merupakan golongan
intelektual yang peduli tentang penampilan sehingga menjaga kebersihan mulut
mereka.49,50
Penelitian ini menunjukkan kelima subjek yang mengalami hairy tongue
seluruhnya menghisap rokok kretek. Hasil yang diperoleh menunjukkan hubungan
yang signifikan antara jenis rokok yang dihisap dengan terjadinya hairy tongue dengan
nilai p = 0,028. Rokok kretek di Indonesia memiliki kandungan nikotin yang tinggi
dibandingkan dengan produk rokok lainnya.24 Penelitian yang dilakukan oleh
Andersson, dkk tentang pengaruh merokok terhadap serapan tar dan nikotin pada lesi
mukosa rongga mulut di Swedia, prevalensi hairy tongue didapati semakin meningkat
dengan peningkatan kadar konsumsi nikotin.9 Rokok kretek tidak memiliki filter yang
dapat menyaring kandungan nikotin yang masuk ke dalam rongga mulut. Kandungan
nikotin yang terdapat dalam rokok dapat mempengaruhi fungsi dan morfologi mukosa
lidah serta memberi perubahan yang signifikan terhadap papila-papila lidah dimana
keseimbangan pertumbuhan keratin pada permukaan lidah menjadi terganggu. Hal ini

Universitas Sumatera Utara


menganggu proses deskuamasi papila filiformis yang menyebabkan rangsangan pada
papila filiformis menjadi lebih panjang yang disebut hairy tongue.6,9,43
Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa dari kelima sampel yang terdapat hairy
tongue, ditemukan 2 orang (2,78%) menghisap rokok dengan jumlah lebih dari 20
batang rokok sehari, 2 orang (2,78%) yang menghisap rokok antara 11-20 batang per
hari dan 1 orang (1,39%) yang menghisap 1-10 batang rokok per hari. Penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah rokok yang
dihisap per hari dengan terjadinya hairy tongue dengan nilai p = 0,044. Penelitian yang
dilakukan oleh Andersson, dkk melaporkan bahwa paparan tar dan nikotin yang
berasal dari asap rokok pada lesi mukosa rongga mulut di Swedia berhubungan secara
signifikan dengan jumlah rokok yang dihisap per hari.9 Penelitian Motallebnejad dkk
tentang studi epidemiologi kelainan lidah pada 1901 orang pasien praktek dokter gigi
di Iran, ditemukan bahwa perokok yang merokok lebih dari 20 batang per hari
mempunyai tingkat risiko tejadinya hairy tongue dengan prevalensi 16,7%.15 Bahan
yang bersifat karsinogenik yaitu tar diiringi dengan panas yang berasal dari asap rokok
akan menyebabkan iritasi kronis terhadap lidah sehingga fungsi normal mekanisme
pertahanan rongga mulut menjadi terganggu. Iritasi kronis juga akan menyebabkan
perubahan pada vaskularisasi dan keratinisasi yang menyebabkan keseimbangan
pertumbuhan keratin pada permukaan lidah menjadi terganggu dan merangsang
pemanjangan papila filiformis menimbulkan hairy tongue.1,6,43 Serapan nikotin dan tar
di rongga mulut juga dapat menghasilkan substansi berwarna kuning kecoklatan hingga
hitam yang mudah didepositkan pada permukaan lidah sehingga umumnya hairy
tongue yang terjadi pada perokok berwarna kuning kecoklatan hingga hitam.1,16,43
Berdasarkan penelitian ini, diketahui sebanyak 5 subjek (6,9%) mempunyai
hairy tongue dan kelima-limanya memiliki skor OHIS buruk. Hasil uji statistik Chi-
Square menunjukkan hubungan yang signifikan antara skor OHIS subjek dengan
terjadinya hairy tongue dengan nilai p = 0,011. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Avcu, dkk yang menyimpulkan bahwa hairy tongue
lebih banyak ditemui pada pasien dengan oral hygiene yang buruk (41,5%)
dibandingkan dengan oral hygiene yang baik (1,1%) dan oral hygiene yang sedang

Universitas Sumatera Utara


(4,7%).17 Oral hygiene yang buruk memberi gambaran tentang kebersihan mulut yang
tidak adekuat.12,16 Pembersihan mulut yang tidak adekuat akan menyebabkan
penumpukan populasi bakteri yang banyak sehingga keseimbangan flora normal di
rongga mulut menjadi terganggu. Oral hygiene yang buruk merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya hairy tongue.10,12,53

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:


1. Prevalensi hairy tongue pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara yang memiliki kebiasaan merokok adalah 6,9%.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis rokok yang dihisap dengan
terjadinya hairy tongue dengan nilai p = 0,028.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah rokok yang dihisap per
hari dengan terjadinya hairy tongue dengan nilai p = 0,044.
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara skor OHIS perokok dengan
terjadinya hairy tongue dengan nilai p = 0,011.

6.2 Saran

Hairy tongue dapat memberikan dampak berupa halitosis dan masalah estetis
sehingga dapat menurunkan kualitas hidup seseorang. Hairy tongue dapat dicegah
dengan menghindari faktor-faktor predisposisi seperti kebiasaan merokok dan faktor-
faktor lain yang dapat menyebabkan kelainan lidah ini. Oleh karena itu, perokok harus
disarankan untuk mengurangi kebiasaan merokok.
Penanggulangan kebiasaan merokok yang semakin meluas di kalangan
masyarakat, perlu dilakukan melalui media massa maupun penyuluhan secara langsung
oleh dokter gigi dan tenaga medis. Peran orang tua dalam mengawasi anak-anak juga
penting agar dapat menghindari kebiasaan merokok sejak remaja.
Penelitian ini terbatas hanya meneliti tentang hubungan jenis rokok, jumlah
rokok yang dihisap per hari serta skor OHIS perokok terhadap hairy tongue. Oleh
karena itu, pada penelitian lebih lanjut disarankan agar meneliti variabel lain seperti

Universitas Sumatera Utara


cara merokok. Selain itu, faktor-faktor predisposisi lain juga dipertimbangkan sebagai
parameter terhadap terjadinya hairy tongue.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Kusuma AR. Pengaruh merokok terhadap kesehatan gigi dan rongga mulut. J
Maj Ilmiah Sultan Agung 2011; 49(124): 12-9.
2. Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online.
http://kamusbahasaindonesia.org/ (September 24.2017).
3. World Health Organization Tobacco. http://www.who.int/fctc/en/index.html
(Februari 14.2017).
4. Vietnam Steering Committee on Smoking and Health (VINACOSH) and
Southeast Asia Tobacco Control Alliance (SEATCA). The Asean tobacco control
report. www.seatca.org (Desember 14.2016).
5. Centers for Disease Control and Prevention. Health effects of cigarette smoking.
https://www.cdc.gov/ (Januari 17.2017).
6. Trandafir V, Trandafir D, Gogalniceanu D, Popescu E, Vicol C, Burlui V. Tobacco
induced oral mucosal modifications. J International Med Dent 2010; 1: 84-91.
7. Winarni W, Melina A. Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kesehatan
rongga oral pada masyarakat Bentangan Wonosari Klaten. J Ilmu Kes Kosala
2016; 4(1): 97-102.
8. Fowles J, Bates M, Noiton D. The chemical constituents in cigarettes and cigarette
smoke: Priorities for harm reduction. New Zealand: Epidemiology and
Toxicology Group, 2000: 8-14.
9. Anderson G, Vala EK, Curvall M. The influence of cigarette consumption and
smoking machine yield of tar and nicotine uptake and oral mucosal lesions in
smokers. J Oral Pathol Med 1997; 26: 117-23.
10. Jontell M, Holmstrup P. Red and white lesions of the oral mucosa. In: Greenberg
MS, Glick M, Ship JA. eds. Burket’s oral medicine, 11th ed., Hamilton: BC Decker
Inc., 2008: 84-106.
11. Vañó-Galván S, Jaén P. Black hairy tongue. Cleveland Clin Journal Med. 2008;
75(12): 847-8.

Universitas Sumatera Utara


12. Gurvits GE, Tan A. Black hairy tongue syndrome. J Gastroenterology 2014;
20(31): 10845-850.
13. Langlais RP. Tongue lesions: prevalence and association with gender, age and
health-affected behaviors. CU Dent J 2007; 30: 269-78.
14. Darwazeh AMG, Almelaih AA. Tongue lesions in a Jordanian population.
Prevalence, symptoms, subject’s knowledge and treatment provided. Med Oral
Patol Oral Cir Bucal 2011; 16(6): 745-9.
15. Motallebnejad M, Babaee N, Sakhdari S. An epidemiologic study of tongue
lesions in 1901 Iranian dental outpatients. J of Contemp Dent Pract 2008; 9(7): 1-
17.
16. Opeodu O, Arowojolu M, Dosumu E, Fawole O. A comparative study of the oral
hygiene status of smokers and non-smokers in Ibadan, Oyo state. Niger Med J.
2013; 54(4): 240-3.
17. Avcu N, Kanli A. The prevalence of tongue lesions in 5150 Turkish dental
outpatients. Oral diseases 2003; 9(4): 188-95.
18. Padmaningrum RT. Rokok mengandung zat adiktif yang berbahaya bagi
kesehatan. www.staff.uny.ac.id (Desember 12.2016).
19. World Health Organization. Additives, cigarette design and tobacco product
regulation. Kobe: Tobacco Free Initiative Tobacco Product Regulation Group,
2006: 1-8.
20. Hanafin J, Clancy L. History of tobacco production and use. In: Loddenkemper
R, Kreuter M. eds. The tobacco epidemic, 2nd ed., Germany: Library of
Congress., 2001: 1-2.
21. Husaini A. Rahasia dan cara empatik berhenti merokok. Indonesia: Pustaka
IIMaN, 2007: 15-7.
22. Dharmavaram AT, Nallakunta R, Reddy SR, Chennoju SK. Demystifying the
enigma of smoking - An observational comparative study on tobacco smoking. J
Clin Diag Research 2016; 10(4): ZC94.
23. European Commission. Tobacco, cigarettes and cigarette smoke. Italy: Institute
for Health and Consumer Protection, 2007: 40-53.

Universitas Sumatera Utara


24. Kusuma DA, Yuwono SS, Wulan SN. Studi kadar nikotin dan tar sembilan merk
rokok kretek filter yang beredar di Wilayah Kabupaten Nganjuk. J Tek Pert 2012;
5(3): 151-5.
25. Sumarno SB, Kuncoro. Struktur, kinerja, dan kluster industri rokok kretek.
Yogyakarta; 1999: 1-3.
26. Santoso TZ, Choiri M, Setyanto NW. Peningkatan kualitas rokok sigaret kretek
tangan (SKT) dengan metode six sigma (Studi kasus pada PT Djarum Kudus-SKT
BL 53). J Rekayasa dan Manajemen Sistem Industri 2013; 1(2): 392-403.
27. Abdullah A. Efektivitas penggunaan model alat respirasi dalam menjelaskan
bahaya rokok kepada siswa kelas IX SMP Negeri 13 Banda Aceh. J Bio Edu 2013;
2(2): 73-5.
28. Hammado N. Pengaruh rokok terhadap kesehatan dan pembentukan karakter
manusia. In: Universitas Cokroaminoto Palopo, ed. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Karakter, 2014: 77-84.
29. Vellappally S, Fiala Z, Smejkalová J, Jacob V, Somanathan R. Smoking related
systemic and oral diseases. ACTA MEDICA (HRADEC KRALOVE) 2007;
50(3): 161-6.
30. Triandhini RR, Mangimbulude JC, Karwur FF. Merokok dan oksidasi DNA. Sains
Medika 2013; 5(2): 120-7.
31. Abidin A, Yunus F, Wiyono WH, Ratnawati A. Manfaat rehabilitasi paru dalam
meningkatkan atau mempertahankan kapasistas fungsional dan kualitas hidup
pasien penyakit paru obstruktif kronik di RSUP Persahabatan. J Respirologi
Indonesia 2009; 29(2): 1-2.
32. Ambrose JA, Barua RS. The pathophysiology of cigarette smoking and
cardiovascular disease. J Am Coll Cardiol 2004; 43(10): 1731-7.
33. Radfar L. American Academy of Oral and Medicine. Hairy Tongue
www.aaomp.org (Januari 5.2017).
34. Patil R, Nayak S, Munshi M, Bobhate S. Scrape cytology in rare case of hairy
tongue: Case report. J Cytol 2009; 26(2): 91-3.

Universitas Sumatera Utara


35. Yan P, Mistry N, Au S. Black hairy tongue. Canada Fam Physicians 2010; 56(5):
440-1.
36. Wangko S. Papila lidah dan kuncup kecap. J BIOMEDIK 2013; 5(3): S40-42.
37. Akpan A, Morgan R. Oral candidiasis. J Postgrad Med 2002; 78(922): 455-9.
38. Ghom AG, Ghom SA. Textbook of Oral medicine. 3rd ed., New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers, 2014: 156.
39. Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral pathology: Clinical pathologic
correlations. 7th ed., San Francisco: Elsevier Publishers, 2017: O-19.
40. Tarigan RN, Setyawati T. Tantangan dalam perawatan oral lichen planus pada
pasien diabetes melitus (Laporan kasus). J Dent Indonesia 2009; 16(1): 8-17.
41. Melinder Kaur A, Singh PD, Lubis WH. Hubungan kebiasaan merokok dengan
terjadinya coated tongue pada pegawai non-akademik Universitas Sumatera
Utara. Dentistry E-Journal 2013; 2(1): 32-38.
42. Neville BW, Chi AC, Damm DD, Allen CM. Oral and Maxillofacial Pathology.
4th ed., Canada: Elsevier Publisher, 2016: 12-3.
43. Tumilisar DL. Tembakau dan pengaruhnya terhadap kesehatan mulut. J Kedokt
Meditek 2011; 17(44): 19-23.
44. Sudigdo S, Sofyan I. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Sagung
Seto, 2014: 112-338.
45. Lemeshow S, Hosmer DW, Klar J, Lwanga SK. Besar sampel dalam penelitian
kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1997: 7.
46. Pintauli S. Analisis hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
terhadap status kesehatan gigi dan mulut Siswa SD dan SMP di Medan. J
Pendidikan dan Kebudayaan 2010; 16(4): 382.
47. World Health Organization. Global adult tobacco survey. Jakarta: National
Institute of Health Research and Development Ministry of Health, 2011: 16-7.
48. World Health Organization. Tobacco: deadly in any form or disguise Switzerland:
Who Publication Data, 2006: 20-2.

Universitas Sumatera Utara


49. Trisnowati H, Susianti, Nurchasanah. Gambaran pemodelan perilaku merokok
remaja (Studi pada mahasiswa kesehatan di Yogyakarta). J Medika Respati 2017;
12 (Suppl): 116-7.
50. Komalasari D, Helmi AF. Faktor-faktor penyebab perilaku merokok pada remaja.
J Kes Masy 2001; 20(2): 1-7.
51. Komala W. Hubungan kebiasaan merokok dengan terjadinya hairy tongue di
Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung. Skripsi: Medan: Bagian
Ilmu Penyakit Mulut FKG USU, 2010: 31.
52. Jahanbani J, Sandvik L, Lyberg T, Ahlfors E. Evaluation of oral mucosal lesions
in 598 referred Iranian patients. J Open Dent 2009; 3(1): 42-47.
53. Hamid H, Aulia R, Samad R. Efektivitas penggunaan tongue scraper terhadap
penurunan indeks tongue coating dan jumlah koloni bakteri anaerob lidah. J
Dentofasial 2011; 10(1): 32-5.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi,
Saya Jeevitha Dewi Selladurai, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan
dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Saya akan
mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Kebiasaan Merokok Terhadap
Hairy Tongue pada Mahasiswa Fakultas Teknik USU”. Saya mengikutsertakan
Saudara dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan
merokok dengan hairy tongue (lidah berambut). Hairy tongue merupakan kelainan
pada lidah yang mempunyai gambaran klinis berupa pemanjangan papila (rambut pada
lidah) yang tidak dapat dihapus dan dapat diakibatkan oleh kebiasaan merokok.
Penyakit ini akan memberi dampak berupa bau mulut dan mengganggu kehidupan
sosial penderitanya. Manfaat umum penelitian ini dapat memberikan informasi kepada
Saudara mengenai dampak merokok terhadap rongga mulut sehingga dapat
menyebabkan hairy tongue dan manfaat khususnya adalah untuk Saudara agar dapat
menyadari efek rokok yang sangat merugikan bagi kesehatan rongga mulut supaya
Saudara dapat mengurangi kebiasaan merokok. Sebanyak 72 orang mahasiswa laki-
laki yang merokok akan mengikuti penelitian ini. Saya akan menggunakan waktu
saudara selama 15 menit. Pertama akan dilakukan pengisian rekam medis penelitian
dengan menanyakan kepada Saudara beberapa pertanyaan untuk mengetahui kebiasaan
merokok. Setelah itu saya akan melakukan pemeriksaan mulut menggunakan kaca
mulut, sonde dan tongue scraper untuk melihat kelainan hairy tongue di dalam rongga
mulut serta memeriksa kebersihan mulut. Pada saat proses nantinya tidak ada risiko
jangka panjang yang terjadi karena hanya wawancara dan pengerokan lidah yang
mungkin dapat menimbulkan respon muntah dan ketidaknyamanan. Partisipasi
Saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tidak ada paksaan. Saudara dapat
mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung dan
tidak diberikan sanksi Pada penelitian ini, identitas Saudara akan disamarkan. Hanya
dokter gigi peneliti, anggota peneliti dan anggota komisi etik yang dapat melihat data
tersebut. Kerahasiaan data Saudara akan dijamin sepenuhnya. Sebagai imbalan saya
akan memberikan pembersih lidah kepada Saudara yang dapat digunakan untuk
menggosok permukaan lidah sehingga mencegah penumpukan sisa makanan dan
bakteri di lidah. Jika selama menjalankan penelitian ini akan terjadi keluhan pada
Saudara silakan menghubungi saya Jeevitha Dewi Selladurai di nomor telepon
087867242023 dengan alamat Jln. Gang Sehat No. 20. Demikian informasi ini saya

Universitas Sumatera Utara


sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan waktu Saudara sekalian, saya
ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(Jeevitha Dewi Selladurai)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN


(INFORMED CONSENT)

Saya bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Umur :
Alamat :
No. Telp./HP :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh
kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia
berpatisipasi dalam penelitian yang berjudul HUBUNGAN KEBIASAAN
MEROKOK TERHADAP HAIRY TONGUE PADA MAHASISWA FAKULTAS
TEKNIK USU.

Medan, 2017
Tanda tangan
Saksi, Peserta Penelitian,

(…………………………….) (..……………………………)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT
Jl. Alumni No. 2 Kampus USU
(061) 8216131 Medan 20155

KUESIONER

Nomor:
Tanggal pemeriksaan:

1. Jenis rokok apa yang Saudara hisap?

Rokok putih

Rokok kretek

2. Berapa batang rokok yang Saudara hisap dalam 1 hari?

1 – 10 batang

11 – 20 batang

> 20 batang

3. Diagnosis hairy tongue:


Ada, ……………..

Tidak ada

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT
Jl. Alumni No. 2 Kampus USU
(061) 8216131 Medan 20155

LEMBAR PEMERIKSAAN

Pemeriksaan klinis

1. Pemeriksaan OHIS (Green and Vermillion)

(a) Indeks Debris

Skor Debris = jumlah skor permukaan


16 11 26 jumlah gigi yang
46
diperiksa 31 36

Skor Kriteria

0 Tidak dijumpai debris atau stein


1 Debris menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi
2 Debris lunak menutupi lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 permukaan
gigi

3 Debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

Universitas Sumatera Utara


(a) Indeks Kalkulus

Skor Kalkulus = jumlah skor permukaan


16 11 26
46 31 36 jumlah gigi yang periksa

Skor Kriteria

0 Tidak dijumpai kalkulus

1 Adanya kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3


permukaan gigi
2 Adanya kalkulus supragingiva menutupi lebih 1/3 tetapi belum
melewati 2/3 permukaan gigi atau ada flex-flex kalkulus subgingiva
di sekeliling servikal gigi atau kedua-duanya
3 Adanya kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan
gigi atau kalkulus subgingiva mengeliling servikal gigi atau kedua-
duanya

(b) OHIS = Skor Debris + Skor Kalkulus = + =

Universitas Sumatera Utara


Skor OHIS adalah jumlah skor indeks kalkulus dan indeks debris dengan kriteria
sebagai berikut:

0,0 – 1,2 = Baik

1,3 – 3,0 = Sedang

3,1 – 6,0 = Buruk

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6

HAIRY TONGUE

Subjek 1 Subjek 2

Subjek 3 Subjek 4

Subjek 5

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7

jenis rokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid rokok putih 34 47.2 47.2 47.2
rokok kretek 38 52.8 52.8 100.0
Total 72 100.0 100.0

jumlah rokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-10 batang 39 54.2 54.2 54.2
11-20 batang 26 36.1 36.1 90.3
>20 batang 7 9.7 9.7 100.0
Total 72 100.0 100.0

hairy tongue
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 5 6.9 6.9 6.9
tidak 67 93.1 93.1 100.0
Total 72 100.0 100.0

OHIS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 9 12.5 12.5 12.5
sedang 36 50.0 50.0 62.5
buruk 27 37.5 37.5 100.0
Total 72 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Hubungan antara Jenis Rokok yang Dihisap dengan Hairy Tongue

jenis rokok * hairy tongue Crosstabulation

hairy tongue

ya tidak Total
jenis rokok rokok putih Count 0 34 34
Expected Count 2.4 31.6 34.0
% within jenis rokok .0% 100.0% 100.0%
rokok kretek Count 5 33 38
Expected Count 2.6 35.4 38.0
% within jenis rokok 13.2% 86.8% 100.0%
Total Count 5 67 72
Expected Count 5.0 67.0 72.0
% within jenis rokok 6.9% 93.1% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.808a 1 .028
Continuity Correctionb 2.987 1 .084
Likelihood Ratio 6.724 1 .010
Fisher's Exact Test .056 .036
Linear-by-Linear Association 4.741 1 .029
N of Valid Cases 72
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.36.
b. Computed only for a 2x2 table

Tetap menggunakan uji chi-square merujuk dari Sastroasmoro dan Ismael (2014:343) yang
menyatakan:

“Ketika jumlah subyek totak > 40, bisa tetap menggunakan uji chi-square, tanpa melihat nilai
expected, yaitu nilai yang dihitung bila hipotesis 0 benar”

Universitas Sumatera Utara


Hubungan antara Jumlah Rokok dengan Hairy Tongue

jumlah rokok * hairy tongue Crosstabulation

hairy tongue

ya tidak Total
jumlah rokok 1-10 batang Count 1 38 39
% within jumlah rokok 2.6% 97.4% 100.0%
11-20 batang Count 2 24 26
% within jumlah rokok 7.7% 92.3% 100.0%
>20 batang Count 2 5 7
% within jumlah rokok 28.6% 71.4% 100.0%
Total Count 5 67 72
% within jumlah rokok 6.9% 93.1% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 6.247a 2 .044
Likelihood Ratio 4.538 2 .103
Linear-by-Linear Association 4.986 1 .026
N of Valid Cases 72

Hubungan antara Skor OHIS dengan Hairy Tongue

hairy tongue * OHIS Crosstabulation

OHIS

baik sedang buruk Total


hairy tongue ya Count 0 0 5 5
% within hairy tongue .0% .0% 100.0% 100.0%
tidak Count 9 36 22 67
% within hairy tongue 13.4% 53.7% 32.8% 100.0%
Total Count 9 36 27 72
% within hairy tongue 12.5% 50.0% 37.5% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 8.955a 2 .011
Likelihood Ratio 10.442 2 .005
Linear-by-Linear Association 6.812 1 .009
N of Valid Cases 72

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8

Rincian Biaya Penelitian

Besar biaya untuk melakukan penelitian ini adalah sebesar Rp 1.460.000,- dengan
rincian berikut:
1. Bahan Habis Pakai (ATK)

a. Kertas A4 (1 rim) : Rp 40.000,-


b. Kertas Kuarto (2 rim) : Rp 80.000,-
c. Tinta Printer : Rp 200.000,-
2. Biaya pemeriksaan klinis : Rp 50.000,-
3. Biaya fotokopi : Rp 300.000,-
4. Penjilidan : Rp 50.000,-
5. Biaya yang tidak terduga : Rp 100.000,-
6. Imbalan (tongue scraper) @Rp 7500,- X 72 : Rp 540.000,-
7. Administrasi Ethical Clearance : Rp 100.000,-

Rp. 1.460.000,-

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai